MULA KERJA ATRAKURIUM.

dokumen-dokumen yang mirip
MULA KERJA ROKURONIUM

Bagian Anestesesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

GAMBARAN LAMA KERJA ROKURONIUM PADA PASIEN YANG MENJALANI ANESTESIA UMUM DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUP. PROF. DR. R. D.

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTARA LIDOKAIN 0,50 mg/kgbb DENGAN LIDOKAIN 0,70 mg/kgbb UNTUK MENGURANGI NYERI PENYUNTIKAN PROPOFOL SAAT INDUKSI ANESTESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semenjak berkembangnya ilmu anestesiologi telah ada pencarian terhadap

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

PENGARUH DURASI TINDAKAN INTUBASI TERHADAP RATE PRESSURE PRODUCT (RPP) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di instalasi rekam medik RSUP dr. Kariadi Semarang,

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TRAMADOL DENGAN KOMBINASI TRAMADOL + KETOLORAC PADA PENANGANAN NYERI PASCA SEKSIO SESAREA

RIWAYAT HIDUP PENELITI. : dr. Haryo Prabowo NIM : Tempat / Lahir : Medan / 26 Desember 1985

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN RESPON HEMODINAMIK DAN TINGKAT KESADARAN PASCA PEMAKAIAN ISOFLURAN DAN SEVOFLURAN PADA OPERASI MAYOR DI DAERAH ABDOMEN SKRIPSI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERBEDAAN PERUBAHAN TEKANAN DARAH ARTERI RERATA ANTARA PENGGUNAAN DIAZEPAM DAN MIDAZOLAM SEBAGAI PREMEDIKASI ANESTESI

PERBANDINGAN MULA KERJA ROKURONIUM BROMIDA 0,6 mg/kg iv SESUDAH 4 MENIT PEMBERIAN EFEDRIN 70 µg/kg iv DENGAN ROKURONIUM BROMIDA 1 mg/kg iv

GENERAL ANESTESI PADA LAPAROTOMI PERITONITIS POST TRAUMA PADA LAKI-LAKI 43 TAHUN

Oleh: M. Winardi S. Lesmana NIM: TESIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propofol adalah obat anestesi intravena yang sangat populer saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar belakang. hilangnya kesadaran. Pada dasarnya anestesi digunakan pada tindakan-tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERBANDINGAN EFEK HEMODINAMIK ANTARA PROPOFOL DAN ETOMIDATE PADA INDUKSI ANESTESI UMUM ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah ekstubasi merupakan 7% dari semua masalah respirasi

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI VOLUME 3 NOMOR 1, NOVEMBER 2015 PENELITIAN

ARTIKEL PENELITIAN. Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

BAB I PENDAHULUAN. memberikan respon stress bagi pasien, dan setiap pasien yang akan menjalani

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

: dr. Ahmad Yafiz Hasby Tempat / Tgl Lahir : Medan, 4 September : Tasbi 2 Blok IV No.33 Medan

ARTIKEL PENELITIAN. Yehezkiel, Made Wiryana, Ida Bagus Gde Sujana, I Gusti Putu Sukrana Sidemen

Perbandingan Trapezius Squeezing Test dan Jaw Thrust Sebagai Indikator Kedalaman Anestesia pada Pemasangan Sungkup Laring

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis dari suatu teknologi yang baru adalah penting. Reformasi pelayanan

PENGARUH INDUKSI KETAMIN DOSIS 2 MG/KgBB DAN. DEKSAMETASON DOSIS 0,2 MG/KgBB INTRAVENA TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS WISTAR

PERBEDAAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROPOFOL 0,5 Mg/KG/BB DENGAN LIDOCAIN 2 Mg/KG/BB DALAM MENCEGAH KEJADIAN SPASME LARING PASCA EKSTUBASI TESIS

ABSTRAK Perbandingan Efektivitas Penggunaan Bonfils Intubation Fiberscope

PENGARUH INDUKSI SUKSINILKOLIN, PROPOFOL, DAN ATRAKURIUM TERHADAP TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PADA SECTIO CAESARIA

BAB IV METODE PENELITIAN. ditetapkan di Ruang Pemulihan RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr.

