pembangunan (misalnya dalam Musrenbang). Oleh sebab itu, pemerintah tidak mengetahui secara tepat apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 UPAYA MEREFLEKSIKAN PREFERENSI LOKAL DALAM PENYUSUNAN PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 PREFERENSI LOKAL TERHADAP PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR

BAB IV MEKANISME PENYEDIAAN SET PELAYANAN UMUM PERKOTAAN YANG SESUAI DENGAN PREFERENSI LOCAL BUSINESS DI KOTA DEPOK

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

3.1. Kerangka Pemikiran

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

I. PENDAHULUAN. Desa menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang. Pemerintahan Daerah, merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang. fundamental dalam hubungan Tata Pemerintah dan Hubungan Keuangan,

Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi untuk menyediakan layanan dan kemampuan meningkatkan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansidapatdidefinisikan sebagai sebuahseni, ilmu (science)maupun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. bangsa kita. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus. menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, maupun kemasyarakatan maupun tugas-tugas pembantuan yang

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB 2 KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang. perimbangan keuangan antara pusat dan daerah, membawa perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran perlunya pembangunan berkelanjutan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB III DATA DAN ANALISIS

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perubahan di bidang ekonomi, sosial dan politik dalam era reformasi ini,

SKRIPSI PELAKSANAAN INFORMASI KEUANGAN DAERAH KEPADA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN APBD KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

BAB I INTRODUKSI. Bab I berisi mengenai introduksi riset tentang evaluasi sistem perencanaan

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

BAB I PENDAHULIAN. Dewasa ini, perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam terselenggaranya pemerintahan daerah yang baik. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI. Batasan Penelitian

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Desa memasuki babak baru ketika pelaksanaan UU No. 6 tahun 2014 akan segera

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2008

Bab 1 PENDAHULUAN. kepentingan rakyat dengan sebaik-baiknya guna mewujudkan aspirasi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, berisi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kesatuan yang utuh (Mahmudi, 2011). Menurut Mardiasmo (2009), keilmuan jika memenuhi tiga karakteristik dasar, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya desentralisasi atau pemberian kewenangan. pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurus sendiri daerahnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

BAB I PENDAHULUAN. keleluasaan kepada daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan. setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya.

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan desentralisasi pembangunan di Indonesia pada era otonomi daerah tidak dapat terpisahkan dari upaya perwujudan demokrasi dalam pembangunan. Sebagaimana yang ditegaskan dalam TAP MPR No. IV/MPR/2000, kebijakan otonomi daerah juga diarahkan untuk penguatan demokrasi. Melalui penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah diharapkan mampu meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk kesejahteraan masyarakat lokal. Dengan demikian, apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal sangat penting untuk diketahui oleh pemerintah daerah. Kegagalan pemerintah dalam merespon preferensi lokal akan menghambat penguatan demokrasi dan alokasi sumber daya publik menjadi tidak efektif dan tidak efisien. Pembangunan di suatu kota pada dasarnya menyangkut bagaimana upaya mengalokasikan sumber daya publik yang tersedia agar efektif dan efisien. Akan tetapi, mengingat keterbatasan sumber daya untuk pelaksanaan pembangunan tersebut, maka perlu ditetapkan apa yang menjadi prioritas pembangunan. Dalam penetapan prioritas pembangunan, preferensi lokal sangat penting untuk diketahui agar alokasi sumber daya publik menjadi lebih efektif dan efisien. Aspirasi masyarakat yang ditampung melalui Jaring Asmara, Musrenbang dan forum lainnya dalam penetapan prioritas pembangunan kota belum mencerminkan preferensi lokal yang sesungguhnya. Penetapan prioritas pembangunan kota seringkali hanya melibatkan perencana, pemerintah kota, DPRD dan tokoh masyarakat, namun tidak melibatkan seluruh anggota masyarakat lokal. Masyarakat hanya diminta menyalurkan aspirasinya melalui Jaring Asmara atau forum lainnya yang belum jelas apakah aspirasi tersebut turut dipertimbangkan atau tidak sehingga validitasnya masih dipertanyakan. Selain itu, belum seluruh anggota masyarakat turut berpartisipasi dalam proses perencanaan

