Ind. J. Chem. Res, 2013, 1, SYNTHESIS OF BINUCLEAR COMPLEX COMPOUND OF {[Fe(L)(NCS) 2 ] 2 oks} (L = 1,10-phenantrolin and 2,2 -bypiridine)

dokumen-dokumen yang mirip
METODE INOVATIF TERMODIFIKASI UNTUK SINTESIS KOMPLEKS INTI TUNGGAL [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ]

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang dan Masalah Penelitian

Jurnal Kimia Indonesia

SINTESIS DAN KARAKTER SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-EDTA DAN Cu(II)- C 6 H 8 N 2 O 2 S Dian Nurvika 1, Suhartana 2, Pardoyo 3

I. PENDAHULUAN. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(II) DENGAN LIGAN 3,6-DI-2-PIRIDIL-1,2,4,5-TETRAZIN (DPTZ)

LAMPIRAN B DATA HASIL PENGINDEKSAN DAN PENGHALUSAN PUNCAK DIFRAKSI SINAR-X SERBUK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS KOBALT(II) DENGAN BENZOKAIN

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia

8.4 Senyawa Kompleks

I. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

PENGARUH KATION ORGANIK PADA KOMPLEKS BINUKLIR [A][Mn II Fe III (ox) 3 ], A=[N(n-C 4 H 9 ) 4 ] + ATAU [N(n-C 5 H 11 ) 4 ] +

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

KIMIA ANORGANIK TRANSISI

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

Senyawa Koordinasi (senyawa kompleks)

Kimia Koordinasi Teori Ikatan Valensi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Mn(NO 3 ) 2 DAN Co(NO 3 ) 2 DENGAN CAMPURAN LIGAN 8- HIDROKSIKUINOLINA DAN ANION DISIANAMIDA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK

SENYAWA KOMPLEKS. Definisi. Ion Kompleks. Bilangan koordinasi, geometri, dan ligan RINGKASAN MATERI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPLEKS BINUKLIR HOFMANN-LIKE NETWORK BESI(II) - NIKEL(II) DENGAN SIANIDA DAN ETILENDIAMIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada pembuatan dispersi padat dengan berbagai perbandingan

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS Cu(II)-8- HIDROKSIKUINOLIN DAN Co(II)-8-HIDROKSIKUINOLIN Laelatri Agustina 1, Suhartana 2, Sriatun 3

1.1 Senyawa Koordinasi (Coordination Coumpond)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MATERIAL MAGNETIK BERBASIS SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA MANGAN(II) DENGAN 2,2 -BIPIRIDIN MENGGUNAKAN LIGAN JEMBATAN OKSALAT

Senyawa Koordinasi. Ion kompleks memiliki ciri khas yaitu bilangan koordinasi, geometri, dan donor atom:

I. PENDAHULUAN. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MATERIAL MAGNETIK BERBASIS SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA NIKEL(II) DENGAN 2,2 -BIPIRIDIN MENGGUNAKAN LIGAN JEMBATAN OKSALAT

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(III) DENGAN LIGAN 1,10-FENANTROLIN DAN ANION TRIFLUOROMETANASULFONAT

4 Hasil dan Pembahasan

Sintesis dan Sifat Magnetik Kompleks Ion Logam Cu(II) dengan Ligan 2-Feniletilamin

3. Metodologi Penelitian

SINTESIS DAN KARAKTERISASI GARAM RANGKAP KALSIUM TEMBAGA(II) ASETAT HEKSAHIDRAT CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

3 METODOLOGI PENELITIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI XRD MULTIFERROIK BiFeO 3 DIDOPING Pb

Kimia Koordinasi SOAL LATIHAN. Jawab soal sudah tersedia. Selesaikan soalnya, dan pelajari mengapa dipilih jawaban tersebut

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Metodologi Penelitian

SENYAWA KOORDINASI Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS BESI(III)-EDTA ABSTRAK

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

Senyawa Koordinasi. Kompleks ion dengan pusat d B memiliki empat ligan dengan dengan bentuk persegi planar (B)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS DARI Zn(NO 3 ) 2 DAN ZnSO 4 DENGAN LIGAN 2,2 -BIPIRIDINA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS KOBALT(II) DENGAN LIGAN 1,10-FENANTROLIN DAN ANION TRIFLUOROMETANASULFONAT

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

sehingga dapat diperoleh produk dengan waktu yang cepat. Dilain pihak, penggunaan katalis yang selama ini digunakan adalah katalis yang berwujud cair

3 Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

Analisis Pengaruh Ion Cd(II) Pada Penentuan Ion Fe(II) dengan Pengompleks 1,10- Fenantrolin Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

Kegiatan Belajar 4 Kimia Unsur. Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada materi Kimia Unsur.

