BAB I PENDAHULUAN. maupun pengeluaran pembangunan. Pentingnya penerimaan pajak terhadap

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mempunyai fungsi penting dalam membangun masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara yang berlandaskan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara harus menjalankan pemerintahan dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara harus melakukan kegiatan pembangunan demi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan membangun negara untuk lebih berkembang dan maju, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran negara.

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TELAAH PUSTAKA. jawab atas kewajiban pembayaran pajak berada pada masyarakat sendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh bangsa Indonesia adalah self assysment system, dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Erly Suandy (2008), dari segi ekonomi, pajak merupakan

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kemakmuran rakyatnya secara adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I. Angka 1 Pasal 1. Cukup jelas. Angka 2 Pasal 2

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dilakukan oleh pemerintah, demi terwujudnya. kesejahteraan rakyat. Dalam melaksanakan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. merata baik dalam bidang ekonomi, kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yaitu mensejahterakan. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan utama Negara yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan perekonomian dewasa ini, pajak merupakan suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.

PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 SEBAGAI UPAYA LEGAL UNTUK MENCAPAI EFISIENSI PAJAK PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada CV.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. utama yaitu penerimaan (revenue) dan pengeluaran (expenditure).

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap orang tidak dapat menghindarkan dirinya dari pajak. Pajak merupakan

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara untuk

SE - 11/PJ/2011 PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-1/PJ/2011 TENTANG TATA CARA

ABSTRAK. Kata kunci: Pajak Pertambahan Nilai, perencanaan pajak, PPN terutang. Universitas Kristen Maranatha

Soal USKP A Mata Ujian PPh Pot/ Put Pasal (15, 21, 22, 23, 26) Periode Juni Tahun 2013 (Bagian Pertama)

JURNAL PENELITIAN TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERIKSAAN PAJAK OLEH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK. Disusun oleh: Deddy Arief Setiawan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemerintah dalam mencapai tujuan yang bermanfaat untuk mendorong

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran Negara baik pengeluaran rutin maupun pembangunan, perpajakan yang baik guna menghimpun dana dari masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan nasional merupakan kegiatan yang berlangsung terus-menerus

Workshop Perpajakan Manajemen Risiko Perpajakan & Tax Planning Pasca Tax Amnesty. Dr. Nur Hidayat, SE, ME, Ak, CA, BKP

ABSTRAKSI. Universitas Kristen Maranatha

PERTEMUAN 7 By Ely Suhayati SE MSi Ak PENGKREDITAN PPH PASAL 24 DAN ANGSURAN PPH PASAL 25

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) salah satu kota terbesar di Indonesia, tidak luput dari keikutsertaan dalam

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari rakyat. Oleh karena itu diperlukan partisipasi dari setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan potensi yang sangat besar dalam pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. warga negara untuk menunjang pembangunan. Kegiatan kenegaraan sulit

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia diikuti pula perkembangan

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia sekarang ini sedang berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya program pemerintahan dan pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pajak langsung, dan pajak tidak langsung. Contoh pajak langsung adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA CV INDAH UTAMA 171

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa pajak. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.36985/PP/M.XIII/15/2012. : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

pajak. Data dari Departemen Keuangan Republik Indonesia juga menunjukkan adanya

Bab1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. industri perbankan. Perkembangan ini dapat dilihat dari sisi volume usaha,

EVALUASI PENERAPAN PPH PASAL 23 PADA PT. BIN (PERSERO) DI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. bagi Indonesia, mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dan potensial

PERSANDINGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, sumbangan terbesar untuk pendapatan negara bersumber dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemungutan pajak di Indonesia saat ini menganut sistem Self

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi hak dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 1 Undang-Undang No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. warga negara dalam membiayai keperluan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alinea 4 yaitu, memajukan kesejahteraan umum. Agar tujuan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan Negara dari perpajakan dalam APBN selalu meningkat, misalkan dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan yang penting yang akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Pentingnya penerimaan pajak terhadap penyediaan dana untuk pembangunan dapat dilihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN ) Tahun Anggaran 2005, rencana Penerimaan Perpajakan sebesar Rp 297,8 triliun merupakan 78% dari pendapatan negara atau 13,6% terhadap Produk Domestik Bruto atau disingkat PDB. Melihat kenyataan tersebut, bahwa sektor pajak merupakan instrumen utama dalam anggaran penerimaan maka masyarakat diharapkan berpartisipasi secara aktif dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Pembebanan pajak oleh pemerintah yang berbentuk pemungutan pajak terhadap Wajib Pajak pada hakekatnya merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Penghasilan merupakan salah satu objek yang dikenakan pajak oleh pemerintah yang diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 (selanjutnya disebut UU PPh). 1

2 Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 merupakan pajak yang dikenakan terhadap beberapa jenis penghasilan seperti bunga, dividen, royalti, sewa dan imbalan sehubungan dengan pemberian jasa seperti jasa teknik, jasa manajemen dan jasa lainnya. Jenis jasa lain yang dikenakan PPh Pasal 23 tersebut diatur lebih lanjut dalam Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-170/PJ./2002. Jenis jasa yang ditentukan dalam keputusan Dirjen Pajak tersebut antara lain adalah jasa perantara, jasa profesi, jasa perancang atau design, jasa maklon. Bagi Wajib Pajak penerima penghasilan, PPh Pasal 23 yang telah dipotong oleh pihak lain merupakan kredit pajak atau uang muka pajak (prepaid tax) yang bisa diperhitungkan terhadap PPh yang terutang pada tahun pajak yang bersangkutan. Pemotongan PPh Pasal 23 dalam kasus-kasus tertentu dapat mengakibatkan lebih bayar PPh yang terlalu besar. Selain merugikan cash flow Wajib Pajak, hal itu juga dapat menambah beban kerja aparat DJP (Direktorat Jenderal Pajak) karena banyaknya proses restitusi. Oleh karena itu, Undangundang PPh memberi peluang kepada Wajib Pajak agar dapat meminta pembebasan dari pemotongan PPh Pasal 23. Merujuk pada Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-192/PJ./2002 tanggal 15 April 2002 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan dan/pemungutan Pajak Penghasilan, PT Pos Indonesia (Persero) sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan peralihan bentuk dari Perum Pos dan Giro mengajukan permohonan pembebasan dari pemotongan dan/pemungutan PPh Pasal 23 atas beberapa layanan jasa keagenan atau jasa perantara. Hal ini dilakukan mengingat kerugian fiskal yang

3 dialami PT Pos Indonesia (Persero) sepanjang tahun pajak 2001-2005, sekaligus menghemat PPh Pasal 23 atau sering disebut dengan upaya penghematan pajak (tax saving). Sesuai dengan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-192/PJ./2002 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan dan/pemungutan Pajak Penghasilan, Wajib Pajak yang melakukan kompensasi kerugian fiskal berhak mengajukan permohonan SKB PPh Pasal 23 sepanjang kerugian fiskal tersebut jumlahnya lebih besar dari perkiraan penghasilan neto tahun pajak yang bersangkutan. Meskipun dalam tahun berjalan diperoleh laba fiskal, jika jumlahnya lebih kecil dari kerugian fiskal tahun-tahun pajak sebelumnya yang masih bisa dikompensasikan, maka pada tahun berjalan Wajib Pajak tersebut tidak akan terutang PPh. Maka melalui Surat Edaran Nomor : SE12/Dirkug/0206 tentang Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan Pasal 23 Dari Ditjen Pajak cq. Kepala Kantor Pelayanan Pajak BUMN Jakarta, PT Pos Indonesia (Persero) tidak lagi dipotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dalam jangka waktu mulai tanggal 20 Februari 2006 sampai dengan 31 Desember 2006. Pendapatan perusahaan berupa provisi/fee atas jasa layanan keagenan (jasa perantara) tidak dipotong dan/dipungut lagi oleh pihak mitra kerja, sehingga pendapatan perusahaan akan mengalami kenaikan yang cukup baik. Dengan dikeluarkannya SKB PPh Pasal 23 akan dapat meningkatkan pendapatan PT Pos Indonesia (Persero) sekaligus menghemat PPh Pasal 23 terutang. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian di PT Pos Indonesia (Persero) mengenai Surat Keterangan Bebas (SKB), untuk mengetahui sejauh

