4.6 G. ANAK RANAKAH, Nusa Tenggara Timur

dokumen-dokumen yang mirip
4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur

4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur

G. BUR NI TELONG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku

Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 3 No. 2 Agustus 2012:

Telepon: , , Faksimili: ,

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

Jenis Bahaya Geologi

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

: Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api. Kab. Karangasem, Pulau Bali. Ketinggian : 3014 m di atas muka laut setelah letusan 1963

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah

6.8. G. KARANGETANG, P. Siau Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

G. TALANG, SUMATERA BARAT

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur

G. SUNDORO, JAWA TENGAH

4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur

5.3. G. WURLALI, Kepulauan Banda, Maluku

BERITA GUNUNGAPI APRIL - JUNI 2008

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Panas Bumi (Geothermal) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

7.1. G. DUKONO, Halmahera, Maluku Utara

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

4.19. G. ILI WERUNG, Nusa Tenggara Timur

4.11. G. KELIMUTU, Nusa Tenggara Timur

TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Beda antara lava dan lahar

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

Bab II Tatanan Geologi Daerah Penelitian

BADAN GEOLOGI - ESDM

7.3. G. GAMALAMA, P. Ternate, Maluku Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TATANAN GEOLOGI

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGENALAN. Irman Sonjaya, SE

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

6.3. G. SOPUTAN, Sulawesi Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Kelud merupakan salah satu gunung api aktif yang ada di

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

4.6 G. ANAK RANAKAH, Nusa Tenggara Timur Kubah Lava G. Anak Ranakah (dok. PVMBG) KETERANGAN UMUM Nama Lain : Namparnos Type : Strato Lokasi a. Geografis : 8 36 22 LS dan 120 32 13 BT b. Administratif : Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur Ketinggian : ± 2247,5 m dpl Kota Terdekat : Ruteng Tipe Gunungapi : Strato Pos Pengamatan : Desa Waerii, Kab. Manggarai, Ruteng 86551 - NTT Posisi Geografis : 08 o 36 42,84 LS, 120 o 30 06,90 BT (1300 m dpl)

Peta Lokasi G. Anak Ranakah, Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur PENDAHULUAN Cara Mencapai Puncak Untuk mencapai puncak gunungapi Anak Ranakah, dari Ruteng (ibukota kabupaten Manggarai) dapat kita gunakan kendaraan roda 4 melalui kampung Robo (Pos PGA Ranakah) sampai puncak Gunung Ranakah (Tower Telkom), kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki selama lebih kurang 45 menit kita akan sampai di kubah G. Anak Ranakah (gunungapi aktif saat ini). Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi Bahan galian C yang digunakan sebagai bahan bangunan merupakan sumberdaya gunung Anak Ranakah yang selama ini sudah biasa di tambang oleh masyarakat setempat, yaitu pasir dan batu yang berasal dari endapan awan panas dan lava. Serta energi panas bumi yang berlokasi di Ulumbu/Pocok Leok yang akan digunakan sebagai sumber energi untuk pembakitan tenaga listrik dengan potensi terduga sekitar 200 MWe yang dikelola oleh Pertamina. Wisata G. Anak Ranakah dan sekitarnya merupakan gunungapi yang menarik bagi para wisatawan domestik atau mancanegara, karena G. Anak Ranakah merupakan salah satu bentuk kerucut dari rangkaian kerucut ditepi kaldera Pocokleok, sehingga membentuk sebuah panorama alam yang sangat indah, juga didukung oleh udaranya yang segar dan lingkungannya yang masih tradisional.