2 pembangunan (misalnya dalam Musrenbang). Oleh sebab itu, pemerintah tidak mengetahui secara tepat apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal terhadap prioritas pembangunan kota. Karakteristik kota sebagai tempat terkonsentrasinya penduduk dengan beragam keinginan atau kepentingan, beragam aktivitas, dan berbagai latar belakang ekonomi dan budaya menjadi salah satu tantangan bagi pemerintah kota dalam mengambil kebijakan yang dapat merefleksikan preferensi dan keinginan masyarakat lokal. Akan tetapi, hal yang sangat fundamental yaitu masyarakat seharusnya mendapatkan apa yang mereka inginkan, harus dijadikan dasar pertimbangan dalam menyusun prioritas pembangunan kota. Dengan demikian, prioritas pembangunan yang tepat seharusnya merefleksikan preferensi masyarakat lokal. Dengan mengetahui preferensi lokal secara tepat, penyediaan barang dan jasa publik juga akan efektif dan efisien. Secara teoritis, efisiensi dan efektivitas dalam penyediaan barang dan jasa publik dapat tercapai apabila preferensi individu dan preferensi lokal (kolektif) teridentifikasi secara tepat. Kinerja pemerintah kota selanjutnya dapat diukur dari besarnya peningkatan kesejahteraan masyarakat kota melalui penyediaan barang dan jasa publik tersebut. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari kemampuan pemerintah untuk mengidentifikasi preferensi lokal terhadap prioritas pembangunan kota. Kota Bandung mengalami perkembangan yang sangat pesat dan kompleks dalam berbagai aspek kehidupan, yaitu aspek sosial, aspek ekonomi, dan juga aspek pemanfaatan ruang. Akan tetapi, masih sering ditemukan kendala dalam pelaksanaan pembangunan atau implementasi kebijakan pembangunan di Kota Bandung. Kendala ini dapat dilihat misalnya dalam hal sulitnya menegakkan peraturan daerah yang diberlakukan, banyaknya proyek pembangunan di Kota Bandung yang tidak mendapat dukungan dari masyarakat seperti dalam hal pembebasan lahan untuk pembangunan mal, masih sering ditemui konflik antar stakeholder pembangunan, dsb. Dinamika perubahan Kota Bandung yang begitu cepat kurang diimbangi dengan pengembangan kebijakan dan pengelolaan pembangunan kota yang respon

3 terhadap kebutuhan dan preferensi lokal. Kota Bandung masih saja harus menghadapi masalah pembangunan yang kompleks. Masalah tersebut diantaranya adalah memburuknya fungsi fasilitas publik, masalah kemacetan, masalah PKL, masalah lingkungan hidup, masalah hilangnya bangunan-bangunan tua yang merupakan aset berharga yang menjadi identitas kota, kondisi sosial yang timpang, dsb. Oleh karena itu, ingin dikaji secara akademis apa yang sebenarnya menjadi prioritas pembangunan Kota Bandung menurut preferensi lokal. Dengan mengacu pada prioritas pembangunan tersebut, diharapkan implementasi kebijakan pembangunan mendapat dukungan dari seluruh segmen masyarakat di Kota Bandung dan alokasi sumber daya publik menjadi lebih efektif dan efisien. Penelitian mengenai preferensi lokal sebelumnya pernah dilakukan dalam penelitian FTSP ITB 2004 dan Program Riset ITB 2006 oleh Johnny Patta, namun penelitian tersebut difokuskan pada preferensi lokal terhadap penyediaan pelayanan umum dengan mengambil kasus kota-kota di Jabodetabek dan Kota Depok (Johnny Patta 2004, 2006). Penelitian yang akan dilakukan difokuskan pada preferensi local resident dan local business terhadap prioritas pembangunan Kota Bandung. Hal ini didasari oleh pertimbangan bahwa secara garis besar, segmen masyarakat Kota Bandung terdiri dari resident dan business. Kedua segmen masyarakat tersebut pada dasarnya mempunyai orientasi yang berbeda dalam pembangunan. Oleh karena itu, ingin dilihat preferensi local resident maupun local business terhadap prioritas pembangunan Kota Bandung sehingga dapat disusun prioritas pembangunan yang mengakomodasi preferensi kedua segmen masyarakat tersebut. 1.2 Rumusan Persoalan Hingga saat ini, prioritas pembangunan kota disusun tanpa mengetahui apa yang sebenarnya menjadi preferensi atau keinginan seluruh anggota masyarakat lokal. Hal ini menjadi salah satu faktor penyebab sulitnya mengimplementasikan kebijakan atau program pembangunan yang dibuat berdasarkan prioritas yang

4 telah disusun. Tanpa mengetahui preferensi lokal dengan baik, pemerintah tidak dapat merespon preferensi lokal secara tepat. Akibatnya, pelaksanaan pembangunan masih sering menghadapi kendala berupa tidak adanya dukungan dari masyarakat dan alokasi sumber daya publik menjadi tidak efektif dan tidak efisien. Kota Bandung yang telah mengalami pertumbuhan yang begitu cepat juga masih menghadapi kendala yang serupa. Masalah pembangunan di Kota Bandung juga semakin kompleks dengan beragamnya preferensi antar stakeholder yang terkait dengan pembangunan kota. Oleh sebab itu, perlu diketahui apa yang sebenarnya menjadi preferensi lokal (resident dan business) terhadap prioritas pembangunan sehingga dapat terefleksikan dalam penyusunan prioritas pembangunan Kota Bandung. Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah Bagaimana sebenarnya preferensi local resident dan local business terhadap prioritas pembangunan Kota Bandung dan bagaimana merefleksikan preferensi tersebut dalam penyusunan prioritas pembangunan Kota Bandung? 1.3 Tujuan dan Sasaran Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji preferensi local resident dan local business terhadap prioritas pembangunan dan merefleksikan preferensi tersebut dalam penyusunan prioritas pembangunan Kota Bandung. Tujuan penelitian ini juga berkaitan dengan upaya pengembangan keilmuan di KK (Kelompok Keilmuan) Pengelolaan Pembangunan dan Pengembangan Kebijakan - SAPPK ITB. Dengan mengetahui preferensi lokal dan merefleksikannya dalam penyusunan prioritas pembangunan, maka sasaran alokasi sumber daya publik yang efektif dan efisien dapat tercapai. Upaya implementasi prioritas pembangunan juga mendapat dukungan dari local resident dan local business. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi lingkup materi dan lingkup wilayah, seperti yang diuraikan berikut ini.

