CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
Osniwati. 1. Pengantar

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

Andi Purwanto. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Katalog Profil Daerah Kota Padang (2012: 8) keadaan topografi wilayah

ASAL USUL DAN MAKNA NAMA GELAR DATUAK DI NAGARI NAN TUJUAH KECAMATAN PALUPUH KABUPATEN AGAM ( Analisis Semiotik ) SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Cerita rakyat bagi masyarakat Minangkabau berperan penting bagi kehidupannya.

BAB I. Mitos adalah kepercayaan yang terdapat di dalam masyarakat. Menurut Hari Susanto

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI NAGARI GUGUAK SARAI

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan, karena ia berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nan Tigo (wilayah yang tiga). Pertama adalah Luhak Agam yang sekarang

BAB II KAJIAN TEORI. Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. etnis memiliki cerita rakyat dan folklore yang berbeda-beda, bahkan setiap etnis

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan disuatu daerah. Salah satunya adalah dengan penelitian foklor.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. cincin. Terlebih pada tahun 2015 ini, batu akik semakin digemari oleh masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

DAFTAR ISI BAB I. PENGANTAR... 1

I. PENDAHULUAN. daerah di Indonesia. Sumatera Barat dengan sistem pemerintahan nagari yang. tersendiri yang berbeda dengan masyarakat Indonesia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia baik secara langsung maupun tidak langsung selalu memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamakan kematian. Peristiwa hukum tersebut menimbulkan akibat

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA

Keywords: structure, social function, expression of prohibition

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT DI KECAMATAN AMPEK NAGARI KABUPATEN AGAM Tika Gusfa Irni 1, Hasnul Fikri 2, Dainur Putri 2

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT SI BAGEJE DI JORONG SAWAH MUDIK NAGARI BATAHAN KECAMATAN RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Objek kajian karya sastra dapat berupa karya sastra tulis maupun sastra lisan.

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya kebudayaan bagi negara, maka haruslah dilakukan upayaupaya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. rasakan atau yang mereka alami. Menurut Damono (2003:2) karya sastra. selama ini tidak terlihat dan luput dari pengamatan.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah

KEPASTIAN HUKUM BAGI TANAH ULAYAT MASYARAKAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT Oleh: Ridho Afrianedy,SHI, Lc (Hakim PA Sungai Penuh)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. yang unik pula. Selain itu, di setiap daerah tersebut memiliki suatu cerita atau

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum adatnya masing-masing. Negara telah mengakui hak-hak adat

MERUMUSKAN METODE PENGKAJIAN TRADISI LISAN

BAB I PENDAHULUAN. Mandailing, suku Batak, suku Jawa, suku Minang dan suku Melayu.Setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sumber buku karangan Nirwabda Wow Building, 2014 : 88 2 Ibid : 88

BAB I PENDAHULUAN. kaum ditentukan oleh luasnya tanah yang dimiliki.1. Minangkabau sampai saat ini adalah manggadai. Di Minangkabau sendiri

CERITA RAKYAT SENDANG KASIHAN DI DESA TAMANTIRTA KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambaha

BAB I PENDAHULUAN. komunitas masyarakat matrilineal paling besar di dunia (Kato, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 463

PERATURAN DAERAH PROPINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2007 POKOK-POKOK PEMERINTAHAN NAGARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. Dina Astrimiati, 2014 MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

JURNAL GRAMATIKA Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia V1.i2 ( )

PENDAHULUAN Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN NAGARI SITUJUAH GADANG Nomor: 03/NSG/2002. Tentang BENTUK PARTISIPASI ANAK NAGARI DALAM PEMBANGUNAN NAGARI

UNGKAPAN LARANGAN BAGI SUAMI KETIKA ISTRINYASEDANG HAMIL DI KENAGARIAN ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

MENGEMBANGKAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Dr. Agus Mulyana, M.Hum

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

MAULUD KARYA SYAIKH H.