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

PENGARUH DEXAMETHASON TERHADAP KADAR IgE SERUM SEBELUM PEMBERIAN ATRAKURIUM SEBAGAI FASILITASI INTUBASI

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perubahan hemodinamik yang signifikan.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan Terapi Intensif.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemberian fentanil intravena sebagai Preemptive Analgesia merupakan

Perbandingan kadar gula darah pasca pembedahan dengan anestesia umum dan anestesia spinal

PERBEDAAN KEJADIAN SPASME LARING PASCA EKSTUBASI PADA TEKNIK EKSTUBASI DALAM DAN TEKNIK EKSTUBASI SADAR SKRIPSI

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup, Tempat dan Waktu Penelitian. 2. Ruang lingkup tempat : Laboratorium Biologi Universitas Negeri

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cara infasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

PENGARUH DURASI TINDAKAN INTUBASI TERHADAP RATE PRESSURE PRODUCT (RPP) JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemberian OAT fase awal di BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru)

PERBANDINGAN TEKANAN DARAH DAN FREKUENSI JANTUNG PADA PENDERITA YANG MENDAPAT MEPERIDIN DAN KETAMIN PADA AKHIR ANESTESI UMUM

Kata Kunci : Variasi Makanan, Cara Penyajian Makanan, Ketepatan Waktu Penyajian Makanan, Kepuasan Pasien

BAB I PENDAHULUAN. visualisasi saluran napas melalui bronkoskop. Bronkoskopi berfungsi sebagai

PERSENTASE KEBERHASILAN OPERASI CIMINO DAN AV-SHUNT CUBITI PADA PASIEN HEMODIALISA DI RSUP PROF KANDOU PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2013

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian singgle blind randomised

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara

PERUBAHAN HEMODINAMIK DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI FENTANIL-PROPOFOL & FENTANIL-TIOPENTAL PADA INTUBASI ENDOTRAKEA TANPA PELUMPUH OTOT

PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PETIDIN, PROPOFOL, SULFAS ATROPIN, MIDAZOLAM

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Intubasi endotrakeal merupakan "gold standard" untuk penanganan jalan nafas.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Nama : Alat Aroma Terapi Elektrik Dilengkapi Monitoring Detak Jantung. f. Sensor : Finger sensor dan sensor suhu LM 35

PENGARUH PEMBERIAN INDUKSI ANESTESI ETOMIDATE 0,4mg/kgBB TERHADAP KADAR GULA DARAH ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH RELAKSASI BENSON TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS DENPASAR TIMUR II TAHUN 2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

HUBUNGAN SKOR SOFA DENGAN LAMA RAWAT INAP PASIEN CEDERA KEPALA BERAT DI ICU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU PERIODE JUNI OKTOBER 2013

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, baik anjing ras maupun anjing lokal. Selain lucu, anjing juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Esophagogastroduodenoscopy atau sering disingkat endoscopy adalah

Emanuel Ileatan Lewar ABSTRACT

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan

Oleh : DWI LUNARTA D.S. SIAHAAN TESIS

1 Kevin G. Pitojo 2 Adrian Tangkilisan 2 Alwin Monoarfa.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh proses kelahiran, dimana 80-90% tindakan seksio sesaria ini dilakukan dengan anestesi

KARAKTERISTIK PASIEN RADIODERMATITIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN JANUARI AGUSTUS Oleh : MUHAMMAD FACHRUL ROZI LUBIS

Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan. Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERBEDAAN KADAR ALBUMIN PADA PASIEN KANKER NASOFARING DENGAN BERBAGAI STADIUM (Studi Observasional di RSUP Dr Kariadi Semarang)

SKRIPSI. Diajukan Oleh : PARYANTO J

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN TINDAKAN SUCTION DI RUANG ICU RSUD GAMBIRAN KEDIRI

ARTIKEL PENELITIAN. Yovita Koswara, Erwin Pradian, Ike Sri Redjeki

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 188/ /KEP/408.49/2015 TENTANG

PENGARUH SALBUTAMOL TERHADAP KADAR HISTAMIN SERUM SEBELUM PEMBERIAN ATRAKURIUM SEBAGAI FASILITASI INTUBASI TESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

JUMLAH NETROFIL POLIMORFONUKLEAR PADA OPERASI CORONARY ARTERY BYPASS GRAFT DENGAN MENGGUNAKAN CARDIO PULMONARY BYPASS ARTIKEL PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Hipnotik (tidur) Analgesia (bebas dari nyeri)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

KATA PENGANTAR. penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul Anestesi Umum ini tepat pada waktunya.