ANALISIS STRUKTUR DAN SIFAT MAGNET BAHAN SUPERKONDUKTOR Eu 2-x Ce x CuO 4+α-δ ELECTRON-DOPED

KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS SENG-MORIN DAN POTENSINYA SEBAGAI PENGHAMBAT AKTIVITAS ENZIM LIPASE SKRIPSI

Penentuan struktur senyawa organik

OLIMPIADE NASIONAL MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM TINGKAT PERGURUAN TINGGI (ONMIPA-PT) Bidang Kimia Sub bidang Kimia Anorganik

Komponen Materi. Kimia Dasar 1 Sukisman Purtadi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

SINTESIS DAN UJI TOKSISITAS KOMPLEKS LOGAM Mn(II)/Zn(II) DENGAN LIGAN ASAM PIRIDIN-2,6-DIKARBOKSILAT

COORDINATION COMPOUND. Disusun oleh : Bintang Ayu Kalimantini NIM : KELAS D 10.30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

APLIKASI KOMPLEKS BESI(II)-1,2,4-TRIAZOL UNTUK SENYAWA SENSOR SUHU PADA DISPLAY FENOMENA SPIN CROSSOVER

Bab III Metodologi Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I PERCOBAAN V

Hand out ini merupakan kelengkapan perkuliahan Karakterisasi Material dan merangkum prinsip dasar teknik karakterisasi material padat serta

IKATAN KIMIA BAB 3. Pada pelajaran bab tiga ini akan dipelajari tentang ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam.

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

PENINGKATAN SIFAT MAGNETIK KOMPLEKS POLIMER OKSALAT [N(C 4 H 9 ) 4 ][MnCr(C 2 O 4 ) 3 ] DENGAN MENGGUNAKAN KATION ORGANIK TETRABUTIL AMONIUM

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

Bahasan. Senyawa Koordinasi. Bahasan. 1. Teori Werner tentang Senyawa Koordinasi : Tinjauan Ulang. Irwansyah, M.Si

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

Studi Spektral Inframerah pada Ferit Spinel Nanokristal MFe 2 O 4 (M = Ni, Mn dan Zn)

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

kimia REVIEW I TUJUAN PEMBELAJARAN

BAB I P ENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

4 Pembahasan. 4.1 Sintesis Resasetofenon

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

KIMIA. Sesi KIMIA UNSUR (BAGIAN IV) A. UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA. a. Sifat Umum

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Pembuatan Garam Kompleks dan Garam Rangkap.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK I. PENDAHULUAN

Transkripsi:

Ind. J. Chem. Res, 2013, 1, 15-22 SYNTHESIS OF BINUCLEAR COMPLEX COMPOUND OF {[Fe(L)(NCS) 2 ] 2 oks} (L = 1,10-phenantrolin and 2,2 -bypiridine) Sintesis Senyawa Kompleks Berinti Ganda {[Fe(L)(NCS) 2 ] 2 oks} (L = 1,10-fenantrolin dan 2,2 -bipiridin) Yusthinus T. Male 1*, Helna Tehubijuluw 2, Paulina M.Pelata 3 1,2,3 Chemistry Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Pattimura University, Kampus Poka, Jl. Ir. M. Putuhena, Ambon 97134 * E-mail: yusmale@fmipa.unpatti.ac.id Received: Juni 2013 Published: July 2013 ABSTRACT The paramagnetic complex {[Fe(fen)(NCS) 2 ] 2 oks} have been synthesized in methanol solution using 1-10 phenantrolin, 2,2 '-bipyridine, NCS - ligands and oxalate as bridging ligand. Synthesis of Fe (II) with ligands phenantrolin produced three complexes is paramagnetic compounds each with a value of magnetic moment (μ) of 5.98 BM, 7.34 BM and 6.00 BM, respectively. For complexes with bipyridine ligand complexes obtained two diamagnetic compounds with the magnetic moment (μ) was 3.57 BM and 3.50 BM, respectively. It could concluded that the field strength of bipyridine ligand cannot be reduced by NCS - ligand. Analysis results showing that the synthesized compound is a binuclear complex with {[Fe(fen)(NCS) 2 ] 2 oks} molecular formula. This conclusion was supported by the measurement of conductivity, magnetic moment, IR spectroscopy and XRD analysis. Keywords : Paramagnetic complex, ligand, diamagnetic, binuclear, magnetic moment PENDAHULUAN Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron bebasnya kepada ion logam pusat. Ion logam pusat merupakan ion unsur transisi, yang dapat menerima pasangan elektron bebas dari ligan. Donasi pasangan elektron ligan kepada ion logam pusat menghasilkan ikatan kovalen koordinasi sehingga senyawa kompleks juga disebut senyawa koordinasi. Banyaknya ikatan koordinasi dalam senyawa kompleks, antara ion pusat dengan ligan disebut bilangan koordinasi. Bilangan koordinasi dan struktur senyawa kompleks beragam mulai dari bilangan koordinasi dua sampai dua belas dengan stuktur linear, tetrahedral, segi empat planar, trigonal bipirimidal, dan oktahedral. Umumnya senyawa kompleks memiliki bilangan koordinasi enam dengan struktur umum oktahedral (Huhey, 1993). Ligan-ligan dalam senyawa koordinasi dapat dibedakan atas ligan monodentat, bidentat, tridentat, dan polidentat. Ligan bidentat merupakan ligan yang memiliki dua atom donor. Ligan 1,10-fenantrolin (fen) termasuk dalam ligan-ligan feroin bersama-sama dengan ligan 2,2 -bipiridin (bp), etilendiamin (en), dan 2,2 - terpiridin (tpy). Ligan-ligan ini dapat membentuk warna senyawa kompleks yang memiliki intensitas warna yang kuat dengan besi(ii), sehingga ligan-ligan ini dapat dipakai luas dalam reaksi-reaksi warna kompleks kelat yang stabil (Moliner dkk., 2002). Logam yang dapat membentuk kompleks biasanya merupakan logam transisi, alkali, atau alkali tanah. Logam transisi dapat didefinisikan sebagai logam sebagai yang dapat membentuk satu atau lebih ion yang stabil degan konfigurasi elektron di orbital d dan f yang belum terisi penuh. Contoh besi(ii) memiliki konfigurasi elektron 1s 2 2s 2 2p 6 3s 2 3p 6 3d 6. Di mana orbital d- nya sebagian belum terisi penuh. Keadaan elektron dalam kulit-kulit tersebut memungkinkan timbulnya perbedaan sifat kimia dan fisika antara senyawa-senyawa kompleks yang memiliki atom logam pusat yang sama, misalnya fenomena transisi spin (TS). Transisi Spin merupakan keadaan yang terjadi akibat dari pembelahan tingkat energi orbital d dalam 15