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (1984 : 1) menyatakan bahwa folklore adalah pengindonesiaan

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI

Transkripsi:

CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan Guna memperoleh gelar sarjana S1 Pada Jurusan Sastra Daerah Diajukan Oleh ; OSNIWATI 07 186 034 Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra Universitas Andalas Padang Juli 2011

Cerita Rakyat di Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman, Analisis Struktural Skripsi Sarjana Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Daerah Minangkabau, Universitas Andalas Padang Oleh Osniwati 2011. ABSTRAK Penelitian ini didasari pada pemikiran bahwa cerita rakyat yang terdapat di Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman menarik untuk diteliti karena struktur cerita tersebut memiliki motif yang mempengaruhi pola pikir masyarakat dalam bertindak. Cerita rakyat yang ada di Kecamatan Tigo Nagari merupakan salah satu wujud dari kearifan local (local genius) dari masyarakat nagari tersebut. Nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya perlu di pelihara dan diwariskan kepada generasi penerus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendokumentasikan dan melihat struktur serta motif cerita rakyat yang terdapat di Kecamatan Tigo Nagari Kabupaten Pasaman. Selanjutnya penelitian ini menggunakan struktural naratif yang di kemukakan oleh Ala Dundes. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Danandjaja, penggunaan metode kualitatif dalam penelitian folklor disebabkan oleh kenyataan bahwa folklor mengandung unsur-unsur budaya yang diamanatkan oleh pendukungnya. Temuan dari penelitian ini adalah terdapat sebelas buah cerita rakyat, Sembilan termasuk legenda setempat, tiga legenda alam gaib dan satu termasuk legenda alam gaib. Kesemua cerita tersebut banyak mengandung unsur-unsur suatu benda dan suatu perbuatan. Cerita tersebut adalah : 1) Gunung Pasaman dan Talang Perindu, 2) Larangan menanam tebu, serai, kunyit, dan pisang, 3) Bukik Putuih, 4) Inyiak Durian Gunjo, 5) Aia angek di Malayu, 6) Lubuak Gadang, 7) Tajulangek dan Tajugambuang, 8) Larangan Mangulai Paku, 9) Batang Lundang, 10) Rawa Menangis, 11) Datuak dan Harimau.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kata folklor merupakan pengindonesiaan dari kata Inggris folklore, yang berasal dari kata folk dan lore. Menurut Alan Dundes, folk adalah sekelompok orang yang mempunyai ciri-ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan sehingga dapat dibedakan dari kelompok lainnya. Lore adalah tradisi dari folk, yaitu sebagian kebudayaanya, yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (mnemonic device). Jadi, folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja ( Danandjaja, 1984:1). Folklor mempunyai beberapa ciri yang akan membedakannya dengan kebudayaan lain. Ciri-ciri tersebut adalah : 1. Penyebaran dan pewarisannya disampaikan secara lisan. 2. Bersifat tradisional yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar diantara kolektif tertentu dalam waktu cukup lama (paling sedikit dua generasi). 3. Cara penyampaian folklor secara lisan, sehingga menyebabkan folklor ada dalam versi-versi dan varian-varian. 4. Bersifat anonym, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi.

5. Mempunyai bentuk berumus dan berpola. 6. Folklor mempunyai kegunaan (fungsi) dalam kehidupan kolektif. 7. Folklor bersifat pralogis, artinya ia mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. 8. Milik bersama dari satu kolektif tertentu (Danandjaya, 1984:3-4). Secara umum, folklor digolongkan ke dalam tiga kelompok besar yaitu : (1) folklor lisan, (2) folklor sebagian lisan dan, (3) folklor bukan lisan. Folklor lisan terbagi lagi ke dalam beberapa jenis yaitu bahasa rakyat, ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional, puisi rakyat, cerita rakyat, dan nyanyian rakyat. Menurut William R. Bascom, cerita rakyat dapat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu : (1) mite (myth), (2) legenda (legend) dan, (3) dongeng (folktale) (Danandjaja, 1984: 50). Pada penelitian ini, peneliti akan menfokuskan kajian pada cerita rakyat yang ada di Kecamatan Tigo Nagari. Kecamatan Tigo Nagari merupakan salah satu kecamatan yang tanahnya subur dan masyarakatnya hidup dari hasil perkebunan sawit. Selain daerahnya kaya akan penghasilan sawitnya, Tigo Nagari juga menyimpan beragam cerita rakyat yang berkembang di tengah kehidupan masyarakat mereka. Cerita rakyat tersebut banyak dipengaruhi oleh magis. Cerita magis itu oleh masyarakat dijadikan sebagai sebuah kebiasaan atau tradisi dalam kehidupan mereka sehari - hari. Salah satu cerita rakyat yang banyak mempengaruhi pola pikir mereka adalah golongan legenda. Legenda itu hidup subur

