PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL CLOSED EYES PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG SIFAT SUSUNAN PARTIKEL ZAT PADAT, ZAT CAIR, ZAT GAS

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL PENGAKUAN KESALAHAN PADA MATERI PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG TERAPUNG, TENGGELAM DAN MELAYANG

diketahui. Jika hasil belajar siswa jelek maka guru memberikan umpan balik yang sesuai dengan masalah yang ditemukan pada siswa.

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL VOTING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA CERMIN CEMBUNG

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL MASUK BARISAN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG GAYA LORENTZ PADA PENGHANTAR BERARUS LISTRIK

2. DASAR TEORI UMPAN BALIK CEPAT

B. DASAR TEORI Konsep, konsepsi dan miskonsepsi Udara

Penggunaan Metode Fast Feedback Model Rainbow Card dalam Pembelajaran Fisika tentang Suhu dan Kalor

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL MASUK BARISAN DALAM PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG GAYA LORENTZ PADA PENGHANTAR BERARUS LISTRIK.

hafal rumus [7]. Secara umum siswa tidak mengerti bagaimana konsep fisika dan akhirnya hasil belajar yang diperoleh kurang optimal [1,5].

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 2. Klasifikasi BendaLatihan Soal 2.1

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL INDIKASI WARNA PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA. Oleh, Siti Noor Fauziah

KONSEPSI SISWA TENTANG USAHA DAN ENERGI. Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

WUJUD ZAT LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK. Wujud apakah aku? Kalau aku? Gambar (a) es batu, (b) air mendidih, (c) air Sumber : arifkristanta wordpress.

Oleh, Darmayani NIM: TUGAS AKHIR. Program Studi Pendidikan Fisika

REMEDIASI KESALAHAN SISWA MENYELESAIKAN SOAL KALOR MENGGUNAKAN FAST FEEDBACK DI SMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menerapkan model pembelajaran make a match. Elliot (Zainal

Lampiran 1. Soal. c) sinar datang menuju pusat kelengkungan. a) sinar datang sejajar sumbu utama. b) sinar datang menuju fokus

PENGGUNAAN STRATEGI POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MEMPERBAIKI MISKONSEPSI FISIKA. Rina Ning Tyas 1, Sukisno 2, Mosik 3

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATERI LENSA CEMBUNG

: 1. Menggambar Gaya Pada Benda Diam. Tahap 1 : Menggambar gaya pada benda diam diatas meja. balok

KONSEPSI MAHASISWA TENTANG TEKANAN HIDROSTATIS

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. kelas (PTK) dengan sifat kolaboratif yakni dengan melibatkan beberapa pihak. 27

PENERAPAN QUICK FEEDBACK DENGAN RAINBOW CARD UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI PESERTA DIDIK MTs MATERI HUKUM ARCHIMEDES

BAB III METODE PENELITIAN. yang lazim dikenal dengan classroom action research. Kunandar (2010: 46)

BAB III METODE PENELITIAN

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 11. KLASIFIKASI BENDALatihan Soal 11.1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penetian ini dilakukan pada semester 1 tahun ajaran 2016/2017.

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki pekerjaannya, memahami pekerjaannya, serta memahami

PEMETAAN KONSEPSI SISWA TENTANG ELASTISITAS

KONSEPSI MAHASISWA MENGENAI RAMBATAN DAN KECEPATAN CAHAYA

BAB III METODE PENELITIAN

KONSEPSI SISWA TENTANG SIFAT-SIFAT KUTUB MAGNET

PEMETAAN KONSEPSI MAHASISWA TENTANG HUKUM ARCHIMEDES

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Rencana Kerja Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Februari 2012

Lampiran I. Soal. 2. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya! 3. Gambarkan garis normal apabila diketahui sinar datangnya!

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Animasi 2.2. Media Pembelajaran

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Kelas (PTK). Istilah bahasa Inggrisnya adalah Classroom Action Research.

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian tindakan ( classroom action research) yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI MODEL PROBLEM SOLVING LEARNING BERBASIS DISCOVERY PADA KELAS VII

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING MODEL COURSE REVIEW HOORAY PADA MATERI ENERGI MEKANIK

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dari penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V Sekolah Dasar

PEMBUATAN ANIMASI PEMBENTUKAN BAYANGAN OLEH LUBANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA DAN UJICOBA KEBERHASILANNYA DI KELAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Salatiga, pada bulan

BAB III METODE PENELITIAN. pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan mulai dari bulan Juli sampai

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN KOMIK FISIKA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA TOPIK PRINSIP KERJA KAMERA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. satu kali diisi dengan melakukan pre test, tiga kali pertemuan diisi dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan,

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MELALUI MEDIA PENGGARIS RAPITUNG. Devi Afriyuni Yonanda Universitas Majalengka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

merespon kesulitan siswa dalam waktu singkat dan dapat dilakukan setiap saat tanpa waktu koreksi yang lama?

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN. yang dalam istilah Bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR),

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PHYSICS SNAKES AND LADDERS GAME PADA PEMBELAJARAN TENTANG CERMIN CEKUNG

BAB III METODE PENELITIAN


BAB III RENCANA PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Gunungsari Kabupaten Serang-Banten

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bahasa Inggris, Penelitian Tindakan Kelas disebut Classroom Action

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. PTK ini dilaksanakan untuk memperbaiki kinerja guru.

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

LABORATORIUM MATEMATIKA DAPAT MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TEOREMA PYTHAGORAS PADA SISWA KELAS VIIIA MTs MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH ALABIO.

2. DASAR TEORI Pengertian Konsep, Konsepsi, dan Perkembangan konsep

BAB III ZAT DAN WUJUDNYA

BAB III. Metode dan Rencana Penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian ini

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Inggris dikenal dengan Clasroom Action Research (ARC). Penelitian tindakan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan

Konsepsi Mahasiswa Tentang Cepat Rambat Gelombang Pada Permukaan Air

Prosiding Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

Transkripsi:

PENGGUNAAN METODE FAST FEEDBACK MODEL CLOSED EYES PADA PEMBELAJARAN FISIKA TENTANG SIFAT SUSUNAN PARTIKEL ZAT PADAT, ZAT CAIR, ZAT GAS Meylani Aljeinie Tijow 1, Marmi Sudarmi 1 Ferdy S. Rondonuwu 1, 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 5-60, Salatiga50711, Jawa Tengah - Indonesia e-mail: e_meland@yahoo.com PENDAHULUAN Salah satu contoh konsolidasi adalah evaluasi yang seringkali diberikan diakhir proses belajar mengajar. Dan hasil evaluasi biasanya dibawa pulang oleh guru untuk dikoreksi. Pengkoreksian hasil evaluasi tersebut membutuhkan waktu sampai beberapa hari, sementara pembelajaran terus dilanjutkan guru, tanpa mengetahui apakah seluruh siswa dalam kelas sudah paham materi sebelumnya. Metode seperti ini yang disebut dengan slow feedback. Kelemahan dari metode ini adalah feedback dari siswa lama diperoleh karena harus menunggu hasil evaluasi selesai dikoreksi, sehingga guru juga terlambat memberikan perbaikan jika ada salah konsep yang dialami siswa sejak awal. Untuk mengatasi hal itu, dikembangkan metode fast feedback. Keunggulan dari fast feedback ini yaitu waktu yang diperlukan untuk mengkoreksi hasil evaluasi tidak lama, sehingga feedback dari siswa bisa langsung diperoleh guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dan guru bisa langsung memperbaiki jika ada salah konsep yang dialami siswa pada waktu itu juga. Fast feedback membantu guru untuk dengan segera mengetahui tindakan selanjutnya yang harus diberikan pada siswa. Telah dikembangkan beberapa model dari metode fast feedback, diantaranya yang sudah dilakukan oleh Debora dan Ruth yaitu metode fast feedback secara klasikal. Singgih, Pratiwi, dan Melkisedek dengan metode fast feedback peer to peer to support in group, 1