SEJARAH KEGIATAN GUNUNGAPI Aktifitas vulkanik gunungapi ini menjadi menarik sejak lahirnya G. Anak Ranakah yang diawali oleh letusan yang terjadi pada 28 desember 1987. Sebelum terjadi letusan ini, tidak ada rekaman sejarah mengenai aktifitas letusannya. Letusan yang terjadi pada 28 desember 1987 berupa letusan freatik yang diawali oleh getaran gempa bumi dan disusul oleh kepulan asap yang mencapai ketinggian antara 3.000-4.000 meter diatas titik letusan, abu letusan paling tebal diendapkan disekitar lubang letusan dan menyebar kearah timur hingga mencapai Rana Mese yang berjarak sekitar 3 km dari lubang letusan. Letusan awal ini menembus batuan penutup sehingga memberi jalan untuk keluarnya magma naik kepermukaan. Sampai dengan 3 januari 1988 telah terjadi 17 kali letusan kuat dan 200 kali letusan lemah. Pada 9 januari 1988 terlihat adanya sinar api yang cukup terang, hal ini menunjukkan adanya magma yang naik kepermukaan bumi melalui lubang letusan, pada 10 januari 1988 kubah lava G. Anak Ranakah dapat dilihat dengan jelas berwarna abu-abu kehitaman. Pada 11 januari 1988 terjadi letusan besar dengan ketinggian asap sekitar 8.000 m yang disertai luncuran aliran awan panas menuju Wae Reno dan Wae Teko disebelah utara gunungapi tersebut. Pada 17 januari 1988, kubah lava sudah mempunyai ketinggian 100 m dengan panjang lidah lavanya di sungai Wae Reno sekitar 600 m. Hasil pengukuran tim vulkanologi pada 21 januari 1988, kubah lava mempunyai volume 5 juta m3, sedangkan volume seluruh hasil erupsi G. Anak Ranakah tersebut sekitar 9 juta m3. Pada bulan Agustus 1988 volume kubah lava mencapai 18,8 juta m3. Akibat adanya destabilisasi yang disebabkan gravitasi dan juga dorongan dari gerakan magma dari dalam perut gunungapi tersebut menyebabkan sering terlihat adanya longsoran dan diikuti oleh terbentuknya aliran awan panas yang menuju Wae Reno dan Wae Teko; dipicu oleh adanya hujan pada saat itu, tumpukan material gunungapi telah membentuk aliran lahar, aliran lahar yang terbentuk ini menerjang dan merusak jembatan Wae Teko dan Wae Reno. Karakter Letusan G. Anak Ranakah merupakan gunungapi aktif termuda di Indonesia, meletus pada tanggal 28 desember 1987, kelahirannya sangat mengagetkan para ahli

kegunungapian pada saat itu, karena sebelumnya tidak ada catatan sejarah letusannya. Periode letusannya belum diketahui, karena letusan pertama yang diketahui hanya pada tahun 1987 dan sampai saat ini belum meletus kembali, sampai saat ini G. Anak Ranakah tidak pernah mengalami peningkatan aktivitas. Berdasarkan data kegempaan, jarang sekali gempa yang terekam, baik gempa tektonik maupun gempa vulkanik. GEOLOGI Morfologi Komplek G. Mandasawu Ranakah, secara geomorfologi dapat dibagi menjadi satuan morfologi yang berelief halus sampai sedang, sedang sampai kasar, kubah lava dan maar. Kenampakan dari morfologi berelief halus sampai sedang sebagian besar terlihat di sekitar kota Ruteng sampai dengan lereng lereng di utara G. Golongtede, timur laut G. Tadowolok dan sekitar Lao. Morfologi sedang sampai kasar mulai terlihat sejak keluar dari kota Ruteng ke arah utara dan timur. Jajaran kubah lava tampak sejak dari puncak Mandasawu Anak Ranakah terus ke arah barat mencapai Pocok Likang. Sementara itu terdapat pula lebih kurang 16 buah maar yang menempati garis lemah sejak dari Mao Ranamese sampai ke arah barat melalui Pocok Mansawu Ranakah. Morfologi dataran hampir tidak nampak, terkecuali jauh ke arah selatan kompleks Mandasawu Ranakah. Stratigrafi G. Anak Ranakah terletak di lereng utara dan merupakan bagian dari rangkaian kubah lava yang berjejer konsentris disekitar kaldera gunungapi purba Pocok Leok, Gunung Anak Ranakah merupakan kubah lava termuda. Batuan komplek G. Ranakah didominasi oleh lava, sebagian kecil awanpanas dan guguran vulkanik, sedangkan Gunung Anak Ranakah berbentuk kubah lava. Sumber magma komplek G. Ranakah adalah dangkal dan batuannya berupa andesit dari seri alkalikapur. Kubah Gunung Anak Ranakah dipermukaannya berupa bongkah-bongkah besar, mempunyai warna abu-abu, pada akhir tahun 1988 terlihat kepulan asap yang sangat lemah keluar dari beberapa bagian kubah.

