PENGARUH BIAYA PENGERJAAN KEMBALI PRODUK CACAT (REWORK COST) TERHADAP HARGA POKOK PRODUKSI DAN DAMPAKNYA TERHADAP LABA KOTOR PERUSAHAAN (Studi kasus pada PT. Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya) Disusun oleh TRIA RUSTIANA DEWI 093403044 Pembimbing Euis Rosidah, S.E., M.Ak Rita Tri Yusnita, S.E, MM ABSTRACT This research objective to know (1) rework cost, cost goods manufactured, and gross profit of company, (2) influence of rework cost to cost of goods manufactured, (3) the influence of rework cost and cost of goods manufactured in simulate to gross profit of company, (4) the influence of rework cost and cost of goods manufactured in partial to gross profit of company, Method applied in this research is analytical descriptive method with case study approach. Technique of data collecting by through primary data that is data obtained directly from data source where this research executed in PT. Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya and secondary data that is data obtained from literatur and the bibliography are relationship with problem which will be checked. Used by analyzer is Path Analysis. Result of research indicate that: (1) rework cost, cost goods manufactured, and gross profit have increased and decreased each year (2) rework cost had an effect on to cost of goods manufactured, (3) rework cost and cost of goods manufactured in simulate had an effect on to gross profit of company, (4) rework cost and cost of goods manufactured in partial had an effect on to gross profit of company. Keyword: Rework Cost, Cost Of Goods Manufactured, Gross Profit Of Company.
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) biaya pengerjaan kembali produk cacat, harga pokok produksi, dan laba kotor perusahaan, (2) pengaruh biaya pengerjaan kembali produk cacat terhadap harga pokok produksi perusahaan, (3) pengaruh biaya pengerjaan kembali produk cacat dan harga pokok produksi secara simultan terhadap laba kotor perusahaan, (4) pengaruh biaya pengerjaan kembali produk cacat dan harga pokok produksi secara parsial terhadap laba kotor perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber data dimana penelitian ini dilaksanakan, di PT. Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya dan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari literatur dan bukubuku yang ada hubungannya dengan masalah yang akan diteliti. Alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) biaya pengerjaan kembali produk cacat, harga pokok produksi, dan laba kotor mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya (2) biaya pengerjaan kembali produk cacat berpengaruh terhadap harga pokok produksi, (3) biaya pengerjaan kembali produk cacat dan harga pokok produksi secara simultan berpengaruh terhadap laba kotor perusahaan, (4) biaya pengerjaan kembali produk cacat dan harga pokok produksi secara parsial berpengaruh terhadap laba kotor perusahaan. Kata kunci: biaya pengerjaan kembali produk cacat harga pokok produksi dan laba kotor.
PENDAHULUAN Suatu perusahaan agar tetap dapat bersaing dan mempertahankan kelangsungan hidup, manajemen perusahaan harus mampu menciptakan produk yang sesuai dengan tuntutan pasar dan mampu memenuhi kepuasan konsumen. Dalam setiap proses produksi suatu perusahaan tidak akan terlepas dari adanya produk cacat, tidak sedikit perusahaan menghadapi masalah serius karena produk cacat yang menimbulkan komplen dari konsumen. Produk cacat (defective goods) dapat timbul karena kesalahan pada bahan baku, tenaga kerja, atau mesin-mesin. Bagi perusahaan dengan adanya produk cacat (defective goods) merupakan kerugian produksi karena akan mengurangi unit pengiriman produk yang harus dicapai dan yang telah direncanakan sebelumnya. Namun produk cacat (defective goods) tersebut dapat diolah kembali dalam satu tahap atau lebih dan dapat dijadikan produk standar yang dapat dijual dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali (rework cost) untuk