Indah dengan metode fast feedback model papan angkat dan Siti Kongidah dengan metode fast feedback model grouping answer. Dalam penelitian ini, dikembangkan metode fast feedback dengan model closed eyes dalam materi sifat partikel zat padat, zat cair dan zat gas. Yang menjadikan model ini berbeda dengan model yang lain adalah cara cepat guru dalam mengkoreksi hasil evaluasi siswa. Selesai tugas dikerjakan oleh siswa secara individu, beberapa jawaban siswa dipilih secara acak dan jawaban tersebut ditampilkan melalui LCD untuk digunakan sebagai opsi siswa lain. Ketika opsi jawaban disebutkan guru didepan kelas, dalam posisi mata tertutup, siswa lain yang memiliki jawaban sama dengan opsi tersebut mengangkat tangan. Ini memudahkan guru untuk menghitung prosentase jawaban siswa yang sudah benar dan yang belum mengerti atau masih salah konsep. Dengan mata tertutup membantu guru untuk mendapatkan jawaban siswa berdasarkan pemikiran masing-masing, tidak hanya sekedar ikutikutan teman lain yang dianggap pintar. Sehingga guru juga tidak akan keliru untuk mengambil tindakan selanjutnya. Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah apakah jika fast feedback diterapkan dalam pembelajaran, kesalahankesalahan konsep siswa segera diketahui dan diperbaiki? Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Membuat umpan balik untuk merespon kesulitan siswa yang dapat dilakukan dalam waktu singkat dan dapat dilakukan setiap saat selama proses pembelajaran berlangsung. () Mengembangkan model fast feedback baru yaitu model closed eyes () Memberikan contoh metode fast feedback dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada pembelajaran fisika tentang sifat partikel zat padat, zat cair dan zat gas. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : Memudahkan guru untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dan dapat memperbaiki salah konsep siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. BAHAN DAN METODE Fast Feedback (umpan balik cepat) Fast feedback (umpan balik cepat) adalah metode evaluasi yang dapat dilakukan setiap waktu, tidak membutuhkan waktu koreksi yang lama dan dapat dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Yang menjadi catatan penting dalam metode ini bahwa fast feedback tidak digunakan untuk memberikan nilai kepada siswa, tetapi dipakai untuk membenahi konsep siswa sehingga proses pembelajaran selanjutnya lebih efektif. Proses umum dari fast feedback yaitu : (1) Guru memberikan tugas kepada siswa. () Setelah siswa selesai mengerjakan tugas, guru dengan berbagai model fast feedback menghitung prosentase jawaban benar siswa. () Dalam waktu singkat, guru mengetahui langkah selanjutnya yang harus diberikan kepada siswa. (4) Jika prosentase keberhasilan sudah dicapai, guru melanjutkan materi. Jika belum, guru memperbaiki dan mengulangi materi tersebut sampai prosentase keberhasilan tercapai. Tujuan penggunaan model Closed Eyes adalah untuk menghindari jawaban siswa yang hanya ikut-ikutan siswa lain yang pintar. Diharapkan dengan menutup mata siswa tidak terpengaruh jawaban siswa yang lain supaya jujur dengan jawaban sendiri. Hal ini membantu guru untuk mendapatkan hasil evaluasi yang valid, yaitu yang memang berdasarkan pemikiran masing-masing siswa, bukan hanya berdasarkan sekelompok siswa yang dikenal pintar dalam kelas. Dengan begitu guru tidak akan keliru dalam mengambil langkah selanjutnya, apakah harus dilakukan pembelajaran ulang atau melanjutkan materi berikutnya. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reserach) merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan wawasan pemahaman guru tentang hubungan antara kegiatan mengajar dan belajar (Cross dalam Angelo, 1991). Dengan PTK guru bisa meninjau kembali apa yang sudah dilakukan selama ini dalam kelasnya (Kasihani Kasbolah, 1998/1999). 4 tahap dalam PTK, yaitu : (1) Perencanaan (Planning), () Pelaksanaan (Acting), () Pengamatan (Observing), (4) Refleksi (Reflecting). 4 jenis PTK : (1) Guru sebagai peneliti (teacher as researcher). () Penelitian Tindakan Kolaboratif (collaborative action research). () Eksperimen administrasi sosial (experimental social administration).. (4) Penelitian

tindakan simultan terpadu (simultaneous- Sifat Zat (Zat Padat, Zat Cair, Zat Gas) Perbedaan sifat susunan partikel zat diperlihatkan melalui tabel 1. Zat Padat Zat Cair Gaya Ikat antar partikel sangat kuat tidak terlalu kuat (lemah) Bentuk tetap berubah-ubah Volume tetap tetap Jarak antar partikel Sangat dekat (rapat) tidak terlalu dekat Zat Gas Sangat lemah berubah-ubah berubah-ubah berjauhan Tabel 1. Perbedaan susunan partikel zat padat, zat cair, zat gas Adanya gaya ikatan (kohesi) antarpartikel yang berbeda pada setiap zat, menyebabkan bentuk zat, volume zat, jarak antar partikel berbeda. Kerapatan antar partikel zat gas dalam wadah tertutup dapat diperoleh dengan menggunakan: = Metodologi Penelitian Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) jenis guru sebagai peneliti. Bahan ajar yang dipersiapkan peneliti adalah (1) RPP sebagai acuan peneliti dalam melaksanakan proses belajar mengajar. () Kartu tugas sebagai alat evaluasi untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar dan siswa dalam belajar. () h h integred action research). Lembar observasi untuk mengetahui jalannya pembelajaran. Sampel yang digunakan adalah siswa SMP Pendowo kelas VII sebanyak 7 siswa yang belum mempelajari materi sifat partikel sebelumnya. Prosedur pelaksanaan metode fast feedback model closed eyes adalah sebagai berikut : (1) Perencanaan : pembuatan RPP, kartu tugas dan lembar observasi () Pelaksanaan : Denah meja siswa diatur sedemikan rupa untuk memudahkan peneliti mengamati kerja siswa dan melakukan wawancara singkat dengan siswa. Setelah siswa selesai menjawab kartu tugas secara individu, beberapa jawaban berbeda siswa dipilih secara acak untuk dijadikan sebagai opsi jawaban untuk siswa lain. Beberapa jawaban yang dipilih tadi difoto dan diperlihatkan melalui LCD. Ketika salah satu opsi jawaban disebutkan, dalam posisi mata tertutup siswa yang memiliki jawaban yang sama dengan opsi tersebut mengangkat tangan. Siswa lain yang memiliki jawaban berbeda diminta mengangkat tangan ketika seluruh opsi jawaban sebelumnya sudah disebutkan. Kemudian guru menghitung prosentase jawaban benar siswa sebagai titik tolak kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan. 1 kali siklus feedback dihitung sejak pemberian tugas sampai pada guru menghitung prosentase keberhasilan. Pembelajaran sesuai RPP diberikan jika prosentase jawaban benar siswa <70%. Jika 70% dilanjutkan dengan kartu tugas tahap selanjutnya. Kartu Tugas (Feed) Respon (Back / Feed) Cek 70% Tugas baru (Back & Feed) <70% Pembelajaran (Back) Oleh guru Oleh siswa Gambar 1. Bagan siklus metode fast feedback

Sumber : Siti Noor Fauziah, Tugas Akhir. 01 Gambar. Bagan langkahnya pembelajaran menggunakan fast feedback () Observasi : Pengamatan dilakukan oleh observer yang lain dengan mengisi lembar observasi yang sudah disiapkan sebelumnya. (4) Refleksi : Jawaban siswa dan lembar observasi dikaji. Data yang yang diperoleh dianalisa secara deskripstif kualitatif. Efektivitas pembelajaran dengan menggunakan metode fast feedback model closed eyes pada materi sifat partikel zat padat, zat cair dan zat gas dapat dilihat berdasarkan banyaknya kartu tugas yang diberikan kepada siswa. Jika kartu tugas yang diberikan tidak melebihi kartu tugas yang dipersiapkan maka dapat dikatakan efektif, misalnya kartu tugas yang disiapkan berjumlah kartu (rancangan) dan yang diberikan (implementasi) hanya 1 kartu, maka dapat dikatakan bahwa itu efektif. Jika implemetasinya kartu maka sangat baik dan jika implementasinya kartu maka dikatakan baik. Tapi jika implementasinya lebih dari rancangan (> kartu) maka diperlukan kajian lebih lanjut dalam analisis tentang kartu tugasnya dan pembelajarannya. Cara sederhana untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa adalah sebagai berikut: = 100% Indikator keberhasilan dikatakan tercapai jika prosentase jawaban benar siswa 70%. HASIL DAN DISKUSI Dalam penelitian ini terdapat tahap pembelajaran. Dalam tahap tersebut ada -8 model kartu tugas dan setiap model terdiri dari - kartu yang memiliki tingkat kesulitan yang sama. Berikut tabel hasil penelitian : 1 Tahap Model Kartu Tugas a b Waktu 1x siklus feedback 1 4,08 14,80 4 66,70,40 9,60 1,5 96,0 Prosentase siswa benar (%) Rancangan/ Implementasi (kartu tugas) Baik 1 itas a b c d 1 4 59,0,45 81,50 1 4,55 85,0 5,0 51,90 1 4, 66,70 4,0 88,90 1 4,49 9,60 Sangat Baik Baik Sangat Baik 1

a b c d 1 5 6,00 4 9,60 Baik 1 5 77,80 1 1 4,47 77,80 1 1 4,6 9,60 1 e 1 4,0 100 1 f g h 1 7,11 85,0 1 1 5,45 100 1 1 8,0 96,0 1 Tabel. Hasil Pengamatan Keterangan Rancangan : kartu tugas yang dipersiapkan sebelumnya untuk evaluasi Implementasi : kartu tugas yang diberikan pada siswa sampai indikator keberhasilan tercapai (kartu tugas yang digunakan) dalam evaluasi. Setelah jumlah prosentase jawaban benar siswa ditemukan, setiap kartu tugas dibahas melalui demonstrasi di depan kelas. Jika indikator keberhasilan telah tercapai, tapi masih ada siswa yang menjawab salah, tindakan yang dilakukan peneliti adalah selesai demonstrasi, peneliti bertanya kepada siswa-siswa alasan mengapa jawaban tersebut yang ditampilkan melalui LCD salah. Kemudian dilanjutkan ketahap selanjutnya. Tahap Pembelajaran 1 Indikator : Menjelaskan sifat susunan partikel zat padat. Siswa diharapkan dapat memahami bahwa sifat susunan zat padat adalah : (1) Ukuran partikel tetap. () Jumlah partikel tetap. () Jarak antar partikel tetap (rapat). (4) Bentuk tetap. (5) Susunannya tetap (6) Volume tetap. (7) Dipengaruhi gaya gravitasi yang menarik semua benda ke arah pusat bumi. (8) Gaya tarik menarik antar partikel sangat kuat. Dalam tahap ini terdapat model kartu tugas, yaitu a (dipindahkan) dan b (dimiringkan). Untuk kartu tugas I a1 indikator keberhasilan belum tercapai. Sebagian besar siswa menjawab salah. Untuk itu perlu diberikan pembelajaran. Pembelajaran dilakukan dengan demonstrasi. Benda (zat padat) dimasukkan dan dipindah-pindahkan dalam wadah yang berbeda bentuk. Bentuk benda selalu tetap. Siswa ditugaskan membandingkan jawaban mereka masingmasing dengan hasil pengamatan. Setelah itu dilanjutkan dengan kartu tugas I a. Untuk kartu tugas I a indikator keberhasilan masih belum tercapai, meskipun prosentase jawaban benar sudah meningkat, tapi masih didapatkan kesalahan yang sama seperti tugas I a1. Untuk itu pembelajaran diberikan sekali lagi dalam bentuk demonstrasi. Demonstrasi yang dilakukan sama seperti sebelumnya. Benda dimasukkan dalam berbagai bentuk wadah. Benda selalu terletak di dasar wadah. Ketika ditanyakan mengapa benda terletak di dasar wadah, seluruh siswa bisa menjawabnya. Karena adanya pengaruh gaya gravitasi bumi. Kemudian siswa ditugaskan membandingkan jawaban mereka masing-masing dengan hasil pengamatan. Setelah itu dilanjutkan dengan kartu tugas I a. Untuk kartu tugas I a indikator dengan kartu tugas I b1. Untuk kartu tugas I b1 indikator keberhasilan sudah dicapai. Pembelajaran dilanjutkan dengan menyimpulkan sifat susunan zat padat. Untuk mempermudah siswa mengerti susunan zat padat. orang siswa ditunjuk maju ke depan. Ketiga siswa tersebut saling mengaitkan lengan tangan secara erat. Saat ketiga siswa itu diminta