Berdasarkan hasil analisa umur batuan berdasarkan charcoal radiocarbon dating dari endapan awan panas yang ada di komplek gunung Ranakah diperoleh umur 14.570 +320 tahun. Umumnya lava-lava komplek Gunung Ranakah telah mengalami ubahan/alterasi dengan derajat ubahan yang bervariasi. Secara petrografis, berdasarkan tekstur dan komposisi mineraloginya, batuan kompleks G. Ranakah dapat dikelompokkan menjadi: Andesit Piroksen batuan ini merupakan batuan G. Ranakah, mempunyai tekstur porfiritik, phenokris terdiri dari plagioklas sekitar (50 %) mempunyai bentuk prismatik panjang euhedral - anhedral, piroksen (15 %), mineral berat magnetit berbentuk (5 %), tertanam pada masa dasar berupa mikrolit plagioklas dan piroksen yang mempunyai bentuk menjarum, mineral berat dan gelas (30 %). Terlihat adanya struktur lubang gas yang halus / lubang-lubang kecil. Dari pengamatan sayatan pipih menunjukkan bahwa kristalisasi mineral pada contoh batuan ini cukup sempurna yang menunjukkan waktu penghabluran relatif perlahan-lahan. Dari bentuk mineralnya, dapat kita lihat ada dua generasi, generasi pertama terbentuk (kemungkinan dari magma yang berbeda), mineralnya berbentuk tidak sempurna, terlihat adanya korosi dan reaksi tepi, hal ini akibat adanya pengaruh dari magma yang mengalir kemudian. Generasi kedua mempunyai bentuk yang sempurna. Andesit piroksen - hornblende merupakan batuan tua (pra letusan 28 desember 1987) dan juga kubah lava baru (G. Anak Ranakah), secara mikroskopis memperlihatkan tekstur porfiris dengan mineral utama terdiri dari plagioklas (50 %), piroksen (20 %), hornblende (10 %), mineral berat magnetit (4 %), semua mineral tersebut tertanam pada masa dasar yang dibentuk oleh mikrolit-mikrolit dari mineral yang sama dan gelas. Batuannya mempunyai struktur sarang tawon yang terbentuk oleh aktifitas gas dari aliran magma yang masih bergerak. Terdiri dari dua generasi, generasi pertama mineral - mineral yang lebih dahulu terbentuk; mineral-mineral ini setelah mengalami kristalisasi, kemudian terbawa oleh aliran magma yang baru (yang mengalir kemudian), yang dicirikan oleh terganggunya bentuk mineral yang asli (euhedralsempurna) pada bagian tepinya mengalami korosi (reaksi tepi) yang kuat, pada bagian yang terkorosi sering dijumpai mineral-mineral baru yang berbeda atau yang sama dengan mineral yang bersangkutan. Generasi kedua mineral-mineral yang

pada mulanya mempunyai bentuk tidak sempurna (subhedral - anhedral), berbentuk tidak beraturan, mineral ini terbentuk dengan waktu relatif singkat untuk mencapai keseimbangan baru akibat adanya desakan magma baru. Andesit Hornblende - Biotit, Batuan ini merupakan bagian dari tubuh G. Ranakah (pra letusan 28 desember 1987), mempunyai tekstur porfiris dengan susunan mineralogi penokris terdiri dari plagiklas (50 %), hornblende (15 %), biotit (10 %), piroksen (7 %), mineral bijih sangat jarang (1-2 %); mineral - mineral penokris tertanam pada masa dasar mikrolit-mikrolit plagioklas, piroksen dan gelas (20 %). Dari bentuk mineralnya, dapat kita lihat juga bahwa dalam batuan ini terdapat dua generasi, generasi pertama (mungkin dari sumber magma yang berbeda), pada awalnya mempunyai bentuk sempurna (euhedral); akibat adanya gangguan kesetimbangan oleh cairan magma baru, mineralnya mengalami ubahan, terlihat adanya lubang-lubang korosi dan reaksi tepi. Dapat kita lihat juga secara mikroskopis, bahwa pada batuan ini ada inklusi batuan yang mempunyai komposisi basaltis. Generasi kedua, mineral fenokrisnya (plagioklas, hornblende, piroksen dan magnetit) mempunyai bentuk anhedral - euhedral; dan mikrorit-mikrolitnya mempunyai bentuk prismatik pendek dan berasosiasi dengan masa dasar gelas. GEOFISIKA Kegempaan Pemantauan kegempaan / seismik G.Anak Ranakah dilakukan dari stasiun seismik yang terletak di lereng utara G. Anak ranakah, dengan menggunakan seismograf Hosaka sistem kabel, namun sejak tanggal 22 Februari 2007, untuk memudahkan pemantauan, lokasi stasiun seismik dipindahkan ke lokasi baru pada posisi geografis 08 o 37 14,1 LS, 120 o 31 9.4 BT, ketinggian 1615 m dpl dengan menggunakan sistem telemetri.

8 o 35 U G. Anak Ranakah 8 o 40 121 o 30 121 o 37.5 Lokasi pos dan seismometer G. Anak Ranakah Sejak letusan pertamanya pada awal tahun 1988, sampai saat ini G. Anak Ranakah tidak pernah mengalami peningkatan aktivitas, berdasarkan data kegempaan, jarang sekali terekam adanya gempa baik gempa tektonik maupun gempa vulkanik. GEOKIMIA Kimia Batuan Analisa kimia total batuan telah dilakukan terhadap beberapa contoh batuan G. Ranakah yang mewakili, hasil analisa menunjukkan bahwa batuan komplek G. Ranakah mempunyai komposisi kimia yang hampir sama, yaitu andesit yang bersifat kalsik yang berasal dari seri magma alkalikapur (calc - alkaline suite). Dari hasil analisa elemen major batuan total, mempunyai kandungan SiO2 sekitar 60-62 %; kandungan Al2O3 cukup tinggi sekitar 15-18 %, hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi fraksinasi mineral plagioklas; kandungan Fe2O3 dan MgO cukup tinggi, mineral magnetit dan clinopiroksen merupakan fase penting dalam fraksinasi. Tingginya kandungan Al2O3, Cao dan Na2O menunjukkan bahwa plagioklas cukup dominan dalam batuan. Variasi kandungan mineral piroksen antara 7-20 % secara petrografis berhubungan dengan adanya variasi unsur-unsur FeO, MgO dan juga CaO. TiO2 muncul antara 0,54-0,93 %, hal ini menunjukkan bahwa pada batuan komplek G. Ranakah ada variasi kandungan mineral-mineral Fe-Ti oksida. Komposisi mineralogi maupun kimia total dari batuannya menunjukkan kemiripan, sehingga dapat diduga bahwa batuannya berasal dari sumber magma mempunyai

