PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN (1): MENCERMATI PENGELOLAAN ANGGARAN KEMENDIKBUD DAN PAREKRAF

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan

INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN KESENIAN DAN PERFILMAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2014

Program LAYANAN KEBUDAYAAN

KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di bidang kebudayaan.

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU

2 diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan

Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEBIJAKAN PROGRAM DAN ANGGARAN DITJEN KEBUDAYAAN TAHUN 2016

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010

VII. URUSAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RETENSI KETERANGAN JENIS / SERIES ARSIP

4. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan daerah mengenai kerja sama luar negeri di bidang kebudayaan skala daerah.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Belanja Pegawai. Bantuan Sosial. kdindex kode uraian. jumlah nmsdana vol

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh: Direktur Jenderal Kebudayaan Prof. Kacung Marijan, MA, Ph.D.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 T E N T A N G

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Kebijakan Bidang Kebudayaan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 69 TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kebudayaan, Pariwisata Kepemudaan dan Olah Raga Kota Madiun

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN BIDANG KEBUDAYAAN

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 35 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. No.1486, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Indonesia. Warisan Budaya Takbenda. Pelaksanaan.

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penganut NPM karena sesuai dengan semangat NPM untuk meningkatkan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN

KEBUDAYAAN. Budaya Benda (Tangible) Budaya Takbenda (Intangible)

KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR: PM.47/HK.001/MKP/2008 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESENIAN KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEGIATAN TAHUN 2015 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 362,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 27,237,852, BELANJA LANGSUNG 68,883,169,000.00

2016, No Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 200

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN TENTANG

PERENCANAAN PENGELOLAAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YME DAN TRADISI PADA DIREKTORAT KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YME DAN TRADISI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM.07/HK.001/MPEK/2012

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

RENCANA ANGGARAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI 2018 (PROGRAM, SASARAN DAN INDIKATOR) 12

KEGIATAN TAHUN 2015 & RENCANA KEGIATAN TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 7 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 358,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 24,813,456, BELANJA LANGSUNG 83,453,407,405.00

PERMASALAHAN BELANJA BANTUAN SOSIAL DI LINGKUNGAN KEMDIKBUD. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 12 Maret 2014

BERITA NEGARA. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2013 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 83 TAHUN 2013 TENTANG

PENGELOLAAN KOMUNITAS ADAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. Jakarta, Agustus 2015 Sekretaris Direktorat Jenderal, Abdul Madjid

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 225/PMK.05/2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM TAHUN ANGGARAN 2014

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 225/PMK.05/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN SOSIAL UNTUK KOMUNITAS BUDAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian

Bandar Lampung, Desember 2015 KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI LAMPUNG,

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN (1): MENCERMATI PENGELOLAAN ANGGARAN KEMENDIKBUD DAN PAREKRAF KOALISI SENI INDONESIA

PENDAHULUAN Sektor kebudayaan sebagai kesatuan kerangka pembangunan nasional hingga sampai saat ini belum mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dalam hal kebijakan dan infrastruktur. Penyelenggaraan aktivitas seni budaya oleh masyarakat yang berbentuk organisasi maupun komunitas adat masih menyisakan masalah di lapangan seperti kesulitan mengakses fasilitas, regulasidan perlindungan hukum, 1) serta siasat keberlangsungan organisasi melalui swasembada pribadi. Permasalahan tersebut menggambarkan bahwa lingkungan infrastruktur di bidang seni budaya belum optimal dan belum mewadahi besar potensi keseniannya. Seni budaya tidak lepas dari sistem regulasi negara, yakni kementerian. Tugas kementerian secara umum adalah membidani bidang-bidang tertentu dengan mencanangkan visi dan misi demi tercapainya pembangunan bidang yang merata. Di bidang seni budaya, kementerian yang mengemban tugas tersebut jatuh kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf). Secara garis besar, kedua kementerian tersebut berlaku sebagai lembaga induk pengelola dan pembuat kebijakan kebudayaan di Indonesia. 1) Hambatan penyelenggaraan kesenian dalam Kajian Kerangka Hukum Untuk Kegiatan Kesenian dan Kebudayaan oleh Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2009, hal. 33-35 Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 01