di tengah tengah masyarakat Tigo Nagari. Salah satu legenda yang dijadikan sebagai pedoman hidup orang Tigo Nagari adalah legenda tentang suku Piliang. Legenda suku Piliang tersebut sampai saat ini masih terus berpengaruh dalam masyarakat Tigo Nagari, khususnya yang bersuku Piliang dan umumnya dari suku lain. Hal ini menarik untuk dijadikan bahan kajian. Dalam masyarakat Tigo Nagari tidak hanya kehidupan mereka saja yang mengandung unsur magis, akan tetapi sejarah atau cerita dari suatu peristiwa bisa menjadi hal yang mereka keramatkan. Salah satu cerita rakyat yang mereka keramatkan sampai saat ini dan menjadi tradisi adalah legenda suku Piliang. Wujud tradisi yang mereka keramatkan dari legenda ini seperti kuburan. Masih banyak lagi cerita atau legenda yang pada akhirnya berujung kepada pengkeramatan suatu benda. Tersebutlah Dt. Pusako Alam seorang penghulu suku di Nagari Ladang Panjang yang arif bijaksana, sekaligus seorang ulama yang disegani oleh masyarakat. Selanjutnya seperti kata pepatah, malang tidak dapat ditolak, mujur tidak dapat diraih. Maka pada suatu hari Dt. Pusako alam jatuh sakit. Sakitnya semakin lama semakin parah, dan akhirnya dia meninggal dunia. Kematian Dt. Pusako Alam merupakan duka mendalam bagi masyarakat Ladang Panjang, terutama bagi kaum suku Piliang. Sesuai dengan aturan adat yang berlaku di Tigo Nagari, setelah Dt. Pusako- Alam meninggal maka harus dicarikan gantinya. Maka kaum suku Piliang

mengadakan musyawarah pada malam Kamis di rumah kaum suku Piliang untuk mencari gantinya. Malam Kamis bagi masyarakat Tigo Nagari adalah malam yang diistimewakan karena malam ini diadakan acara wirid atau pertemuan mingguan di mesjid Dt. Pusako Alam. Hasil dari musyawarah tersebut didapatkan kesepakatan sebagai ganti Dt. Pusako Alam adalah Munawir. Munawir adalah kemenakan satu satunya dari Dt. pusako Alam. Malam itu juga diputuskanlah bahwa Munawir yang akan menggantikan Dt. Pusako Alam. Seminggu setelah kesepakatan itu diadakan acara pengangkatan datuak baru yaitu Munawir Dt. Pusako Alam yang dilaksanakan pada hari Kamis sampai malam hari. Pada malam itu semua orang berkumpul di rumah kaum suku Piliang untuk mengadakan selamatan atas pengangkatan Dt. Pusako Alam yang baru. Umumnya acara adat di Kecamatan Tigo Nagari diadakan pada malam sampai pagi. Tepat jam 12 malam ketika semua niniak mamak mengadakan dialog atau maota - ota terdengar suara inyiak (harimau) yang tidak jauh dari rumah tempat musyawarah. Ketika itu melihat Munawir ke luar rumah di pekarangan dilihat lah inyiak kecil (anak harimau). Semenjak kejadian itu, gemparlah kaum suku Piliang bahwa almarhum Dt.Pusako Alam menjelma menjadi inyiak jadi-jadian. Hal itu dibenarkan pula oleh Munawir bahwa mamaknya telah menjadi inyiak, hal itu dibuktikan pula dengan kuburan Dt. Pusako Alam yang berlubang. Kuburan itu kemudian dipercayai oleh masyarakat sebagai kuburan keramat. Sampai saat ini kuburan Dt.Pusako Alam masih

dikunjungi oleh orang-orang untuk berziarah. Ziarah kubur diadakan pada bulanbulan tertentu seperti bulan Zulhijah, dan saat itu diberlakukan pula larangan memasak gulai paku (sejenis pakis) karena diyakini bahwa saat bersamaan akan terjadi perkelahian antara harimau suku Piliang dan harimau dari daerah Kerinci. Semenjak itu jika ada Datuak dari suku Piliang yang meninggal dunia maka kuburannya akan berlubang dan di depan rumahnya harus dipasang kain ganiah ( putih). Hal itu untuk menghormati dan memberi kekuatan pada calon inyiak baru. Selain itu keunikannya terletak pada pemasangan kain ganiah di loteng selama satu masa yang dihitung duo kali tujuah atau dua kali tujuh (diceritakan oleh Nuan Dt.Bandaro Basa yang berusia 70 tahun seorang penghulu suku Piliang). Unsur unsur yang terkandung dari cerita rakyat yang ada di Kecamatan Tigo Nagari di atas antara lain adanya tokoh binatang yang paling ditakuti yaitu harimau. Adanya pemimpin tertinggi dalam mengambil keputusan dalam kaum yaitu datuak, dan kebanggaan dari etnis tertentu. Misalnya masyarakat yang percaya bahwa inyiak adalah binatang yang paling besar dan bisa menjaga martabat dan keselamatan di mata masyarakat lain. Unsur unsur itu akan peneliti polakan dan gambarkan sebagai struktur cerita rakyat yang ada di Kecamatan Tigo Nagari. Cerita rakyat tersebut menarik untuk diteliti, karena terdapat kekuatan yang mempengaruhi pola pikir masyarakatnya. Hal itu berpengaruh pula kepada cara hidup dan pandang mereka pada suatu objek.

