BAB I PENDAHULUAN. Mandailing, suku Batak, suku Jawa, suku Minang dan suku Melayu.Setiap

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beragam-ragam suku diantaranya suku Mandailing, suku Batak, suku Jawa, suku Minang dan suku Melayu.Setiap suku tersebut memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.hal ini dapat kita lihat dalam etnografi kebudayaan yang mana disetiap suku tersebut memiliki ciriciri tersendiri.keanekaragaman suku bangsa di Indonesia tidaklah menimbulkan perpecahan didalam masyarakat. (Koentjaraningrat, 2004 : 1 ) Tradisi merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat dalam suatu daerah.di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun yang masih tetap dilaksanakan. (Peter Salim, 1991 : 16) Jadi suatu tradisi telah mendarah daging bagi setiap anggota masyarakat dalam suatu daerah dan sudah menjadi kebiasaan yang harus dilakukan dalam suatu kelompok masyarakat yang menjadi ikatan kekerabatan baik kelompok masyarakat kecil dalam rumah tangga atau kelompok besar seperti sekaum dan sekampung. Salah satu wilayah Indonesia yang memiliki tradisi tuorialah Provinsi Sumatera Utara.Akan tetapi yang saya teliti disini bukanlah di Provinsi Sumatera Utara melainkan di Jorong Simamonen Hilir Kenagarian Koto Rajo Kecamatan Rao Utara Kabupaten Pasaman yang merupakan perpindahan penduduk dari Provinsi Sumatera Utara.Di Jorong Simamonen Hilir ada suatu 1

2 2 kebiasaan masyarakat yang telah dilakukan secara turun-temurun yang disebut dengan tradisi tuor. Tradisi tuor merupakan pemberian pengantin laki-laki kepada pengantin perempuan yang berupa uang atau emas yang diberikan sebelum akad nikah.tradisi ini muncul sejak disusunnya hukum adat di Jorong Simamonen Hilir yang diperkirakan pada tahun 1817.Tradisi tuor termasuk salah satu adat yang disusun oleh para raja dan tokoh agama di Jorong Simamonen Hilir melalui musyawarah. (Muaz Tokoh Masyarakat, Wawancara, Kampung Petani03 April 2017) Hal ini juga serupa dengan ungkapan Abu Nawas Dt. Mudo ( Wawancara, Simamonen Hilir 18 Agustus 2016) Tradisi tuorini sudah ada semenjak pembentukan hukum adat di Jorong Simamonen Hilir yang diperkirakan pada tahun Tradisi tuor dilaksanakan pada acara pernikahan yang dilaksanakan sebelum akad nikah berlangsung.dalam upacara pernikahan pengantin lakilaki memberikan dua pemberian kepada pengantin perempuan yaitu mahar dan tuor.antara mahar dan tuor berbeda bentuknya, didalam pernikahan di Jorong Simamonen Hilir mahar kebanyakan berupa seperangkat alat sholat sedangkan tuor berupa uang atau emas. Adapun pembayaran tuor sebagai berikut : 1. Jikas laki-laki Mandailing menikah dengan perempuan Mandailing maka pembayaran tuor tetap dilakukan karena pihak keluarga perempuan menganggap tuorsebagai status bagi pengantin perempuan. 2. Jika laki-laki Minang menikah dengan perempuan Mandailing maka pembayaran tuor tetap dilakukan karena pihak keluarga

3 3 perempuan menganggap tuor sebagai status bagi pengantin perempuan. 3. Jika laki-laki Mandailing menikah dengan perempuan Minang maka pembayaran tuor sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak keluarga.(faizaltokoh Masyarakat, Wawancara, Simamonen Hilir 10 Oktober 2016) Tradisi tuor dilaksanakan dalam acara pernikahan yang dilaksanakan sebelum akad nikah berlangsung. Yang menetapkam nilai tuor adalah Datuk Mudo, Raja Imbang Lelo, Sutan Mudo, Mangkuto rajo, tokoh agama dan orang tua pengantin perempuan. Tinggi rendahnya nilai tuor tergantung kepada pengantin perempuan. Jika pengantin berpendidikan tinggi maka akan memperoleh nilai tuor yang tinggi. Jika pengantin perempuan tidak memiliki tuor atau bahkan mempunyai tuor yang rendah maka pengantin perempuan akan menjadi bahan omongan dalam masyarakat. (Adat Perkawinan Mandailing pdf,07 Oktober 2016 :08.00 wib) Tata cara pelaksanaan tradisi tuor dalam adat perkawinan Mandailing sebagaimana dikemukakan oleh niniak mamak Jorong Simamonen Hilir sebagai berikut: 1. Melakukan musyawarah kedua belah pihak keluarga sebelum berlangsungnya perkawinan. 2. Menentukan batasan nilai tuor sebelum berlangsungnya perkawinan. 3. Memberikan tuor kepada pihak pengantin perempuan sebelum berlangsungnya perkawinan. Tradisi ini juga dilaksanakan di Jorong Langung Kenagarian Koto Rajo Kecamatan Rao Utara Kabupaten Pasaman, tetapi pelaksanaan dan penamaannya berbeda.di Jorong Langung namanya bukan tuor melainkan