PENDAHULUAN Salah satu instrumen penting untuk melihat strategi dan arah pengembangan seni budaya Kemendikbud dan Parekraf adalah pembacaan anggaran di kedua kementerian. Menurut Glenn A Welsch (2000), anggaran berkaitan dengan fungsi-fungsi dasar manajemen yang meliputi perencanaan, pengkoordinasian, dan pengawasan suatu unit organisasi. Anggaran dipakai sebagai sumber daya dalam pelaksanaan aktivitas dan rencana kerja yang telah ditetapkan selama periode setahun. Dengan kata lain, anggaran suatu kementerian berlaku sebagai proyeksi tata pemerintahan atas pelayanannya kepada masyarakat luas. Pengkajian anggaran Kemendikbud dan Parekraf pun dapat menggambarkan kerangka, peruntukkan, falsafah manajemen, dan landasan operasional program-program kerja tahunan yang berhubungan dengan tujuan strategis di kedua kementerian tersebut. Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 02

PENDAHULUAN Penelitian ini mengambil studi kasus APBN Kementerian/Lembaga antara tahun 2012-2013 dari Kemendikbud dan Parekraf. Pemilihan periode dua tahun terakhir tersebut dilatarbelakangi oleh terjadinya perubahan struktur kementerian atas hasil reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 18 Oktober 2011, yang berujung pada pembentukan strategi dan arah kebijakan di bidang seni budaya hingga sekarang. Kementerian Pendidikan Nasional berubah nama menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Budaya dan Pariwisata berubah nama menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Melalui perubahan tersebut, terjadi perpindahan mendasar atas fungsi, tugas, dan kebijakan induk pada masing-masing kementerian, tak terkecuali alokasi anggaran. Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 03

PENDAHULUAN Secara khusus, penelitian ini akan memaparkan dua hal. Pertama, menggambarkan daya kapital (budget estimates) Kemendikbud dan Parekraf untuk pengembangan seni budaya dan kedua, mencermati kinerja Kemendikbud dan Parekraf melalui instrumen anggaran dalam dua tahun terakhir. Data yang dipakai berasal dari DIPA K/L (Daftar Isian Perencanaan Anggaran Kementerian/Lembaga) dan Audit BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) di tahun yang bersangkutan. Paper Pembangunan Kebudayaan: Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf merupakan wacana pembuka dari rangkaian penelitian Koalisi Seni Indonesia mengenai kajian anggaran dengan tujuan melihat orientasi kebijakan kebudayaan nasional. Diharapkan paper ini dapat digunakan sebagai alat pemantau kinerja pemerintah dan mendorong perbaikan pengelolaan anggaran dan kebijakan di sektor seni budaya. Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 04

Fase Transisi dan Manajemen Birokrasi Nomenklatur Kemendikbud dan Parekraf dicatat dalam PerPres No. 92/2011 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara. Perubahan dalam struktur Kemendikbud terletak pada kehadiran dua wakil menteri, yakni Wakil Menteri Pendidikan dan Wakil Menteri Kebudayaan (Pasal 433A), serta pembentukan Direktorat Jenderal Kebudayaan di tataran Eselon I (Pasal 436). Sementara Parekraf menambah dua pejabat Eselon I setingkat Direktorat Jendral, yakni Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya yang menggantikan Ditjen Nilai Budaya, Seni, dan Film, serta Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang menggantikan Ditjen Sejarah dan Purbakala (Pasal 500). Setelah peresmian nomenklatur pada 21 Desember 2011, APBN K/L 2012 Kemendikbud dan Parekraf yang diatur dalam UU No. 22/2011 turut mengalami penyesuaian. Hal tersebut jatuh pada alokasi anggaran yang akan diberlakukan setelah pembentukan struktur organisasi baru dan konsolidasi laporan keuangan antar dua kementerian. Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 05

