Modul Pelatihan MODUL MI-8 I. DESKRIPSI SINGKAT

dokumen-dokumen yang mirip
Modul Pelatihan MODUL MP-2 I. DESKRIPSI SINGKAT

ANALISIS POTENSI KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB III ANALISIS METODOLOGI

UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM

KODE UNIT O JUDUL UNIT

2.1 Intervensi sanitasi dilakukan sesuai dengan disain. 2.2 Sarana Pembuangan Tinja (Jamban) darurat disediakan.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Modul Pelatihan MODUL MI-4 I. DESKRIPSI SINGKAT

1. Memahami pengertian dan ruang lingkup hunian / shelter

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

PELATIHAN KELAS IBU Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita

prinsip-prinsip kegiatan belajar-mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 6 TAHUN 2010 TENTANG

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KODE UNIT : O JUDUL UNIT

PEMBAHASAN. Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok. Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?

I. PENDAHULUAN. Istilah pembelajaran dalam dunia pendidikan merupakan salah satu aspek

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Cara Melaksanakan. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

LOKAKARYA KESLING DESA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk memperoleh gambaran proses pembelajaran IPA. Menurut guru kelas

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

PENERAPAN MEDIA GAMBAR DALAM MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. melakukan observasi awal terhadap hasil belajar siswa di kelas IV SDN 3 Tabongo

BAB III Tahapan Pendampingan KTH

Modul Pelatihan MODUL MP-1 I. DESKRIPSI SINGKAT

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

FORMAT OBSERVASI AKTIVITAS PENELITI SIKLUS 1

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PPL I

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PB 7. BUMDes dan Pengembangan Ekonomi Desa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil

Panduan Dasar Menulis Esai. latihan yang terus menerus. Berikut ini panduan dasar dalam menulis sebuah esai.

Pencegahan Akibat Kerja Pada Home Industri

Written by Robinson Putra Wednesday, 16 January :51 - Last Updated Tuesday, 05 February :32

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Simpulan hasil penelitian model pembelajaran proyek berbasis lingkungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

TEKNIK-TEKNIK PSIKOEDUKASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN


PENGENALAN DIRI. Materi Pelatihan. Waktu : menit (135 menit) Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instuksional Khusus : Metoda :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Manjilala

BAB 4 PEMBAHASAN. Umur

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh: Guru Besar Universita Riau

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kurikulum Pelatihan I. PENDAHULUAN. A. Dasar Pemikiran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS

c. Metode Curah Pendapat/Urun Pendapat/Brainstorming

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, di bawah ini di paparkan

Contoh Iklan dengan himbauan rasional

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

SOCIAL FORECASTING. Agus Dharma

STRATEGI PEMBELAJARAN ORANG DEWASA OLEH: TIM JURUSAN PLS

Pedoman Pengembangan Materi e- Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Kepedulian terhadap lingkungan saat ini hanya dimiliki oleh segelintir

Setelah mengikuti sesi ini, pengawas diharapkan mampu: Mengenali pelaksanaan supervisi yang lebih baik

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF KELAS VI SD YPKP 1 SENTANI, KABUPATEN JAYAPURA PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN HARAPAN MASYARAKAT/ SASARAN PROGRAM No.

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN KANTOR PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas :

Komunikasi risiko 1 LAMPIRAN 2. Definisi dan tujuan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 6 Bengkulu Tengah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK MENGANTISIPASI BENCANA ALAM DI KOTA BENGKULU LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (LIPI), 2006 BENCANA ALAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati *

PENGAJARAN PROFESIONAL DAN PEMBELAJARAN BERMAKNA PAKET PELATIHAN 3

METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

Beberapa Gagasan tentang Sistem Perlindungan dan Dukungan terhadap Saksi dan Korban

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Mengapa Kemiskinan di Indonesia Menjadi Masalah Berkelanjutan?

Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berkomunikasi di antara anggota masyarakat tidak akan dapat

Transkripsi:

Modul Pelatihan MODUL MI-8 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN LINGKUNGAN DI DAERAH TANGGAP DARURAT I. DESKRIPSI SINGKAT Pemberdayaan masyarakat di daerah tanggap darurat pada prinsipnya sama dengan pemberdayaan masyarakat konvensional, yang membedakan adalah secara psikologis mereka merasa trauma dan kurang nyaman dengan segala keterbatasan di pengungsian. Tetapi jika petugas dapat memanfaatkan moment ini untuk menggalang kebersamaan, maka tidak menutup kemungkinan pemberdayaan masyarakat di bidang kesling akan berhasil, karena memang mereka sangat membutuhkan lingkungan yang nyaman. Pada modul ini akan dibahas tentang dasar-dasar pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan lingkungan yang perlu diterapkan di daerah tanggap

darurat sehingga pembelajar dapat mengetahui perbedaan yang antara pemberdayaan masyarakat konvensional (tidak dalam keadaan darurat) dengan pemberdayaan masyarakat pada daerah tanggap darurat. Pada pokok bahasan 2 akan dipaparkan bagaimana langkah-langkah proses pemberdayaan masyarakat di daerah tanggap darurat dan pokok bahasan 3 membahas tentang penerapan teknik berkomunikasi secara efektif dalam rangka pemberdayaan masyarakat. II. TUJUAN PEMBELAJARAN A. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah proses pembelajaran materi ini, pembelajar mampu melakukan pemberdayaan masyarakat bidang kesling di daerah tanggap darurat yang terjadi di wilayah kerjanya B. Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah proses pembelajaran materi ini pembelajar dapat: 1. Menjelaskan dasar-dasar pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di daerah tanggap darurat 2. Menerapkan langkah-langkah proses pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di daerah tanggap darurat 3. Menerapkan teknik komunikasi efektif dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di daerah tanggap darurat Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 2

III. POKOK BAHASAN A. Dasar-dasar pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di daerah tanggap darurat : 1. Pengertian dan Tujuan 2. Sasaran B. Langkah-langkah proses pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di daerah tanggap darurat C. Teknik Komunikasi efektif dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di daerah tanggap darurat IV. PROSES PEMBELAJARAN Agar proses pembelajaran dapat berhasil secara efektif, maka perlu disusun langkah-langkah sebagai berikut : Langkah 1: Peyiapan Proses pembelajaran 1. Kegiatan Fasilitator Kegiatan bina suasana dikelas a. Memperkenalkan diri b. Menggali pendapat pembelajar (curah pendapat) tentang apa yang dimaksud dengan pengelolaan sarana pembuang kotoran manusia di daerah tanggap darurat Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 3

c. Menyampaikan ruang lingkup bahasan dan tujuan pembelajaran tentang pengelolaan sarana pembuanga kotoran manusia di daerah tanggap darurat 2. Kegiatan Peserta a. Mempersiapkan diri dan alat tulis yang diperlukan b. Mengemukakan pendapat atas pertanyaan fasilitator c. Mendengar dan mencatat hal-hal yang dianggap penting Langkah 2: Review pokok bahasan 1. Kegiatan Fasilitator a. Menyampaikan Pokok Bahasan dan sub pokok bahasan 1 sampai dengan 4 secara garis besar dalam waktu yang singkat b. Memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas c. Memberikan jawaban jika ada pertanyaan yang diajukan peserta 2. Kegiatan Peserta a. Mendengar, mencatat dan menyimpulkan hal-hal yang dianggap penting b. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan kesempatan yang diberikan c. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan fasilitator Langkah 3: Pendalaman pokok bahasan di kaitkan dengan situasi tanggap darurat 1. Kegiatan Fasilitator Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 4