4 mana pengaruh SKB PPh Pasal 23 terhadap pendapatan usaha. Adapun judul yang diambil Analisis Perbandingan Pendapatan Sebelum dan Sesudah Penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan Pasal 23. (Studi Kasus Pada PT Pos Indonesia (Persero) Bandung) 1.2 Identifikasi Masalah Dalam peraturan perpajakan yang berlaku, tidak ada aturan yang melarang untuk membuat perencanaan pajak agar pajak yang ditanggung dapat seminimal mungkin. Manajemen perusahaan perlu membuat perencanaan untuk menghasilkan suatu penghematan pajak agar tidak terkena sanksi atau pengenaan pajak yang sangat memberatkan maupun membayar pajak secara berlebihan. Dengan demikian yang menjadi pemikiran dalam penghitungan besarnya pajak yang harus dibayar adalah bagaimana perusahaan melakukan penghematan pajak tanpa harus melanggar peraturan perpajakan yang berlaku. Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk membahas masalah-masalah sebagai berikut: 1. Penghasilan apa saja yang dibebaskan dari pemotongan dan/pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 23? 2. Apakah terdapat peningkatan pendapatan usaha PT Pos Indonesia (Persero) sesudah penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan Pasal 23?

5 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan tindak lanjut terhadap masalah yang telah diidentifikasikan. Jadi berdasarkan identifikasi masalah di atas, tujuan penelitian dimaksudkan untuk: 1. Mengetahui penghasilan apa saja yang dibebaskan dari pemotongan dan/pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 23. 2. Mengetahui apakah terdapat peningkatan pendapatan usaha PT Pos Indonesia (Persero) sesudah penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan Pasal 23. 1.4 Kegunaan Penelitian Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian yang telah dipaparkan diatas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Bagi penulis, dengan penelitian ini diharapkan nantinya dapat menambah wawasan dan pemahaman yang cukup baik mengenai penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan Pasal 23 pada perusahaan. 2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan evalusi atas penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) sehingga dapat mendorong peningkatan pendapatan usaha secara konsisten. 3. Bagi pihak lain yang berkepentingan, penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan dapat menjadi bahan referensi khususnya untuk mengkaji topik-topik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

6 1.5 Rerangka Pemikiran dan Hipotesis Dalam rangka menjamin kelangsungan pembiayaan pembangunan nasional, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Di lain pihak bagi dunia usaha, pajak merupakan sumber pengeluaran (cash disbursement) tanpa mereka memperoleh imbalan secara langsung. Perusahaan sebagai badan yang melakukan kegiatan usaha merupakan subjek pajak, ini tercantum dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000. Untuk itu setiap kegiatan usaha yang berhubungan pajak, wajib dilaporkan kepada pemerintah melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Adapun sistem pelaporan dan pemungutan pajak diatur menurut self assesment system. Menurut Waluyo B. Ilyas dalam bukunya Perpajakan Indonesia (2002:16) Self assesment system merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang, kepercayaan, tanggungjawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Jadi setiap masyarakat Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk dapat melaksanakan asas kegotongroyongan nasional melalui menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang atau dikenal dengan sistem self assesment, sehingga diharapkan sistem administrasi perpajakan dapat dilaksanakan dengan rapi, sederhana, dan mudah dipahami oleh anggota masyarakat Wajib Pajak. Permasalahan dan kasus tentang pajak semakin lama semakin kompleks dan rumit seiring dengan perkembangan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan

7 perlu mengelola kewajiban perpajakannya melalui manajemen pajak (tax management). Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Perencanaan perpajakan umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi atau fenomena terkena pajak. Kalau fenomena tersebut terkena pajak, apakah dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran pajak dimaksud dapat ditunda pembayarannya, dan lain sebagainya. Setidak-tidaknya terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam suatu perencanaan pajak (tax planning) menurut Erly Suandy (2003:10) adalah: 1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan. Bila suatu perencanaan pajak (tax planning) dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan, bagi Wajib Pajak merupakan risiko pajak (tax risk) yang sangat berbahaya dan mengancam keberhasilan perencanaan pajak tersebut. 2. Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan menyeluruh (global strategy) perusahaan baik jangka panjang maupun jangka pendek. Oleh karena itu, perencanaan pajak yang tidak masuk akal akan memperlemah perencanaan itu sendiri. 3. Bukti-bukti pendukungnya memadai, misalnya dukungan perjanjian (agreement), faktur (invoice), dan juga perlakuan akuntansinya (accounting treatment).

8 Berdasarkan uraian di atas, PT Pos Indonesia (Persero) sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan peralihan bentuk dari Perum Pos dan Giro berusaha menyesuaikan peraturan perpajakan dalam upaya penghematan pajak melalui pengajuan permohonan pembebasan dari pemotongan dan/pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 23 ke Ditjen Pajak (Berpedoman pada : Kep. Dirjen Pajak Nomor : KEP-192/PJ./2002 tanggal 15 April 2002) atas beberapa layanan jasa keagenan. Pengajuan permohonan tersebut dilakukan atas dasar bahwa dalam tahun pajak 2006 PT Pos Indonesia (Persero) tidak terutang Pajak Penghasilan karena mengalami kerugian fiskal. Sesuai dengan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-192/PJ./2002 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan dan/pemungutan Pajak Penghasilan, Wajib Pajak yang melakukan kompensasi kerugian fiskal berhak mengajukan permohonan SKB PPh Pasal 23 sepanjang kerugian fiskal tersebut jumlahnya lebih besar dari perkiraan penghasilan neto tahun pajak yang bersangkutan. Meskipun dalam tahun berjalan diperoleh laba fiskal, jika jumlahnya lebih kecil dari kerugian fiskal tahun-tahun pajak sebelumnya yang masih bisa dikompensasikan, maka pada tahun berjalan Wajib Pajak tersebut tidak akan terutang PPh. Berkaitan dengan permohonan untuk memperoleh SKB, Wajib Pajak yang bersangkutan diwajibkan menyampaikan perkiraan penghasilan neto tahun berjalan, atau dalam praktek lebih dikenal sebagai proyeksi laba (rugi) fiskal. Namun, permohonan SKB PPh Pasal 23 tidak berlaku terhadap penghasilan yang dikenai PPh yang bersifat final. Misalnya, penghasilan dari persewaan tanah dan

9 atau bangunan yang dikenai PPh Final berdasarkan PP Nomor 29 Tahun 1996 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 5 Tahun 2002. Hal itu dikarenakan pemotongan PPh Final tidak lagi memperhitungkan laba (rugi) dan PPh Final yang telah dipotong pihak lain dianggap sebagai pelunasan atas PPh yang terutang oleh Wajib Pajak penerima penghasilan (tidak dapat dikreditkan). Melalui Surat Edaran Nomor : SE12/Dirkug/0206 tentang Surat Keterangan Bebas Pajak Penghasilan Pasal 23 Dari Ditjen Pajak cq. Kepala Kantor Pelayanan Pajak BUMN Jakarta, PT Pos Indonesia (Persero) tidak lagi dipotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 dalam jangka waktu mulai tanggal 20 Februari 2006 sampai dengan 31 Desember 2006. Mengenai waktu pengajuan permohonan SKB PPh Pasal 23, mengacu pada KEP-192/PJ./2002 tidak ditentukan kapan Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pembebasan dari pemotongan dan/pemungutan PPh oleh pihak lain. Bisa diartikan bahwa permohonan SKB PPh Pasal 23 sudah bisa diajukan pada bulan-bulan awal tahun pajak berjalan. Dalam hal ini PT Pos Indonesia (Persero) mengajukan permohonan SKB PPh Pasal 23 yang pertama pada tanggal 16 Januari 2006 atas 11 jenis jasa layanan, kemudian diajukan kembali permohonan SKB PPh Pasal 23 pada tanggal 13 Februari 2006 yang dilengkapi dengan Daftar Perjanjian Kerja Sama (PKS) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKAP) yang menambah 2 jenis jasa layanan sehingga SKB PPh Pasal 23 seluruhnya atas 13 jenis jasa layanan. Dengan dikeluarkannya SKB PPh Pasal 23 pendapatan perusahaan yang berupa provisi/fee atas jasa layanan keagenan tidak dipotong Pajak Penghasilan