Fase Transisi dan Manajemen Birokrasi Perubahan tataran Eselon I dengan satu Ditjen baru di Kemendikbud dan dua Ditjen baru di Parekraf menimbulkan permasalahan administrasi dan pembagian birokrasi. Pengembangan sektor kebudayaan yang dahulu dikelola oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata kini diganti menjadi Parekraf berpindah ke Kemendikbud. Salah satu contohnya adalah pengelolaan cagar budaya, museum, dan warisan budaya lain yang merupakan aset tetap negara berpindah menjadi di bawah kewenangan Kemendikbud. Ditjen Sejarah dan Purbakala di Parekraf kemudian dihilangkan dan diganti dengan pembentukan direktorat-direktorat bersifat sejenis di Ditjen Kebudayaan Kemendikbud, antara lain Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya dan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. DITJEN KEBUDAYAAN SETDITJEN UPT(BPCB, BPNB, MUSEUM NASIONAL DAN MUSEUM KHUSUS) DIREKTORAT PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN DIREKTORAT PEMBINAAN KESENIAN DAN PERFILMAN DIREKTORAT PEMBINAAN KEPERCAYAAN THDP TUHAN YME DAN TRADISI DIREKTORAT SEJARAH DAN NILAI BUDAYA DIREKTORAT INTERNALISASI NILAI DAN DIPLOMASI BUDAYA Bagan - Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 06

Fase Transisi dan Manajemen Birokrasi Masa transisi ini memakan waktu yang tidak sedikit dan menimbulkan permasalahan mendasar. Berdasarkan LK BPK 2012 terdapat kelemahan sistem pengendalian internal, seperti tidak tertibnyapencatatan dan pelaporan aset, serta terbengkalainya inventarisasi fisik (stock opname) sejumlahsatker di direktorat lama hingga akhir tahun. Hal ini kemudian berdampak pada alokasi anggaran untuk masing-masing direktorat baru yang bertumpu pada pencairan APBN-P (APBN-Perubahan) 2012. Selama masa inventarisasi tersebut, terjadi kebijakan konsolidasi laporan keuangan antar Kemendikbud dan Parekraf. Konsolidasi tersebut jatuh pada satker Ditjen Kebudayaan yang pada APBN K/L 2012 berada di laporan keuangan Parekraf dan pada APBN-P 2012 berada di laporan keuangan Kemendikbud. Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 07

Fase Transisi dan Manajemen Birokrasi Pemindahan satker Ditjen Kebudayaan yang dilaporkan dalam neraca sistem akuntansi Parekraf ke neraca sistem akuntansi Kemendikbud diharapkan dilakukan pada tahun 2013. Dengan kata lain, pelaksanaan satker Ditjen Kebudayaan dengan sejumlah direktoratnya hingga kuartal terakhir 2012 masih memakai kertas kerja DIPA Parekraf, yang kemudian baru mulai berjalan mandiri di bawah kewenangan Kemendikbud setelah realisasi APBN-P. Secara garis besar, sepanjang 2012 penyelenggaraan sektor kebudayaan terarah ke dalam DIPA Parekraf yang diwakili oleh Ditjen Nilai Budaya, Seni, dan Film (43 satker), Ditjen Sejarah dan Purbakala (33 satker), dan Ditjen Pemasaran (34 satker). Penjumlahan satker tersebut berkapasitas anggaran 845 M dengan perbandingan program Kesejarahan, Purbakala, dan Permuseuman (48%), Pengembangan Nilai Budaya, Seni, dan Perfilman (37%), Ditjen Pemasaran khusus ajang promosi budaya (6%), serta Penelitian dan Pengembangan Arkeologi dan Kebudayaan (8%). Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 08

Fase Transisi dan Manajemen Birokrasi 8,47% 35 M 1,33% 5.4 M 1,34% 5.5 M 1,55% 6.4 M 2,47% 11.3 M 55,21 % 228 M 17.24% 71 M 12,11% 50 M 55,21% 228M Pelestarian Peninggalan Sejarah dan Purbakala TOTAL: 413M 17.24% 71M Pengembangan Pengelolaan Permuseuman 12,11% 50 M Dukungan Management dan Dukungan Teknis Lainnya 8,47% 35M Pengembangan Pengelolaan Museum Nasional 2,47% 11.3 M Pengembangan Pengelolaan Peninggalan Kepurbakalaan 1,55% 6.4 M Pengembangan Pengelolaan Peninggalan Bawah Air 1,34% 5.5 M Pengembangan Geografi Sejarah 1,33% 5.4 M Pengembangan Nilai Sejarah Diagram 1 - Alokasi Anggaran untuk Program Kesejarahan, Kepurbakalaan, dan Permuseuman Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 09

Fase Transisi dan Manajemen Birokrasi 20,70% 65 M 25.82% 82 M 6,81% 21 M 2,56% 8 M 3,65% 65 M 19,65% 62 M 5,48% 17 M 10,56% 33 M 4,77% 15 M TOTAL: 317M 25.82% 82 M Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya 20,70% 65 M Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional 19,65% 62 M Pelestarian dan Pengembangan Kesenian 10,56% 33 M Pengembangan Perfilman Nasional 6,81% 21 M Peningkatan Sensor Film 5,48% 17 M Pelestarian dan Pengembangan Nilai-Nilai Tradisi 4,77% 15 M Pengembangan Karakter dan Pekerti Bangsa 3,65% 65 M Pengembangan Galeri Nasional 2,56% 8 M Pengembangan Masyarakat Adat Diagram 2 - Alokasi Anggaran untuk Program Pengembangan Nilai Budaya, Seni, dan Perfilman Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 10

Fase Transisi dan Manajemen Birokrasi Periode penyelenggaraan sektor seni budaya di DIPA Kemendikbud baru kemudian berubah setelah APBN-P direalisasikan pada bulan Oktober 2013. Jumlah suntikan dana yang diterima Kemendikbud adalah Rp 12,828 T. Hal ini menandai Ditjen Kebudayaan akan mendapatkan alokasi anggaran atas perumusan DIPA APBN-P mereka senilai Rp 1,127,100,000,000. Namun kenyataannya, realisasi APBN-P untuk Ditjen Kebudayaan kembali terjerat dengan permasalahan administrasi. BPK mencatat keterlambatan Kemendikbud dalam melakukan DIPA APBN-P yang baru diterbitkan satu bulan sebelum akhir tahun anggaran sehingga berdampak pada pelaksanaan satker di berbagai unit Eselon I-nya. Dengan singkatnya waktu yang tersedia, beberapa satker gagal dilaksanakan. Di sisi lain, satker yang berhasil dilaksanakan harus bekerja keras mengejar jangka waktu kontrak yang terbatas, yakni 20 s.d 35 hari kalender, sehingga menyebabkan realisasi yang memaksa. Kasus ini sebagian besar terjadi pada satker PTN di Direktorat Perguruan Tinggi yang harus menuntaskan 92 kontrak hingga akhir periode 31 Desember 2012. Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 11

Fase Transisi dan Manajemen Birokrasi Persentase penyerapan Ditjen Kebudayaan dalam tahun anggaran 2012 berjumlah 57,04% dari besar anggaran Rp 1,127 T dan menyisakan saldo Rp 488 M. Hal ini membuat Ditjen Kebudayaan menjadi unit Eselon I dengan penyerapan anggaran terendah, diikuti oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (64%,34% bersaldo Rp 91 M) dan Inspektoriat Jenderal (72,86%; bersaldo Rp 50 M). Kasus yang sama juga terjadi di Parekraf. Unit organisasi yang mengurus kebudayaan menempati penyerapan dua terendah, yakni yang pertama Ditjen Sejarah dan Purbakala dengan daya serap 74,22% atau senilai realisasi Rp 304 M dan kedua, Ditjen Pengembangan Nilai Budaya, Seni, dan Film (85,04%; realisasi Rp 235 M). Meskipun terjadi keputusan tentang Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya (EKSB) dan Ditjen Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Desain dan Informasi (EKMDI) yang baru aktif tahun 2013, dua ditjen baru tersebut telah mendapatkan suntikan anggaran lewat APBN-P 2012. Ditjen EKSB mendapat alokasi Rp 189.547.619.000 dari DIPA yang terbit November 2012 dan menyerap 47,2% anggaran, sedangkan Ditjen EKMDI mendapat alokasi Rp 119.650.000.000 dan menyerap 43,62% anggaran. Masing-masing direktorat merealisasikan satu satker. Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 12