4 4 perlengkapan isi kamar yang diberikan pengantin laki-laki kepada pengantin perempuan yang kegunaannya untuk kedua pengantin.berbeda dengan tuor yang hanya untuk pengantin perempuan saja dan tidak ada campur tangan pengantin laki-laki terhadap tuor yang telah diberikan.karena tuor merupakan hak pengantin perempuan.(nur Syamsi Tokoh Masyarakat, Wawancara, Langung 24 Januari 2016) Adapun perbedaan antara tuor dan perlengkapan isi kamar adalah sebagai berikut: 1. Dalam tradisi tuor ditentukan nilai batasan tuor yang akan diberikan pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Berbeda dengan perlengkapan isi kamar yang tidak ditentukan batasannya. 2. Dalam tradis perlengkapan isi kamar bermanfaat untuk kedua mempelai pengantin, yang saling berguna untuk keduanya. Berbeda dengan tradisi tuor yang hanya diberikan untuk pengantin perempuan saja dan pengantin laki-laki tidak berhak atas tuor yang sudah diberikan. Dari perbedaan di atas jelas terlihat tradisi tuor memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri.sejauh yang penulis ketahui dari wawancara yang di lakukan, dalam pelaksanaan tradisi tuor tidak mengalami perubahan nilai-nilai adat. Tradisi ini telah dilaksanakan sejak pembentukan hukum adat di Jorong Simamonen Hilir dari dahulu sampai saat ini masih tetap dilaksankan. Apabila tradisi ini tidak dilaksanakan, maka pengantin perempuan dan orang tua perempuan tersebut akan mendapatkan malu dalam masyarakat. Dalam

5 5 konteks inilah pemahaman tuor ini perlu dilakukan.sehubungan dengan itu, penulis mengangkatkan permasalahan ini dengan judul Tuor Dalam Tradisi Perkawinan Di Mandailing (Tinjauan Historis Antropologis). B. Rumusan Dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana latar belakang lahitnya tradisi tuor, prosespelaksanaan tradisi tuor dan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi tuor didalam adat perkawinan Mandailingdi Jorong Simamonen Hilir Kenagarian Koto Rajo Kecamatan Rao Utara Kabupaten Pasaman. 2. Batasan Masalah Agar lebih terarah dan tidak mengembangnya permasalahan ini maka penulis membatasi masalah sebagai berikut: a. Batasan Spasial Dilihat dari latar belakang masalah daerah dan wilayah penelitian maka penelitian penulis batasi di Jorong Simamonen HilirKenagarian Koto Rajo Kecamatan Rao Utara Kabupaten Pasaman. b. Batasan Temporal Adapun batasan temporal atau waktu dalam permasalahan ini adalah tahun 1995 sampai dengan Dimana pada tahun 1995 banyaknya perkawinan yang dilakukan antara orang Mandailing

6 6 dengan orang Minang, dan tahun 2017 merupakan akhir dari penelitian ini. c. Batasan Tematis, untuk lebih fokusnya maka penulis membatasi masalah yaitu: 1) Latar Belakang Lahirnya Tradisi Tuor di Jorong Simamonen Hilir. 2) Proses Pelaksanaan Tradisi Tuor di Jorong Simamonen Hilir. 3) Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Tradisi Tuor di Jorong Simamonen Hilir. C. Tujuan dan Kegunaan Dalam setiap pembahasan terhadap suatu masalah pada umumnya mempunyai tujuan tertentu.adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan tradisi tuor di Jorong Simamonen Hilir Kenagarian Koto Rajo Kecamatan Rao Utara kabupaten Pasaman. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Menambah wawasan penulis dalam penulisan serta penelitian baik secara teori maupun praktek tentang tradisi tuor di Jorong Simamonen Hilir Kenagarian Koto Rajo Kecamatan Rao Utara Kabupaten Pasaman. 2. Memperkaya ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan kebudayaan Indonesia. 3. Tambahan untuk kepustakaan dan untuk bahan bacaan di Fakultas adab IAIN Imam Bonjol Padang terutama yang berkaitan dengan Kebudayaan daerah Sumatera Barat.

7 7 D. Pejelasan Judul Untuk menghindari kesalahpahaman antara peneliti dan pembaca sdalam memahami pengertian judul yang digunakan dalam judul yaitu sebagai berikut: Tradisi Tuor:Tradisi adalah kebiasaan turun temurun, sedangkan tuor merupakan sejenis uang atau emas yang harus dibayar pihak laki-laki kepada pihak perempuan yang akan menikah. Tradisi tuor yang berarti suatu kebiasaan yang dilakukan masyarakat Simamonen Hilir dalam acara perkawinan.kebiasaan ini dilakukan sebelum perkawinan dilaksanakan. Tinjauan Historis Antropologis : Pandangan dari sisi sejarah dan budaya atau dari asal usul adat istiadat kepercayaan masa lalu, artinya memandang tradisi sebagai salah satu budaya yang berkembang di tengahtengah masyarakat yang dilihat dari sudut pandang sejarah dan budaya. Jadi yang dimaksud dengan penjelasaan judul adalah pemberian sejenis uang atau emas yang harus dibayar pihak laki-laki kepada pihak perempuan sebelum terjadinya acara perkawinan yang dilihat dari sudut pandang sejarah dan budaya. E. Tinjauan Kepustakaan Sejauh pengamatan yang penulis lakukan di perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, perpustakaan Pusat IAIN Imam Bonjol Padang, penulis belum menemukan penelitian yang mengangkat judul ini.bahan yang membantu penulis dalam menelusuri permasalahan ini, dapat dijumpai beberapa skripsi diantaranya, Nurhayati, skripsi yang berjudul Tradisi