Transkripsi:

MULA KERJA ATRAKURIUM 1 Mukian M 2 Tambajong H 3 Lalenoh D 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi 2 Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif djio_mednet@rocketmail.com Background: Endotracheal intubation is the act of entering an endotracheal tube into the trachea so that the airway and breathing easyly assisted and controlled. Muscle paralytic drug greatly assist the implementation of general anesthesia, to facilitate endotracheal intubation including members and relaxation of the muscles that facilitate the operation and control of ventilation. Atracurium is a type of non-depolarising muscle paralysis does not depend on kidney. Purpose: To determine the average atracurium work early. Methods: The study was conducted in the Prof. Kandou hospital, Manado by using simple random sampling. Patients undergoing elective surgery with general anesthesia and met the inclusion criteria were weighed taken premedication with midazolam 0.07 mg / kg bw iv, fentanyl 2 microg / kg bw iv and propovol induction with 2 mg / kg bw iv after patients given atracurium 0, 6 mg / kg bw iv. Examination conducted by using TOF-watch and measured with a stop watch. Results: Found 14 samples studies with 5 male and 9 female. Conclusion: Based on the research that has been conducted on 14 samples found that the average of atracurium work initial 14 samples was 197 seconds (3.29 minutes).keywords: atracurium, onset of action. Latar belakang:intubasi endotrakeal adalah tindakan memasukkan pipa endotrakeal kedalam trakea sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah dibantu dan dikendalikan. Obat pelumpuh otot sangat membantu pelaksanaan anestetik umum, antara lain memudahkan intubasi endotrakeal serta memberi relaksasi otot sehingga mempermudah pembedahan dan ventilasi kendali.atrakurium adalah jenis pelumpuh otot non depolarisasi yang tidak tergantung dengan fungsi ginjal.tujuan: Untuk mengetahui rerata mula kerjaatrakurium.metode: Penelitian ini mengambil tempat di RSUP Prof Kandou,Manadodengan menggunakan simple random sampling.pasien yang akan menjalani bedah elektif dengan anestetik umum dan memenuhi kriteria inklusi ditimbang berat badan dan dilakukan premedikasi dengan midazolam 0,07 mg/kg bb iv, fentanyl 2 µg/kg bb iv dan di induksi dengan propovol 2 mg/kg bb iv setelah itu pasien diberikan atrakurium 0,6 mg/kg bb iv. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan TOF-watch dan diukur dengan stop watch.hasil: Ditemukan 14 sampel penelitian dengan laki-laki 5 orang dan perempuan 9 orang.kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 14 sampel ditemukan bahwa rerata mula kerja atrakurium pada 14 sampel yaitu 197 (3,29 menit).kata kunci: atrakurium, mula kerja. PENDAHULUAN Intubasi endotrakeal adalah tindakan memasukkan pipa endotrakeal kedalam trakea sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah dibantu dan dikendalikan. Tujuan dilakukannya intubasi endotrakeal adalah untuk membersihkan jalan nafas agar tetap paten, mencegah aspirasi, serta mempermudah pemberian ventilasi dan oksigen bagi pasien operasi. 1,2 Untuk memasukkan pipa endotrakeal kedalam trakea tentu saja pasien akan merasakan ketidaknyamanan dan akan melakukan tindakan perlawanan sehingga akan terjadi trauma. 3,4 Obat pelumpuh otot sangat membantu pelaksanaan anestetik umum, antara lain memudahkan intubasi endotrakeal serta memberi relaksasi otot sehingga mempermudah pembedahan dan ventilasi kendali. 5