Fase Transisi dan Manajemen Birokrasi Temuan-temuan di atas menggambarkan konsekuensi dari nomenklatur Kemendikbud dan Parekraf yang jatuh pada permasalahan manajemen birokrasi. Inventarisasi atau pemindahan aset memakan waktu hingga akhir tahun, dan pembagian fungsi atas direktorat lamabaru dengan laporan keuangan konsolidasi turut memunculkan kesangsian terhadap akuntabilitas anggaran selama periode 2012. Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 13

Pos Belanja Untuk Pembinaan Nilai dan Pembangunan Industri Kreatif Setelah setahun periode terkuras untuk menata manajemen internal,anggaran 2013 sudah mencerminkan pembagian yang jelas pada tiap unit organisasinya. Hal ini terlihat pada terbitan DIPA K/L Kemendikbud dan Parekraf yang sudah mempunyai alokasi anggaran tiap Direktorat Jenderal baru dan sejumlah satker di dalamnya. Pada belanja pemerintah pusat untuk APBN K/L 2013, terjadi kenaikan 8,5% dari tahun 2012, yakni dari Rp 547 T menjadi Rp 594 T 2). Dari total keseluruhan belanja K/L, Kemendikbud mendapatkan alokasi 12,2% anggaran (Rp 73 T) dan Parekraf hanya mendapat 0,34% anggaran (Rp 2,053 T), turun -24,6% dari tahun sebelumnya. 2) Data Pokok APBN 2007-2013, Kementerian Keuangan Republik Indonesia Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 14

Pos Belanja Untuk Pembinaan Nilai dan Pembangunan Industri Kreatif Ditjen Kebudayaan Kemendikbud mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp 1.254.624.997.000, yang berarti naik sebesar 10,1% dari tahun 2013. Alokasi tersebut hanyalah bernilai 1,64% jika disejajarkan dengan unit Eselon I Kemendikbud lain, berada di tingkat ketujuh dari sepuluh unit eselon yang mayoritas anggarannya didahulukan untuk sektor pendidikan. Ditjen Kebudayaan terbagi atas lima direktorat: 1) Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, 2) Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman, 3) Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, 4) Direktorat Pembinaan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, dan 5) Direktorat Internalisasi dan Nilai Budaya. Masing-masing direktorat mengemban sembilan program bertajuk Pelestarian Budaya. Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 15

Pos Belanja Untuk Pembinaan Nilai dan Pembangunan Industri Kreatif Pembinaan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi 6% Pengembangan Sejarah dan Nilai Budaya 9% 72M 111M Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya 6% 75M 125,4M Pengelolaan Permuseuman 10% 85M 70,5M Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional 7% Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Kebudayaan 6% Pembinaan Kesenian dan Perfilman 18% 225,7M 195M 295M Pelestarian dan Pengelolaan Peninggalan Purbakala 23% Pelestarian Cagar budaya dan Permuseuman 15% TOTAL : 1,25 T Diagram 3 - Program Pelestarian Budaya oleh Ditjen Kebudayaan Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 16