8 8 Nyalang Tepat Pada Upacara Perkawinan ( Tinjauan Historis- Antropologis).Persoalan pokoknya adalah kunjungan kedua mempelai ke makam nenek moyang setelah terlaksananya akad nikah dalam upacara perkawinan.bedanya dengan penelitian yang penulis lakukan adalah penulis membahas tentang bagaimana peranan Tuor bagi pengantin perempuan di dalam upacara perkawinan. Delma Gusneti, skripsi yang berjudul Tradisi Maliti Anak Di Kenagarian Kinali. Persoalan pokoknya adalah bagaimana peranan amai terhadap anak mamak di acara tradisi maliti anak dalam pesta perkawinan. Kemudian Ratna, skripsi yang berjudul Perubahan Nilai-Nilai Adat Perkawinan Pada Masyarakat Di Kenagarian Gasang Gadang. Pokok persoalannya di fokuskan pada Manjapuik Marapulai dan Manjalang Mintuo. Dari hasil Skripsi di atas karena telah membahas adat perkawinan dan nilai-nilai didalam adat masing-masing yang memberikan kontribusi terhadap penelitian yang penulis lakukan dan tidak ada kesamaan isi dengan penelitian yang akan penulis kemukakan. F. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian, ketepatan dalam memilih Metode Penelitian sangat menentukan keberhasilan dalam menghimpun Sumber yang dibutuhkan, karena penelitian ini bersifat Historis, maka penelitian ini menggunakan Metode Penelitian Sejarah. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

9 9 1. Heuristik Tahap mencari dan menelusurisumber-sumber Sejarah yang berkenaan dengan permasalahan yang dibahas.sumber tersebut berupa Sumber Primer dan Sumber Sekunder.Sumber Primer adalah sumber didapati melalui penelitian lapangan ke objek pembahasan melalui wawancara.sumber Sekunder adalah sumber yang didapat melalui bukubuku dan media sosial dengan pembahasan yang dibahas. 2. Kritik Sumber Pada tahap ini peneliti melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah dikumpulkan.dalam melakukan kritik sumber ini penulis melakukan dengan dua tahap yaitu kritik Ekstern dan kritik Intern.Kritik Ekstern adalah kritik dan pengujian terhadap keaslian sumber, apakah masih asli atau tidak.kritik Intern adalah kritik atau pengujian terhadap sumber sejarah yang telah dikumpulkan dari hasil wawancara dan bukubuku, apakah kandungan informasi yang terdapat dalam sumber dapat dipercaya sebagai sumber informasi yang sedang diteliti. 3. Analitis Tahap dimana penulis akan menganalisis Sumber-sumber yang telah dikumpulkan dan sumber yang telah lulus diuji untuk memunculkan fakta-fakta yang diperlukan. Dalam menganalisis sumber adalah dengan menghubungkan sumber yang telah dikumpulkan dan yang telah lulus diuji melalui kritik sumber menjadi sebuah fakta yang kemudian penulis rangkai menjadi sebuah karangan Ilmiah.

10 10 4. Penulisan Pada tahap ini penulis berusaha untuk memaparkan hasil penelitian dengan merangkaikan fakta-fakta sehingga menjadi sebuah karangan Ilmiah, dalam pemaparan ini, penulis akan menggunakan pendekatan Deskriptif Analitis yaitu pendekatan dengan memberi penjelasan yang dianalisa. G. Sistematika Penulisan BAB I: Pendahuluan yang berisikan Latar Belakang Masalah, Rumusan dan Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan, Penjelasan Judul, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB II: Monografi Jorong Simamonen Hilir Kenagarian Koto Rajo Kecamatan Rao Utara Kabupaten Pasaman menguraikan tentang geografis, pendidikan dan ekonomi, sosial Kemasyarakatan dan tentang keadaan agama atau kepercayaan masyarakat di Jorong Simamonen Hilir yang mendukung terlaksananya tradisi tuor. BAB III: Merupakan hasil dari penelitian, menguraikan tentang latar belakang lahirnya tradisituor, proses pelaksanaan tradisi tuor,dan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi tuordi Jorong Simamonen Hilir Kenagarian Koto Rajo Kecamatan Rao Utara Kabupaten Pasaman dan yang ada di Jorong Simamonen Hilir

11 11 Kenagarian Koto Rajo Kecamatan Rao Utara Kabupaten Pasaman. BAB IV: Penutup, berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran.