Realisasi 2007 Proyeksi 2008 Februari 2008

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Analisis Perkembangan Industri

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan I 2017

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Agustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Triwulan IV 2016

Agustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Triwulan IV 2016

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan II 2016

Alamat Redaksi: Biro Neraca Pembayaran Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 16 Jl. M.H.

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan I 2016

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Realisasi Triwulan I-2015

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan II 2017

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Realisasi Triwulan III 2017

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan I 2018

Analisis Perkembangan Industri

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

Analisis Perkembangan Industri

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002

Perdagangan Indonesia

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting untuk

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

4. Outlook Perekonomian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

Kondisi Perekonomian Indonesia

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

BPS PROVINSI JAWA BARAT

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

BERITA RESMI STATISTIK

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI JULI 2014

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

BPS PROVINSI JAWA BARAT

S e p t e m b e r

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN MEI 2004

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER 2015

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

Alamat Redaksi : Biro Neraca Pembayaran Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 16 Jl. M.H.

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014

BPS PROVINSI JAWA BARAT A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2015 MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2004

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

Surplus Neraca Perdagangan September 2010 Melonjak 68 Persen Mencapai US$ 2,5 Miliar

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

1. Tinjauan Umum

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Transkripsi:

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi 27 Proyeksi 28 Februari 28

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA REALISASI 27 PROYEKSI 28

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 2 Realisasi 27 dan Proyeksi 28

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL dan GRAFIK RINGKASAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN NPI 27 1 TRANSAKSI BERJALAN 3 1. Neraca Perdagangan Nonmigas 3 1.1. Ekspor Nonmigas 4 1.2. Impor Nonmigas 23 2. Neraca Perdagangan Migas 26 2.1. Minyak 27 2.2. Gas 3 3. Neraca Jasa 31 4. Neraca Pendapatan 35 5. Transfer Berjalan 36 TRANSAKSI MODAL dan FINANSIAL 41 1. Transaksi Modal 41 2. Transaksi Finansial 42 2.1. Sektor Publik 43 2.2. Sektor Swasta 52 CADANGAN DEVISA 61 INDIKATOR SUSTAINABILITAS EKSTERNAL 63 PROYEKSI NPI 28 DAN ASUMSI YANG MELATARBELAKANGINYA 65 BOKS : Dampak Krisis Subprime Mortgage terhadap Investasi Portofolio 46 LAMPIRAN Realisasi 27 dan Proyeksi 28 3

TABEL halaman Tabel 1. Indikator Utama NPI 26 dan 27... 2 Tabel 2. Negara Utama Tujuan Ekspor Menurut Jenis Komoditas Tahun 27,... 5 Berdasarkan SITC 2 Digit Tabel 3. Ekspor Karet Berdasarkan Negara Tujuan... 6 Tabel 4. Produksi dan Konsumsi Karet Dunia... 7 Tabel 5. Nilai Ekspor Udang Berdasarkan Negara Tujuan... 8 Tabel 6. Nilai Ekspor Batubara Berdasarkan Negara Tujuan... 12 Tabel 7. Nilai Ekspor Tembaga Berdasarkan Negara Tujuan... 13 Tabel 8. Nilai Ekspor Nikel Berdasarkan Negara Tujuan... 15 Tabel 9. Nilai Ekspor CPO Berdasarkan Negara Tujuan... 17 Tabel 1. Produksi CPO Indonesia... 18 Tabel 11. Nilai Ekspor TPT Berdasarkan Negara Tujuan... 19 Tabel 12. Nilai Ekspor Alat Listrik dan Elektronik Berdasarkan Negara Tujuan... 21 Tabel 13. Nilai Ekspor Mesin dan Mekanik Berdasarkan Negara Tujuan... 22 Tabel 14. Nilai Ekspor Produk Kimia Berdasarkan Negara Tujuan... 23 Tabel 15. Negara Utama Asal Barang Impor Menurut Jenis Komoditas, SITC 2 Digit... 25 Tabel 16. Nilai Impor Barang Konsumsi Berdasarkan Negara Asal... 25 Tabel 17. Nilai Impor Bahan Baku Berdasarkan Negara Asal... 26 Tabel 18. Nilai Impor Barang Modal Berdasarkan Negara Asal... 26 Tabel 19. Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak... 27 Tabel 2. Demand dan Supply Dunia... 28 Tabel 21. Produsen Utama Minyak Nasional Tahun 27... 29 Tabel 22. Ekspor LNG, LPG dan Natural Gas... 3 Tabel 23. Produsen Utama Gas Nasional Tahun 27... 31 Tabel 24. Perkembangan Hibah Non Investasi... 39 Tabel 25. Perkembangan Hibah Investasi... 42 Tabel 26. Perkembangan Aliran Masuk di Transaksi Finansial... 43 Tabel 27. Sovereign Rating Indonesia... 44 Tabel 28. Perkembangan Realisasi PMA Sektoral... 56 Tabel 29. Perkembangan PER... 58 Tabel 3. Indikator Sustainabilitas Eksternal... 63 Tabel 31. Asumsi NPI 27-28... 8 GRAFIK halaman Grafik 1. Transaksi Berjalan... 3 Grafik 2. Neraca Perdagangan Nonmigas... 4 Grafik 3. Nilai Ekspor Nonmigas... 4 Grafik 4. Pangsa Ekspor Nonmigas Berdasarkan Negara Tujuan... 5 Grafik 5. Nilai Ekspor Pertanian... 6 Grafik 6. Volume Ekspor Karet Berdasarkan Negara Tujuan... 6 Grafik 7. Harga Karet Dunia... 7 Grafik 8. Volume Ekspor Udang Berdasarkan Negara Tujuan... 9 Grafik 9. Harga Udang Dunia... 9 Grafik 1. Nilai Ekspor Pertambangan... 1 Grafik 11. Harga Batubara Dunia... 11 Grafik 12. Produksi Batubara Indonesia... 11 Grafik 13. Volume Ekspor Batubara Berdasarkan Negara Tujuan... 12 Grafik 14. Harga Tembaga Dunia... 13 Grafik 15. Produksi Tembaga Indonesia... 14 Grafik 16. Volume Ekspor Tembaga Berdasarkan Negara Tujuan... 14 4 Realisasi 27 dan Proyeksi 28

Grafik 17. Harga Nikel Dunia... 15 Grafik 18. Volume Ekspor Nikel Berdasarkan Negara Tujuan... 15 Grafik 19. Nilai Ekspor Industri... 16 Grafik 2. Nilai Ekspor CPO... 16 Grafik 21. Harga CPO Dunia... 17 Grafik 22. Volume Ekspor CPO Berdasarkan Negara Tujuan... 18 Grafik 23. Nilai Ekspor TPT... 19 Grafik 24. Volume Ekspor TPT Berdasarkan Negara Tujuan... 19 Grafik 25. Nilai Ekspor Alat Listrik dan Elektronik... 2 Grafik 26. Volume Ekspor Alat Listrik dan Elektronik Berdasarkan Negara Tujuan... 21 Grafik 27. Nilai Ekspor Mesin dan Peralatan Mekanik... 21 Grafik 28. Volume Ekspor Mesin dan Peralatan Mekanik ke Negara Tujuan Utama... 22 Grafik 29. Nilai Ekspor Produk Kimia... 23 Grafik 3. Volume Ekspor Produk Kimia ke Negara Tujuan Utama... 23 Grafik 31. Nilai Impor Barang Konsumsi, Bahan Baku dan Barang Modal... 24 Grafik 32. Pangsa Impor Nonmigas dari Negara Asal... 24 Grafik 33. Perkembangan Harga Minyak Dunia... 27 Grafik 34. Produksi Minyak Mentah, Konsumsi dan Impor BBM... 29 Grafik 35. Neraca Jasa, Pendapatan dan Current Transfer... 32 Grafik 36. Jasa Transportasi dan Pariwisata... 33 Grafik 37. Perkembangan Jasa Travel... 33 Grafik 38. Perkembangan Workers Remittances - TKI... 38 Grafik 39. Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per Jenis Investasi... 41 Grafik 4. Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per Sektor... 42 Grafik 41. Perbandingan Transaksi Finansial Sektor Publik... 44 Grafik 42. Perbandingan Yield Global Bond Indonesia dengan US T-Note... 45 Grafik 43. Yield Spread Global Bond Indonesia dengan US T-Note dan Nilai Tukar... 46 Grafik 44. Yield Spread Investasi Finansial Beberapa Negara di Kawasan Regional... 47 Grafik 45. Perkembangan Portofolio Investment... 47 Grafik 46. SBI Rate dan Fed Rate... 48 Grafik 47. Perkembangan Penarikan Pinjaman Pemerintah... 48 Grafik 48. Perkembangan Penarikan dan Pembayaran Pinjaman Pemerintah... 49 Grafik 49. Perkembangan Penarikan Pinjaman Program... 49 Grafik 5. Perkembangan Posisi Pinjaman Program... 5 Grafik 51. Perkembangan Penarikan Pinjaman Proyek... 5 Grafik 52. Perkembangan Posisi Pinjaman Proyek... 51 Grafik 53. Perkembangan Pinjaman per Negara... 51 Grafik 54. Perkembangan Posisi Pinjaman Menurut Jenis Valuta... 52 Grafik 55. Perkembangan Posisi Utang Luar Negeri Pemerintah... 52 Grafik 56. Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Swasta... 53 Grafik 57. Perkembangan Direct Investment di Indonesia... 53 Grafik 58. Arus Masuk FDI Migas... 54 Grafik 59. Arus Masuk FDI Nonmigas... 54 Grafik 6. Penyertaan Modal... 55 Grafik 61. Perkembangan Realisasi PMA di BKPM... 55 Grafik 62. Perkembangan Transaksi Asing di BEJ dan IHSG... 57 Grafik 63. Perkembangan PER Saham... 57 Grafik 64. Perkembangan Surat Berharga Hutang Swasta (Neto)... 58 Grafik 65. Perkembangan Penarikan Pinjaman Swasta... 59 Grafik 66. Perkembangan Nostro Bank Berdasarkan Jenis Transaksi... 59 Grafik 67. Perkembangan Sumber dan Penggunaan Vostro (Gross)... 6 Grafik 68. Cadangan Devisa dan Bulan Impor... 61 Realisasi 27 dan Proyeksi 28 5

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN 6 Realisasi 27 dan Proyeksi 28

Ringkasan Pada 27 NPI mengalami surplus yang cukup besar (USD12,5 miliar), namun lebih rendah dari 26 (USD14,5 miliar). Penurunan surplus NPI tersebut terkait dengan surplus transaksi modal dan keuangan yang sedikit lebih rendah (USD2,8 miliar) dari 26 (USD2,9 miliar). Dari sisi liabilities, kinerja transaksi modal dan keuangan sebenarnya lebih baik dari tahun sebelumnya seperti tercermin pada kenaikan arus masuk modal asing dalam jumlah yang signifikan, baik berupa PMA, modal portofolio, maupun penarikan ULN swasta. Peningkatan arus masuk modal asing tersebut sejalan dengan meningkatnya kegiatan ekonomi domestik, membaiknya iklim investasi, yield yang menarik, dan kestabilan makroekonomi yang terjaga. Namun, dari sisi lain terjadi kenaikan penempatan aset di luar negeri oleh swasta domestik dalam jumlah yang juga signifikan, baik berupa investasi langsung maupun pembelian surat berharga. Hal ini adalah implikasi dari meningkatnya minat investor domestik untuk melakukan ekspansi usaha di luar negeri dan meningkatnya surplus transaksi berjalan, yaitu dari USD1,8 miliar pada 26 menjadi USD11, miliar pada 27. Kenaikan surplus transaksi berjalan didukung oleh kenaikan ekspor nonmigas yang--kendati tumbuh melambat seiring menurunnya pertumbuhan ekonomi dunia--masih dapat mengimbangi kenaikan impor nonmigas yang mengalami akselerasi seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi di dalam negeri. Sementara itu, kenaikan harga minyak belum mampu meningkatkan sumbangan sektor migas terhadap surplus transaksi berjalan karena selama 27 terjadi penurunan produksi minyak dan gas disertai kenaikan volume impor minyak untuk konsumsi BBM domestik. Pada 28 NPI diperkirakan mampu mencapai surplus yang cukup tinggi (USD11,3 miliar), meski menurun dibandingkan 27 (USD12,5 miliar) dan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya (USD15,6 miliar). Transaksi berjalan diperkirakan surplus sekitar USD1,1 miliar, sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya akibat pertumbuhan ekspor nonmigas yang kembali menurun mengikuti prospek ekonomi global yang melambat. Penurunan surplus yang lebih tajam diperkirakan dapat dihindari karena ditopang oleh kenaikan harga minyak dan penurunan laju pertumbuhan impor nonmigas. Akselerasi pertumbuhan impor nonmigas diproyeksikan agak tertahan pada 28 seiring tertahannya akselerasi pertumbuhan ekonomi domestik. Transaksi modal dan keuangan diperkirakan surplus sekitar USD1,2 miliar, juga lebih rendah dari tahun sebelumnya. Penurunan surplus tersebut disebabkan oleh menurunnya arus masuk modal portofolio serta meningkatnya minat dan kemampuan investor domestik untuk menempatkan asetnya di luar negeri, khususnya dalam bentuk surat berharga dan simpanan bank, seiring surplus transaksi berjalan yang masih tinggi. Modal portofolio diperkirakan mulai masuk kembali setelah sempat keluar pada triwulan IV 27 tetapi jumlahnya tidak sebesar 27 karena kondisi pasar keuangan global yang belum sepenuhnya pulih dari dampak krisis subprime mortgage. Sementara itu, iklim investasi diharapkan terus membaik sehingga dapat memperbaiki komposisi arus masuk modal ke arah yang lebih berjangka panjang sebagaimana tercermin pada perkiraan meningkatnya PMA dan penarikan ULN swasta. Sebagai cerminan dari surplus NPI, cadangan devisa dapat meningkat menjadi sekitar USD68,2 miliar pada akhir 28 (setara 6,2 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah). Realisasi 27 dan Proyeksi 28 7

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN NPI 27 Pertumbuhan ekonomi dunia masih cukup tinggi meskipun mengalami perlambatan Harga komoditas ekspor nonmigas masih cenderung meningkat Rata-rata harga minyak mentah Indonesia lebih tinggi dari tahun sebelumnya Pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih tinggi dri perkiraan Laju inflasi relatif konstan Produksi minyak sedikit lebih tinggi dari tahun sebelumnya Pertumbuhan ekonomi dunia pada 27 relatif masih cukup tinggi mencapai 5,2%. Pelemahan ekonomi terjadi khususnya di negara maju akibat dampak krisis subprime mortgage pada paruh kedua sehingga pertumbuhan ekonomi dunia relatif lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya (5,4%). Meskipun mengalami pelambatan, pertumbuhan ekonomi di beberapa negara emerging market, khususnya China pada 27 masih cukup kuat sehingga dapat menahan pelemahan ekonomi di negara maju. Harga-harga komoditas ekspor nonmigas (seperti CPO, karet, batubara, dan tembaga) di pasar dunia masih cenderung meningkat, didorong oleh masih kuatnya permintaan terkait dengan pertumbuhan ekonomi China dan India serta terbatasnya kenaikan pasokan. Harga CPO maupun batubara cenderung mengikuti tren harga minyak dunia yang terus meningkat mengingat pesatnya penggunaan kedua komoditas tersebut sebagai sumber energi alternatif. Harga rata-rata ekspor minyak mentah Indonesia mulai meningkat sejak awal tahun 27 dan mencapai rata-rata sebesar USD7,1 per barel selama tahun 27, lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar USD62,5 per barel. Beberapa faktor pendorong tingginya harga minyak pada 27, antara lain: ketatnya suplai minyak dunia, menurunnya cadangan minyak AS, masih berlanjutnya ketegangan di beberapa negara produsen minyak seperti Iran dan Nigeria, dan meningkatnya cadangan minyak untuk tujuan non komersial. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus meningkat pada 27 hingga mencapai 6,3%, lebih tinggi dari tahun sebelumnya (5,5%). Ekspansi pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini didukung oleh pertumbuhan konsumsi sektor rumah tangga 5,% (pangsa 63,5%), investasi 9,2% (pangsa 24,9%), dan tingginya kinerja ekspor 8,% (pangsa 29,4%). Laju inflasi pada 27 relatif konstan pada 6,59% dibanding tahun sebelumnya (6,6%), meskipun terdapat kenaikan tekanan inflasi terkait naiknya harga minyak yang berdampak pada kenaikan barang impor (imported inflation). Selama 27 nilai tukar bergerak relatif stabil pada kisaran Rp9.14 per USD. Kondisi tersebut memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga BI Rate menjadi 8,% pada akhir tahun 27. Produksi minyak pada 27 mencapai,952 juta barel per hari (bph), lebih rendah daripada tahun sebelumnya (1,5 juta bph). Rendahnya produksi minyak tersebut selain disebabkan oleh masalah natural declining juga dipengaruhi oleh eksplorasi lapangan baru yang masih belum berproduksi pada 27. Realisasi 27 dan Proyeksi 28 1

Volume konsumsi BBM cenderung meningkat Konsumsi BBM pada 27 tumbuh 1,6% mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang justru mengalami penurunan (-6,8%). Peningkatan konsumsi BBM sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi, khususnya untuk sektor transportasi dan listrik serta lambatnya proses konversi energi minyak tanah dengan LPG. Tabel 1 Indikator Utama NPI 26 dan 27 27 INDIKATOR EKONOMI DUNIA 26 27 Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Pertumbuhan Ekonomi (%) World Output 5.4 5.2 - Amerika Serikat 2.9 2.1 2. 2.6 2.5 2.2 - Jepang 2.2 2. 2.1 2.5 2. 2.1 - Uni Eropa 2.8 3.1 2.7 2.6 2.3 2.6 - Singapore 7.9 6.1 8.6 7.8 5.4 7.5 - China 11.1 11.1 11.9 11.4 11.2 11.4 Harga Komoditi Dunia - Minyak Mentah OPEC (USD/barel) 66 55 65 72 85 69 - Batu bara (USD/metric ton) 5 53 57 68 88 67 - Tembaga (USD/metric ton) 7,67 5,933 7,641 7,712 7,188 7,119 - CPO (USD/ton) 493 69 763 822 925 78 - Karet (cent USD/kg) 246 243 251,6 234 245 241 Suku Bunga Internasional (%) - Amerika Serikat 6.3 5.3 5.2 4.5 4.2 4.2 - Jepang.4.6.7.7.7.7 - Uni Eropa 2. 4.1 4.7 4.6 4.3 4.3 - Singapore 3.5 2.4 2.8 2.5 1.6 1.6 - China 2.5 3.1 3.3 4.1 4.5 4.5 Inflasi (%) - Amerika Serikat 3.2 2.6 2.4 2.5 4.1 2.7 - Jepang.3 -.1 -.1 -.2.7. - Uni Eropa 2.2 1.9 2 1.9 3.1 2. - Singapore 1.6 1.3 2.4 4.4 1.7 - China 1.5 3. 4.4 5.3 6.5 4.8 INDIKATOR EKONOMI DOMESTIK PDB (y.o.y, %) 5.5 6.1 6.3 6.3 6.3 6.3 Inflasi IHK (%) 6.6 6.52 5.77 6.95 6.59 6.59 Nilai tukar (Rp/USD) 9,25 9,13 8,968 9,25 9,137 9,14 Harga rata-rata ekspor minyak mentah (US$/bbl) 62.5 55.7 67.3 71.9 85.6 7.1 Produksi Minyak (juta barel per hari) 1.5.966.942.948.951.952 Konsumsi BBM (juta barel per kuartal) 372.5 95.5 95. 99. 96.2 378.4 BI Rate (%) 11.3 9. 8.5 8.3 8. 8. Sumber : BI, WEO dan The Economist 2 Realisasi 27 dan Proyeksi 28

TRANSAKSI BERJALAN Transaksi berjalan 27 mencatat surplus yang lebih tinggi daripada tahun sebelumnya Transaksi berjalan pada 27 mencatat surplus sebesar USD11, miliar, sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD1,8 miliar. Perkembangan tersebut terutama didorong oleh ekspor barang khususnya nonmigas yang tumbuh lebih tinggi dibanding impor nonmigas meskipun relatif lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan pertumbuhan impor mengalami peningkatan cukup signifikan sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dalam negeri. juta USD 9, Grafik 1 Transaksi Berjalan 7, 5, 3, 1, -1, -3, -5, -7, Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 24 25 26 27* Services Income Trade Balance Current Trans. Current Account Defisit neraca jasa dan neraca pendapatan mengalami kenaikan, sedangkan surplus transfer berjalan relatif sama dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, neraca jasa dan neraca pendapatan pada 27 mengalami kenaikan defisit masing-masing menjadi sebesar USD11,1 miliar dan USD15,9 miliar dari tahun sebelumnya (USD9,9 miliar dan USD13,8 miliar). Defisit pada neraca jasa terutama disumbangkan dari jasa tranportasi dan jasa lainnya. Sedangkan defisit neraca pendapatan meningkat terutama akibat bertambahnya repatriasi keuntungan perusahaan yang melakukan penanaman modal asing di Indonesia. Adapun transfer berjalan pada 27 masih mengalami surplus sebesar USD4,9 miliar, relatif sama dibandingkan tahun sebelumnya terutama disumbangkan dari pengiriman gaji TKI kepada keluarganya di tanah air (WR-TKI). 1. Neraca Perdagangan Nonmigas Surplus Neraca Perdagangan Nonmigas 27 meningkat dibanding tahun sebelumnya Neraca perdagangan nonmigas tahun 27 mengalami surplus sebesar USD27, miliar, lebih tinggi dari USD22,9 miliar pada tahun sebelumnya. Peningkatan surplus tersebut disebabkan oleh peningkatan nilai ekspor nonmigas (15,6%) yang tumbuh lebih tinggi dari nilai impor nonmigas (14,5%). Surplus neraca perdagangan non migas terutama terjadi pada Tw. IV-27 sejalan dgn meningkatnya ekspor pada triwulan tsb. Realisasi 27 dan Proyeksi 28 3

Grafik 2 Neraca Perdagangan Nonmigas juta USD 28, 25,5 23, 2,5 18, 15,5 13, 1,5 8, 5,5 3, 5 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 24 25 26 27* Ekspor Impor Neraca Perdagangan Nonmigas 1.1. Ekspor Nonmigas Ekspor nonmigas 27 tumbuh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya Total nilai ekspor nonmigas 27 sebesar USD93,1 milyar, tumbuh 15,6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penyumbang utama pertumbuhan tersebut adalah meningkatnya ekspor pada sektor pertambangan yang tumbuh 17,2% (pangsa 23,2% terhadap total ekspor nonmigas), diikuti oleh sektor industri dan pertanian masing-masing tumbuh 15,2% (pangsa 63,2%) dan 14,7% (pangsa 12,6%). Pertumbuhan ekspor nonmigas Indonesia tahun 27 tersebut relatif melambat dibandingkan tahun sebelumnya (2,7%). Perlambatan pertumbuhan ekspor tersebut sejalan dengan melambatnya volume perdagangan dunia serta kenaikan harga komoditas yang tidak setinggi tahun sebelumnya. Grafik 3 Nilai Ekspor Nonmigas Juta USD 16, 14, 12, Pertanian Pertambangan Industri 1, 8, 6, 4, 2, Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 24 25 26 27* Separuh dari total ekspor nonmigas ditujukan ke lima negara Selama tahun 27, ekspor nonmigas Indonesia ditujukan pada lima negara utama, yaitu Jepang dengan pangsa 14,35%, lalu Amerika Serikat (pangsa 12%), negara-negara Uni Eropa (1,9%), Singapura (9,6%) dan China (7,3%). Kenaikan terbesar terjadi pada ekspor ke negara China dan Singapura yang mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 21,1% dan 12,7% dibanding tahun sebelumnya. 4 Realisasi 27 dan Proyeksi 28

Grafik 4 Pangsa Ekspor Nonmigas Berdasarkan Negara Tujuan (%) 2 18 Sg Jpn RRC USA India - Malaysia 16 14 12 1 8 6 4 2 1995 1996 1997 1998 1999 2 21 22 23 24 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 25 26 27 Variasi komoditas ekspor ke lima negara tujuan utama cukup beragam Komoditas utama yang diekspor ke Jepang selama tahun 27 antara lain biji logam & sisa logam serta batubara, sedangkan ekspor ke Amerika Serikat terutama berupa pakaian dan karet mentah. Ekspor ke negara-negara Uni Eropa didominasi oleh komoditas minyak sayur & lemak serta pakaian. Adapun komoditas utama ekspor ke negara Singapura adalah peralatan listrik dan mesin kantor & pengolah data. Sementara ekspor ke China terdiri dari komoditas minyak sayur & lemak serta biji logam & sisa logam. Tabel 2 Negara Utama Tujuan Ekspor Menurut Jenis Komoditas Tahun 27 Berdasarkan SITC 2 Digit (% pangsa thd total ekspor non migas) Jepang Amerika Serikat Uni Eropa Singapura China Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share Komoditi Share Biji logam & sisa logam 4.22 Pakaian 3.84 Minyak sayur & lemak 1.57 Mesin listrik & peralatan 1.35 Minyak sayur & lemak 1.33 Batubara, krokas & briket 1.4 Karet mentah 1.29 Pakaian 1.35 Mesin kantor & pengolah 1.5 Biji logam & sisa logam.82 data Logam tidak mengandung 1.23 Ikan & udang.81 Alas kaki.74 Logam tidak mengandung.98 Karet mentah.78 besi besi Mesin listrik & peralatan.93 Barang-barang.62 Furniture.65 Alat telekomunikasi.64 Kimia organik.59 manufaktur Nilai Ekspor Pertanian meningkat terutama karena kenaikan harga Nilai ekspor karet meningkat karena naiknya harga dan volume Nilai ekspor produk pertanian selama tahun 27 mencapai USD11,7 miliar atau tumbuh sebesar 14,7% dari tahun sebelumnya. Naiknya ekspor pertanian pada periode tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan ekspor karet. Kenaikan nilai ekspor produk pertanian tersebut lebih banyak didorong oleh tingginya harga komoditas primer di pasar dunia. Secara volume, ekspor produk pertanian pada 27 hanya tumbuh sekitar,2%. Ekspor karet pada tahun 27 mencapai USD4,9 miliar (pangsa 5,2% dari total ekspor non migas) atau tumbuh positif sebesar 14,1% dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekspor karet tersebut terutama terjadi pada Tw. IV-27 yang mencapai USD1,3 miliar atau tumbuh 43,2%. Pertumbuhan ekspor karet juga terjadi pada sisi volume meskipun tidak sebesar pertumbuhan nilainya. Selama tahun 27, volume ekspor karet mencapai 2,4 juta ton atau tumbuh 5%. Kenaikan volume ekspor Realisasi 27 dan Proyeksi 28 5

terutama terjadi pada Tw. IV-27 yang mencapai 586 ribu ton atau tumbuh 2,8%. Peningkatan nilai ekspor karet tersebut disebabkan oleh tingginya harga karet dunia seiring dengan kenaikan harga minyak pada Tw. IV-27. Tingginya harga karet tersebut mampu direspon oleh peningkatan produksi karet pada tahun 27 yang meningkat sebesar 5%. Grafik 5 Nilai Ekspor Pertanian Juta USD 1,6 1,4 1,2 1, Karet Udang Kopi 8 6 4 2 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1* Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 23 24 25 26 27 Amerika, Jepang dan China merupakan negara tujuan utama ekspor karet Volume ekspor karet yang mengalami peningkatan pada tahun 27 terutama berasal dari ekspor ke negara Singapura yang tumbuh sekitar 18,3% (y.o.y), kemudian diikuti ekspor ke negara Jepang naik sebesar 16,6%, sedangkan ekspor karet ke China hanya meningkat sebesar 2,5%. Negara tujuan utama ekspor karet pada tahun 27 adalah Amerika Serikat (pangsa 24,6%), Jepang (16,5%) dan China (14,9%). Grafik 6 Volume Ekspor Karet berdasarkan Negara Tujuan ribu ton 2 18 USA JAPAN CHINA 16 14 12 1 8 6 4 2 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 26 27 Tabel 3 Ekspor Karet berdasarkan Negara Tujuan (juta USD) Negara Tujuan 26 27 Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Total Share (%) Amerika Serikat 112 267 325 28 326 1198 24.6 Jepang 638 166 21 223 27 85 16.5 China 665 133 197 199 195 724 14.9 Uni Eropa 444 11 131 124 117 482 9.9 Singapura 244 61 92 152 78 382 7.8 Lainnya 1178 292 319 341 326 1279 26.3 Total 4271 129 1274 1319 1249 487 1 6 Realisasi 27 dan Proyeksi 28

Harga karet dunia terus meningkat Harga karet alam pada tahun 27 mencapai rata-rata USD248 cent/kg, dengan tingkat harga paling tinggi terjadi pada Tw. IV-27 yang mencapai rata-rata USD265 cent/kg. Kenaikan harga minyak dunia mengakibatkan pengolahan karet sintetik berbahan baku minyak bumi menjadi tidak kompetitif sehingga banyak pabrik pengolahan karet berganti pada karet alam akibatnya konsumsi karet alam meningkat dan harganya ikut naik. Selain itu, naiknya harga karet juga didorong oleh kondisi cuaca yang tidak menentu yang menyebabkan produksi karet alam Indonesia terganggu sehingga pasokan ke pasar internasional menjadi terbatas. Grafik 7 Harga Karet Dunia US Cent/kg 28 26 24 22 2 18 16 14 12 1 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Sumber: World Bank 24 25 26 27 Produksi karet Indonesia menghadapi kendala Sepanjang tahun 27, International Rubber Study Group (IRSG), lembaga studi karet internasional, mencatat produksi karet dunia mencapai 9,7 juta ton naik sedikit dari tahun 26 sebesar 9,68 juta ton. Indonesia adalah salah satu produsen karet alam dunia tetapi lahan perkebunannya saat ini mengalami penurunan. Selama kurun waktu 1967-25, areal perkebunan karet di Indonesia meningkat sekitar 1,2% per tahun. Namun selanjutnya areal perkebunan tersebut mengalami penurunan dari sekitar 4,3 juta hektar pada tahun 25 menjadi 3,3 juta hektar pada tahun 27. Tabel 4 Produksi dan Konsumsi Karet Dunia (ribu ton) Produksi Konsumsi Tahun Karet Karet Karet Karet Total Alam Synthetic Alam Synthetic Total 1996 6,44 9,76 16,2 6,11 9,59 15,7 1997 6,47 1,8 16,55 6,47 1,1 16,48 1998 6,85 9,88 16,73 6,57 9,87 16,44 1999 6,872 1,335 17,27 6,645 1,195 16,84 2 6,739 1,819 17,558 7,315 1,764 18,79 21 7,261 1,485 17,746 7,223 1,253 17,476 22 7,345 1,882 18,227 7,545 1,723 18,268 23 7,992 11,448 19,44 7,967 11,381 19,348 24 8,645 11,978 2,623 8,319 11,86 2,179 25 8,682 11,965 2,647 8,742 11,917 2,659 26 9,192 12,527 21,719 9,74 12,245 21,319 27 9,762 13,14 22,866 9,419 13,244 22,663 Sumber: International Rubber Study Group Realisasi 27 dan Proyeksi 28 7