Pos Belanja Untuk Pembinaan Nilai dan Pembangunan Industri Kreatif Sementara itu, Ditjen EKSB Parekraf mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 321.048.400.000, naik 69,37% dari APBN-P 2012 dan memakan 16,25% dari total APBN K/L Parekraf 2013. Sedangkan Ditjen EKMDI mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp 149.203.731.000, naik 24,7% dari APBN-P 2012 dan memakan 7,2% dari total APBN K/L Parekraf 2013. Kedudukan antar kedua kementerian tersebut jika dibentangkan secara seksama akan memperlihatkan dua jalur pengembangan seni budaya, yakni pembinaan nilai di Kemendikbud dan pembangunan industri kreatif di Parekraf. Sebagai suatu keutuhan, Kemendikbud selaku hulu berperan menciptakan suatu sistem yang kondusif untuk menunjang dinamika kreasi mulai dari materi pendidikan, regulasi, hingga perlindungan hukum, sedangkan Parekraf selaku hilir membangun lingkungan infrastruktur untuk ajang promosi dan apresiasi karya. Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 17

Pos Belanja Untuk Pembinaan Nilai dan Pembangunan Industri Kreatif Posisi Ditjen Kebudayaan yang berada di bawah payung Kemendikbud memungkinkannya masuk ke dalam arena institusi pendidikan, sebuah ruang yang strategis untuk pembinaan nilai-nilai kebudayaan. Namun jika melihat diagram program Pelestarian Budaya di atas, lingkup penanganan ditjen ini begitu luas. Kewenangannya atas aset budaya seperti cagar budaya, museum, dan benda purbakala lain telah menyita komposisi 48% program kerja, belum termasuk tugasnya yang lain seperti internalisasi nilai budaya, sejarah, dan Ketuhanan (22%), serta pengakomodir kesenian dan perfilman (18%). Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 18

Pos Belanja Untuk Pembinaan Nilai dan Pembangunan Industri Kreatif Sebagai ilustrasi, kewenangan atas warisan budaya yang dapat disebut sebagai proker utama Kemendikbud membutuhkan tindak penanganan yang bersifat pemeliharaan, inventarisasi, dan dokumentasi terpadu. Menariknya, pos belanja untuk program warisan budaya justru terkuras ke dalam layanan perkantoran (143,75 M) yang bersaing ketat dengan pemeliharaan rutin (143,045 M). Agenda penyuluhan dalam rangka memperkenalkan warisan budaya hanya ditargetkan 6 kegiatan dalam satu tahun, jumlah yang tidak sebanding untuk mencetak hasil (outcome) yang simetris dari pengeluaran yang telah diusahakan. Mayoritas keluaran (output) agenda internalisasi nilai budaya, sejarah, dan Ketuhanan juga masih berbentuk kegiatan penyuluhan/seminar (65,1 M) dan kegiatan pergelaran (99,08 M), maupun kegiatan khusus untuk pencatatan warisan budaya yang bekerja sama dengan UNESCO (20,3 M). Agenda publikasi sebagai medium distribusi ilmu pengetahuan terhadap bidang ini mempunyai alokasi 5,8%, dengan anggaran publikasi (19,9 M untuk 176 dokumen dan buku) dan naskah kajian (11,2 M untuk 129 naskah) yang dipertanyakan transparasi terbitan, distribusi, dan jalur aksesnya. Sementara itu, Parekraf yang mengemban pengembangan infrastruktur ekonomi kreatif masih berjalan tertatih-tatih. Beberapa hal yang menghambat adalah pemetaan entitas produk kreatif sejumlah 15 buah yang membutuhkan kemapanan infratruktur per entitas Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 19