Selain cerita di atas, masih banyak lagi cerita rakyat lainnya yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Akan tetapi, banyak generasi penerus yang tidak mengetahui cerita rakyat tersebut dan orang yang mengetahui cerita rakyat ini pun saat sekarang sudah berkurang karena kebanyakan orang-orang yang mengetahui cerita ini hanyalah orang tua saja. Oleh karena itu, penelitian terkait dengan keberadaan cerita rakyat di Kecamatan Tigo Nagari menjadi penting untuk dilakukan. Asumsi ini didasarkan pada pentingnya usaha pendokumentasian dan melihat struktur setiap cerita rakyat, sehingga dapat dilihat motif yang melingkupi cerita rakyat tersebut. Lebih lanjut, upaya pendokumentasian ini diharapkan menjadi langkah awal untuk kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis struktural berdasarkan motif dari setiap cerita rakyat yang ada di kecamatan Tigo Nagari tersebut. 1.2 Rumusan masalah Dari latar belakang di atas, masalah penelitian ini dirumuskan dalam dua pertanyaan, yakni : 1. Apa saja cerita rakyat yang berkembang dalam masyarakat Tigo Nagari? 2. Bagaimana motif cerita rakyat yang ada di Kecamatan Tigo Nagari?

1.3 Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan melakukan penelitian ini adalah : 1. Untuk mendokumentasikan cerita rakyat yang berkembang dalam masyarakat Tigo Nagari, kemudian akan dilakukan pengklasifikasian terhadap cerita rakyat yang sudah di kumpulkan. 2. Menjelaskan motif cerita rakyat yang ada di Kecamatan Tigo Nagari.

Daftar Pustaka Arifin, Max. 1981. Cerita Rakyat Nusa Tenggara Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Danandjaya, James. 1984. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng dan Lain- lain Jakarta: Pustaka Utama Grafiti Endaswara, Suwardi. 2009. Metedologi Penelitan Folklor Yokyakarta: Media Pressindo. Fauza, Rahmatul. 2008. Asal -usul Nama Nagari di Kecamatan Baso (Skripsi SI Fakultas Sastra UNAND). Padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas. Gani, Hadi. 1981. Cerita Rakyat Sulawesi Tengah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Koentjaraningrat. 1983. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Marleni, Rosna. 2008. Dokumentasi dan Klasifikasi Cerita Rakyat di Kenagarian Sungai Naniang (Skrisi SI Fakultas Sastra UNAND). Padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas. Navis, Anas. 2004. Cerita Animisme di Minangkabau. Padang: Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau (PPMI) Minangkabau. Purwanto, Andi. 2010. Analisis Isi dan Fungsi Cerita Prosa Rakyat di Kanagarian Koto Besar Kabupaten Damasraya. (Skripsi SI Fakultas Sastra UNAND). Padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas. Salmadanis, dkk. 2003. Adat Basandi Syarak, Nilai dan Aplikasi Mennuju Kembali Nagari dan Surau, Jakarta : PT Kartika Insan Lestari Pres. Suriasumantri, Jujun. 1996. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Sulastri, dkk. 1994. Asal- usul Nama- nama Tempat (daerah ) di Minangkabu. (Laporan Penelitian ). Padang: Unand. Suwondo, Bambang. 1981. Cerita Rakyat Daerah Riau. Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Sastra dan Daerah. Sefriyeni, Sisri. 2008. Dokumentasi dan Klasifikasi Cerita Rakyat di Nagari Parambahan.(Skripsi SI Fakultas Sastra UNAND). Padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas.

Zuriati dan Ivan Vadilla. 1999. Pergeseran Makna dalam Pengindonesiaan Nama Daerah Studi Asal Usul Daerah di Sumatera Barat. (Laporan Penelitian). Padang: Unand. Zulkarnaini. 1996. Bukittingi Budaya Alam Minangkabau: Padang :CV Mitra Ikhlas