kedalaman yang hampir sama, menurut peneliti terdahulu kedalaman magma berkisar antara 127-167 km. MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Sistem Pemantauan Visual Sampai saat ini pemantauan secara visual terus dilakukan baik dari Pos PGA maupun melakukan pemeriksaan secara langsung pada kubah lava secara periodik. Dari Pemeriksaan kubah lava yang dilakukan pada tanggal 22 Februari 2007, asap Solfatara terlihat berwarna putih tipis dengan tinggi asap ± 1-5 meter, tekanan gas lemah sedang dan tercium bau belerang lemah sedang dan vegetasi di sekitar kubah lava tumbuh subur. Seismik Sejak terjadinya aktifitas letusan pada G. Ranakah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah memasang alat pemantau kegempaan (seismometer) yang berlokasi di kampung Robo yang berjarak sekitar 6,5 km dari titik aktifitas, dengan posisi geografis 08 o 37 14,1 LS, 120 o 31 9.4 BT, ketinggian 1615 m dpl. Peralatan yang sekarang digunakan adalah seismograf tipe VR-60 (Hosaka) dan seismometer tipe L4C yang dipancarkan menggunakan sistem telemetri. KAWASAN RAWAN BENCANA Untuk memperkecil terjadinya korban jiwa dan kerugian harta benda akibat meletusnya G. Anak Ranakah, maka dilakukan upaya mitigasi. dengan dibuatnya peta daerah bahaya sementara. Terlihat pada peta tersebut bahwa kecenderungan daerah terancam bahaya berada dibagian utara dan selatan G. Anak Ranakah.

Peta daerah bahaya G. Anak Ranakah, NTT Daerah paling bahaya adalah daerah yang harus tetap dikosongkan. Daerah bahaya adalah daerah dimana penduduk harus siap mengungsi bila kegiatan gunungapi meningkat. Daerah waspada adalah daerah dimana penduduk harus waspada terhadap bahaya letusan. DAFTAR PUSTAKA Abdurachman E.K., Hendrasto M., Irianto, Kadarsetia E., 1988, Laporan pemetaan kompleks Mandosawu - Ranakah - Flores Barat - NTT, Direktorat Vulkanologi. Bemmelen R.W., Van, 1949, Geology of Indonesia, vol. IA, Martinus Nyhoff The Hague. Katili J.A. dan Sudradjat A., 1988, Lahirnya Bayi Gunungapi di Flores, Majalah Bulanan ASRI. Katili J.A. dan Sudradjat A., 1988, Yang langka, Lahirnya Bayi Gunungapi Anak Ranakah, Flores. Kushendratno, dkk., 2007, Laporan Pemantauan G. Anak Ranakah, Pusat Vulknologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Rohi. W., 1992, G. Anak Ranakah, Berita Berkala Vulkanologi - Edisi Khusus, Dit. Vulkanologi, no. 178. 9 hal. Sjarifudin M. Z. dan Rakimin, 1989, Petrokimia batuan komplek G. Mandosawu (letusan Anak Ranakah 28-12-1987 s/d 19-1-1988) Flores, Nusa Tenggara Timur, Direktorat Vulkanologi, 34 hal. Sobana dan Agus Karim, 1988, Situasi Pengukuran Kubah Lava Gunung Anak Ranakah - Flores Barat - Nusa Tenggara Timur, Laporan Kegiatan Seksi Pemetaan Topografi dan Pengukuran Deformasi, Sub Dit Pemetaan Gunungapi, Direktorat Vulkanologi, Bandung. Sriwana T., 1994, Geochemistry of the volcanoes of Flores, Lesser Sunda islands, Indonesia (thesis MSc.), Utrecht University - The Netherlands, 70 hal. + lampiran. Rohi W.E, dkk., 1995, Laporan Pengumpulan Data Informasi G. Anak Ranakah, Direktorat Jenderal Geologi Dan Sumber Daya Mineral, Bandung.