memperbaikinya. PT. Raya Sugarindo Inti merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak dibidang industri gula yang memproduksi jenis gula cair seperti glucose, caramel, dextrose monohydrate dan maltose, yang berkedudukan di Jalan Raya Singaparna Km 9,2 Desa Cikadongdong Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Dalam proses produksinya PT. Raya Sugarindo Inti selalu memperhitungkan dengan cermat berbagai biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Salah satunya adalah biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost), apabila terjadi atau ditemukan produk cacat dalam proses produksi maka perusahaan akan mengambil keputusan untuk memproduksi ulang atau memperbaiki kembali produk dibandingkan dengan membuat produk baru yang akan lebih mengeluarkan biaya yang lebih besar hal ini dikarenakan produk yang dihasilkan oleh PT. Raya Sugarindo Inti bersifat cair, sehingga mudah untuk diproses ulang. Produk cacat pada perusahan PT. Raya Sugarindo Inti ini disebabkan karena mesin yang kurang panas, kesalahan pada pemberian zat imbuh Amilum, bahkan ada yang disebabkan dari bahan baku yang lolos pada saat pengecekan dibagian Quality Control. Besar kecilnya biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi dan laba kotor karena dengan adanya produk cacat tersebut perusahaan akan mengeluarkan kembali biaya tambahan untuk memproses ulang produk cacat tersebut sehingga akan menaikan harga pokok produksi serta akan berpengaruh terhadap laba yang akan dihasilkan oleh perusahaan.
Berdasarkan fenomena yang terjadi pada PT. Raya Sugarindo Inti tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui seberapa besar pengaruh biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) dan harga pokok produksi terhadap laba kotor perusahaan. METODE PENELITIAN Hipotesis Penulis merumuskan hipotesis penelitian yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) berpengaruh terhadap harga pokok produksi. 2. Biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) dan harga pokok produksi secara simultan berpengaruh terhadap laba kotor perusahaan. 3. Biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) dan Harga pokok produksi secara parsial berpengaruh terhadap laba kotor perusahaan. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost), harga pokok produksi, dan laba kotor perusahaan. Sedangkan yang menjadi subjek penelitian (satuan pengamatannya) adalah PT. Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya yang beralamat di Jalan Raya Singaparna Km.9,2 Tasikmalaya, Jawa Barat. Metode Penelitian yang Digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus. Dalam studi kasus ini, penelitian dilakukan secara rinci mengenai suatu objek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup dalam dan menyeluruh termasuk lingkungan dan kondisi masa lalunya, dimana data yang diperoleh selama penelitian akan diolah, di analisis, dan di proses lebih lanjut dengan teori teori yang telah dipelajari di bangku kulian.
Operasionalisasi Variabel 1. Variabel Bebas (Independent Variabel) Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas yaitu: X1 = Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat (Rework Cost), X2 = Harga Pokok Produksi 2. Variabel Tidak Bebas (Dependent Variable) Dalam penelitian ini variabel dependennya yaitu: Y = Laba Kotor Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel penelitian, di mana ada dua variabel bebas yaitu biaya pengerjaan kembali produk cacat (X 1 ) dan harga pokok produksi (X 2 ) dan ada satu variabel terikat yaitu laba kotor (Y). Teknik yang digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis) dengan model regresi linier berganda. Melalui analisis jalur ini akan dapat ditemukan jalur mana yang paling tepat dan singkat suatu variable independen menuju variabel dependen yang terakhir. Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini dapat digambarkan diagram jalur (path analysis) sebagai berikut : ε 2 X 1 ρ ε 2 Y ρyx 1 ρ X 2 X 1 ρyx 2 Y X 2 ρ ε 1 X 2 ε 1 Gambar. 3.4 Pengaruh X 1 dan X 2 terhadap Y Keterangan : X 1 X 2 Y = Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat = Harga Pokok Produksi = Laba Kotor Perusahaan ρ X 2 X = Koefisien jalur antara X 1 1 dengan X 2 ρ YX 1 = Koefisien jalur variabel X 1 terhadap Y
