Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi disampaikan pada Forum Sinkronisasi Perencanaan Strategis 2015-2019 Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Kebijakan Energi Nasional Yogyakarta, 13 Agustus 2015
DAFTAR ISI I Industri Pengolahan Non-Migas A. Kinerja Pertumbuhan Tahun 2010 2015 (Tw I) B. Perencanaan Pembangunan Industri C. Sasaran Pembangunan Industri II Perencanaan Kebutuhan Energi Sektor Industri 14 III Isu-Isu Energi Terkait Sektor Industri 24 3 2
I Sektor Industri Pengolahan Non-Migas 3
A Kinerja Pertumbuhan Tahun 2010 s.d. Triwulan I Tahun 2015 (tahun dasar 2010, persen) No Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 Tw I Tw I 2014 2015 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,95 4,59 4,20 4,18 5,28 3,80 2 Pertambangan dan Penggalian 4,29 3,02 1,74 0,55-2,00-2,32 3 Industri Pengolahan 6,26 5,62 4,49 4,63 4,52 3,87 a, Industri Migas -0,33-2,40-1,70-2,11-2,03-5,66 b, Industri Non Migas 7,46 6,98 5,45 5,61 5,51 5,21 4 Pengadaan Listrik dan Gas 5,69 10,06 5,23 5,57 3,29 1,55 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 4,73 3,34 4,06 3,05 3,59 2,27 6 Konstruksi 9,02 6,56 6,11 6,97 7,22 6,04 7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9,66 5,40 4,71 4,84 6,11 3,66 8 Transportasi dan Pergudangan 8,31 7,11 8,38 8,00 8,44 6,35 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,86 6,64 6,80 5,91 6,48 3,56 10 Informasi dan Komunikasi 10,02 12,28 10,39 10,02 9,79 10,53 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 6,97 9,54 9,09 4,93 3,23 7,57 12 Real Estate 7,68 7,41 6,54 5,00 4,66 5,26 13 Jasa Perusahaan 9,24 7,44 7,91 9,81 10,27 7,36 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 6,43 2,13 2,38 2,49 2,85 4,71 15 Jasa Pendidikan 6,68 8,22 8,20 6,29 5,20 5,92 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 9,25 7,97 7,83 8,01 7,75 7,34 17 Jasa lainnya 8,22 5,76 6,41 8,92 8,37 8,00 PRODUK DOMESTIK BRUTO 6,17 6,03 5,58 5,02 5,14 4,71 Pertumbuhan Industri Non Migas pada Triwulan I tahun 2015 sebesar 5,21%, atau mengalami penurunan dibandingkan Triwulan I tahun 2014 yang sebesar 5,51%, Pertumbuhan industri Non Migas ini lebih besar dari pertumbuhan ekonomi Triwulan I tahun 2015 yang sebesar 4,71%. Sumber : BPS diolah Kemenperin 4
A Grafik Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Industri Non Migas (tahun dasar 2010, persen) PERTUMBUHAN PDB INDUSTRI NON MIGAS 2011 2012 2013 2014 Tw I 2015 7,46 6,98 5,45 5,61 5,21 PERTUMBUHAN PDB EKONOMI 2011 2012 2013 2014 Tw I 2015 6,17 6,03 5,58 5,02 4,71 Sumber : BPS diolah Kemenperin 5
B DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL UU 17 TAHUN 2007 RPJPN RPJMN Arah Pembangunan Industri: Industri yang berdaya saing Keterkaitan dengan pengembangan IKM Struktur Industri yang sehat dan berkeadilan Mendorong perkembangan ekonomi di luar Pulau Jawa PERPRES UU 3 TAHUN 2014 TTG PERINDUSTRIAN RIPIN (PP no 14/2015) KIN PP 20 Thn PERPRES 5 Thn Pasal 9 Ayat 1 : RIPIN paling sedikit memperhatikan: a. potensi sumber daya Industri; b. budaya Industri dan kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat; c. potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah; d. perkembangan Industri dan bisnis baik nasional maupun internasional; e. perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun internasional; f. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan/atau Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota Pasal 9 Ayat 2 : RIPIN paling sedikit meliputi: a. visi, misi, dan strategi pembangunan Industri; b. sasaran dan tahapan capaian pembangunan Industri; c. bangun Industri nasional; d. pembangunan sumber daya Industri; e. pembangunan sarana dan prasarana Industri; f. pemberdayaan Industri; dan g. perwilayahan Industri. RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI PROPINSI RENCANA PEMBANGUNAN INDUSTRI KAB/KOTA PERDA RKP PERPRES RENJA PEMBANGUNAN INDUSTRI PERMEN 1 Thn 6
B BANGUN INDUSTRI NASIONAL VISI & MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL Industri Andalan Industri Pangan Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka Industri Alat Transportasi Industri Elektronika & Telematika / ICT Industri Pembangkit Energi Industri Pendukung Industri Barang Modal, Komponen, Bahan Penolong dan Jasa Industri Industri Hulu Industri Hulu Agro Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam Industri Kimia Dasar Berbasis Migas dan Batubara Modal Dasar Sumber Daya Alam Infrastruktur Sumber Daya Manusia Prasyarat Kebijakan & Regulasi Teknologi, Inovasi & Kreativitas Pembiayaan 7
B INDUSTRI PRIORITAS TAHUN 2015-2035 Industri Pangan Industri Pembangkit Energi Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan Industri Barang Modal, Komponen, Bahan Penolong dan Jasa Industri Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka Industri Hulu Agro Industri Alat Transportasi Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam Industri Elektronika dan Telematika / ICT Industri Kimia Dasar Berbasis Migas dan Batubara 8
B PENAHAPAN CAPAIAN PEMBANGUNAN INDUSTRI Tahap I 2015-2019 Meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Tahap II 2020-2024 Keunggulan kompetitif dan berwawasan lingkungan Tahap III 2025-2035 Indonesia sebagai Negara Industri Tangguh Catatan : Pentahapan pembangunan industri prioritas sejalan dengan tahapan pembangunan industri dalam RPJPN 2005-2025. 9
C Sasaran Pembangunan Industri Jangka Panjang (RIPIN) NO Indikator Pembangunan Industri Satuan 2014* 2015 2020 2025 2035 1 Pertumbuhan sektor industri nonmigas % 5,7 6,8 8,5 9,1 10,5 2 3 Kontribusi industri nonmigas terhadap PDB Kontribusi ekspor produk industri terhadap total ekspor % 20,8 21,2 24,9 27,4 30,0 % 66,5 67,3 69,8 73,5 78,4 4 Jumlah tenaga kerja di sektor industri Juta orang 14,9 15,5 18,5 21,7 29,2 5 6 Persentase tenaga kerja di sektor industri terhadap total pekerja Rasio impor bahan baku sektor industri terhadap PDB sektor industri nonmigas % 13,7 14,1 15,7 17,6 22,0 % 43,5 43,1 26,9 23,0 20,0 7 Nilai Investasi sektor industri Rp Trilyun 210 270 618 1.000 4.150 8 Persentase nilai tambah sektor industri yang diciptakan di luar Pulau Jawa % 29,0 30,0 32,0 35,0 40,0 Sumber : Kementerian Perindustrian, 2014 * perkiraan realisasi 10
C Sasaran Jangka Menengah (RPJMN INDUSTRI 2015-2019) NO, PEMBANGUNAN SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Industri Manufaktur BASELINE TAHUN 2014 SASARAN TAHUN 2019 a. Pertumbuhan Sektor Industri 4,7% 8,6% b. Kontribusi Terhadap PDB 20,7% 21,6% c. Penambahan jumlah industri berskala menengah dan besar SASARAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH Pembangunan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Luar Jawa -- 9.000 unit (2015-2019) a. Kawasan Industri n,a 14 b. Sentra IKM n.a 22 Indikator 2015 2016 2017 2018 2019 Pertumbuhan PDB Industri Pengolahan (%) 6,0 6,9 7,5 8,1 8,6 Kontribusi PDB Industri Pengolahan Terhadap PDB nasional (%) 20,8 21,0 21,1 21,3 21,6 Sumber: Buku I RPJMN Tahun 2015 2019 11
C Pembangunan 14 Kawasan Industri dan 22 Sentra IKM di luar Pulau Jawa Kerjasama Pemerintah dan Swasta (Quick Win) Terbangunnya pengembangan Kawasan Industri: (1) Bintuni, Papua Barat; (2) Buli, Maluku Utara; (3) Bitung, Sulawesi Utara; (4) Palu, Sulawesi Tengah; (5) Morowali, Sulawesi Tengah; (6) Konawe, Sulawesi Tenggara; (7) Bantaeng, Sulawesi Selatan; (8) Batu Licin, Kalimantan Selatan; (9) Ketapang, Kalimantan Barat; (10) Landak, Kalimantan Barat; (11) Kuala Tanjung, Sumatera Utara; (12) Sei Mangke, Sumatera Utara; (13) Tanggamus, Lampung, (14) Jorong, Kalimantan Selatan Terbangunnya 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah: 11 Sentra IKM di wilayah Sumatera dan Kalimantan 11 Sentra IKM di wilayah Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua 12
C Peta Pembangunan 14 Kawasan Industri di luar Pulau Jawa Kerjasama Pemerintah dan Swasta (Quick Win) 13
II Perencanaan Kebutuhan Energi Sektor Industri 14
2.1. Kebutuhan Energi Sektor Industri Sektor industri di Indonesia, baik migas maupun nonmigas menjadi sektor yang mengkonsumsi energi terbesar di Indonesia, Pada tahun 2012, konsumsi sektor industri sebesar 42,91 persen (Kementerian ESDM, 2014). Sekitar 60-70 persen, dikonsumsi oleh 8 industri padat (lahap) energi, yaitu : (1) industri pupuk, (2) industri pulp dan kertas, (3) industri tekstil, (4) industri semen, (5) industri baja, (6) industri keramik, (7) Industri petrokimia dan (8) industri pengolahan kelapa sawit 15
2.2. Komposisi Kebutuhan Masing-masing Jenis Energi Pada 9 (sembilan) Subsektor Industri Tahun 2012 No Jenis Industri Batubara Gas Listrik BBM Total 1 Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 15.012,12 17.673,48 7.243,28 9.777,14 49.706,03 15% 2 Industri Tekstil, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki 14.343,99 14.640,55 6.686,30 5.559,08 41.229,92 12% 3 Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya 3.490,86 4.228,99 1.487,43 2.993,77 12.201,05 4% 4 Industri Kertas dan Barang Cetakan 4.833,91 5.133,94 2.905,54 2.629,15 15.502,54 5% 5 Industri Pupuk, Kimia, & Barang dari Karet 10.126,61 40.044,88 3.995,04 5.621,48 59.788,01 18% 6 Industri Semen & Barang Galian bukan Logam 36.671,87 19.249,43 4.804,55 3.852,99 64.578,84 19% 7 Industri Logam Dasar Besi & Baja 24.805,36 9.792,16 6.086,41 8.487,92 49.171,85 15% 8 Industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya 11.430,12 10.507,78 4.520,82 8.598,61 35.057,33 10% 9 Industri Barang lainnya 2.309,15 1.889,79 1.120,62 1.861,87 7.181,43 2% 123.024 123.161 38.850 49.382 Total (37%) (37%) (12%) (15%) 334.417 Sumber: Kementerian ESDM dan BPS, 2014 (diolah) (Ribu Setara Barel Minyak/SBM) 16