a. Meminta kelas dibagi menjadi 3 kelompok untuk mendiskusikan pokok bahasan sbagai berikut : Kelompok 1 : Identifikasi jenis-jenis jamban yang sesui denga situasi kondisi di daerah tanggap daurat, Kelompok 2 : Penyediaan jamban yag sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat Kelompok 3 : Pemeliharaan jamban di daerah tanggap darurat b. Menugaskan kelompok untuk memilih ketua, sekretaris dan penyaji. c. Meminta masing-masing kelompok untuk menuliskan hasil dikusi untuk disajikan. d. Memberikan bimbingan pada proses diskusi. 2. Kegiatan Peserta a. Membentuk kelompok diskusi dan memilih ketua, sekretaris dan penyaji. b. Mendengar, mencatat dan bertanya pada hal-hal yang kurang jelas pada fasilitator. c. Melakukan proses diskusi sesuai dengan pokok bahasan/ sub pokok bahasan yang ditugaskan dan menuliskan hasil dikusi untuk disajikan. Langkah 4: Penyajian dan pembahasan hasil pendalaman pokok bahasan dikaitkan dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat 1. Kegiatan Fasilitator a. Meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil duskusi b. Memimpin proses tanggapan (tanya jawab) Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 5

c. Memberikan masukan khususnya dikaitkan dalam situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat d. Merangkum hasil diskusi 2. Kegiatan Peserta a. Mengikuti proses penyajian kelas b. Berperan aktif dalam proses tanya jawab yang dipimpin oleh fasilitator c. Bersama fasilitator merangkum hasil presentasi masing masing pokok bahasan yang dikaitka dalam situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat yang telah dibuat oleh tiap kelompok Langkah 5: Simulasi pada situasi taggap darurat (buatan) 1. Kegiatan Fasilitator a. Meminta kelas dibagi menjadi 3 kelompok untuk mensimulasikan pokok bahasan : (1) Identifikasi jenis jamban yang sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat, (2) Penyediaan jamban yang sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah yanggap darurat Catatan : setiap kelompok mensimulasikan dalam situasi dan kondisi di daerah yanggap darurat yang berbeda b. Meminta masing-masing kelompok yang sedang tidak bersimulasi menjadi observer c. Memberikan bimbingan pada proses simulasi. 2. Kegiatan Peserta a. Membentuk kelompok simulasi Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 6

b. Melakukan simulasi secara bergantian sesuai dengan situasi dan kondisi di daerah tanggap darurat yang berbeda c. Kelompok yang sedang tidak bersimulasi menjadi observer untuk mengobservasi kelompok yang sedang melakukan simulasi dan mencatat hal-hal yang sudah baik dan yang masih memerlukan perbaikan d. Mengemukakan hasil observasi untuk perbaikan dan pengkayaan Langkah 6: Rangkuman dan evaluasi hasil belajar 1. Kegiatan Fasilitator a. Mengadakan evaluasi dengan melemparkan 5 pertanyaan sesuai topik pokok bahasan b. Memperjelas jawaban peserta terhadap masing masing pertanyaan c. Bersama peserta merangkum hasil proses hasil pembelajaran pegelolaan sarana pembuangan kotoran (jamban) di daerah tanggap darurat 2. Kegiatan Peserta a. Menjawab pertanyaan yang diajukan fasilitator. d. Bersama fasilitator merangkum hasil proses pembelajaran pegelolaan sarana pembuangan kotoran (jamban) di daerah tanggap darurat Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 7

V. URAIAN MATERI POKOK BAHASAN I DASAR-DASAR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN LINGKUNGAN DI DAERAH TANGGAP DARURAT A. Pengertian dan tujuan pemberdayaan masyarakat bidang kesling di daerah tanggap darurat Kumpulan masyarakat di suatu pengungsian pada daerah tanggap darurat harus dipandang sebagai suatu komunitas yang perlu dilayani oleh tenaga kesehatan dan sekaligus sebagai komunitas yang memiliki potensi untuk dapat saling melayani dalam upaya menciptakan kemandirian khususnya dibidang kesehatan lingkungan. Hal ini perlu dilakukan karena tidak jarang lama tinggal mereka ditempat pengungsian dalam jangka panjang yang tidak mungkin secara terus-menerus bergantung pada tenaga kesehatan dengan segala keterbatasannya. Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat di daerah tanggap darurat perlu dilakukan menuju kemandirian bidang kesehatan lingkungan untuk mengurangi faktor risiko terjadinya masalah kesehatan sebatas kemampuannya. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di daerah tanggap darurat adalah segala upaya yang bersifat non instruktif untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi, merencanakan dan melakukan pemecahan masalah kesehatan lingkungan yang terjadi Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 8