Banyak pelumpuh otot yang sangat tergantung dengan ekskresi ginjal untuk eliminasinya.atrakurium adalah jenis pelumpuh otot non depolarisasi yang tidak tergantung dengan fungsi ginjal. Atrakurium dimetabolisme secara efektif sehingga farmakokinetiknya tidak bergantung pada fungsi ginjal dan hati. 6 Atrakurium digunakan sebagai tambahan dalam anestetik umum, untuk memfasilitasi pemasangan intubasi endotrakeal dan untuk memberikan relaksasi otot skeletal selama pembedahan atau ventilasi mekanis. 7 Atrakurium ditemukan oleh Stenlake dan sejawatnya pada pertengahan 1970, yang dirancang untuk menghasilkan relaksasi nondepolarisasi dan mengalami eliminasi Hoffmann. Dalam reaksi kimia ini, suatu siklus pengelompokkan nitrogen qartenary dibawah PH dan temperatur yang tinggi terlepas menjadi amine tersier. Obat ini pertama kali diperkenalkan dalam penggunaan klinis di Inggris oleh Payne dan Hughes pada tahun 1981 dan di Amerika serikat oleh Basta pada tahun 1982. 8 Walaupun obat pelumpuh otot bukan merupakan obat anestetik, tetapi obat ini sangat membantu pelaksanaan anestestik umum, antara lain memudahkan dan mengurangi cedera tindakan laringoskop dan intubasi trakea, serta memberi relaksasi otot yang dibutuhkan dalam pembedahan ventilasi. 9 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mula kerja atrakurium. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 25 Nopember 2012 hingga 21 Januari 2013 di Instalasi Bedah Sentral (IBS) dan Ruang Operasi Cito Rumah SakitProf. Dr. R. D. Kandou. Penelitian dilakukan pada seluruh pasien yang akan menjalani operasi dengan anestetik umum dan pemasangan pipa trakea. Kriteria penerimaan antara lain laki-laki dan perempuan berumur 18 hingga 40 tahun dengan status fisik ASA I-II. Kriteria penolakan yaitu pasien yang memiliki status fisik ASA III-VI dan memiliki alergi terhadap atrakurium. Pasien yang masuk kriteria penerimaan diukur berat badannya sebelum masuk kamar operasi. Kemudian pasien dilakukan premedikasi dengan midazolam 0,07 mg/kg BB IV dan fentanil 2µg/kg BB IV saat di atas meja operasi. Setelah itu, elektroda ditempelkan di daerah pergelangan tangan kiri pasien. Elektroda negatif ditempel kira-kira 2 cm proksimal pergelangan tangan dia atas kulit tempat jalannya nervus ulnaris. Elektroda positif ditempelkan 2-3 cm proksimal dari elektroda negatif. Kerdua elektroda dihubungkan pada nerve stimulator (TOF-watch). Tempelkan transducer pada bagian volar jempol dengan plester dan pastikan agar kabel tidak terlalu tegang. Kemudian TOFwatch dihidupkan. Pasien diinduksi dengan propovol 2mg/kg BB IV. Setelah itu, pasien diperiksa refleks bulu matanya dan pastikan hasilnya negatif. Saat pasien tidak lagi memilki refleks bulu mata, tekan tombol TOF (train of four) pada TOF-watch.Atrakurium 0,6 mg/kg BB diberikan pada pasien melalui jalur intravena secara cepat. Selesai penyuntikan, tombol start pada stopwatch ditekan untuk memulai penghitungan waktu. Tombol stop pada stopwatch ditekan apabila angka yang ditunjukkan pada layar TOF-watch mencapai 0%. Hasil penelitian Telah dilakukan penelitian terhadap pasien yang akan menjalani operasai elektif di RSUP Prof Kandou, Manado dari bulan November 2012 sampai dengan bulan januari 2013 dengan status ASA I-II dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang telah diberikan atrakurium 0,6 mg/kgbb IV didapatkan sebanyak 14 sampel.