ρ YX 2 = Koefisien jalur variabel X 2 terhadap Y 1 2 = Faktor lain yang tidak diteliti 1X 2 = Koefisien jalur antara variabel 1 terhadap variabel X 2 2Y = Koefisien jalur antara variabel 2 terhadap variabel Y PEMBAHASAN Produk Cacat (Defective Goods) Menurut Mulyadi (2005:306) menyatakan bahwa pengertian produk cacat adalah sebagai berikut: Produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukan tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik. Menurut Agus Achyani (2007:63) menyatakan bahwa pengertian produk cacat adalah: Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, namun dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produk cacat adalah: Produk yang mengalami ketidaksempurnaan dalam proses produksi sehingga tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh perusahaan, namun dengan mengeluarkan biaya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sehingga perusahaan akan mengurangi kerugian produksi yang disebabkan adanya produk cacat tersebut. Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat (Rework cost) Menurut Vincent Gaspersz (2007:158) menyatakan bahwa pengertian biaya pengerjaan kembali adalah: Biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kesalahan (mengerjakan ulang) produk agar memenuhi spesifikasi produk yang ditentukan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya pengerjaan kembali produk cacat adalah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pengerjaan kembali terhadap produk cacat dengan tujuan untuk memperbaiki produk cacat tersebut menjadi produk jadi yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Harga Pokok Produksi Menurut Soemarso SR (2009 :287) menyatakan bahwa pengertian harga pokok produksi adalah: Biaya pabrik ditambah dengan persediaan dalam proses awal dikurangi dengan persediaan dalam proses akhir, biaya ini merupakan biaya produksi dari barang yang telah diselesaikan selama suatu periode. Sedangkan menurut Mulyadi (2005:17) yang dimaksud dengan harga pokok produksi adalah: Harga pokok produksi memperhitungkan semua unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Biaya-biaya ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik". Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi mencakup biaya-biaya bahan baku atau biaya langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya produksi tidak langsung. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsurunsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Menurut Mulyadi (2005:17) terdapat dua pendekatan dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi yaitu: a. Full Costing Merupakan metode penentu harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik baik yang berprilaku variabel maupun tetap. b. Variabel Costing Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berprilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang tediri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel.
Laba Kotor Niswonger, Fees, Warren dialihbahasakan oleh Hygines Ruswinarto (2000:197) menyatakan bahwa pengertian laba kotor adalah: Perbedaan antara pendapatan bersih dari penjualan dan harga pokok penjualan. Sedangkan menurut Soemarso, SR. (2009:234) menyatakan bahwa pengertian laba kotor adalah: penjualan. Selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan. Jadi laba kotor adalah hasil perhitungan antara pendapatan dengan harga pokok Hasil Penelitian Data biaya pengerjaan kembali produk cacat yang dikeluarkan oleh PT. Raya Sugarindo Inti selama tujuh tahun dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2012 Tahun 2006 Tabel Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat (Rework Cost) PT. Raya Sugarindo Inti Tahun 2006 2012 BiayaOverhead Biaya Tenaga Kerja Pabrik Total 38,305,941 57,458,911 95,764,852 2007 36,277,045 84,646,437 120,923,482 2008 2009 2010 2011 54,909,148 82,363,721 137,272,869 52,122,878 88,749,765 140,872,643 54,243,821 88,503,076 142,746,897 54,477,907 88,885,007 143,362,914 2012 49,642,558 74,463,838 124,106,396 Sumber : PT. Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya Data harga pokok produksi pada saat terjadi proses pengerjaan kembali produk cacat dari tahun 2006-2012 adalah sebagai berikut :