disekitar pengungsian sebagai tempat tinggalnya sementara dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yg dimiliki secara mandiri maupun dengan bantuan petugas kesehatan lingkungan sebagai simultan. Dengan demikian bantuan yang diberikan oleh petugas kesling dalam jangka panjang tidak akan menjadi semacam bahan adiksi yang menimbulkan ketergantungan, dalam artian prinsip kerja petugas lebih banyak berperan sebagai pendamping atau katalist. B. Sasaran pemberdayaan masyarakat bidang kesling di daerah tanggap darurat Sasaran umum adalah seluruh warga pengungsi yang berpotensi terkena dampak risiko kesehatan lingkungan. Sasaran khusus adalah mereka yang diperkirakan mempunyai kelebihan tertentu baik dibidang keahlian, sumber daya ataupun kepemimpinan, biasanya para tokoh masyarakat dan pamong desa setempat yang lebih dikenal dengan istilah local genius Sasaran lain yang dapat digolongkan dalam kelompok provider, biasanya LSM atau organisasi kemasyarakatan yang peduli terhadap penanggulangan bencana. Kedua sasaran terakhir inilah pemberdayaan bidang digantungkan menuju upaya penyehatan lingkungan agar dapat mengurangi risiko masalah kesehatan di daerah tanggap darurat pasca bencana. Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 9

POKOK BAHASAN 1 POKOK BAHASAN II LANGKAH-LANGKAH PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN LINGKUNGAN DI DAERAH TANGGAP DARURAT Prinsip-prinsip dalam pemberadayaan masyarakat Dalam memberdayakan masyarakat terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh petugas kesehatan, yakni: 1. Menumbuh-kembangkan kemampuan individu, keluarga, kelompok peduli dan masyarakat umum disekitar 2. Menumbuh kembangkan peran serta dan tanggung jawab individu, keluarga, kelompok peduli dan masyarakat umum 3. Mengembangkan semangat gotong royong dan saling berbagi dalam berbagai kesempatan 4. Bekerja bersama masyarakat dari titik nol 5. Menggalang kemitraan dengan berbagai pihak yang terkait dan yang peduli 6. Menyerahkan pengambilan keputusan kepada masyarakat melalui musyawarah dan mufakat apaapa yang dianggap terbaik baginya Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 10

Proses pemberdayaan masyarakat bidang kesling di daerah tanggap darurat 1. Mengenali jenis dan karakteristik bencana yang telah menimpa, sehingga mereka harus tinggal dipengungsian Hal ini perlu dilakukan karena jenis dan karakteristik bencana yang telah terjadi akan dapat mempengaruhi prediksi faktor risiko yang mengancam kesehatan warga pengungsi. Demikian juga bentuk upaya sanitasi darurat yang akan dilakukanpun sedikit banyak juga ditentukan oleh jenis dan karakteristik bencan yang telah terjadi. 2. Mengumpulkan informasi mengenai dampak/ kerugian yang telah diderita oleh masyarakat, baik dari segi materiil maupun moril. Informasi tentang kerugian masyarakat sebagai dampak bencana yang barusan menimpanya akan berguna bagi strategi pemberdayaan masyarakat. Jika dampak dan kerugian akibat bencana yang dirasakan oleh terlalu besar apa lagi sampai menimbulkan trauma, maka kemungkinan besar upaya pemberdayaan masyarakat akan berjalan lamban. Jika hal ini yang terjadi, maka pemberdayaan yang akan dilakukan perlu diawali dengan upaya pemulihan sekaligus memotivasinya untuk menumbuhkan semangat bangkit kembali. Perlu segera disadarkan adanya ancaman kesehatan lingkungan di sekitar pengungsian jika tidak dikelola dengan upaya sanitasi yang baik akan memperburuk status kesehatan penghuninya. Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 11