Pos Belanja Untuk Pembinaan Nilai dan Pembangunan Industri Kreatif (arsitektur, desain, film-video-fotografi, mode, musik, kerajinan, kuliner, penerbitan dan percetakan, periklanan, permainan interaktif, riset dan pengembangan, seni dan pertunjukan, seni rupa, teknologi informasi, dan televisi dan radio), serta sulitnya untuk tidak direduksi menjadi agenda pariwisata belaka, jika dilihat dari alokasi anggaran sektor pariwisata yang berjumlah dua kali lipat (970 M). Pos belanja di Parekraf mayoritas mempunyai indikator pengembangan berbentuk individual/organization grants melalui realisasievent (pagelaran, pameran, lomba, festival, dan penganugrahan) dan kompetensi SDM (workhop dan seminar). Pada Ditjen EKSB, target pencapaian grants tersebut mencapai 8800 orang dan pada Ditjen EKMDI 4452 orang. Sebagai perannya untuk industri kreatif, belum tercatat agenda semacam pembangunan fisik untuk sebuah ruang kerja kreatif, namun program aktivasi Taman Budaya yang sudah ada sejak tahun`70an dan tidak terurus setidaknya memunculkan suatu potensi tersendiri. Program pendukung lainnya adalah perumusan kebijakan NSPK (Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria) sebagai pijakan awal penyelenggaraan kesenian ke depan. Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 20

Pos Belanja Untuk Pembinaan Nilai dan Pembangunan Industri Kreatif Direktorat Desain dan Arsitektur dan Direktorat Pengembangan Kerjasama dan Fasilitasi Ditjen EKMDI dalam praktiknya memiliki banyak program kerja yang serupa di lingkup kesenian di kedua kementerian. Baik Direktorat Kesenian dan Perfilman di Ditjen Kebudayaan Kemendikbud maupun Ditjen EKSB dan EKMDI Parekraf mempunyai agenda pengembangan berbentuk project grants (Rp 57,9 M) dan Rp 84,4 M) dan revitalisasi Taman Budaya (Rp 20 M dan Rp 27,1 M). Dilihat dari struktur organisasi tiap direktorat, koordinasi antar keduanya untuk tiap pengembangan ragam seni juga dicurigai tumpang tindih, yang kemudian berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dan kekuatan hukum untuk naskah kebijakan yang dirumuskan kedua belah pihak. Direktorat Kesenian dan Perfilman (Eselon II) - Ditjen Kebudayaan Kemendikbud mempunyai unit turunan (Eselon III) yang terdiri atas Subdirektorat Program dan Evaluasi, Subdirektorat Seni Pertunjukkan, Subdirektorat Literasi dan Apresiasi Film, dan Subdirektorat Dokumentasi dan Publikasi. Sedangkan di Ditjen EKSB dan EKMD Parekraf, ragam seni telah mempunyai institusi masing-masing di tingkat Eselon II yakni Direktorat Pengembangan Industri Perfilman, Direktorat Pengembangan Seni Pertunjukkan dan Seni Musik, Direktorat Pengembangan Seni Rupa, Direktorat Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis Media, Direktorat Desain dan Arsitektur, dan Direktorat Kerjasama dan Fasilitasi. Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 21

Pos Belanja Untuk Pembinaan Nilai dan Pembangunan Industri Kreatif Paper penelitian ini berhenti pada DIPA Kemendikbud dan Parekraf 2013 karena belum terbitnya dokumen audit BPK K/L 2013 untuk membantu analisa akuntabilitas dan efisiensi anggaran. Kinerja kedua kementrian yang memiliki bidang kerja beririsan ini tampak belum kompak dan berkesinambungan. Irisan antar keduanya berada di lingkup kesenian, namun cakupan tugas Kemendikbud yang begitu luas berpengaruh kepada Parekraf yang seyogyanya mendapatkan peralihan guna dari apa yang dijalankan Kemendikbud. Persoalan lain adalah Status kedudukan unit pengelolaan seni budaya bagaikan anak tiri dari payung besar sektor pendidikan dan sektor pariwisata: Ditjen Kebudayaan mendapatkan alokasi 1,64% anggaran (Rp 1,25 T) dan Ditjen EKSB - EKMD sebesar 23,45% anggaran, namun dengan daya kapital yang tidak banyak (Rp 470,2 M). Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 22