Tabel 2.Karakteristik individu Variabel N Minimum Maksimum rerata Simpang baku Umur (tahun) 14 21 40 32.43 7.542 Berat badan (kg) 14 44.3 95.0 60.071 12.7252 Mula kerja () 14 77 332 197.21 80.646 Tabel diatas menunjukkan kategori umur termuda 21 tahun, umur tertua 40 tahun, dengan rerata 32,43 tahun memiliki standar deviasi 7,542. Sedangkan untuk kategori berat badan terendah 44,3 kg, berat badan terberat 95 kg dengan rerata 60 kg memiliki standar deviasi 12,7252. Sedangkan untuk kategori mula kerja terendah 77, mula kerja terlama 332 dengan rerata 197,21 memiliki standar deviasi 80,646. Tabel 3.Subyek penelitian Jenis Kelamin Frekuensi % Laki-laki 5 35.7 Perempuan 9 64.3 Total 14 100.0 Tabel 4.Kategori umur Kategori Umur Frekuensi % 18-25 tahun 4 28.6 26-33 Tahun 3 21.4 34-40 Tahun 7 50.0 Total 14 100.0 Tabel diatas menunjukkan dari 14 sampel ditemukan kategori umur 18-25 tahun terdapat 4 orang (28,8%), kategori umur 26-33 tahun terdapat 3 orang (%), kategori umur 34-40 tahun terdapat 7orang (50 %). kategori umur Tabel diatas menunjukkan dari 14 sampel terdapat 5 laki-laki (35,7 %) dan terdapat 9 perempuan (64,3%). 50% 29% 18-25 tahun 26-33 Tahun jenis kelamin 21% 34-40 Tahun 36% laki-laki 64% perempuan Gambar 3. Subyek penelitian Kategori umur Gambar 4.Kategori umur. Tabel 5.Kategori mula kerja Kategori Mula Kerja Frekuen si % 61-120 1 7.1 121-180 6 42.9 Diatas sama dengan 181 7 50.0 Total 14 100.0

Dari tabel diatas menunjukkan dari total 14 sampel ditemukkan kategori mula kerja 61-120 sebanyak 1 orang (7,1%), kategori mula kerja 121-180 sebanyak 6 orang (42%), kategori mula kerja diatas sama dengan 181 sebanyak 7 orang (50%). kategori mula kerja 50% 7% 43% 61-120 121-180 Gambar 5.Kategori mula kerja. Uji beda mean mula kerja pada sampel laki-laki dan perempuan menggunakan uji t Tabel 6.Uji beda bearti mula kerja pada sampel laki-laki dan perempuan menggunakan uji t JENIS KELAMIN N rerata Standar deviasi Nilai p UMUR (tahun) BB (kg) MULA KERJA () Variable umur didapatkan rerata umur laki-laki 31,60 (32 tahun) dengan standar deviasi 8,849, sedangkan rerata umur perempuan 32,89 (33 tahun) dengan standar deviasi 7,253. Nilai p = 0,773 > nilai kritis 0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara jenis kelamin pada umur. Variable berat badan didapatkan rerata berat badan laki-laki 64 kg dengan standar deviasi 3,4641, sedangkan rerata berat badan perempuan 32,89 kg dengan standar deviasi 15,5606. Nilai p = 411 > nilai kritis 0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara jenis kelamin pada berat badan. Variable mula kerja didapatkan rerata mula kerja laki-laki 179,60 dengan standar deviasi 105,382, sedangkan rerata mula kerja perempuan Laki-laki 5 31.60 8.849 Perempuan 9 32.89 7.253 Laki-laki 5 64.000 3.4641 Perempuan 9 57.889 15.5606 Laki-laki 5 179.60 105.382 Perempuan 9 207.00 68.660 0.773 0.411 0.564 207 dengan standar deviasi 68,660. Nilai p = 564 > nilai kritis 0,05 berarti tidak ada perbedaan bermakna antara jenis kelamin pada mula kerja. Karena data normal maka dilakukan uji korelasi Tabel 7.Uji korelasi UMUR (tahun) MULA KERJA () Rer ata 32. 43 197.21 Standar deviasi N 7.542 14 80.646 14 Nilai r Nilai p.236 0.41 7 Nilai p= 0,417 > nilai kritis 0,05 berarti tidak ada hubungan signifikan antara umur dengan mula kerja.