3. Melakukan identifikasi local genius dan sumbersumber lokal sebagai potensi Melalui berbagai pendekatan petugas kesehatan melakukan identifikasi tentang tokoh masyarakat dan pamong desa serta organisasi masyarakat/ LSM untuk mengorganisir menjadi sebuah tim yang saling bersinergi. Pada tahap berikutnya hendaknya secara persuasif dikenalkan adanya risiko masalah yang bersumber pada lingkungan fisik disekitar pengungsian yang dapat berpotensi menimbulkan penyakit. 4. Membangun Tim kerja untuk membangun kesadaran bersama dan membangun tekad untuk mencegah masalah jangan sampai terjadi Proses ini perlu dilakukan dengan hati-hati karena biasanya mereka menyadari tetapi sikap yang ditunjukkan adalah lebih mengembalikan permasalahan itu kepada petugas kesehatan yang tugas pokoknya melayani masyarakat. Sedangkan mereka sendiri dihinggapi rasa frustasi dan biasanya merasa tidak mampu berbuat banyak. Untuk itu perlu diyakinkan bahwa kemampuan petugas kesehatan setempat sangat terbatas baik dari segi jumlah personil maupun sumber daya yang dimilikinya. Pada saat yang bersamaan lakukan upaya-upaya yang mengarah pada membangun rasa percaya diri bahwa kalau mereka bersatu dalam sebuah tim akan mampu mengatasinya dan mereka memang membutuhkan hidup dengan lingkungan yang sehat walaupun di tempat pengungsian Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 12

5. Membagi tim menjadi sub tim dengan tugas dan tanggung jawab yang spesifik Tim yang telah dibentuk segera diresmikan dan jika tim sudah mulai menyadari akan kebutuhan kesehatan yang perlu segera dilakukan, maka mulailah dengan memotivasi untuk membuat rencana aksi secara sederhana versi mereka. Mulailah dengan analisis situasi untuk mengenal potensial problem melalui diskusi diantara mereka dan kunjungan ke lokasi. Pengenalan potensial problem sepenuhnya dilakukan oleh tim, sedangkan petugas hanya memberikan stimultan tentang prediksi yang akan terjadi jika potensial problem itu tidak segera ditangani. Potensial problem itu hendaknya mengarah pada upaya sanitasi darurat pada : a. Pengelolaan air bersih b. Pengelolaan sarana pembuangan kotoran (jamban) c. Pengelolaan sampah d. Pengelolaan pembuangan limbah e. Pengendalian vektor f. Pengelolaan sanitasi makanan - minuman Dengan demikian tim yang besar ini dapat dibagi menjadi beberapa sub tim dan tiap sub tim bertanggung jawab pada 2-3 obyek pengelolaan. Jika mereka telah sepakat, maka langkah selanjutnya pengadaan fasilitas-fasilitas tersebut dengan pendekatan sharing sumber daya dan tenaga. Sudah barang tentu jika menyangkut masalah disain teknis, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab petugas kesehatan, sedangkan tim dilibatkan dalam pembuatan/ pengadaan dan perawatan selanjutnya. Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 13

6. Menyusun panduan perawatan sarana yang telah berhasil di bangun Langkah berikutnya berikan bimbingan untuk menyusun panduan bagaimana cara perawatan sarana yng telah berhasil dibangun. Hal ini perlu dilakukan karena untuk menjaga kontinyuitas keberadaan dan kelayakan sarana tersebut. Jika memungkinkan dibuat semacam jadual kerja lengkap dengan nama personel yang bertugas dengan melibatkan warga pengungsi selain yang telah tergabung dalam tim. Pada panduan perawatan tersebut sebaiknya juga dicantumkan indikator-indikator keberhasilan dan indikator yang menunjukan bahwa sarana tersebut sudah saatnya dilakukan perbaikan. Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 14

POKOK BAHASAN 3 TEKNIK KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN LINGKUNGAN DI DAERAH TANGGAP DARURAT Komunikasi Efektif Salah satu kunci keberhasilan dalam proses pemberdayaan masyarakat adlah menggunakan teknik komunikasi efektif, yakni berkomunikasi yang sarat dengan manfaat dengan menggunakan berbagai media yang sesuai dengan tujuan, karakteristik pesan yang akan disampaikan dan karakteristik penerima pesan. Khusus dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan lingkungan di pengungsian komunikasi yang dibangun harus memiliki prinsipprinsip sebagai berikut : Proses komunikasi menjadi menarik Terjadi peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Psikomotor bidang penyehatan lingkungan disekitar pengungsian Fokus pada upaya mencegah faktor risiko terjadinya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat Mengangkat martabat /nilai kehidupan sosial budaya selama berada di pengungsian Saling menguntungkan pihak-pihak yang berkepentingan Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 15