LAMPIRAN Data budget estimates Kemendikbud dan Parekraf yang terdiri dari rencana program dan alokasi anggaran tiap direktorat dapat diperiksa dalam lampiran di bawah. Inilah agenda pemerintah dalam pengembangan sektor seni budaya kita melalui pembacaan instrumen anggaran. Sudah idealkah? DITJEN KEBUDAYAAN Direktorat Pengembangan Film dan Kesenian Fasilitas Kesenian di Sekolah 30.12% 67,9 M 34 M 66 M Fasilitas Produksi Karya Film Pendek dan Dokumenter 15.06% 23,59 M Fasilitas Kesenian dan Perfiman 10.59% Event Kesenian dan Perfilman 29.24% Total: 225,72 M Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 23

LAMPIRAN Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya Event Sejarah dan Pemberdayaan Nilai Budaya 59.46% 66 M 31,5 M 3,4 M Buku Sejarah dan Nilai Budaya 3.06% Peserta Apresiasi Sejarah dan Nilai Budaya 28.83% Total: 111 M balai PELESTARIAN SEJARAH DAN NILAI TRADISIONAL 11,25 M Naskah hasil kajian pelestarian nilai budaya 13.18% 36,96 M Layanan Perkantoran 43.49% 21,6 M Peserta Internalisasi Nilai Budaya 25.42% Total : 85 M Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 24

LAMPIRAN Direktorat Nilai dan Diplomasi Budaya Pencatatan Kekayaan Budaya 13.33% 10 M 12 M Peserta Internalisasi Nilai Budaya 16% 24,28 M 8,6 M Total: 75 M Event Diplomasi Budaya 32.38% Pengelolaan Warisan Budaya Nasional dan Dunia 11.47% Direktorat Pembinaan Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Tradisi Event pemberdayaan Kepercayaan dan Tradisi 12.22% 8,8 M 10,7 M Dokumen Pengetahuan dan Ekspresi Budaya Kepercayaan dan Tradisi 14.86% Fasilitas Kantong Budaya 54% 38,6 M Total: 72 M Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 25

LAMPIRAN Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Revitalisasi Cagar Budaya 20.26% 39,5 M 13,9 M Event Cagar Budaya dan Museum 7.13% Pembangunan Museum 58% 113,1 M Total: 195 M Alokasi Anggaran untuk Pelestarian Cagar budaya dan Permuseuman 7,35 M Revitalisasi Museum 5.86% Layanan Perkantoran 40.41% 50,67 M 44,73 M Masyarakat yang Mengapresiasi Museum 36% Pengelolaan Permuseuman balai PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA 138 M 113,1 M Pelestarian Cagar Budaya 30% Layanan Perkantoran 47% 113,1 M Peserta internalisasi Cagar Budaya 5% Total: 295 M Alokasi Anggaran untuk Pelestarian dan Pengelolaan Peninggalan Purbakala Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 26

LAMPIRAN PAREKRAF pengembangan sistem industri budaya 2% 779 jt 27,1 M Aktivasi Taman Budaya 26,86% Project Grants 14,52% 14,65 M 20,5 M 23,5 M Commercial Grants 20,32% Networking & Travel Grants Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 27

SIMPULAN 1. ARAH PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN BERSIFAT KONSERVASI DENGAN BERBAGAI AGENDA PELESTARIAN. 3. PENGGANDENGAN RUANG PUBLIK SELAIN KEBERADAAN LEMBAGA SENI SWASTA MELALUI AKTIVASI TAMAN BUDAYA DAN PEMBANGUNAN MUSEUM 2. KETERSEDIAAN GRANT (PROJECT, COMMERCIAL, DAN NETWORKING & TRAVEL) UNTUK PELAKU SENI YANG MENCAPAI 16% TOTAL ANGGARAN ATAU +/- RP 268,22 M 4. KURANGNYA PENDEKATAN OUTCOME YANG DAPAT MENJABARKAN PRINSIP EFEKTIVITAS DAN EFESIENSI ANGGARAN TERHADAP EVENT-EVENT YANG DISELENGGARAKAN Mencermati Pengelolaan Anggaran Kemendikbud dan Parekraf 28