Program revitalisasi perkebunan untuk karet Ekspor udang mengalami pertumbuhan negatif Dalam rangka mengatasi rendahnya produktivitas perkebunan karet, pemerintah menetapkan program revitalisasi perkebunan, termasuk di dalamnya untuk tanaman karet. Program peremajaan ini akan dilaksanakan hingga tahun 21, meliputi perluasan lahan karet sebesar 5. hektar dan peremajaan tanaman karet sebesar 25. hektar. Komoditas utama sektor pertanian lainnya, yaitu udang mengalami penurunan nilai ekspor pada tahun 27. Nilai ekspor udang hanya sebesar USD79 juta (pangsa,8%), tumbuh negatif sekitar 14,6%. Pertumbuhan negatif terutama terjadi pada Tw. I-27 sekitar 2,7% atau mencapai USD178 juta. Penurunan nilai ekspor udang disebabkan oleh menurunnya ekspor ke negara-negara tujuan utama, seperti Jepang (tumbuh negatif 24,63%), USA (-5,89%), negara-negara Uni Eropa (-12,81%) dan China (-48,84%) akibat adanya penolakan udang Indonesia oleh Uni Eropa dan Jepang karena mengandung unsur antibiotik. Tabel 5 Nilai Ekspor Udang Berdasarkan Negara Tujuan (juta USD) Negara Tujuan 26 27 Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Total Share (%) Jepang 4 77 76 75 74 32 38.3 Amerika Serikat 33 56 8 83 66 285 36.2 Uni Eropa 149 26 37 37 3 13 16.5 Hongkong 16 5 6 4 2 17 2.1 China 15 3 3 1 8 1. Lainnya 38 1 13 11 13 47 6 Total 922 177 215 211 186 788 1 Volume ekspor udang mengalami penurunan Penurunan nilai ekspor udang tersebut berasal dari volume ekspor udang yang hanya mencapai 111 ribu ton atau turun 15,1% pada tahun 27. Volume ekspor udang yang mengalami penurunan terutama berasal dari ekspor ke negara China dan Jepang yang turun masing-masing sebesar 43,9% (y.o.y) dan 26,9%, sedangkan ekspor ke negara Amerika Serikat, negara-negara Uni Eropa dan Hongkong turun sebesar 7,6%, 12,4% dan 1,1%. Penurunan volume tersebut terkait dengan kinerja produksi sektor budidaya udang yang masih rendah. Hingga awal Tw. IV-27, produksi udang berkisar 22 ribu ton, jauh di bawah target produksi tahun 27 sebesar 41 ribu ton. 8 Realisasi 27 dan Proyeksi 28

Grafik 8 Volume Ekspor Udang berdasarkan Negara Tujuan 14 ribu ton 12 1 8 6 4 2 USA JAPAN Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 26 27 Harga udang di pasar dunia terus meningkat selama 27 Pada tahun 27, rata-rata harga udang di pasar internasional mencapai USD1.1 cent/kg. Harga udang terus meningkat dengan tingkat harga tertinggi pada Tw. IV-27 yang mencapai USD1.45 cent/kg. Harga ini relatif stabil karena harga udang tidak dipengaruhi oleh harga minyak dunia di mana pengeluaran industri udang untuk BBM hanya sekitar 15-2%. Grafik 9 Harga Udang Dunia US Cent/kg 1,1 1,6 1,2 98 94 9 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Sumber: World Bank 24 25 26 27 Nilai ekspor pertambangan didorong oleh faktor harga Ekspor sektor pertambangan pada tahun 27 sebesar USD21,6 miliar atau tumbuh 17,2% dengan pangsa 23,2%. Pertumbuhan nilai ekspor pertambangan ini didukung oleh ekspor nikel (tumbuh 76,8%), batubara (12,8%) dan tembaga (11,4%). Tingginya harga komoditas tambang dunia telah menjadi faktor pendorong meningkatnya ekspor sektor pertambangan. Kenaikan nilai ekspor sektor pertambangan terutama terjadi pada Tw.I-27 yang mencapai USD5,4 miliar atau meningkat 5,6%. Peningkatan tersebut terutama berasal dari ekspor nikel (tumbuh 259,9%), tembaga (51,3%) dan batubara (tumbuh 39,4%). Kenaikan ekspor pada periode tersebut didorong oleh meningkatnya volume ekspor dan kenaikan harga. Namun demikian, ekspor pada Tw. IV-27 menurun sebesar 15,4% atau sebesar USD4,8 miliar. Penurunan pada Tw. IV-27 tersebut terutama berasal dari ekspor timah (tumbuh negatif 63,1%), tembaga (-31%), dan nikel (-21,2%), sedangkan ekspor batubara meningkat 8,1%. Realisasi 27 dan Proyeksi 28 9

Volume ekspor pertambangan mengalami kenaikan Dari sisi volume, ekspor pertambangan pada tahun 27 juga mengalami kenaikan sebesar 7,8% atau mencapai 245 juta ton. Kenaikan volume ekspor pertambangan tersebut terjadi pada komoditas nikel (tumbuh 13,7%), aluminium (65,5%) dan batubara (7,9%). Volume ekspor pertambangan meningkat terutama pada Tw. I-27 sebesar 64,6 juta ton (tumbuh 37,%). Kenaikan volume ekspor tersebut terutama berasal dari komoditi nikel (tumbuh 247,1%), tembaga (31,%) dan batubara (41,9%). Sedangkan volume ekspor pertambangan pada Tw. IV-27 tumbuh negatif 1,3% atau mencapai 6,8 juta ton. Pada Tw. IV-27 hanya komoditas nikel dan aluminium yang tumbuh positif sedangkan komoditas lainnya seperti timah, tembaga dan batubara tumbuh negatif. Grafik 1 Nilai Ekspor Pertambangan Juta USD 2,4 2, Tembaga Batu bara Nickel 1,6 1,2 8 4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1* Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 24 25 26 27 Pertumbuhan ekspor batubara didorong oleh kenaikan harga Harga batubara naik dibandingkan tahun sebelumnya Nilai ekspor batubara pada tahun 27 mencapai USD7, miliar (pangsa 7,5%) atau tumbuh 12,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan yang cukup tinggi ini didorong oleh harga batubara dunia yang terus meningkat dan permintaan yang cukup tinggi dari negara-negara utama importir batubara. Kenaikan nilai ekspor batubara terutama terjadi pada Tw. I-27 yang meningkat sekitar tumbuh 39,4% atau atau mencapai USD1,8 miliar. Selain karena tingginya harga, meningkatnya nilai ekspor batubara juga disebabkan oleh meningkatnya volume pada Tw. I-27 mencapai 56 juta ton atau naik 41,9%. Sedangkan pada Tw. IV-27 terjadi penurunan volume ekspor sekitar,7% atau mencapai 51,2 juta ton disebabkan oleh masuknya musim penghujan yang menghambat kegiatan penambangan sehingga produksi merosot. Secara keseluruhan 27, volume ekspor batubara mencapai 26 juta ton atau tumbuh 7,9%. Pada tahun 27 rata-rata harga batubara mencapai USD65,73 per MTon jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD49,9 per MTon. Peningkatan harga batubara sejalan dengan kenaikan harga minyak dunia yang mencapai harga tertinggi pada Tw. IV-27 sebesar USD83,47 per MTon. Tingginya permintaan batubara dari Asia Pasifik, terutama China menyebabkan ketidakseimbangan antara pasokan dan konsumsi yang turut mendorong naik harga batubara dunia. Selain China, negara pengguna batubara terbesar di dunia adalah India, Jepang, Korea Selatan, Australia dan Taiwan. 1 Realisasi 27 dan Proyeksi 28

Grafik 11 Harga Batubara Dunia USD/MT 9 8 7 6 5 4 3 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 24 25 26 27 Sumber: World Bank Produksi batubara Indonesia masih diperkirakan meningkat Pada tahun 27, produksi batubara menurut Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) diperkirakan mencapai lebih dari 2 juta ton (data sementara DESDM sampai dengan November 27 mencapai 123 juta ton), lebih tinggi dari target pemerintah sebesar 196 juta ton dan dari tahun sebelumnya yang mencapai 181 juta ton. Kenaikan produksi batubara terutama terjadi pada semester II 27 sejalan dengan meningkatnya harga batubara di pasar dunia. Grafik 12 Produksi Batubara Indonesia 6 juta ton 5 48 45 Q3 Q4 Q1 44 53 5 48 55 4 4 3 2 1 Q1 Q2 26 Q2 Q3 Q4 27 Sumber : DESDM & APBI (diolah) Ekspor batubara terutama ke Jepang, Taiwan dan Korea Selatan Negara tujuan utama ekspor batubara Indonesia pada tahun 27 adalah Jepang, Taiwan, Korea Selatan, India dan China. Nilai ekspor ke negara China pada tahun 27 mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi sebesar 139,3%, sebaliknya ekspor ke negara Jepang mengalami penurunan sebesar 2,%. Realisasi 27 dan Proyeksi 28 11