medan ligan oktahedral. Pembelahan tersebut menghasilkan dua kelompok tingkat energi yang di sebut kelompok e g dan t 2g (Kahn, 1998). Pengembangan saklar molekular yang mampu menyimpan dan memindahkan informasi saat ini menjadi kajian yang menarik dalam sains molekul. Kompleks besi(ii) sangat potensial dijadikan saklar molekular karena mengalami TS atau perubahan dapat-balik dari suatu keadaan spin rendah ( low spin, LS) diamagnetik ke keadaan spin tinggi (high spin, HS) paramagnetik melalui induksi suhu, tekanan, penyinaran, dan medan magnet (Gütlich, 2000). Kebanyakan senyawa dapat mengalami TS terdiri atas inti tunggal dengan inti koordinasi [FeN 6 ] yang umumnya menggunakan ligan-ligan bidentat α- diimin. Karena inti tunggal merupakan unit molekul yang terpisah maka distorsi yang terjadi tidak dapat diteruskan ke keseluruhan kristal melalui interaksi intermolekul. Lemahnya interaksi molekuler menyebabkan respon yang dihasilkan sangat kecil (Male, 2002). Untuk mengatasi kendala pada inti tunggal, banyak penelitian baru yang dikembangkan untuk meneliti lebih lanjut aspek intermolekuler, misalnya meningkatkan interaksi molekuler dengan ligan-ligan jembatan yang sesuai. Langkah ini telah menghasilkan sejumlah TS berinti ganda dan senyawa TS polimerik dengan sifat TS yang menarik. Desain dan sintesis senyawa transisi poliiniti telah diarahkan untuk mempelajari fenomena inti sistem, misalnya menggabungkan dua bentuk elekronik yang berbeda seperti perubahan magnetik dan TS dalam molekul yang sama; yang dilakukan oleh Khan dan dikembangakan bersama Real dkk., yang meneliti ligan jembatan 2,2 -bipirimidin pada senyawa-senyawa Fe(II) (Real dkk., 2003). Penelitian senyawa kompleks terus berkembang dari kompleks berinti tunggal mengarah pada kompleks yang memiliki dua ion logam pusat yang dikenal sebagai kompleks berinti ganda. Kompleks ini memerlukan ligan jembatan yang dapat menghubungkan ion logam pusat yang satu dengan yang lainya (Moliner dkk., 2001). Ligan oksalat merupakan salah satu ligan jembatan yang banyak digunakan akhir-akhir karena keunikannya yang dapat menghasilkan struktur kompleks multidimensi (1, 2, atau 3 dimensi) (Stevenson dkk., 2006). Pada penelitian ini dilakukan sintesis dan karakterisasi senyawa kompleks berinti ganda {[Fe(L)(NCS) 2 ] 2 oks} L = fen, bp menggunakan ligan jembatan oksalat. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Anorganik, Jurusan Kimia F.MIPA- Unpatti mulai dari bulan Mei sampai dengan bulan November 2011. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah Seperangkat alat gelas, Spektrofotometer IR (Prestige-21 Shimadzu), Magnetic Susceptibility Balances ( Jhonson Matthey Mark I MSB ), Difraktometer Sinar-X (Shimadzu Goniometer XD-3A ), Konduktometer ( Eutech Instrumens ECCN11003K), Hot plate. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah FeSO 4.7H 2 O, p.a (Merck), KSCN, p.a (Merck), 1,10-fenantrolin monohidrat (Raidel -de Haen), 2 2-Bipiridin p.a (Merck), Asam Oksalat, p.a (Merck), Metanol, p.a (Mecrk), Aseton, p.a (Merck), Kertas Saring Whatman 42, Akuades Prosedur Kerja 1. Sintesis senyawa kompleks {[Fe(fen) (NCS) 2 ] 2 oks} Sintesis senyawa kompleks {[Fe(fen)(NCS) 2 ] 2 oks} dilakukan menggunakan tiga metode yang didasarkan pada urutan subsitusi ligan monodentat, bidentat, dan ligan jembatan dalam sistem kompleks Fe(II). Ketiga metode tersebut adalah ke dalam larutan metanolik Fe(II) ditambahkan ligan monodentat NCS -, ligan bidentat fenantrolin kemudian ligan jembatan oksalat (metode I ). Selanjutnya metode II dan III mengubah urutan subsitusi ketiga ligan. Pelarut metanol yang digunakan adalah metanol hangat yang dipanaskan di atas hot plate pada suhu 50 0 C. 2. Sintesis senyawa kompleks {[Fe(bp)(NCS- ) 2 ] 2 oks} Sintesis senyawa kompleks {[Fe(bp)(NCS) 2 ] 2 oks} dilakukan menggunakan dua metode yang didasarkan pada urutan subsitusi ligan monodentat, bidentat, dan ligan jembatan dalam sistem kompleks Fe(II). Pada larutan metanolik Fe(II) ditambahkan ligan monodentat NCS -, ligan jembatan oksalat kemudian ligan bidentat bipiridin (metode II), sedangkan untuk metode III, urutan subsitusi ketiga ligan diubah. 16

3. Pengujian kelarutan Pengujian kelarutan senyawa kompleks hasil sintesis dari ligan fenantrolin dan bipiridin dilakukan untuk menentukan pelarut yang tepat untuk digunakan pada prosedur pengujian daya hantar listrik. Sebanyak tiga tabung reaksi disiapkan dan masing-masing diisi dengan 0,1 g kristal hasil sintesis. Selanjutnya ke dalam masing-masing tabung ditambahkan 2 ml metanol, 2 ml akuades, dan 2 ml aseton. Ketiga tabung reaksi tersebut kemudian dikocok, dan diamati kelarutan dari masing-masing senyawa kompleks. Dari data kelarutan masing-masing senyawa kompleks hasil sintesis dari kedua ligan, diperoleh pelarut terbaik yang dapat melarutkan senyawa hasil sintesis. 4. Pengukuran daya hantar listrik Pengukuran daya hantar listrik senyawa kompleks dilakukan untuk menentukan jumlah ion dari senyawa kompleks hasil sintesis. Konduktometer yang telah terkalibrasi disiapkan. Sebanyak 50 ml pelarut hasil sintesis dari tahap pengujian kelarutan dipipet dan diukur daya hantar listriknya dengan konduktometer. Pengukuran daya hantar sampel dilakukan terhadap 50 ml sampel dengan kosentrasi 10-3 M. 5. Pengukuran momen mangnet senyawa kompleks Tabung MSB ditimbang kosong (M 0, g) dan dilakukan pembacaan tabung MSB kosong (R 0 ). Tabung MSB diisi sejumlah 0,01-0.1g sampel kristal hasil sintesis dan ditimbang kembali (M, g). Ketinggian sampel dalam tabung dapat diukur (L) yaitu antara 1,0-3,0 cm kemudian tabung dimasukan dalam medan magnet pada neraca MSB dan hasil pembacaan dicatat sebagai (R). nilai C bal yang digunakan adalah 0.97 sebagaimana perhitungan pada saat kalibrasi. Kerentanan magnetik tiap gram sampel dihitung dari selisih pembacaan [(R-R 0 )]. Dilakukan juga pengukuran temperatur ruang (T dalam K). Dari data kerentanan magnetik tiap sampel, momen magnet efektif senyawa kompleks dapat dihitung (Angelici, 1977). 6. Penentuan rumus senyawa kompleks Analisa komponen penyusun kristal senyawa kompleks hasil sintesis dilakukan menggunakan spektroskopi infra merah. Kecenderungan besi(ii) untuk membentuk senyawa kompleks oktahedral, maka dapat dilakukan pengukuran dengan kisaran bilangan gelombang pada 500-150 cm -1. Data difraksi sinar-x serbuk diperoleh dengan menempatkan 1g sampel pada sel difrakometer ( sample holder) kemudian disinari dengan sinar-x dari sumber logam Cu. Data difraksi diambil dari sudut (2 ) 10 0 sampai 90 0 dengan selang 0,02 0. Difraktogram yang diperoleh berupa grafik hubungan intensitas dan sudut difraksi (2 ). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sintesis Senyawa Kompleks Fe(II) Sintesis senyawa kompleks Fe(II) dengan ligan fenantrolin, bipiridin dan ligan jembatan oksalat dilakukan dalam pelarut metanol. Larutan ligan metanolik dan ion logam Fe(II) dicampurkan secara langsung untuk mendapatkan padatan senyawa kompleks dengan warna yang berbeda-beda setelah campuran reaksi dibiarkan selama seminggu. Untuk mengetahui efektifitas subsitusi ligan, dilakukan tiga model reaksi, yaitu metode I, metode II, dan metode III. Hasil sintesis kompleks {[Fe(L)(NCS) 2 ] 2 oks} di mana L = fen, bp dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Hasil Sintesis Senyawa Kompleks Senyawa kompleks Bobot yang dihasilkan (g) Renda men (%) Warna If 0,1465 73,95 Ungu kemerahan IIf 0,1314 66,33 Ungu IIIf 0,1675 84,55 Ungu kemerahan IIb 0,1146 61,57 Coklat kemerahan IIIb 0,1612 86,62 Coklat kemerahan Keterangan : If = kompleks {[Fe(fen)(NCS) 2 ] 2 oks} metode I IIf = kompleks {[Fe(fen)(NCS) 2 ] 2 oks} metode II IIIf = kompleks {[Fe(fen)(NCS) 2 ] 2 oks} metode III IIb = kompleks {[Fe(bp)(NCS) 2 ] 2 oks} metode II IIIb = kompleks {[Fe(bp)(NCS) 2 ] 2 oks} metode III Dari data pada Tabel 1 di atas, diperoleh kristal senyawa untuk kompleks Fe(II) dengan ligan fenantrolin dan ligan jembatan oksalat yang warna berbeda berdasarkan tiga metode tersebut. 17