2.3. Distribusi Komposisi Kebutuhan Masing-masing Jenis Energi Pada 9 (sembilan) Subsektor Industri Tahun 2012 (Persen) No Jenis Industri Batubara Gas Listrik BBM Total 1 2 3 4 5 6 Industri Makanan, Minuman, & Tembakau 30,20 35,56 14,57 19,67 100,00 Industri Tekstil, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki 34,79 35,51 16,22 13,48 100,00 Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya 28,61 34,66 12,19 24,54 100,00 Industri Kertas dan Barang Cetakan 31,18 33,12 18,74 16,96 100,00 Industri Pupuk, Kimia, & Barang dari Karet 16,94 66,98 6,68 9,40 100,00 Industri Semen & Barang Galian bukan Logam 56,79 29,81 7,44 5,97 100,00 7 Industri Logam Dasar Besi & Baja 50,45 19,91 12,38 17,26 100,00 Industri Alat Angkutan, Mesin & 8 Peralatannya 32,60 29,97 12,90 24,53 100,00 9 Industri Barang lainnya 32,15 26,31 15,60 25,93 100,00 Sumber: Kementerian ESDM dan BPS, 2014 (diolah) 17
GWH 2.4. Proyeksi Kebutuhan Jenis Energi Pada Sektor Industri Tahun 2015-2019 (Unit Energi) Ribu Barel Ribu Ton Tahun Batubara (Ribu Ton) Gas (MMBTU) Listrik (GWH) BBM (Ribu Barel) 2015 41.164,3 738.685,6 73.404,0 58.422,2 2016 40.392,0 782.829,4 79.954,9 60.183,7 2017 39.974,5 829.338,2 86.147,6 56.520,3 2018 43.369,4 867.071,0 91.826,3 50.062,2 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 2019 46.741,3 903.356,5 99.149,6 45.604,1 BBM Batubara Listrik 80,000 60,000 40,000 20,000 0 2015 2016 2017 2018 2019 Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 Tahun 50,000 45,000 40,000 35,000 2015 2016 2017 2018 2019 Tahun 18
2.5. PROYEKSI BAURAN ENERGI INDUSTRI 2015 DAN 2019 2015 2019 Listrik BBM Batubara Listrik BBM Batubara 11% 14% 42% 13% 10% 42% 33% 35% Gas Gas 19
Tahun 2.6 Proyeksi Kebutuhan Jenis Energi Pada Sektor Industri (Unit Energi) s,d, 2035 Batubara (Ribu Ton) Gas (MMBTU) Listrik (GWH) BBM (Barel) 2012 29.291,4 678.617,9 64.108,9 49.382,0 2013 28.820,0 705.120,6 68.339,9 53.763,6 2014 35.099,4 717.668,8 69.479,1 55.235,8 2015 41.164,3 738.685,6 73.404,0 58.422,2 2020 47.476,8 946.322,3 108.438,0 43.146,0 2025 56.381,2 1.217.169,1 167.190,0 37.045,5 2030 70.880,7 1.648.606,7 263.973,0 30.028,0 2035 91.809,4 2.350.379,1 426.122,9 23.010,5 Sumber: Kementerian ESDM dan BPS, diolah Kemenperin (2014) Catatan: Angka Proyeksi dengan menggunakan metode VAR (Vector Auto Regressive), sudah disesuaikan dengan target RIPIN, 20
Barel MMBTU Ribu Ton GWH 100,000 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 2.6 Proyeksi Kebutuhan Jenis Energi Pada Sektor Industri (Unit Energi) s,d, 2035 Batubara 450,000 400,000 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 2015 2025 2035 0 BBM Tahun 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 Listrik 2015 2025 2035 Gas Tahun 10,000 500,000 0 2015 2025 2035 tahun 0 2015 2025 2035 Tahun 21
2.7 PROYEKSI BAURAN ENERGI INDUSTRI s.d. 2035 (RIPIN) Listrik BBM Batubara Listrik BBM Batubara Gas Gas Sumber: Kementerian ESDM dan BPS, diolah Kemenperin (2014) 22
No 1 2 3 4 5 6 7 8 2.7 Proyeksi Kebutuhan Masing-masing Jenis Energi Pada 9 Subsektor Industri Pada Tahun 2035 Industri Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau Industri Tekstil, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya Industri Kertas dan Barang Cetakan Industri Pupuk, Kimia, & Barang dari Karet Industri Semen & Barang Galian bukan Logam Industri Logam Dasar Besi & Baja Industri Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya 9 Industri Barang lainnya Batubara (Ribu Ton) 6.579,0 (7%) 8.531,3 (9%) 4.935,2 (5%) 8.966,7 (10%) 7.557,2 (8%) 33.969,5 (37%) 13.771,6 (15%) 5.775,7 (6%) 1.723,3 (2%) Gas (MMBTU) 198.254,3 (8%) 168.962,5 (7%) 80.705,1 (3%) 97.975,1 (4%) 1.239.993,8 (53%) 211.535,6 (9%) 186.871,5 (8%) 130.017,0 (6%) 36.064,4 (2%) Listrik (GWH) 39.325,4 (9%) 73.338,1 (17%) 66.663,6 (16%) 31.869,2 (7%) 43.819,3 (10%) 52.698,3 (12%) 79.542,0 (19%) 26.527,4 (6%) 12.414,4 (3%) BBM (Barel) 4.555,9 (20%) 2.590,4 (11%) 1.395,0 (6%) 1.225,1 (5%) 2.619,4 (11%) 1.795,4 (8%) 3.955,1 (17%) 4.006,7 (17%) 867,6 (4%) 23
III Isu-Isu Energi Terkait Sektor Industri 24
3.1. Perencanaan Kebutuhan Energi Sektor Industri Perencanaan dilakukan baru sampai dengan tahun 2035 sesuai dengan target Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN), proyeksi sampai dengan tahun 2050 masih dalam proses penyusunan. 3.2. Kebutuhan Energi Listrik untuk Industri Dalam Negeri Kenaikan harga listrik per KWh (Permen ESDM 31/2014) dinilai memberatkan sektor industri secara umum, khususnya industri baja; Dualisme dalam penetapan standar dalam pengadaan kabel PLN (SNI dan SPLN) cenderung meningkatkan biaya bagi produsen dalam negeri; Belum ada ketersediaan power plant dan jaringan listrik di 14 Kawasan Industri Prioritas sebesar 12.510 MW Belum selesainya pembangunan PLT Panasbumi Lahendong V di Kawasan Industri Bitung; Pembangunan PLT Uap Kema; dan Pembangunan PLT Gas Likupang; dan pembangunan Gardu Induk Paniki dan Tanjung Merah Partisipasi local content hanya 20% pada program pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW tahap I dan II (di bawah persyaratan Permenperin 54/2012) 25
3.3. Kebutuhan Konservasi Energi di sektor Industri Kebutuhan investasi yang relatif tinggi untuk melakukan konservasi energi, khususnya dalam penggantian teknologi yang sudah tua Belum terdapatnya panduan mengenai aktivitas konservasi energi dan pengurangan emisi GRK di berbagai jenis industri lahap energi Minimnya ketersediaan SDM industri yang memahami sistem pengelolaan energi yang optimal, ditambah lagi terdapat ketentuan (Permen ESDM 14/2014) yang mewajibkan agar manajer energi di industri lahap/ padat energi memiliki kompetensi yang tersertifikasi Belum terealisasinya kebijakan insentif fiskal bagi industri yang berhasil melakukan konservasi serta diversifikasi energi 26
3.4. Energi Baru Terbarukan (EBT) Mahalnya harga energi baru terbarukan bila dibandingkan dengan harga BBM subsidi Potensi Thorium sebagai sumber energi baru (sumber daya DN) untuk menopang target pertumbuhan industri dalam jangka panjang. Belum adanya regulasi yang jelas terkait mandatori pemanfaatan biofuel B-15 dan E-2 untuk industri alat transportasi dan permesinan Perlu ada jaminan ketersediaan bahan baku biodiesel dan bioetanol skala industri 3.5. Minyak dan Gas Bumi Pasokan domestik gas yang sangat terbatas, akibat kontrak eskpor jangka panjang Minimnya prasarana maupun infrastruktur pendistribusian gas bumi yang memadai bagi industri, baik terkait jumlah maupun persebarannya Besaran harga gas yang ditetapkan oleh PT.PGN dan PT. Pertagas dinilai terlalu memberatkan industri, khususnya industri baja Minimnya demand atas converter kit BBG, antara lain akibat terbatasnya jumlah infrastruktur distribusi gas (SPBG) 27
TERIMA KASIH 28