Tabel 6 Nilai Ekspor Batubara Berdasarkan Negara Tujuan (juta USD) Negara Tujuan 26 27 Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Total Share (%) Jepang 1324 326 34 377 291 1298 18.6 Taiwan 924 239 222 246 218 926 13.3 Korea Selatan 655 228 21 25 237 925 13.3 India 637 273 18 148 256 857 12.3 RRC 27 17 91 125 18 495 7.1 Lainnya 2445 594 592 61 693 2479 35.5 Total 6192 1831 1598 1748 184 698 1 Volume ekspor batubara juga mengakami peningkatan Volume ekspor batubara pada tahun 27 mencapai 26 juta ton, meningkat dari 191 juta ton pada tahun sebelumnya. Peningkatan volume ekspor yang signifikan terjadi pada negara China yang mencapai 15,5 juta ton (meningkat 115,5%) dan Korea Selatan mencapai 27,4 juta ton (meningkat 31,2 %). Kenaikan volume ekspor ke negara tersebut terkait dengan tingginya permintaan batubara seiring dengan pesatnya pertumbuhan industri di kedua negara tersebut. Sementara itu, ekspor ke negara Jepang dan Taiwan mengalami penurunan masing-masing sebesar 2,4% dan 3,7%. Grafik 13 Volume Ekspor Batubara berdasarkan Negara Tujuan ribu ton 12 1 JAPAN KOREA TAIWAN CHINA 8 6 4 2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 26 27 Nilai ekspor tembaga tumbuh positif, namun secara volume menurun Nilai ekspor tembaga pada tahun 27 mencapai USD7,3 miliar (pangsa 7,9%) atau tumbuh sekitar 11,4%. Kenaikan ekspor tembaga terjadi terutama pada Tw. II- 27 yang tumbuh sekitar 61,3% atau sebesar USD2,3 miliar. Namun pada Tw. IV- 27 nilai ekspor tembaga tumbuh negatif 31,% atau mencapai USD1,5 miliar. Dari sisi volume secara keseluruhan tahun 27, ekspor tembaga mencapai 2,1 juta ton atau menurun 15,9%. Penurunan volume ekspor tersebut terutama terjadi pada Tw. IV (turun 51,8%), meskipun pada Tw.I dan Tw.II masih mengalami peningkatan masing-masing sebesar 31% dan 7,2%. Turunnya volume ekspor tembaga terkait dengan produksi tembaga yang semakin terbatas. Meskipun volume ekspor tembaga mengalami penurunan namun harga tembaga dunia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. 12 Realisasi 27 dan Proyeksi 28

Grafik 14 Harga Tembaga Dunia USD/MT 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Sumber: World Bank 24 25 26 27 Naiknya harga tembaga karena terbatasnya pasokan Pada tahun 27, rata-rata harga tembaga di pasar dunia sudah mencapai USD7.118/Mton, lebih tinggi jika dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar USD6.722/Mton. Harga tembaga mencapai puncaknya pada Tw. III-27 sebesar USD7.712/Mton. Terbatasnya pasokan tembaga dari negara-negara produsen seperti Chili, Brasil dan Indonesia, sementara permintaan dunia meningkat mendorong harga tembaga terus naik. Negara tujuan ekspor tembaga Indonesia antara lain Jepang (pangsa 3,1%), Korea Selatan (1,9%), Malaysia, (8,5%), Philipina (7,6%) dan India (7,3%). Tabel 7 Nilai Ekspor Tembaga Berdasarkan Negara Tujuan (juta USD) Negara Tujuan 26 27 Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Total Share (%) Jepang 218 57 762 486 376 2194 3.1 Korea Selatan 82 127 231 35 13 793 1.9 Malaysia 373 96 172 25 145 618 8.5 Philipina 35 178 115 132 13 554 7.6 India 689 158 277 26 69 53 7.3 Lainnya 214 759 722 526 61 269 35.7 Total 6552 1888 2278 168 1452 7298 1 Penurunan produksi tembaga terutama berasal dari turunnya produksi PT. Freeport Tingginya harga tembaga di pasar dunia tidak sejalan dengan produksi tembaga Indonesia. Pada tahun 27, produksi tembaga turun dari 932.27 ton (26) menjadi 796.899 ton. Penurunan produksi tembaga Indonesia dipengaruhi oleh turunnya produksi PT. Freeport yang merupakan produsen tembaga terbesar di Indonesia terkait dengan kasus demonstrasi karyawan Freeport dan anjuran pemerintah untuk mengurangi produksi yang bertujuan perbaikan lingkungan di lokasi Tambang Grassberg, Papua. Realisasi 27 dan Proyeksi 28 13

Grafik 15 Produksi Tembaga Indonesia 35 3 ribu ton 272 288 27 25 2 15 173 199 197 173 157 1 5 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Sumber: DESDM 26 27 Penurunan volume ekspor tembaga terutama berasal dari negara India, Jepangdan Korsel Volume ekspor tembaga ke negara-negara tujuan utama pada tahun 27 secara keseluruhan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan terbesar terutama berasal dari ekspor ke negara India, Jepang dan Korea yang turun masing-masing sebesar 39,5% (y.o.y), 31,9% dan 24,9%. Namun ekspor tembaga ke negara Philipina dan Malaysia secara volume mengalami kenaikan masingmasing sebesar 56,5% dan 49,9%. Grafik 16 Volume Ekspor Tembaga berdasarkan Negara Tujuan ribu ton 12 1 JAPAN KOREA TAIWAN CHINA 8 6 4 2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 26 27 Naiknya nilai Ekspor Nikel, selain didorong oleh harga juga karena peningkatan volume Nilai ekspor nikel pada tahun 27 mencapai USD3,2 miliar (pangsa 3,5%) atau tumbuh sebesar 76,8%. Peningkatan nilai ekspor tersebut terutama didorong oleh peningkatan volume ekspor sebesar 13,7% dari tahun sebelumnya. Meskipun secara keseluruhan nilai ekspor nikel mengalami pertumbuhan pada tahun 27, namun pada Tw. IV-27 nilai ekspor nikel hanya mencapai USD663 juta, menurun sebesar 21,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ekspor nikel pada Tw. IV-27 lebih disebabkan oleh menurunnya harga, sementara volume ekspor nikel mencapai 2,4 juta ton atau meningkat 33,3%. 14 Realisasi 27 dan Proyeksi 28

Grafik 17 Harga Nikel Dunia USD/Ton 6 5 4 3 2 1 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 24 25 26 27 Sumber: World Bank Tabel 8 Nilai Ekspor Nikel Berdasar Negara Tujuan (juta USD) Negara Tujuan 26 27 Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Total Share (%) Jepang 1449 522 788 545 536 2418 74.7 China 58 53 92 7 7 285 8.8 Lainnya 325 129 316 62 55 536 16.5 Total 1832 74 1196 677 661 3239 1 Jepang dan China merupakan tujuan utama ekspor nikel Negara tujuan utama ekspor nikel adalah China dan Jepang. Ekspor nikel ke China selama tahun 27 mencapai 5,6 juta ton meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 624 ribu ton, sedangkan ekspor nikel ke Jepang mencapai 2, juta ton, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 2,2 juta ton atau turun sebesar 8,9%. Melonjaknya volume ekspor nikel ke China terkait dengan perkembangan industri manufaktur berbahan dasar nikel yang terus berkembang di negara tersebut. Grafik 18 Volume ekspor Nikel Berdasarkan Negara Tujuan ribu ton 1,8 1,6 JAPAN CHINA 1,4 1,2 1, 8 6 4 2 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 26 27 Ekspor industri pada 27 meningkat terutama berasal dari CPO dan mesin mekanik Nilai ekspor industri manufaktur tahun 27 mencapai USD58,8 miliar (pangsa 63,2%) atau tumbuh sebesar 15,1%. Kenaikan tersebut terutama disumbangkan oleh pertumbuhan yang relatif tinggi dari beberapa komoditas manufaktur, seperti CPO (48,9%), mesin mekanik (33,4%), dan produk kimia (22,3%) serta TPT (4,3%). Sementara itu, ekspor alat-alat listrik & elektronik menurun sebesar 5,2%. Realisasi 27 dan Proyeksi 28 15