Kristal senyawa kompleks If berwarna ungu kemerahan yang berkilauan dengan rendamen 73,95% kompleks IIf berwarna ungu yang berkilauan dengan rendamen 66,33% dan kompleks IIIf yang berwarna ungu kemerahan dengan rendamen 84,55%. Sintesis untuk kompleks Fe(II) dengan ligan bipiridin dan ligan jembatan oksalat disintesis didasarkan pada urutan subsitusi ligan, juga menghasilkan warna dan rendamen yang berbeda. Hasil senyawa kompleks IIb yang berwarna merah kecoklatan dengan rendamen 61,57 % dan kristal hasil senyawa IIIb yang berwarna merah kecoklatan dan rendamen yang diperoleh 86,62 %. Tampak serbuk dari setiap kristal hasil sintesis dapat dilihat pada Gambar 1. a d Gambar 1. Tampak Serbuk (a) Kompleks If, (b) Kompleks IIf, (c) Kompleks IIIf, (d) Kompleks IIb, (e) Kompleks IIIb. 2. Pengujian Kelarutan Senyawa Kompleks Fe(II) Pengujian kelarutan senyawa kompleks bertujuan untuk memperoleh pelarut yang paling baik untuk digunakan pada tahap analisa berikutnya. Setelah sejumlah padatan kompleks hasil sintesis diperoleh, dilakukan pengujian kelarutan terhadap masing-masing senyawa kompleks menggunakan beberapa pelarut yaitu metanol, aseton, dan akuades. Hasil pengujian kelarutan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. berikut ini. b c e Tabel 2. Hasil Pengujian Kelarutan Senyawa Kompleks Senyawa Pelarut Kompleks Metanol Aseton Akuades If +++ ++ + IIf +++ ++ + IIIf +++ ++ + IIb +++ ++ + IIIb +++ ++ + Keterangan : +++ = sangat larut ++ = larut + = kurang larut Dari hasil pengujian kelarutan, diperoleh bahwa metanol merupakan pelarut yang baik untuk melarutkan senyawa kompleks hasil sintesis. Maka untuk melakukan pengujian daya hantar listrik, digunakan metanol sebagai pelarut. 3. Pengukuran Daya Hantar Listrik Senyawa Kompleks Pengukuran daya hantar listrik senyawa kompleks hasil sintesis bertujuan untuk menentukan jumlah ion dalam senyawa kompleks yang dihasilkan. Hasil pengukuran daya hantar listrik kompleks hasil sintesis dan senyawa pembanding dalam metanol dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Pengukuran Daya Hantar Listrik Kompleks Hasil Sintesis dan Senyawa Pembanding Larutan Daya Hantar Jumlah Ion Molar (cm-1mol-1ω-1) If 38,93 - IIf 45,05 - IIIf 40,93 - IIb 56,25 - IIIb 36,15 - NaNO 3 80,18 2 MgCl 2.6H 2 O 159,18 3 Pengukuran daya hantar listrik dari senyawa kompleks dilakukan untuk mengetahui jumlah ion jika senyawa tersebut dilarutkan dalam pelarut tertentu. Dari data tersebut di atas dapat dikatakan bahwa kelima senyawa kompleks yang disintesis tidak bermuatan. 4. Pengukuran Sifat Kemagnetan Senyawa Kompleks Penentuan sifat kemagnetan senyawa kompleks dilakukan dengan pengukuran nilai 18

momen magnet menggunakan Magnetic Susceptibiliy Balance. Hasil pengukuran yang diperoleh dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Pengukuran Momen Magnet Senyawa Kompleks Senyawa Kompleks m 0 (g) R 0 M R L (cm) T ( C) If 0,8245-32 0,8928 986 1,3 26 IIf 0,8245-33 0,8782 153 1,0 2 26 IIIf 0,0817-32 0,9093 114 1,5 8 26 IIb 0,8170-32 0,8625 151 1,7 28 IIIb 0,8245-32 0,8665 119 1,8 28 C bal = 0,97. Dari hasil perhitungan menggunakan persamaan = ( ). (1), diperoleh data hasil perhitungan momen magnetik untuk kelima senyawa kompleks dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Data Suseptibilitas Massa, Suseptibilitas Molar, dan Momen Magnet Senyawa Kompleks Seny awa g (10-6 ) m(10-6 ) corr m (10-6 ) (BM ) If 18,544 14.691,99581 15.084,03581 5,98 IIf 28,112 22.272,50789 22.664,54789 7,34 IIIf 18,661 14.784,69229 15.176,73229 6,00 IIb 6,560152174 4.882,548075 5.293,948075 3,57 IIIb 6,27785714 4.672,443334 5.083,843334 3,50 Dari data pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa senyawa kompleks besi(ii) yang disintesis menggunakan ligan fen bersifat paramagnetik, sebaliknya kompleks besi(ii) yang menggunakan ligan bp bersifat diamagnetik. Secara teoritis, senyawa kompleks besi(ii) spin tinggi sekitar 4,9-5,4 BM ( Onggo dan sugiarto, 2001). Hasil yang sama juga diperoleh Joris (2011), untuk kompleks berinti tunggal yaitu [Fe(fen) 3 ] 2+ [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ], dengan nilai momen magnet masing-masing, 1,439 BM, 5,037 BM. Hasil penelitian ini, menunjukkan nilai momen magnet untuk kompleks yang disintesis dengan tiga metode menggunakan ligan fen menunjukkan nilai momen magnet yang tinggi masing-masing, 5,94 BM, 7,34 BM, dan 6,00 BM, sedangkan dua metode menggunakan ligan bp menunjukkan nilai momen magnet yang rendah masing-masing 3,57 BM, dan 3,50 BM. Kompleks dengan ligan fen memiliki nilai momen magnet yang tinggi jika dibandingkan dengan kompleks berinti tunggal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompleks yang disintesis berinti ganda. Berdasarkan hasil pengukuran momen magnet ini maka, kompleks dengan ligan fen yang dikarakterisasi lebih lanjut untuk penentuan struktur. Sedangkan pada kompleks dengan ligan bp tidak dilakukan karena bersifat diamagnetik. 5. Penentuan Rumus Kimia Senyawa kompleks Untuk menentukan rumus kimia senyawa kompleks berinti ganda yang disintesis, dilakukan pengukuran spektra IR dan analisa XRD. a. Hasil analisis infra merah Untuk menguji lebih lanjut bahwa senyawa kompleks yang disintesis telah terbentuk, dilakukan analisis spektroskopi inframerah. Analisis spektrum infra merah dilakukan juga Gambar 2. Spektra Infra Merah 1,10-fenantrolin monohidrat berinti tunggal spin rendah memiliki nilai momen magnet sekitar 0-1 BM, sedangkan untuk untuk mengetahui pergeseran bilangan gelombang akibat subsitusi ligan fen ligan NCS - 19

dan ligan jembatan oksalat. Karena ketiga senyawa kompleks yang disintesis adalah identik, sehingga pengukuran spektra IR hanya dianalisis untuk satu senyawa yaitu IIIf. Analisa infra merah untuk ligan fenantrolin menunjukkan serapan khas C=C aromatik pada 1653,99 cm -1, didukung dengan adanya serapan =C H pada 3036, 97 cm -1, serapan gugus C=N C pada 2356,09 cm -1, karena digunakan senyawa 1,10-fenantrolin monohidrat maka muncul serapan khas OH pada 3433,5 cm -1. Spektra infra merah dilihat pada Gambar 2. Data hasil analisa infra merah untuk fenantrolin dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil IR untuk 1,10-fenantrolin monohidrat Bilangan Gugus Gelombang (cm-1) 1653,99 C=C aromatic 3036, 97 =C H 2356,09 C=N C 3433,5 O H Selanjutnya pada kompleks {[Fe(fen)(NCS) 2 )] 2 oks} hasil sintesis juga dilakukan analisa spektrum infra merah. Keberadaan oksalat sebagai ligan ditandai oleh munculnya pita serapan inframerah pada daerah Berdasarkan hasil spektrum infra merah kompleks {[Fe(fen)(NCS) 2 ] 2 oks} dapat diketahui terdapat pita serapan C=C alifatik pada 1624,09 cm -1, C=C aromatik pada 1513,18-1590,34 cm -1, C-O pada 1340-1221,93 dan Fe-O pada 484 cm - 1. Data hasil analisa dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil IR untuk Kompleks {[Fe(fen)(NCS) 2 ] 2 oks} Bilangan Gelombang (cm -1 ) Gugus 2073,51-2061,94 C N 1513,18- C=C aromatic 3071,69 =C H vinilik 3337,87 C=N C 1624,09 C=C alifatik 1340,55-1221,93 C O 484,14 Fe O b. Hasil analisis XRD Untuk menguji bahwa kompleks hasil sintesis yang telah terbentuk, dilakukan analisa dengan difraksi sinar-x. Pola difraksi senyawa kompleks {[Fe(fen)(NCS) 2 ] 2 oks} diamati dan dibandingkan dengan pola difraksi sinar-x kompleks [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ], (Tsuchiya dkk., Gambar 3. Spektra Infra Merah Senyawa Kompleks {[Fe(fen)(NCS) 2 ] 2 oks} pita serapan 1600-1700 cm -1 dan 1200-1300 cm -1 yang merupakan serapan khas υ as (CO) bebas dan υ s (CO) dan pita serapan yang muncul pada daerah 800-700 cm -1, mengindikasikan ion oksalat sebagai ligan jembatan yang menghubungkan ion-ion logam. 11 Hasil analisa infra merah untuk senyawa {[Fe(fen)(NCS) 2 ] 2 oks} dilihat pada Gambar 3. 2000), dan (Joris, 2011). Pola difraksi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. 20