Tabel Harga Pokok Produksi PT. Raya Sugarindo Inti Tahun 2006 2012 Tahun Harga Pokok Produksi 2006 42,939,539,250 2007 49,176,247,693 2008 85,365,869,517 2009 86,177,857,346 2010 88,332,462,933 2011 89,982,363,103 2012 98,291,036,333 Sumber : PT. Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya Adapun laba kotor PT. Raya Sugarindo Inti dari tahun 2006 2012 adalah sebagai berikut : Tabel Laba Kotor PT. Raya Sugarido Inti Tahun 2006 2012 Tahun Laba Kotor 2006 4,346,744,890 2007 4,537,059,330 2008 4,948,589,781 2009 5,047,561,576 2010 4,873,275,000 2011 4,798,367,358 2012 5,015,096,347 Sumber : PT. Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya Pengaruh biaya pengerjaan kembali produk cacat terhadap harga pokok produksi 1) Analisis Koefisien Korelasi Dari hasil perhitungan SPSS (lampiran 1 hal 100) diperoleh pengaruh ρx 2 X 1 = 0,785 Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan yang disebabkan oleh biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) terhadap harga pokok produksi adalah sebesar 0,785 atau 78,5 %. Nilai tersebut berada diantara 0,60-0,799 yang dapat dilihat pada tabel 3.2 bab III, dimana angka tersebut menunjukkan terjadinya korelasi yang kuat. sedangkan pengaruh variabel lainnya terhadap X 2 diluar X 1 adalah sebesar 0,215.
2) Analisis Koefisien Determinasi Dari koefisien jalur diatas (ρx 2 X 1 ) dapat diperoleh koefisien determinasi (ρx 2 X 1 ) 2 = 0,616 yang berarti bahwa 61,6% variabilitas dari variabel X 2 (Harga Pokok Produksi) dapat dipengaruhi oleh variabel X 1 (Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat). Hal ini menunjukan bahwa Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat (Rework Cost) berpengaruh signifikan terhadap Harga Pokok Produksi. Hal ini dapat diinterprestasikan jika biaya pengerjaan kembali naik, maka akan menaikkan pula harga pokok produksi. Sedangkan faktor residu disini sebesar 21,5% yang diduga dari faktor lain yang tidak diteliti seperti harga produk saingan, elastisitas permintaan. 3) Pengujian Hipotesis Berdasarkan perhitungan SPSS, diperoleh nilai t hitung sebesar 2,830 (lampiran 1 hal 100) dimana kriteria penolakan Ho jika t hitung > t tabel dengan mengambil taraf signifikan ( ) sebesar 5% maka dari tabel distribusi t (lampiran 3 hal 102) diperoleh t tabel sebesar 2,571, maka menunjukan nilai t hitung sebesar 2,830 dan t tabel sebesar 2,571 sehingga nilai t hitung lebih besar dari t tabel, maka menolak Ho atau dengan kata lain biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) berpengaruh signifikan terhadap harga pokok produksi. Bisa juga dengan melihat tingkat signifikansi pada kolom sig t diperoleh nilai sebesar 0.037 (lampiran 1 hal 100). Dengan mengambil taraf signifikan 0,05 maka pengaruh tersebut signifikan, dikatakan signifikan karena nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil perhitungan sebesar 0,037 lebih kecil dari taraf signifikan yang ditetapkan yaitu 0,05. Dengan demikian Ho (hipotesis nol) ditolak atau Ha (hipotesis alternatif) diterima, dengan kata lain biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) berpengaruh signifikan terhadap harga pokok produksi. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diketahui biaya pengerjan kembali produk cacat (rework cost) berpengaruh signifikan terhadap harga pokok produksi pada PT. Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya.
Pengaruh Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat (Rework Cost) Dan Harga Pokok Produksi Secara Simultan Terhadap Laba Kotor Perusahaan 1) Analisis Koefisien Korelasi Dari hasil perhitungan SPSS (lampiran 1 hal 100) diperoleh pengaruh ρy X 2 X 1 = 0,933 Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan yang disebabkan oleh biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) dan harga pokok produksi secara simultan terhadap laba kotor perusahaan adalah sebesar 0,933 atau 93,3%. Nilai tersebut berada diantara 0,80 1,000 yang dapat dilihat pada tabel 3.2 bab III, dimana angka tersebut menunjukkan terjadinya korelasi yang sangat kuat. sedangkan pengaruh variabel lainnya terhadap Y diluar X 1 dan X 2 adalah sebesar 0,129. 2) Analisis Koefisien Determinasi Berdasarkan perhitungan SPSS koefisien jalur diatas (ρyx 2 X 1 ) dapat diperoleh koefisien determinasi pengaruh biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) dan harga pokok produksi secara simultan terhadap laba kotor (lampiran 2 hal 101) (ρ) yaitu sebesar 0,871 berarti bahwa 87,1% variabilitas variabel (Y) laba kotor dapat dipengaruhi oleh variabel bebas (Dependent Variable) dalam hal ini biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) (X 1 ) dan harga pokok produksi (X 2 ). Hal ini menunjukan bahwa biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) dan harga pokok produksi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor. Ini dapat diinterprestasikan bahwa meskipun dengan adanya biaya pengerjaan kembali produk cacat akan menaikan harga pokok produksi namun produk cacat tersebut dapat dijual sesuai dengan harga jual barang yang normal, maka akan berpengaruh terhadap laba kotor perusahaan karena dengan terjualnya produk cacat akan mengurangi kerugian perusahaan. Hal ini dilihat dari kondisi biaya pengerjaan kembali lebih sedikit atau lebih kecil dikeluarkan dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi produk baru dari awal. Sedangkan sisanya sebesar 12,9% merupakan faktor residu yaitu persaingan perusahaan sejenis sehingga mempengaruhi keuntungan yang diharapkan perusahaan. 3) Pengujian Hipotesis Dari hasil perhitungan SPSS (lampiran 2 hal 101) diperoleh F hitung sebesar 13,494. Dimana kriteria penolakan Ho jika F hitung > F tabel, dengan taraf signifikan α
sebesar 5% maka dari tabel distribusi F-Snedecore (lampiran 4 hal 103) diperoleh F α ; k ; (n-k-1) adalah sebesar 6,94, maka menunjukan nilai F hitung sebesar 13,494 dan F tabel sebesar 6,94 sehingga nilai F hitung lebih besar dari F tabel, maka menolak Ho atau dengan kata lain bahwa biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) dan harga pokok produksi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor perusahaan. Bisa juga dengan melihat tingkat signifikansi pada kolom sig F diperoleh nilai sebesar 0.017 (lampiran 2 hal 101). Dengan mengambil taraf signifikan 0,05 maka pengaruh tersebut signifikan, dikatakan signifikan karena nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil perhitungan sebesar 0,017 lebih kecil dari taraf signifikan yang ditetapkan yaitu 0,05. Dengan demikian Ho (hipotesis nol) ditolak atau Ha (hipotesis alternatif) diterima, dengan kata lain biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) (X 1 ) dan harga pokok produksi (X 2 ) secara simutan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor (Y) dan menunjukan bahwa hipotesis diterima. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diketahui biaya pengerjan kembali produk cacat (rework cost) dan harga pokok produksi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor pada PT. Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya. Secara lengkap pengaruh antara variabel (X 1 ) dan (X 2 ) terhadap (Y).diperlihatkan pada gambar 4.2 berikut ini : Biaya Pengerjaan Kembali Produk cacat (X 1 ) ρ X1X2 = 0,785 Harga Pokok Produksi (X 2 ) ρ X2 ε 1 = 0,215 ρ YX1 = 0,146 ρ YX2 = 0,814 ε 2 Laba Kotor (Y) ρ yε 2 = 0,129 ε 1 Gambar Nilai koefisien jalur variabel X 1 dan X 2 terhadap Y
Dari gambar 4.2 diatas, maka dapat ditentukan pengaruh dari satu variabel ke variabel lainnya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Tabel Formula Untuk Mencari Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Antara Variabel Penelitian No Pengaruh Langsung Pengaruh Tidak Langsung Total Pengaruh 1. 2 Y X 1 Y = ρ (ρ YX1. ρ X1X2. ρ YX2 )x 2 X 1 Y= YX 1 (0,146)(0,785)(0,814)x2= A+B = (0,146) 2 0,187 (B) 0,021+0,187=0,208 = 0,021 (A) (C) 2 2 Y X 2 Y = ρ YX 2 = (0,814) 2 X 2 Y= = 0,663 (D) = 0,663 (D) 3 Total pengaruh X 1 dan X 2 Y secara simultan C + D (0,208+0,663) 0,871(E) 4 Pengaruh faktor residu 100%-E 0,129 (F) 5 Total (E+F) (0,871+0,129) 1 Pengaruh Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat (Rework Cost) Secara Parsial Terhadap Laba Kotor Perusahaan 1) Analisis Koefisien Korelasi Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS (lampiran 2 hal 101) besarnya pengaruh biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) terhadap laba kotor diperlihatkan oleh koefisien beta (β) untuk variabel X 1 (biaya pengerjaan kembali produk cacat) terhadap Y (laba kotor) sebesar 0,146. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan yang disebabkan oleh biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) terhadap laba kotor adalah sebesar 0,146 atau 14,6 %. Nilai tersebut berada diantara 0,00-0,199 yang dapat dilihat pada tabel 3.2 bab III, dimana angka tersebut menunjukkan terjadinya korelasi yang sangat rendah. 2) Analisis Koefisien Determinasi Dari koefisien jalur diatas (ρy X 1 ) dapat diperoleh koefisien determinasi (ρy X 1 ) 2 = 0,021 yang berarti bahwa 2,1% variabilitas dari variabel Y (Laba Kotor) dapat dipengaruhi oleh variabel X 1 (Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat). Hal ini menunjukan bahwa Biaya Pengerjaan Kembali Produk Cacat (Rework Cost) secara parsial berpengaruh terhadap Laba Kotor tetapi pengaruhnya tidak menimbulkan
pengaruh yang signifikan. Hal ini dapat diinterprestasikan bahwa biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) akan mengurangi kerugian perusahaan sehingga akan menaikkan laba kotor perusahaan. 3) Pengujian Hipotesis Dengan kriteria penolakan Ho jika t hitung > t tabel maka dengan koefisien beta (β) = 0,146 diperoleh t hitung 0,504 (lampiran 2 hal 101) dengan mengambil taraf signifikan ( ) sebesar 5% maka dari tabel distribusi t (lampiran 3 hal 102) diperoleh t tabel sebesar 2,571, maka menunjukan nilai t hitung sebesar 0,504 dan t tabel sebesar 2,571 sehingga nilai t hitung lebih kecil dari t tabel, maka menerima Ho atau dengan kata lain biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) berpengaruh tidak signifikan terhadap laba kotor. Bisa juga dengan melihat tingkat signifikansi pada kolom sig t diperoleh nilai sebesar 0.641 (lampiran 2 hal 101). Dengan mengambil taraf signifikan 0,05 maka pengaruh tersebut tidak signifikan, dikatakan tidak signifikan karena nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil perhitungan sebesar 0,641 lebih besar dari taraf signifikan yang ditetapkan yaitu 0,05. Dengan demikian Ho (hipotesis nol) diterima atau Ha (hipotesis alternatif) ditolak, dengan kata lain biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) berpengaruh tidak signifikan terhadap laba kotor perusahaan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diketahui biaya pengerjan kembali produk cacat (rework cost) berpengaruh terhadap harga pokok produksi tetapi pengaruhnya tidak menimbulkan pengaruh yang signifikan pada PT. Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya. Pengaruh Harga Pokok Produksi Secara Parsial Terhadap Laba Kotor Perusahaan 1) Analisis Koefisien Korelasi Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS (lampiran 2 hal 101) besarnya pengaruh harga pokok produksi terhadap laba kotor diperlihatkan oleh koefisien beta (β) setelah dipengaruhi oleh X 1 (biaya pengerjaan kembali produk cacat) sebesar 0,814. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan yang disebabkan oleh biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) terhadap laba kotor adalah sebesar 0,814 atau 81,4%. Nilai tersebut berada diantara 0,80 1,000 yang dapat dilihat
pada tabel 3.2 bab III, dimana angka tersebut menunjukkan terjadinya korelasi yang sangat kuat. 2) Analisis Koefisien Determinasi Dari koefisien jalur diatas (ρy X 2 ) dapat diperoleh koefisien determinasi (ρy X 2 ) 2 = 0,663 yang berarti bahwa 66,3% variabilitas dari variabel Y (Laba Kotor) dapat dipengaruhi oleh variabel X 2 (Harga Pokok Produksi). Hal ini menunjukan bahwa Harga Pokok Produksi secara parsial berpengaruh terhadap Laba Kotor. Hal ini dapat diinterprestasikan bahwa semakin besar biaya yang dikeluarkan perusahaan maka akan menaikan harga pokok produksi sehingga akan berpengaruh pula terhadap laba kotor perusahaan. 3) Pengujian Hipotesis Dengan kriteria penolakan Ho jika t hitung > t tabel maka dengan koefisien beta (β) = 0,814 diperoleh t hitung 2,810 (lampiran 2 hal 101) dengan mengambil taraf signifikan ( ) sebesar 5% maka dari tabel distribusi t (lampiran 3 hal 102) diperoleh t tabel sebesar 2,571, maka menunjukan nilai t hitung sebesar 2,810 dan t tabel sebesar 2,571 sehingga nilai t hitung lebih besar dari t tabel, maka menolak Ho atau dengan kata lain harga pokok produksi berpengaruh signifikan terhadap laba kotor. Bisa juga dengan melihat tingkat signifikansi pada kolom sig t diperoleh nilai sebesar 0,048 (lampiran 2 hal 101). Dengan mengambil taraf signifikan 0,05 maka pengaruh tersebut signifikan, dikatakan signifikan karena nilai signifikansi yang diperoleh dari hasil perhitungan sebesar 0,048 lebih kecil dari taraf signifikan yang ditetapkan yaitu 0,05. Dengan demikian Ho (hipotesis nol) ditolak atau Ha (hipotesis alternatif) diterima, dengan kata lain harga pokok produksi berpengaruh signifikan terhadap laba kotor perusahaan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diketahui harga pokok produksi berpengaruh signifikan terhadap laba kotor pada PT. Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya.