Grafik 19 Nilai Ekspor Industri 3, Juta USD 2,5 2, 1,5 1, 5 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1* Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 24 25 26 27 Tekstil Alat-Alat Listrik CPO Mesin & Mekanik Kimia Nilai ekspor CPO pada 27 meningkat didorong oleh kenaikan harga dunia Nilai ekspor CPO sepanjang tahun 27 mencapai USD7,6 miliar (pangsa 8,2%) atau tumbuh sebesar 48,9%. Peningkatan ekspor CPO tersebut terutama disebabkan oleh tingginya harga seiring dengan kuatnya permintaan akan komoditi tersebut. Tingginya permintaan CPO didorong oleh semakin berkembangnya industri bahan bakar alternatif biofuel terutama di India dan China sementara pasokan CPO dari negaranegara produsen seperti Indonesia dan Malaysia cenderung tetap. Negara tujuan utama ekspor CPO Indonesia adalah India, China, dan MEE, yang mencapai 53,1% dari total ekspor CPO. Peningkatan nilai ekspor CPO pada tahun 27 terutama terjadi pada Tw. IV-27 yang mengalami pertumbuhan hingga mencapai 92,5% atau sebesar USD3, miliar. Grafik 2 Nilai Ekspor CPO Million USD 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1, 5 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 24 25 26 27 16 Realisasi 27 dan Proyeksi 28

Tabel 9 Nilai Ekspor CPO Berdasar Negara Tujuan (juta USD) Negara Tujuan 26 27 Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Total Share (%) India 115 247 546 481 822 295 27.7 China 775 14 248 226 348 962 12.7 Uni Eropa 741 155 148 217 441 96 12.7 Lainnya 2556 648 821 715 1368 3554 46.9 Total 587 119 1763 1639 2979 7571 1 Harga CPO terus mengalami kenaikan akibat lonjakan permintaan China dan India Pada tahun 27, rata-rata harga CPO dunia sudah mencapai USD78/ton lebih tinggi dari tahun sebelumnya (USD478/ton). Selama tahun 27, harga CPO tertinggi terjadi pada Tw. IV-27 yang mencapai USD928/ton. Tingginya harga pada periode tersebut akibat lonjakan permintaan dari China dan India setelah pemerintah negara tersebut memberikan subsidi penggunaan minyak nabati untuk bahan bakar. Tingginya harga CPO dunia turut memengaruhi harga minyak sawit mentah dan minyak goreng domestik. Untuk mengontrol harga di pasar domestik, pemerintah menetapkan tiga instrumen stabilisasi, yaitu Pajak Ekspor (PE) sebesar 1%, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 1% yang ditanggung pemerintah dan penjualan minyak goreng bersubsidi sebanyak 1 juta liter dengan potongan harga sampai Rp 2.5 per kepala keluarga untuk masyarakat berpendapatan rendah. Tujuan ditetapkannya ketiga instrumen tersebut antara lain untuk mempertahankan keuntungan harga tandan buah segar (TBS) di kalangan petani dan mengendalikan fluktuasi harga minyak goreng di pasar agar tidak melonjak terlalu tinggi. Grafik 21 Harga CPO Dunia USD/ton 11 1 9 8 7 6 5 4 3 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Sumber: World Bank 24 25 26 27 Volume ekspor CPO mengalami penurunan Meskipun nilai ekspor CPO tumbuh pada positif pada tahun 27, namun dari sisi volume mengalami penurunan. Volume ekspor CPO pada tahun 27 sebesar 11,6 juta ton atau tumbuh negatif 9,1% dari tahun sebelumnya. Turunnya volume ekspor CPO terutama terjadi pada produk turunannya yaitu RBD Palm Oil atau minyak goreng akibat penetapan PE yang besarnya sama antara CPO dan produk turunannya sehingga Realisasi 27 dan Proyeksi 28 17

eksportir cenderung untuk mengurangi ekspor produk turunan CPO. Penurunan volume ekspor terjadi ke semua negara tujuan ekspor, kecuali ke India yang mengalami peningkatan volume ekspor sebesar 28,3%. Grafik 22 Volume ekspor CPO Berdasarkan Negara Tujuan ribu ton 1,2 1, 8 6 4 2 India China Uni Eropa Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 26 27 Produksi CPO memiliki potensi untuk ditingkatkan Meskipun volume ekspor CPO mengalami penurunan, namun produksi CPO mengalami peningkatan. Peningkatan produksi CPO Indonesia diikuti pula oleh peningkatan prouksi CPO Malaysia masing-masing mencapai 17,2 juta ton dan 15,8 juta ton. Peningkatan kedua produsen CPO tersebut menyebabkan produksi CPO dunia pada tahun 27 meningkat sebesar 2,7% dari tahun sebelumnya. Naiknya produksi CPO di Indonesia dipengaruhi oleh datangnya musim hujan pada Tw. IV-27 dimana tanaman sawit lebih produktif dalam menghasilkan buah hingga mencapai 3 ton per hektar. Lahan kelapa sawit di Indonesia mencapai 6,2 juta hektar, namun sekitar 5% atau 3. hektar masih kurang produktif dan hanya menghasilkan 17-18 ton per hektar. Tabel 1 Produksi CPO Indonesia Tahun Sumber: Deptan Perkebunan Rakyat Produksi minyak sawit (ribu ton) Perkebunan Milik Negara Perkebunan Besar Swasta Jumlah 1996 1,133 1,77 2,58 4,898 1997 1,283 1,587 2,579 5,449 1998 1,345 1,51 3,84 5,93 1999 1,544 1,468 3,439 6,451 2 1,96 1,461 3,644 7,11 21 2,798 1,519 4,79 8,396 22 3,426 1,68 4,588 9,622 23 3,517 1,754 5,173 1,444 24 3,745 1,981 6,79 11,85 25 3,873 2,49 6,528 12,45 Nilai ekspor TPT masih positif meskipun melambat dibandingkan tahun sebelumnya Nilai ekspor TPT selama tahun 27 mencapai USD1, miliar (pangsa 1,8%) atau tumbuh sebesar 4,3%. Pertumbuhan tersebut melambat dibanding tahun sebelumnya sebesar 12,1%. Melambatnya pertumbuhan nilai ekspor TPT sejalan dengan menurunnya permintaan pasar ekspor terhadap produk tekstil Indonesia akibat perlambatan ekonomi global yang mengakibatkan permintaan TPT dunia menurun. Penurunan permintaan terjadi terutama pada komoditas benang dan kain lembaran 18 Realisasi 27 dan Proyeksi 28