bergerak-gerak, ikatan tangan mereka tidak bisa terlepas. Kemudian dijelaskan bahwa ketiga siswa tadi diandaikan sebagai partikel zat padat. Mereka memiliki gaya tarik menarik yang kuat, ikatan mereka sangat kuat sehingga sulit untuk dilepaskan. Itulah alasannya mengapa bentuk zat padat selalu tetap. Dilanjutkan ke tahap berikutnya tentang zat cair. Siswa diberikan kartu tugas II a1. Pada tahap ini, ada beberapa kesalahan siswa berturut-turut yang ditemui peneliti, yaitu sebagai berikut: kartu tugas I a1 Kesalahan diatas menunjukkan bahwa siswa belum paham tentang adanya pengaruh gaya gravitasi. Pada pembelajaran setelah kartu tugas I a1 peneliti lupa menggiring siswa untuk mengamati adanya pengaruh gravitasi yang menarik semua benda kearah pusat bumi. Untuk itu dalam pembelajaran setelah kartu tugas I b1, peneliti menggiring siswa untuk mengamati dimana letak benda dalam setiap wadah yang berbeda bentuk. Tahap Pembelajaran II Indikator : Menjelaskan sifat susunan partikel zat cair. Siswa diharapkan dapat memahami bahwa sifat susunan zat cair adalah : (1) Ukuran partikel tetap. () Jumlah partikel tetap. () Jarak antar partikel tetap (tidak terlalu rapat). (4) Volume tetap (5) Bentuk berubah-ubah (6) Susunannya berubah-ubah. (7) Bentuk permukaannya selalu datar (sejajar dengan bumi). (8) Dipengaruhi gaya gravitasi yang menarik semua benda ke arah pusat bumi. (9) Gaya tarik menarik antar partikel tidak terlalu kuat. Dalam tahap ini terdapat 4 model kartu tugas, yaitu a (dipindahkan), b (dimiringkan), c (ditambahkan), dan d (disedot). Untuk kartu tugas II a1 indikator keberhasilan belum tercapai. Untuk itu diberikan pembelajaran melalui demonstrasi. Disediakan wadah yang berbeda (gemuk dan kurus). Siswa ditugaskan kartu tugas I a membandingkan tinggi zat cair dalam wadah gemuk dengan zat cair yang sama jika dipindahkan dalam wadah kurus. Zat cair lebih tinggi ketika berada dalam wadah kurus daripada dalam wadah gemuk. Kemudian siswa ditugaskan untuk mengamati jawabannya masing-masing dengan hasil pengamatan. Setelah itu dilanjutkan kartu tugas II a sebagi uji pemahaman siswa. Untuk kartu tugas II a indikator keberhasilan sudah tercapai. Dilanjutkan dengan kartu tugas II b1. Untuk kartu tugas II b1 indikator keberhasilan sudah tercapai. Dilanjutkan dengan kartu tugas II b. Untuk kartu tugas II b indikator keberhasilan malah menurun. Padahal kartu tugas sebelumnya sudah mencapai indikator keberhasilan. Hal ini diakibatkan siswa belum biasa menggunakan bejana berhubungan. Untuk itu dilakukan pembelajaran dengan demonstrasi. Bejana berhubungan (4kaki) yang diisi air dimiringkan, bisa terlihat zat cair selalu sejajar dengan bumi (datar) bukan dengan wadahnya. Siswa ditugaskan untuk membandingkan jawaban mereka dengan hasil pengamatannya. Ditambahkan penjelasan tentang prinsip zat cair dalam bejana berhubungan yaitu untuk zat cair yang sama, ketinggiannya selalu sama di tiap kakinya (diukur dari permukaan yang sejajar bumi). Setelah itu, dilanjutkan dengan kartu tugas II c1 yang masih membahas tentang zat cair dalam bejana berhubungan.

Untuk kartu tugas II c1 indikator keberhasilan belum tercapai. Untuk itu dilakukan pembelajaran. Dilakukan demonstrasi dengan menambahkan air dalam bejana berhubungan pada salah satu kakinya. Ketinggian air setiap kaki sama. Siswa ditugaskan untuk membandingkan jawabannya dengan hasil pengamatan. Kemudian dijelaskan bahwa dapat dilihat di gambar kartu tugas bahwa kerapatan antar partikel zat padat dan zat cair berbeda. Ini semua dikarenakan gaya tarik menarik antar partikel zat cair yang tidak sekuat zat padat. Setelah itu, dilanjutkan kartu tugas II c. Untuk kartu tugas II c indikator dengan kartu tugas II d1. Untuk kartu tugas II d1 indikator keberhasilan sudah dicapai. Pembelajaran dilanjutkan untuk menyimpulkan sifat susunan partikel zat cair. Untuk memudahkan siswa memahaminya dilakukan analogi partikel zat cair. siswa maju kedepan kelas dan saling bergandengan tangan. Ketiga siswa tersebut ditugaskan untuk bergerak dan saling berpindah posisi tanpa melepaskan gandengan tangan mereka. Kemudian dijelaskan bahwa ketiga siswa tersebut diandaikan sebagai partikel zat cair yang selalu bergerak terus menerus tapi karena ikatannya tidak terlalu kuat seperti pada zat padat sehingga mereka bisa berpindah-pindah tempat dan berganti posisi tanpa melepaskan ikatannya. Jaraknyapun tidak serapat partikel zat padat. Hal ini yang menyebabkan bentuk zat cair selalu berubah-ubah tapi jarak antara partikelnya selalu tetap. Setelah itu, dilanjutkan dengan kartu tugas tahap selanjutnya tentang zat gas yaitu III a1. Pada tahap ini, ada beberapa kesalahan siswa berturut-turut yang ditemui peneliti, yaitu sebagai berikut: 1 Kesalahan siswa pada gambar diatas adalah: (1) Jaraknya semakin dekat, seharusnya tetap (tidak terlalu rapat), () Bentuk zat cair berbeda dengan susunan partikelnya, seharusnya susunan partikelnya menentukan bentuk dari zat cair. () Ada ruang kosong diantara gambar partikelnya dengan gambar permukaannya (garis putusputus), seharusnya gambar permukaannya ditentukan oleh bentuk susunan partikelnya. Penyebabnya adalah siswa masih bingung membedakan antara zat cair dan zat padat, sehingga siswa menggambarkan partikelnya seperti zat padat dan gambar permukaannya seperti zat cair. Kesalahan ini tidak ditemukan pada kartu tugas II b, II c1 dan II c. Kemungkinan penyebab siswa kembali mengalami kesalahan ini kembali pada kartu tugas II d1 karena peneliti kurang menekankan tentang penjelasan susunan partikel zat cair yang berbeda dengan zat padat pada pembelajaran sebelumnya.

Kesalahan siswa pada gambar diatas adalah: tinggi air di setiap kaki tidak sama, seharusnya sama. Ini disebabkan karena siswa masih kurang paham bahwa tinggi zat cair yang sama pada setiap kaki pada bejana berhubungan selalu sama. Kesalahan ini ditemukan berulang karena demonstrasi yang dilakukan peneliti didepan kelas tidak bisa sepenuhnya diamati setiap siswa yang jaraknya jauh dengan peneliti. Untuk itu pada pembelajaran selanjutnya peneliti berusaha untuk berkeliling supaya seluruh siswa bisa mengamati. Tahap Pembelajaran III Indikator : Menjelaskan sifat susunan partikel zat gas. Siswa diharapkan dapat memahami bahwa sifat susunan zat gas adalah : (1) Ukuran partikel tetap. () Jumlah partikel tetap (dalam ruang tertutup). () Jarak antar partikel saling berjauhan. (4) kerapatannya berubah-ubah sesuai volume wadah (5) Bentuk berubah-ubah. (6) Susunannya berubah-ubah (memenuhi ruangan). (7) Volumenya berubah-ubah (8) Untuk skala kecil, gaya gravitasi diabaikan. (9) Gaya tarik menarik antar partikel sangat lemah. Dalam tahap ini terdapat 8 model kartu tugas, yaitu a (dipindahkan), b (dimiringkan), c (diisi), d (ditekan), e (disedot), f,g dan h (menghitung kerapatan). Untuk kartu tugas III a1 indikator keberhasilan belum tercapai. Untuk itu diberikan pembelajaran melalui demonstrasi. Kotak kosong diberi beberapa lubang, kemudian salah satu lubangnya disemprotkan parfume masuk kedalam kotak. Parfume bisa dibau melaui lubang-lubang yang lain. Hal ini membuktikan bahwa parfume sebagai zat gas bisa menyebar memenuhi kotak. Kemudian siswa ditugaskan untuk membandingkan jawaban mereka masing-masing dengan hasil pengamatan. Dilanjutkan dengan kartu tugas III a. Untuk kartu tugas III a indikator dengan kartu tugas III b1. Untuk kartu tugas III b1 indikator dengan kartu tugas III c1. Untuk kartu tugas III c1 indikator dengan kartu tugas III d1. Untuk kartu tugas III d1 indikator dengan kartu tugas III e1. Untuk kartu tugas III e1 indikator dengan kartu tugas III f1. Untuk kartu tugas III f1 indikator keberhasilan sudah dicapai. Setelah kartu tugas dikerjakan bersama, dilanjutkan dengan kartu tugas III g1. Untuk kartu tugas III g1 indikator keberhasilan sudah dicapai. Setelah kartu tugas dikerjakan bersama, dilanjutkan dengan kartu tugas III h1. Untuk kartu tugas III h1 indikator keberhasilan sudah dicapai. Setelah kartu tugas dikerjakan bersama, siswa ditanyakan kesimpulan apa saja yang bisa diambil tentang zat gas. Untuk memudahkan siswa memahami partikel zat gas, dilakukan analogi partikel zat gas. siswa ditunjuk maju didepan kelas. siswa itu berdiri dengan posisi terpisah, dan jika bertemu mereka akan saling bertumbukkan dan bergerak terpisah. Kemudian dijelaskan bahwa ketiga siswa tersebut diandaikan sebagai partikel zat gas yang terpisah yang bebas bergerak kemanapun memenuhi ruangan tanpa bertambah banyak dengan sendirinya. Ikatan antar partikelnya yang lemah menyebabkan ketika mereka saling bertumbukkan satu sama lain maka akan bergerak terpisah satu sama lain memenuhi ruangan yang ditempatinya. Partikel zat cair memiliki kecepatan dan energi kinetik ketika bergerak. Pada tahap ini, ada beberapa kesalahan siswa yang ditemui peneliti berturut-turut, yaitu sebagai berikut: 1