Komunikasi efektif dalam pemberdayaan masyarakat di daerah tanggap darurat ini selain dilakukan secara langsung (face to face) juga dapat melalui media KIE yang sederhana. Pengembangan Media KIE Media KIE yang dirancang secara adekwat (sesuai segmen) akan menghasilkan perubahan seperti yang dikehendaki. Hal ini dikarenakan media KIE mempunyai ciri-ciri : Mempermudah pengertian pesan Informasi lebih mudah diingat Memperjelas informasi, data dan fakta tidak hanya berupa tulisan (narasi) Membangkitkan minat dan perhatian, karena disainnya (bentuk, warna dll) yang menarik Mencapai sasaran yang lebih banyak Menghindari kesalahan persepsi Merangsang sasaran meneruskan pesan pada orang lain Untuk itu agar tercapai tujuan di atas maka terdapat 7 prinsip yang perlu diingat jiga akan memproduksi media KIE, yaitu : 1. Mengembangkan satu ide/pesan pokok Pesan tidak terlalu banyak ide, dapat membingungkan sasaran, harus simple sehingga pesan yang disampaikan lebih mudah dipahami dan diingat Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 16

2. Buatlah pesan yang mudah, sederhana tetapi jelas Pesan yang efektif harus memberikan informasi yang relevan dan baru untuk sasaran. Bila tidak maka pesan akan diremehkan oleh sasaran dan dapat dikatakan gagal. 3. Pesan harus dapat dipercaya, nyata adanya Pesan yang disampaikan hendaknya sesuatu yang realistis dan masuk diakal, bukan membual sesuatu yang sulit diwujudkan 4. Tindakan yang dilakukan harus memberi keuntungan bagi penerima pesan Sasaran termotivasi oleh pesan yang disampaikan dengan harapan akan memperoleh keuntungan jika menuruti/ menyetujui pesan tersebut 5. Pesan harus konsisten Menyampaikan suatu pesan utama di media apa saja secara berulang kali hendaknya tetap intinya satu makna (sama) 6. Pesan dapat menyentuh akal dan rasa Pesan yang disampaikan tidak hanya memberikan alasan teknis dan dapat diterima oleh akal pikiran tetapi juga harus dapat menyentuh nilai - nilai emosional. Hal ini dapat didisain pesan yang penyampaianya digambarkan oleh tokoh terkenal atau public figure 7. Mendorong untuk bertindak atau berbuat sesuatu Pemakaian ungkapan atau kata - kata ajakan yang dapat menimbulkan motivasi ke arah tindakan contoh : Ayo kita berhemat air bersih, karena di pengungsian ini banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan.... Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 17

Pendekatan penekanan efek media yang diinginkan Ditinjau dari efek yang diinginkan/ ditimbulkan, maka beberapa pendekatan Media KIE dapat dikelompokkan menjadi : Pendekatan rasa takut Pendekatan rasa bersalah Pendekatan emosional Pendekatan rasional Pendekatan humor Pendekatan moral Pendekatan dengan menggunakan Warna Pemilihan Media KIE yang akan produksi Memilih media apa yang akan digunakan untuk memuat konten/ pesan yang akan disampaikan sangat tergantung pada beberapa faktor sebagai berikut yangperlu dipertimbangkan Tujuan yang hendak dicapai Karakteristik sasaran Karakteristik pesan yang akan disampaikan Jumlah dan sebaran/ lokasi sasaran Ketersediaan sumber daya : biaya, sarana, teknologi, kemampuan pembuat VI. REFERENSI Anonymous, (2002) Pelatihan Kader, Yayasan Obor Masyarakat, Jakarta. Departemen Kesehatan RI (2010), Modul Teknik Komunikasi Efektif Pelatihan Tenaga DTPK, Pusdiklat, Jakarta Pelatihan Sanitasi Taggap Darurat 18