Nilai r= 0,236 artinya hubungan yang ada antara umur dan mula kerja sangat lemah Hasil uji chi square karena dibawah 0,25 atau mendekati nol. Tabel 8.kategori umur dan kategori mula kerja kategori Umur 61-120 Kategori Mula Kerja 121-180 Diatas sama dengan 181 18-25 tahun 1 2 1 4 25.0% 50.0% 25.0% 100.0% 26-33 Tahun 0 1 2 3 0.0% 33.3% 66.7% 100.0% 34-40 Tahun 0 3 4 7 Total 0.0% 42.9% 57.1% 100.0% 1 6 7 14 7.1% 42.9% 50.0% 100.0% Total nilai p Signifikansi 0,501 > 0,05 Tidak signifikan Tabel 4, menunjukkan sampel dengan kategori umur 18-25 tahun yang memiliki kategori mula kerja 60-120 ada 1 orang (25%), sampel dengan kategori umur 18-25 tahun yang memiliki kategori mula kerja 121-180 ada 2 orang (50%), sampel dengan kategori umur 18-25 tahun yang memiliki kategori mula kerja diatas sama dengan 181 ada 1 orang (25%), kategori umur 34-40 tahun yang memiliki kategori mula kerja diatas sama dengan 181 ada 4 orang (57,1%). Dari uji chi-square didapatkan nilai p= 0,501 lebih dari nilai kritis 0,05 berarti dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan signifikan antara variabel kategori umur dengan kategori mula kerja. sampel dengan kategori umur 26-33 tahun tidak ada yang memiliki kategori mula kerja 60-120, sampel dengan kategori umur 26-33 tahun yang memiliki kategori mula kerja 121-180 ada 1 orang (33,3%), sampel dengan kategori umur 26-33 tahun yang memiliki kategori mula kerja diatas sama dengan 181 ada 2 orang (66,7%), sampel dengan kategori umur 34-40 tahun tidak ada yang memiliki kategori mula kerja 60-120, sampel dengan kategori umur 34-40 tahun yang memiliki kategori mula kerja 121-180 ada 3 orang (42,9%), sampel dengan

Tabel 9.Kategori jenis kelamin dengan mula kerja Jenis Kelamin Kategori Mula Kerja 121-180 Diatas sama dengan 181 61-120 Total nilai p signifikansi Laki-laki 1 2 2 5 20.0% 40.0% 40.0% 100.0% Perempuan 0 4 5 9 0.0% 44.4% 55.6% 100.0% total 1 6 7 14 7.1% 42.9% 50.0% 100.0% 0,373 > 0,05 Tidak signifikan Tabel 5, menunjukkan sampel laki-laki yang memiliki kategori mula kerja 60-120 ada 1 orang (20%), sampel laki-laki yang memiliki kategori mula kerja 121-180 ada 2 orang (40%), sampel laki-laki yang memiliki kategori mula kerja diatas sama dengan 181 ada 2 orang (40%). Sampel perempuan yang memiliki kategori mula kerja 60-120 ada 0 orang (0%), sampel perempuan yang memiliki kategori mula 121-180 ada 4 orang (44,4%), sampel perempuan yang memiliki kategori mula diatas sama dengan 181 t ada 5 orang (56,6%). Pembahasan Atrakurium dimetabolisme secara ekstensif sehingga farmakokinetiknya tidak bergantung pada fungsi ginjal dan hati. Dua proses terpisah berperan dalam metabolisme. Pertama, hidrolisis ester yang dikatalisis oleh esterase non spesifik, bukan oleh asetilkolinesterase atau pseudokolinesterase. Kedua melalui eliminasi Hoffmann dimana penghancuran kimia non enzimatik spontan terjadi pada ph dan suhu fisiologis. 9 Pada hasil penelitian yang dilakukan di ruang operasi RSUP Prof. Kandou, Manado ditemukan 14 pasien yang diberikan 0,6 mg/kg bb IV dengan mula kerja tersingkat 77 (1 menit17 ) dan terlama 332 (5 menit 32 ) memiliki rerata mula kerja yaitu 3,29 menit atau 197. Dosis awal atrakurium yang dibutuhkan yaitu 0,5 mg/kg bb sampai 0,6 mg/kg bb untuk mencapai blokade neuromuskular secara maksimum umumnya dalam waktu 3 sampai 5 menit. Untuk mendapatkan tindakan intubasi yang sesuai dapat dicapai dalam waktu 2 sampai 2,5 menit. 10 Walaupun obat pelumpuh otot bukan merupakan obat anestetik, tetapi obat ini sangat membantu pelaksanaan anestesi umum, antara lain memudahkan dan mengurangi cedera tindakan laringoskop dan intubasi trakea, serta memberi relaksasi otot yang dibutuhkan dalam pembedahan dan ventilasi. 9 Manfaat obat ini di bidang anestesiologi antara lain untuk: 1. Memudahkan dan mengurangi cidera tindakan laringoskop dan intubasi trakea. 2. Membuat relaksasi selama tindakan pembedahan 3. Menghilangkan spasme laring dan refleks jalan napas atas selama anestesia