Gambar 4. Pola Difraksi Sinar-X Kompleks (a)[ Fe(fen)NCS) 2 ] (Tscuhiya dkk, 2000), (b) Kompleks [Fe(fen)(NCS) 2 ] (Joris, 2011) dan (c) Kompleks {[Fe(fen)(NCS) 2 ] 2 oks} Hasil Sintesis. Perbandingan hasil difraktogram pada penelitian sebelumnya dengan hasil sintesis ini, kompleks diamati mengandung inti Fe(II) dengan nilai 2 = 23,4222 0. Intensitas atom besi yang cukup tinggi menunjukkan bahwa kompleks yang disintesis berinti ganda. Hasil pengukuran daya hantar, momen magnet, spektra IR, dan analisa XRD juga menunjukkan bahwa kompleks yang disintesis berinti ganda dengan rumus {[Fe(fen)(NCS) 2 ] 2 oks}. KESIMPULAN (a) Sintesis kompleks Fe(II) dengan ligan fenantrolin dalam pelarut metanol menggunakan tiga metode menghasilkan tiga senyawa kompleks yang bersifat paramagnetik masingmasing dengan nilai momen magnet, 5,98 BM (metode If); 7,34 BM (metode IIf) dan 6,00 BM (b (c) (metode IIIf). Untuk ligan bipiridin dihasilkan dengan dua metode bersifat diamagnetik dengan masing-masing kompleks memiliki nilai momen magnet 3,57 BM (metode IIb) dan 3,50 BM (metode IIIb). Dapat dikatakan bahwa kekuatan medan ligan bipiridin tidak dapat direduksi dengan subsitusi ligan monodentat NCS -. Dari hasil pengukuran daya hantar, momen magnet, spektra IR, dan analisa XRD, dapat ditunjukkann bahwa kompleks yang disintesis merupakan kompleks berinti ganda dengan rumus {[Fe(fen)(NCS) 2 ] 2 oks}. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Pendidikan Tinggi Depdiknas (DP2M) yang telah menyetujui dan mendanai penelitian ini melalui kontrak No: 0523/SP2H/PP/DP2M/III Tanggal 29 Maret 2010. DAFTAR PUSTAKA Angelici, R. J., 1977. Synthesis and Technique in Inorganic Chemistry. W. B. Saunders Company : Michigan. Gütlich, P., Garcia, Y. and Goodwin, H.A., 2000. Chem. Soc. Rev., 29, 419. Joris, S. N., 2011. Pengaruh Ion Lawan NCS - Terhadap Sifat Kemagnetan Kompleks [Fe(fen) 2 (NCS) 2 ] Skripsi, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam., Ambon. Huheey, James E.,1993. Inorganic Chemistry:Principles of Structure and Reactivity, 4 th, Harper Collins College Publishers. Kahn, O., dan Martinez, C. J., 1998. Spintransition polymers: From Molecular Materials Toward Memory Devices. Science, 279, 44-48. Male, Y. T., 2004. Sintesis Senyawa Kompleks Berinti Ganda Fe II -Cu I. Tesis Magister, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung., Bandung. Moliner, N., Gaspar A. B., Munoz, M.C., Niel V., Canp, J. and real J,A.2001. Inorg. Chem.40, 3986-3991. Real, J. A., Gaspar, A. B., Niel, V., dan Muñoz, M. C., 2003. Communication between iron (II) building blocks in cooperative spin transition phenomena. Coord. Chem. Rev., 236, 121-141. 21

Stevensoon, K. L., Dave, P., Djulia, O., dan Kiki, A. K., 2006. Sintesis Senyawa Kompleks K[Cr(C 2 O 4 ) 2 (H 2 O)]. 2H 2 O dan [N(n- C 4 H 9 ) 4 ][CrFe(C 2 O 4 ) 3 ]H 2 O. Jurnal Kimia Indonesia, Vol.1, hal.7-12. Tsuchiya, N., Tsukamanto, A., Ohshita, T., Isobe, T., Senna, M., Yoshioka, N., dan Inoue, H., 2000. Anomalous Spin Crossover of Mechanically Strained Iron(II) Complexes with 1,10- phenantroline with their Counterions, NCS - and PF - 6, J. Solid State Chem., 153, 82-91. 22