10 (PPh) Pasal 23 oleh pihak mitra kerja tersebut menyebabkan pendapatan usaha akan mengalami kenaikan yang cukup berarti. Berdasarkan rerangka pemikiran dan tujuan penelitian di atas, maka penulis menarik suatu hipotesis sebagai berikut Terdapat perbedaan yang signifikan dalam pendapatan usaha PT Pos Indonesia (Persero) sebelum dan sesudah penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 23. 1.6 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus. Metode ini bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah, dianalisis dan selanjutnya diproses dengan berdasarkan pada teori yang dipelajari untuk menghasilkan kesimpulan. 1.6.1 Teknik Pengumpulan Data data adalah: Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis untuk memperoleh 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mencari kerangka referensi dan landasan teori baik dalam buku, peraturan-peraturan, majalah, maupun jurnal-jurnal ilmiah yang relevan dengan ide penelitian termasuk dari media

11 internet yang kemudian menjadi dasar kriteria dalam membahas masalah yang ditemukan dalam penelitian lapangan. 2. Penelitian Lapangan (Field Research) Data empiris yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan teknikteknik sebagai berikut: a. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan Pasal 23 pada PT Pos Indonesia (Persero) Bandung. b. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang berkompeten guna memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini. c. Dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pajak Penghasilan Pasal 23. 1.6.2 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Setelah data diperoleh, maka dilakukan pengolahan data dengan analisis data, dimana data primer yang berhasil dikumpulkan, dibandingkan dengan teori dan konsep yang telah disusun guna melakukan analisis statistik untuk menguji hipotesis. Adapun analisis statistik yang digunakan adalah analisis statistik berdasarkan prosedur software SPSS dengan metode Paired Sample T-Test yaitu dengan membandingkan rata-rata dari dua variabel suatu kelompok tunggal

12 dengan taraf nyata 5%. Selain melakukan pengujian dengan Paired Sample T- Test, pengujian dapat dilakukan secara manual dengan mempergunakan rumus: t = dimana d = d Sd / n d n Sd = n d 2 ( n( n 1) d) 2 Keterangan: t = nilai uji antara pendapatan sebelum dan sesudah penerapan SKB PPh Pasal 23. d = rata-rata selisih antara pendapatan sebelum dan sesudah penerapan SKB PPh Pasal 23. d = selisih antara pendapatan sebelum dan sesudah penerapan SKB PPh Pasal 23. n = jumlah sampel Hipotesis pengujian: H 0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam pendapatan usaha PT Pos Indonesia (Persero) sebelum dan sesudah penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 23.

13 H 1 : Terdapat perbedaan yang signifikan dalam pendapatan usaha PT Pos Indonesia (Persero) sebelum dan sesudah penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 23. Kriteria penerimaan atau penolakan H 0 adalah: -t hitung > -t tabel atau t hitung < t tabel dan Sig. 2-tailed >5%, maka H 0 diterima artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam pendapatan usaha PT Pos Indonesia (Persero) sebelum dan sesudah penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 23. -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel dan Sig. 2-tailed <5%, maka H 0 ditolak artinya terdapat perbedaan yang signifikan dalam pendapatan usaha PT Pos Indonesia (Persero) sebelum dan sesudah penerapan Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 23. Data-data tersebut akan diolah, dianalisa, dan selanjutnya diproses lebih lanjut sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada PT Pos Indonesia (Persero) Bandung yang berlokasi di Jl. Banda No. 30 Bandung 40115. Penelitian dilakukan sejak bulan April 2006 sampai dengan bulan Juni 2006.