4. Memudahkan pernapasan kendali selama anestesia 5. Mencegah terjadinya fasikulasi otot karena obat pelumpuh otot depolarisasi. 9 Penelitian tentang mula kerja obat pelumpuh otot atrakurium pernah dilakukan juga oleh Mahbuba dan Rana Talib Al-Nafakh (2009) melakukan penelitian pada 25 kasus berbeda, jenis kelamin berbeda, dan berat badan berbeda kemudian diberikan atrakurium 0.6 mg/kg bb dan mula kerja yang didapatkan yaitu berkisar antara 1,5 menit sampai 2 menit pada pasien yang akan diintubasi untuk mengurangi efek fisiologis pada jantung. 10 Menurut penelitian Jaafer Mahbbuba dan Rana Talib AL-Nafakh penggunaan atrakurium untuk kepentingan operasi sangat berguna karena atrakurium tidak membuat perubahan signifikan pada denyut nadi terutama pada pasien yang menderita jantung iskemik. 10 Sebagai simpulan.berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 14 sampel pasien yang akan menjalani operasi di RSUP Prof Kandou, Manado ditemukan bahwa rerata mula kerja atrakurium pada 14 sampel yaitu 3,29 menit atau 197. Oleh karena itu Atrakurium dapat diberikan karena selain sebagai obat mula kerja sedang, atrakurium juga tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap denyut nadi, sehingga berguna bagi pasien dengan gejala jantung iskemik dan pasien yang berusia lanjut yang tidak dapat mentoleransi peningkatan denyut jantung. Ungkapan Terima Kasih Ucapan Terima Kasih ditujukan kepada dr. Lucky Kumaat, SpAn sebagai penguji 1, dr. Iddo Posangi, SpAn sebagai penguji 2 dan kepada semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah menumbuhkan ide pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Ibrahim H. Intubasi endotrakeal. [homepage on the Internet]. 2012 [cited 24 Oktober 2012]. Available from:http://id.scribd.com/doc/314370 05/Intubasi-Endotrakeal-by-Hafiz- Ibrahim 2. Morgan ED, Mikhail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesiology. United states of America: 2006. 3. Intubasi endotrakeal. [homepage on the Internet]. c2012 [update 2012 November 1; cited 9 November 2012]. Available from: http://id.scribd.com/doc/31437005/int ubasi-endotrakeal-by-hafiz-ibrahim 4. Miller RD. Miller s anesthesia. Edisi 7. United states of America:Elsevier; 2009. 5. Bramantyo LV. Perbandingan perubahan gejala hemodinamika antara perkurisasi atrakurium0,05 mg/kg BB dengan MgSO4 40% 40 mg karena penggunaan suksinilkolin sebagai fasilitas intubasi. [homepageon the internet]. 2012[cited septembeer 30 2012]. Available from: http://eprints.undip.ac.id/7513/1/li borius. 6. Atracurium. [homepage on the internet]. C2013 [update 2013 Januari 12; cited 2013 Januari 15]. Available from: http://id.scribd.com/doc/98084430/ Atracurium 7. Annisa. Atrakurium Besilate. [homepage on the internet]. 2012 [cited 2012 Sep 30]; Available fom: http://ml.scribd.com/doc/68045186 /ATRAKURIUM 8. Atrakurium. [homepage on the internet]. Universitas Sumatera Utara; c2012 [update 2012 Nov

24; cited 2012 Dec 13]. Available from:http://repository.usu.ac.id/bit stream/123456789/23705/4/chapte r%20ii.pdf 9. Kurniawan A, Kusuma DI. Farmakologi Pelumpuh Otot. [homepage on the Internet]. 2013 [cited 2013 Januari 13]; Available from: http://id.scribd.com/doc/55353519/ 45630854-refrat-ndun 10. Mahbuba J, Al-Nafakh RT. The effect of atracurium on the pulse rate during rapid tracheal intubation. QMJ vol 5. 2009..