PENUTUP Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) terhadap harga pokok produksi dan dampaknya terhadap laba kotor perusahaan di PT. Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost), Harga pokok produksi, serta Laba kotor pada PT. Raya Sugarindo Inti mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahunnya. Pada Biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) terjadi peningkatan pada tahun 2007 disebabkan dari bahan baku yang kurang bagus, sedangkan penurunan biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) terjadi pada tahun 2012 dikarenakan sedikitnya produk cacat yang terjadi. Adapun harga pokok produksi mengalami peningkatan pada tahun 2008 dikarenakan terdapat penambahan produksi dan banyak terjadinya produk cacat. Sedangkan laba kotor mengalami Peningkatan tertinggi pada tahun 2008 dikarenakan terjadinya peningkatan penjualan, sedangkan penurunan laba kotor terjadi pada tahun 2010 dikarenakan permintaan pasar menurun dan terjadinya peningkatan produk cacat. 2. Biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) berpengaruh terhadap harga pokok produksi pada PT. Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya. Hal tersebut menunjukan dengan dikeluarkannya biaya pengerjaan kembali terhadap produk cacat maka akan meningkatkan harga pokok produksi. 3. Biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) dan harga pokok produksi secara simultan berpengaruh terhadap laba kotor perusahaan pada PT. Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya. Hal tersebut menunjukan bahwa dengan adanya biaya pengerjaan kembali produk cacat akan menaikan harga pokok produksi namun produk cacat tersebut dapat dijual sesuai dengan harga jual yang normal, maka dengan terjualnya produk cacat akan mengurangi kerugian perusahaan. Biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) secara parsial berpengaruh terhadap laba kotor perusahaan pada PT. Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya. 4. Biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) secara parsial berpengaruh terhadap laba kotor perusahaan pada PT. Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya. Hal tersebut menunjukan bahwa biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost)
akan mengurangi kerugiaan perusahaan sehingga akan menaikan laba kotor perusahaan tetapi biaya pengerjaan kembali produk cacat (rework cost) bukan satusatunya faktor yang dapat mempengaruhi laba kotor tapi masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi laba kotor perusahaan. Harga pokok produksi pun secara parsial berpengaruh terhadap laba kotor perusahaan pada PT. Raya Sugarindo Inti Tasikmalaya. Hal tersebut menunjukan bahwa apabila harga pokok produksi naik maka laba kotor perusahaan pun akan naik. Saran Bagi selanjutnya yang akan meneliti masalah yang sama disarankan untuk menambahkan variabel-variabel lain seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja serta biaya lain yang mempengaruhi harga pokok produksi dengan dampaknya terhadap laba kotor perusahaan, sehingga dapat mengetahui kendala-kendala atau kemungkinan lain yang menyebabkan terhadap penetapan harga pokok produksi dan laba kotor perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Asep Muhamad Nabawi. 2012. Pengaruh Harga Pokok Produksi Terhadap Harga Jual. Universitas Siliwangi. Diane Pudjiastuti. 2003. Peranan Job Orde Costing Methode dalam menetapkan harga pokok produksi. Universitas Widyatama. Bandung. Ensiklopedi Nasional Indonesia, 2004. PT. Delta Pamungkas. Bekasi. Hadibroto dan Sudrajat Sukandar. 1995. Dasar-Dasar Akuntansi. LP3ES. Hansen Don R. dan Maryanne M. Mowen. 2001, Manajemen Biaya Akuntansi dan Pengendalian. Buku II. Terjemahan Benyamin Molan, Jakarta: Salemba Empat. Henry Simammora.2002, Akuntansi Manajemen. Cetakan Pertama. Jakarta: Salemba Empat Jazuli Akhmad, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta. STIE Widya Wiwaha.
Jay M. Smith dan Skousen K. Fred.2000. Akuntansi Intermediate. Jiid 1. Edisi ke-9. Alih bahasa Gina Ghani dan Ichsan Setio Budi.Jakarta PT. Gelora Aksara. Matz Adolph, Milton F. Usry, Lawrence H. Hammer.1997. Akuntansi Biaya. Edisi 9. Jakarta. Erlangga. Mirwan, Sitepu.1994. Path Analisis. Galua Indonesia. M.Nazir, 2003. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia. Mohammad Nazir. 1999, Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Mulyadi. 2005 Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. UGM Yogyakarta. Yogyakarta : UPP STIM YKPN. Niswonger, Rllin C. Fees, E. Philip, Warren,S. Carl. Diterjemahkan oleh Hyginus Ruswinarto.2000. Prinsip-prinsip akuntansi. Jilid 2. Edisi keenambelas. Jakarta. Erlangga. Paul M. Jhonson. Dialih bahasakan oleh leinovar dan Abdilah Toha 2003, Kamus ekonomi-politik. Jakarta. Teraju. Soemarso, SR. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Lima. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta. Vincent Gaspersz. 2007.Organizational Exellence, Model Strategik Menuju World Class Quality Company. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.