5 1.4.1 Lingkup Materi Lingkup materi dalam penelitian ini meliputi preferensi local resident dan preferensi local business terhadap prioritas pembangunan Kota Bandung. Prioritas pembangunan Kota Bandung yang dimaksud adalah bidang pembangunan yang menempati urutan yang paling penting dalam pengalokasian dana yang meliputi : 1. pembangunan sumber daya manusia (kependudukan dan sosial budaya) 2. pembangunan ekonomi 3. pembangunan perumahan dan permukiman 4. pembangunan transportasi 5. pembangunan sistem jaringan jalan 6. pembangunan fasilitas umum/sosial 7. pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup 1.4.2 Lingkup Wilayah Lingkup wilayah studi dalam penelitian ini adalah Kota Bandung yang mencakup: 1. penduduk yang memiliki hak sebagai voter, bertempat tinggal menetap dan terdaftar di Dinas Kependudukan Kota Bandung 2. usaha bisnis di Kota Bandung yang terdaftar di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung Peta wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 1.1. 1.5 Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan mix research methods. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari desk study dan survey research. Pendekatan studi yang digunakan dalam desk study maupun survey research yakni pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk lingkup materi yang sifatnya terukur. Sedangkan pendekatan kualitatif mengedepankan penggalian informasi yang mendalam dari sumber-sumber informasi untuk lingkup materi yang sifatnya tidak terukur.

6 Dalam desk study, dilakukan kajian literatur yang menjadi landasan penelitian. Kajian literatur mencakup pembahasan mengenai desentralisasi dan demokratisasi pembangunan di Indonesia, teori kebijakan mikroekonomi, public choice theory, public finance dan local preference. Selanjutnya, dilakukan pengumpulan data sekunder untuk memperoleh daftar populasi resident dan business di Kota Bandung dan untuk mengetahui karakteristik populasi tersebut serta kondisi pembangunan di Kota Bandung. Desk study juga dilakukan untuk penyusunan kuesioner yang tepat, melalui pemahaman teori dan konsep yang benar. Survey research dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada responden resident dan business di Kota Bandung. Kuesioner tersebut disebarkan kepada 100 responden local resident yang dipilih secara acak proporsional pada setiap wilayah pengembangan Kota Bandung. Selain itu, kuesioner disebarkan kepada 20 responden local business yang dipilih secara acak sederhana. Selanjutnya, hasil pengumpulan data primer diolah dan dianalisis. Analisis yang dilakukan meliputi analisi statistik deskriptif, analisis statistik inferensi analisis statistik preferensi, dan analisis kualitatif. Analisis yang dilakukan juga mengacu pada teori yang terkait. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.2.

7

8 Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Sumber : Analisis, 2007

9 1.6 Sistematika Pembahasan Pembahasan dalam studi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut : BAB 1 PENDAHULUAN Bagian ini mencakup latar belakang, rumusan persoalan, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup penelitian yang meliputi lingkup materi dan lingkup wilayah, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan. BAB 2 KAJIAN LITERATUR Bab ini berisi kajian literatur yang digunakan dalam penelitian, meliputi preferensi lokal dalam demokratisasi dan desentralisasi pembangunan kota, studi-studi mengenai preferensi lokal, dan preferensi lokal dalam konteks pembangunan kota di Indonesia. BAB 3 PREFERENSI LOKAL TERHADAP PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG Bab ini menjelaskan survey preferensi lokal dan bagaimana preferensi local resident dan local business terhadap prioritas pembangunan Kota Bandung. BAB 4 UPAYA MEREFLEKSIKAN PREFERENSI LOKAL DALAM PENYUSUNAN PRIORITAS PEMBANGUNAN KOTA BANDUNG Bab ini menguraikan bagaimana penyusunan prioritas pembangunan kota pada era otonomi daerah dan mekanisme dalam merefleksikan preferensi lokal terhadap prioritas pembangunan Kota Bandung. BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini memaparkan hasil temuan studi, kesimpulan dan rekomendasi untuk pengembangan kebijakan pembangunan Kota Bandung. Dalam bab ini juga dipaparkan kelemahan studi dan usulan untuk studi selanjutnya.