Million USD Grafik 23 Nilai Ekspor TPT 3, 2,5 2, 1,5 1, 5 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 24 25 26* 27 ribu ton 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Grafik 24 Volume ekspor TPT Berdasarkan Negara Tujuan Amerika Uni Eropa Jepang Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 26 27 Negara tujuan utama ekspor TPT adalah AS dan Uni Eropa Negara tujuan utama ekspor TPT Indonesia adalah Amerika Serikat dan negaranegara Uni Eropa. Amerika Serikat menyerap 38,4% dari total ekspor TPT, sedangkan Uni Eropa menyerap 17,1%. Negara-negara lain seperti Jepang, Amerika Selatan dan Afrika menyerap masing-masing sebesar 5,%, 4,4% dan 2,6%. Tabel 11 Nilai Ekspor TPT Berdasarkan Negara Tujuan (juta USD) Negara Tujuan 26 27 Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Total Share (%) USA 3,699 991 947 996 93 3,837 38.4 Uni Eropa 1,673 39 43 469 421 1,711 17.1 Jepang 491 128 123 13 124 55 5. Lainnya 3,734 945 994 1,67 945 3,951 39.5 Total 9,597 2,454 2,494 2,662 2,393 1,4 1 Kendala dalam pelaksanaan program revitalisasi TPT Lambatnya pertumbuhan ekspor TPT selain disebabkan oleh melemahnya permintaan dunia, juga karena produksi TPT mengalami banyak kendala, baik dari sisi kapasitas mesin dan bahan baku maupun tingginya biaya energi. Indonesia juga terancam kesulitan bahan baku, seperti kapas, serat poliester dan BBM yang harganya semakin tinggi akibat penarikan subsidi oleh negara maju, khususnya Amerika Serikat Realisasi 27 dan Proyeksi 28 19

Ekspor barang-barang listrik dan elektronik mengalami pertumbuhan negatif Pangsa ekspor listrik dan elektronik ke Jepang dan Singapura meningkat dan kenaikan harga minyak mentah dunia. Dari segi infrastruktur, penyerapan dana restrukturisasi permesinan untuk industri TPT belum optimal, yaitu sebesar 6,2% atau sebesar Rp 153,8 miliar dari Rp 255 miliar dana yang disediakan pemerintah. Program restrukturisasi ini ditetapkan pada bulan April 27 yang terbagi dalam dua skim. Skim pertama mengalokasikan anggaran sebesar Rp 175 miliar dan hanya terealisasi sebesar Rp 129 miliar atau sekitar 72% yang diajukan oleh 78 perusahaan TPT skala besar. Skim kedua menyediakan anggaran sebesar Rp 8 milar dan hanya terserap sebesar 31,8% atau Rp 24,8 miliar yang diajukan oleh 14 perusahaan skala kecil menengah. Rendahnya realisasi penyerapan dana pada skim II disebabkan oleh ketidaksiapan para pelaku usaha TPT skala kecil menengah dengan persyaratan formal yang harus dipenuhi. Selain itu lembaga pembiayaan non bank yang ditunjuk Departemen Perindustrian tidak dapat menjangkau industri TPT skala kecil menengah yang ada di daerah. Nilai ekspor alat listrik dan elektronik pada tahun 27 mencapai USD8,7 miliar (pangsa 9,4%) atau tumbuh negatif 5,2%. Pertumbuhan negatif tersebut terutama terjadi pada Tw. III-27 sebesar 16,5% sejalan dengan penurunan volume ekspor pada Tw. III-27 sekitar 15,2%. Secara keseluruhan tahun 27 volume ekspor alat listrik dan elektronik tahun 27 mengalami penurunan sebesar 1,8%. Penurunan ekspor alat listrik dan elektronik terjadi ke beberapa negara tujuan utama, seperti Amerika Serikat (-24,9%, pangsa 8,9%), Uni Eropa (-12%, pangsa 1,5%), dan Jepang (-2%, pangsa 14%), sedangkan ekspor ke Singapura mengalami kenaikan sebesar 9% dengan pangsa 32,3%. Perlambatan ekonomi dunia diduga sebagai penyebab turunnya ekspor alat listrik dan elektronik terutama ke negara Amerika Serikat dan Uni Eropa. Grafik 25 Nilai Ekspor Alat-alat Listrik dan Elektronik Million USD 3, 2,5 2, 1,5 1, 5 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 24 25 26 27 2 Realisasi 27 dan Proyeksi 28

Tabel 12 Nilai Ekspor Alat Listrik & Elektronik Berdasarkan Negara Tujuan (juta USD) Negara Tujuan 26 27 Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Total Share (%) Singapura 2,582 781 648 664 721 2,813 32.3 Jepang 1,247 29 287 313 331 1,221 14. Uni Eropa 1,34 261 198 218 233 91 1.5 Amerika Serikat 1,34 23 185 21 179 777 8.9 Lainnya 3,291 749 716 744 773 2,983 34.3 Total 9,187 2,285 2,33 2,149 2,237 8,74 1. Grafik 26 Volume Ekspor Elektonik Berdasarkan Negara Tujuan 35 ribu ton 3 25 2 15 1 5 Singapore Japan Uni Eropa Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 26 27 Ekspor mesin dan mekanik mengalami pertumbuhan positif Ekspor mesin dan mekanik selama tahun 27 mencapai USD6,9 miliar (pangsa 7,4%), atau tumbuh sebesar 33,4%, terutama didorong oleh kenaikan volume ekspor sebesar 62,3%. Kendaraan bermotor jalan raya, mesin-mesin khusus untuk industri serta mesin dan peralatan umum untuk industri merupakan komoditas unggulan dari ekspor mesin dan mekanik selama tahun 27, dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 29,4%, 174,6% dan 16,3%. Pertumbuhan positif tersebut terutama terjadi pada Tw I-27 yang mencapai USD1,7 miliar atau tumbuh 59,2%. Sedangkan nilai ekspor Tw. IV-27 mencapai USD1,8 miliar atau tumbuh 25,2%, didorong oleh volume ekspor yang meningkat tajam sebesar 188,7%. Grafik 27 Nilai Ekspor Mesin dan Peralatan Mekanik Million USD 2, 1,8 1,6 1,4 1,2 1, 8 6 4 2 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 24 25 26 27 Realisasi 27 dan Proyeksi 28 21

Negara tujuan utama ekspor mesin dan mekanik adalah Singapura dan Jepang Negara tujuan utama ekspor mesin dan mekanik adalah Singapura (pangsa 17,5%), Jepang (11,2%), Thailand (9,%) dan Uni Eropa (9,%). Peningkatan volume ekspor mesin dan mekanik didorong oleh ekspor ke negara Singapore yang tumbuh 37,8%, Thailand sebesar 17,9%, dan Uni Eropa sebesar 17,2%, sedangkan ekspor ke negara Jepang turun 2,2%. Besarnya peranan ekspor mesin dan mekanik terhadap total impor nonmigas yang banyak ditujukan ke pasar regional menjadi perhatian pemerintah untuk meningkatkan daya saing ekspor dalam menghadapi perlambatan pertumbuhan dunia dan persaingan di pasar global yang semakin tajam. Tabel 13 Nilai Ekspor Mesin & Mekanik Berdasarkan Negara Tujuan (juta USD) Negara Tujuan 26 27 Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Total Share (%) Singapura 1,264 286 296 37 39 1,197 17.5 Jepang 56 173 184 23 24 764 11.2 Thailand 454 135 195 14 149 619 9. Uni Eropa 325 132 139 177 166 614 9. Lainnya 2,525 1, 844 848 953 3,646 53.3 Total 5,128 1,725 1,658 1,675 1,781 6,84 1. Grafik 28 Volume Ekspor Mesin dan Mekanik Berdasarkan Negara Tujuan ribu ton 14 12 Singapore Japan Thailand Uni Eropa 1 8 6 4 2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 26 27 Ekspor produk kimia mengalami pertumbuhan positif didorong kenaikan volume Ekspor produk kimia selama tahun 27 mencapai nilai USD6,5 miliar (pangsa 7,%) atau tumbuh sebesar 22,3%, terutama didorong oleh kenaikan volume ekspor yang tumbuh sebesar 41,6%. Kenaikan nilai ekspor produk kimia ini berasal dari ekspor ke Thailand yang tumbuh 87% dengan pangsa 8,7%, disusul oleh Malaysia (tumbuh 58,3%, pangsa 1,5%), kemudian Singapura (tumbuh 23,8%, pangsa 7,4%). Peningkatan nilai ekspor tersebut didorong oleh kenaikan volume ekspor ke Thailand dan Malaysia, masing-masing sebesar 84,7% dan 44,9%. Sementara itu, pangsa nilai ekspor terbesar adalah China sebesar 13,5%, dengan pertumbuhan volume mencapai 85,4%, meskipun secara nilai hanya tumbuh 6,6%. 22 Realisasi 27 dan Proyeksi 28