1 Kesalahan siswa seperti pada gambar diatas adalah: jumlah partikelnya bertambah banyak, seharusnya tetap (ruang tertutup). Penyebabnya adalah siswa berpikir bahwa partikel zat gas jika masuk dalam wadah yang lebih besar maka jumlahnya akan bertambah banyak. Kesalahan ini ditemukan berulangulang karena kekeliruan siswa dalam mengartikan kesimpulan berdasarkan demonstrasi kotak yang melalui satu lubangnya disemprotkan parfume. Siswa berpikir bahwa zat gas memenuhi ruangan dengan bertambah banyak. Padahal setiap partikel memiliki kecepatan jadi ketika partikel satu dengan yang lainnya bertemu (karena ada gaya tarik menarik yang lemah) akan terjadi tumbukan antarpartikel sehingga setiap partikel akan bergerak dengan arah tidak tentu dan memenuhi ruang. Yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah menekankan lagi pada siswa tentang gaya ikat antar partikel zat gas yang lemah dan tumbukan yang terjadi antar partikel. Kesalahan siswa diatas adalah: zat gas dipengaruhi gravitasi, seharusnya untuk skala kecil seperti dalam kartu tugas III c1 efek gaya gravitasi bisa diabaikan. Penyebabnya karena siswa menyamakannya dengan zat padat dan zat cair. Letak zat padat dan zat cair selalu berada di dasar wadah karena adanya gaya gravitasi. Untuk meremidiasinya, peneliti menjelaskan bahwa zat gas sangat ringan, sehingga gaya apungnya mampu mengimbangi gaya gravitasi bumi. Dan karena tumbukan antar partikelnya yang membuat partikel zat gas memiliki kecepatan dan energi kinetik. Maka dari itu zat gas bebas bergerak kemana saja memenuhi ruangan yang ditempatinya. Pengaruh gravitasi terhadap zat gas dapat diamati dalam skala yang besar yaitu untuk kerapatan dari setiap lapisan udara di permukaan bumi (atmosfer, litosfer,dll) atau kerapatan udara di daerah dataran rendah (pantai) yang berbeda dengan kerapatan udara didaerah dataran tinggi (pegunungan). Dalam hal ini efek gravitasi bisa diabaikan karena zat gas yang digunakan dalam skala yang kecil. KESIMPULAN Kesimpulan yang bisa diambil dari penelitian ini adalah metode fast feedback model Closed Eyes berhasil digunakan sebagai umpan balik untuk merespon kesulitan siswa dan efektif digunakan dalam proses belajar mengajar. Metode ini memudahkan guru untuk mengetahui kesalahan yang dialami siswa, sehingga guru

bisa dengan segera memberikan perbaikan melalui pembelajaran. Dengan model closed eyes guru bisa memperoleh jawaban berdasarkan pemikiran masing-masing siswa, tidak hanya sekedar mengikuti jawaban teman lain yang menurut mereka pintar. DAFTAR PUSTAKA [1] Berg, Ed van den, dkk. 008. Teaching, learning, and quick feedback methods in classical and modern physics. Amsterdam : AMSTEL Institute. [] Debora, Sudjito. 010. Skripsi Penggunaan Fast Feedback Secara Klasikal Dalam Pembelajaran Fisika Tentang Cermin Datar. Salatiga : UKSW [] Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara [4] Hewwit, Paul G. 1985. Conceptual Physics. Boston : Little, Brown. [5] Soepono, dkk. 1977. Zat dan Energi. Balain Pustaka (pg. 7) [6] Bora, Fenina. 01. Skripsi : Miskonsepsi Siswa Tentang Volume Udara. Salatiga : UKSW.