Disampaikan oleh : Ir. Harjanto, M.Eng Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur. Jakarta, 28 Januari 2015

Transkripsi

1 Disampaikan oleh : Ir. Harjanto, M.Eng Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Jakarta, 28 Januari 2015

2 DAFTAR ISI I. PERTUMBUHAN INDUSTRI II. PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI III. GAMBARAN UMUM PENGGUNAAN ENERGI INDONESIA IV. KEBUTUHAN DAN SUPPLY ENERGI UNTUK INDUSTRI V. PEMIKIRAN ALTERNATIF DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI VI. KESIMPULAN 2

3 I PERTUMBUHAN INDUSTRI 3

4 Sekilas Pertumbuhan Industri Nasional Pertumbuhan Industri Non-Migas Perkembangan Ekspor - Impor 4

5 LAPANGAN USAHA 1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN Tw III 2014 N K N K N K N K N K N K (Rp triliun) (%) (Rp triliun) (%) (Rp. triliun) (%) (Rp triliun) (%) (Rp triliun) (%) (Rp triliun) (%) 857,19 15,29 985,44 15, ,45 14, ,45 14, ,03 14, ,2 15,21 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 592,06 10,56 718,13 11,16 876,98 11,82 970,82 11, ,77 11, ,0 10,49 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1.477,54 26, ,78 24, ,14 24, ,52 23, ,59 23, ,3 23,38 a. Industri M i g a s 209,84 3,74 211,14 3,28 253,08 3,41 254,55 3,09 266,79 2, ,6 2,80 b. Industri tanpa Migas 1.267,70 22, ,64 21, ,06 20, ,96 20, ,80 20, ,7 20,58 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 46,68 0,83 49,12 0,76 55,88 0,75 62,23 0,76 70,07 0, ,7 0,81 5. B A N G U N A N 555,19 9,90 660,89 10,27 753,55 10,16 844,09 10,26 907,26 9, ,8 9,76 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 744,51 13,28 882,48 13, ,72 13, ,69 13, ,50 14, ,0 14,26 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 353,74 6,31 423,16 6,57 491,28 6,62 549,10 6,67 636,88 7, ,1 7,29 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 405,16 7,23 466,56 7, ,21 598,52 7,27 683,01 7, ,6 7,49 9. JASA - JASA 574,11 10,24 654,68 10, ,58 888,99 10, ,82 11, ,0 11,32 PRODUK DOMESTIK BRUTO 5.606, , , , , ,7 100 N = Nilai; K = Kontribusi NILAI PDB SEKTORAL DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP NILAI PDB SEKTORAL DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PDB NASIONAL PDB NASIONAL Kontribusi terbesar pada pembentukan PDB nasional diberikan oleh sektor Industri Pengolahan sebesar 23.38% dimana Industri non migas memberikan kontribusi sebesar 20.58% 5

6 Sasaran Pembangunan Industri Tahun 2015 s.d (persen) NO Indikator Pembangunan Industri Satuan Pertumbuhan sektor Industri Non Migas Share Industri non migas terhadap PDB Share ekspor produk industri terhadap total ekspor % 5,7 6,8 8,5 9,1 10,5 % 20,8 21,2 24,9 27,4 30,0 % 66,5 67,3 69,8 73,5 78,4 4 Jumlah tenaga kerja di sektor industri Juta orang 14,88 15,44 18,44 21,73 29,19 5 (Persentase tenaga kerja di sektor industri terhadap total pekerja) Rasio impor bahan baku sektor industri terhadap PDB sektor industri non migas % 13,7 14,1 15,7 17,6 22,0 % 43,5 43,1 26,9 23,0 20,0 6 Nilai Investasi sektor industri Rp Trilyun Persentase nilai tambah sektor industri yang diciptakan di luar Pulau Jawa % 29,0 30,0 32,0 35,0 40,0 Sumber : RIPIN

7 II PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI 7

8 Penilaian daya saing terhadap 144 negara yang dilakukan World Economic Forum menggunakan 3 aspek penilaian, yakni: 1. Persyaratan dasar (Basic requirements) 2. Pemacu efisiensi (Efficiency enhancers) 3. Inovasi dan kecanggihan (Innovation and sophistication). 8

9 Peringkat Daya Saing Beberapa Negara Asia dalam Global Competitiveness Report Country Change Singapore 2 2 Japan Hong Kong SAR 7 7 Taiwan Malaysia Korea China Thailand Indonesia India Vietnam Philipinnes Cambodia Peringkat Indonesia pada Global Competitiveness Report meningkat, namun masih berada di bawah negara-negara ekonomi utama di ASEAN seperti Thailand, Malaysia dan Singapura. Sumber: Global Competitiveness Report

10 Bangun Industri Nasional & Pengembangan Industri Prioritas UU Nomor 3 Tahun 2014 RIPIN Pembangunan Industri Nasional : 1. Jaminan Ketersediaan Bahan Baku 2. Pemenuhan Kebutuhan Energi Sumber : RIPIN DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL 10

11 McKInsey Global Institute Analysis, 2012 Sektor Manufaktur adalah kunci suatu negara lepas dari middle income trap. Tidak ada negara yg sukses meningkatkan income per kapita tanpa memiliki sektor manufaktur yg kuat (MGI, 2012); Pertumbuhan pendapatan signifikan dipengaruhi oleh pangsa manufaktur (Rodrik, 2010); Agar Menjadi Negara berpenghasilan menengah, peran industri harus mencapai sekitar 40% terhadap ekonomi; 11

12 III ENERGI INDONESIA GENERAL OVERVIEW 12

13 SUMBER DAYA ENERGI DAN CADANGAN ENERGI Bauran Energi Primer Nasional Juta SBM 21% 3% 1% 27% NO ENERGI TERBARUKAN/ SUMBER DAYA (SD) KAPASITAS TERPASANG (KT) RASIO KT/SD (%) = 4/3 1 Tenaga Air MW 8,01% 2 Minihidro MW 419 MW 0,56% 3 Mikro Hydro 181 MW 0,25% 4 Tenaga Surya 4,8 kwh/m2/day 22,45 MW - 48% Batubara Minyak Bumi Gas Bumi Tenaga Air Panas Bumi 5 Tenaga Angin 3 6 m/s 1,87 MW - 6 Samudera 49 GW***) 0,01 MW****) 0% 7 Uranium MW *) 30 MW **) 0% 8 Panas Bumi ,6% JENIS ENERGI FOSIL CADANGAN (Proven + Possible) PRODUKSI (per TAHUN) RASIO CADANGAN/PRODUKSI (Tanpa Eksplorasi Baru) TAHUN CADANGAN TERBATAS!! cadangan energi terbatas MINYAK 7,76 milyar bbl 346 juta bbl 22 GAS 157,14 TSCF 2,95 TSCF 53 BATUBARA 21,13 milyar ton 254 juta ton 83 Sumber: Kementerian ESDM

14 GAMBARAN UMUM INTENSITAS PENGGUNAAN ENERGI DI MANUFAKTUR Sumber : Kementerian ESDM 14

15 SUBSIDI ENERGI PADA APBN 2015 Sumber: Kementerian Keuangan 15 15

16 IV KEBUTUHAN DAN SUPPLY ENERGI UNTUK INDUSTRI 16

17 A. Konsumsi Energi pada 7 Industri Lahap Energi (GWh) No Satuan % kenaikan *) 1 Baja % Tekstil % Pupuk % Pulp dan Kertas % Pengolahan Kelapa Sawit % Semen % Keramik % Jumlah % *) Angka Perkiraan 17

18 Konsumsi Energi pada 7 Industri Lahap Energi Konsumsi Energi Industri Baja Satuan a. BBM Kilo Liter b. Batubara Ton c. Gas Alam MMBTU d. Listrik GWh Konsumsi Energi Industri Pengolahan Kelapa Sawit Solar (Kilo Liter) Listrik (GWh) 91,68 94,8 98,16 Biomassa (GWh) 80,22 82,95 85,89 Batubara (ribu Ton) 5,1 5,3 5,5 Gas (ribu MMBTU) Konsumsi Energi Industri Pupuk Jenis Energi/Total Biaya Gas Total Bahan Baku Bahan Bakar Satuan Juta MMBTU ( A=B+C ) Juta MMBTU ( B ) Juta MMBTU ( C ) GWH Konsumsi Energi Industri TPT Satuan a. BBM Kilo liter b. Batubara Ton c. Gas Alam MMBTU d. Listrik GWh Konsumsi Energi Industri Pulp dan Kertas Biomassa (ribu GWh) 26,7 27,7 28,7 Listrik (ribu GWh) 17,1 17,7 18,3 Gas (juta MMBTU) 14,6 15,2 15,6 Solar (Kilo Liter) Batubara (ribu Ton) 271,0 281,0 291,0 Konsumsi Energi Industri Semen Satuan a) Listrik GWh b) Batubara Jt Ton 6,3 6,9 7,6 Konsumsi Energi Industri Keramik Satuan a. Gas MMBTU b. BBM Barrel Kilo Liter c. Listrik GWh 583, ,4 18

19 B. Struktur Biaya Produksi Pada Beberapa Industri Manufaktur % Unsur Biaya Petrokimia Kimia Dasar Lainnya Barang Kimia Galian Non Logam Logam Dasar Besi Logam Dasar Non Besi Barang Logam TPT Aneka Bahan Baku » Impor » Lokal Bahan Bakar Migas Listrik Tenaga Kerja Biaya Lainnya Total Biaya Sumber : Survei Industri Sedang Besar, BPS, diolah 19

20 C. Peta Kebutuhan Energi Untuk Smelter S/D 2025 Sumber : Roadmap Industri Berbasis Mineral 20

21 KEBUTUHAN ENERGI PADA KAWASAN INDUSTRI PRIORITAS No Kawasan Industri Luas (Ha) 1 Kawasan Industri Teluk Bintuni, Papua Barat Kawasan Industri Bitung (Status KEK Bitung), Sulawesi Utara Fokus Industri Industri Pupuk dan Petrokimia Perkiraan Kebutuhan Listrik Listrik 300 MW 610 Industri Agro dan Logistik Listrik 100 MW 3 Kawasan Industri Palu (Status KEK Palu), Sulawesi Tengah 1500 Industri Rotan Listrik 300 MW 4 Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah 1200 Industri Ferronikel Listrik secara bertahap2000 MW 5 Kawasan Industri Konawe, Sulawesi Tenggara 5500 Industri Ferronikel PLTU 2 x 1000 MW 6 Kawasan Industri Buli, Haltim, Maluku Utara 300 Industri Ferronikel Listrik 260 MW 7 Kawasan Industri Bantaeng, Sulawesi Selatan 3000 Industri Ferronikel PLTU 2 x 300 MW 8 Kawasan Industri Batulicin, Kalimantan Selatan 530 Industri Besi Baja 2650 MW 9 Kawasan Industri Ketapang, Kalimantan Barat 1000 Industri Alumina MW 10 Kawasan Industri Landak, Kalimantan Barat 306 Industri Karet MW 11 Kawasan Industri Kuala Tanjung, Sumatera Utara 1000 Industri Alumina 500 MW di luar kebutuhan industri inalum 12 Kawasan Industri Sei Mangkei, Sumatera Utara 2002 Industri Pengolahan CPO kw/ha 13 Kawasan Industri Tanggamus, Lampung 3500 Industri Maritim MW/Ha 14 Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Peleburan Tembaga dan 3000 Jawa Timur Permesinan 420 MW 15 Kawasan Industri Sayung (Jatengland), Demak, Jawa Tengah 300 Aneka Industri Padat Karya 42 MW 21

22 D. SUPPLY ENERGI BERBASIS MIGAS ISU POKOK 1. Meningkatnya kebutuhan bahan baku terutama yang berbasis minyak dan gas bumi sementara pasokan sangat terbatas. 2. Meningkatnya kebutuhan energi dimana sebagian besar industri kimia adalah industri yang lahap energi. 3. Peraturan Menteri ESDM Nomor 3 Tahun 2010 : Penetapan Kebijakan Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi : a. peningkatan produksi Minyak dan Gas Bumi Nasional; b. industri pupuk; c. penyediaan tenaga listrik; d. industri lainnya. FAKTOR KUNCI 1. Alokasi Gas Bumi sebagai a) Bahan Baku b) Sumber Energi 2. Harga keekonomian Gas Bumi 22

23 KEBUTUHAN GAS BUMI SEKTOR INDUSTRI Kontrak pasokan gas untuk industri pupuk dan sebagian industri petrokimia umumnya dilakukan dengan konsorsium KKKS. Pemenuhan kebutuhan gas untuk sektor industri (diluar industri pupuk dan petrokimia) umumnya dilakukan dengan melakukan kontrak dengan perusahaan penyalur gas diantaranya PT. PGN, PT. Pertagas, dll. Kontrak pengadaan gas sebagai sumber energi tahun 2013 oleh PGN sebesar 392,70 mmscfd. Pada Tahun 2015, penggunaan gas bumi untuk industri diperkirakan mencapai 2.420,83 MMSCFD hingga 2.530,74 MMSCFD. 23

24 KEBUTUHAN GAS BUMI PER WILAYAH dalam mmscfd NO REGION ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA SELATAN, TENGAH 4 JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR KALIMANTAN TIMUR SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGAH PAPUA RIAU MALUKU SELATAN Total 2,159 2,201 2,993 3,018 24

25 Perbandingan Harga Gas alam di Beberapa Negara Industri Harga gas alam di AS turun dari 5 USD/MMBTU (Jan 2014) menjadi 2,94 USD/MMBTU (Desember 2014). Harga gas alam Asia mengacu pada impor LNG Jepang turun dari 15,5 USD/MMBTU (2014) menjadi 11,0 USD/MMBTU (2015). Harga gas alam Regional Malaysia 3,69 USD/MMBTU dan Singapura 3,94 USD/MMBTU Harga Gas untuk Industri di Indonesia 10,2 USD/MMBTU (Forum Industri Pengguna Gas Bumi). 25

26 V PEMIKIRAN ALTERNATIF DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI 26

27 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA THORIUM (PLTT) Thorium energy is a proven technology which offers to meet the world's energy demands for many centuries, at a price cheaper than coal. (itheo) 27

28 Perbandingan Harga Listrik Berbasis Thorium Dengan Sumber Energi Lainnya *LFTR Liquid Fluoride Thorium Reactor One-a-day production of 100 MW LFTRs create output $70 billion sales per year in industrial sector. (itheo) 28

29 Sumber : itheo 29

30 Combining Hydrogen (H 2) with N or C makes energy-dense liquid vehicle fuels. Ford delivered buses with hydrogenfueled internal combustion engines. Ammonia fertilizers feed the world. 30

31 THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF TUJUAN JANGKA PANJANG PENGEMBANGAN THORIUM DI INDONESIA Sumber daya thorium di Bangka-Belitung diestimasikan sebesar ton, cukup untuk pengoperasian 170 unit pembangkit listrik berbasis thorium berdaya MWe selama tahun Produksi limbah radioaktif reaktor nuklir thorium sebesar 0,8 1 ton per MWe tahun dengan umur maksimal 100 tahun (dibandingkan dengan produksi limbah radioaktif reaktor berbahan bakar uranium sebesar 20 ton per MWe tahun dengan umur hingga tahun) Limbah radioaktif reaktor berbahan bakar thorium dapat ditangani secara keseluruhan pada operasi reaktor selama usia operasi reaktor (penyimpanan limbah radioaktif jangka panjang sebagaimana pada reaktor nuklir berbahan bakar uranium tidak lagi diperlukan). Memenuhi kebutuhan energi secara mandiri dalam jangka panjang dengan mengoptimalkan sumber daya (thorium) yang ada di Indonesia Membangun kemampuan teknologi industri energi berbasis bahan bakar thorium Membangun kemampuan industri pendukung terkait (pengolahan bahan bakar torium dari front end hingga back end, industri komponen, dan industri pendukung lainnya) 31

32 VI KESIMPULAN 32

33 1. Target Pertumbuhan Ekonomi 7% 8% Salah satu faktor penting dalam pemenuhan target pertumbuhan ekonomi 7% - 8% dan sekaligus peningkatan daya saing industri adalah adanya jaminan ketersediaan bahan baku dan energi bagi industri. 2. Terobosan Dalam Pemenuhan Energi Perlunya pemikiran terobosan dalam pemenuhan energi alternatif, diantaranya pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT) LFTR. 3. Sinkronisasi Data Kebutuhan Energi Bagi Industri Diperlukan sinkronisasi perencanaan terkait kebutuhan energi bagi industri, dan diharapkan Dewan Energi Nasional dapat menjadi fasilitator antara penyedia energi dan industri sebagai pengguna energi untuk menjamin kontinuitas supply energi. 4. Rasionalisasi Harga Energi Bagi Industri Energi merupakan salah satu elemen penting dalam struktur biaya produksi industri. Diperlukan rasionalisasi harga energi bagi industri dalam rangka peningkatan daya saing industri. 5. Penyebaran Kesejahteraan Melalui Kemandirian Energi Sejalan dengan program penyebaran industri ke luar Pulau Jawa, pembangunan pusat pembangkit energi harus terus didorong ke luar Pulau Jawa dalam rangka menarik investasi dan meningkatkan kesejahteraan. 33

34 Terima Kasih 34