JURNAL GRAMATIKA Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia V1.i2 ( )

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL GRAMATIKA Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia V1.i2 ( )"

Transkripsi

1 STRUKTUR DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM CERITA RAKYAT KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT Gusnetti, Syofiani, dan Romi Isnanda Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Submitted : , Reviewed: , Accepted: Abstrak Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mendeskripsikan struktur dan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar. Pengumpulan data dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama merupakan tahap perekaman sastra lisan cerita rakyatkabupaten Tanah. Tahap kedua pengumpulan data tentang lingkungan penceritaan. Data tentang lingkungan penceritaan dikumpulkan melalui teknik pencatatan, pengamatan, dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pertama, dari 12 cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar yang dianalisis, kelima unsur intrinsik tergambar dalam cerita rakyat. Hal tersebut menunjukan bahwa cerita rakyat bagian dari karya sastra yang kehadirannya dapat bermanfaat bagi penikmat sastra karena peristiwa dihantarkan oleh struktur cerita yang jelas. Kedua, untuk nilai pendidikan yang terdapat dalam cerita Rakyat Kabupaten Tanah Datar meliputi, (1) nilai pendidikan moral, (2) nilai pendidikan budaya, (3) nilai pendidikan religius, (4) nilai pendidikan sejarah, (5) nilai kepahlawanan (semangat perjuangan). Kata kunci : Struktur, Nilai Pendidikan, Cerita Rakyat Abstract The purpose of this research is to describe the structure. Education and values contained in the folklore of the kabupaten Tanah Datar. Data collected through two stages. The first stage of recording of oral literature stories Kabupten Tanah Datar. The second stage uf environmental storytelling. Col;ected through strotellyng technigues, observation, and interviews. Research result this shows. First, of the 12 kabupaten Tanah Datar folklore flat land are analyzed, fifth intrinsic elements depicted in folklore. It shows that the folklore part of literatury workwhose presence can be beneficialfor lovers literature bbecause the event is delivered by a clear narrative structure. Secondly, for the value of education contained in the folklore of the Kabupaten Tanah Datarground covers, 1 value of moral education, 2 value of culture education, 3 value of religious education, 4 value of historis education, and 5 value heroism (fighting spirit) Keywords: Structure, value of education, folklore PENDAHULUAN Sastra merupakan wujud gagasan kreatif seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial yang berada di 183 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra sebagai karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih

2 mendalam, bukan hanya sekadar cerita khayal atau angan-angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya. Di dalam khazanah kesusastraan Indonesia terdapat dua penggolongan besar sastra, yaitu sastra lisan dan sastra tulisan. Sastra lisan maupun tulisan mempunyai peranan penting dalam perkembangan kesusastraan Indonesia. Pada hakikatnya sastra lisan mempunyai akar yang berkaitan erat dengan sejarah Bangsa Indonesia, baik aspek sosio-kultural, moral, religi, hingga aspek politik. Indonesia sebagai negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa yang memiliki banyak ragam budaya tercermin dalam gaya dan pola hidup masing-masing daerah. Kebudayaan merupakan ciri khas suatu bangsa yang melambangkan jati diri bangsa tersebut yang harus dijaga dan dilestarikan oleh segenap warga negara Indonesia. Budaya yang ada di Indonesia mempunyai keunikan yang berbeda-beda di setiap daerah. Indonesia adalah negara yang kaya akan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang diwariskan secara turuntemurun. Salah satu kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia adalah sastra lisan. Sastra lisan mengungkapkan peristiwa yang mengandung nilai moral, keagamaan, adat-istiadat, fantasi pribahasa, nyanyian, cerita rakyat, dan mantra. Sastra lisan bagian dari ilmu folklor. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dijelaskan oleh Danandjaya (1991:1) Folk adalah sinonim dengan kolektif yang juga memiliki ciri-ciri pengenal fisik atau kebudayaan yang sama, serta mempunyai kesadaran kepribadian sebagai kesatuan masyarakat; dan yang dimaksudkan dengan lor adalah tradisi folk, yaitu sebagai kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Cerita rakyat adalah sebagian kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki Bangsa Indonesia. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa. Fungsi cerita rakyat selain sebagai hiburan, juga bisa dijadikan suri tauladan terutama cerita rakyat yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral. Semi (1993:79) menjelaskan bahwa cerita rakyat adalah sesuatu yang dianggap sebagai kekayaan milik rakyat yang kehadirannya di atas dasar keinginan untuk berhubungan sosial dengan orang lain. Dalam cerita rakyat dapat dilihat adanya berbagai tindakan berbahasa, guna untuk menampilkan adanya nilai-nilai dalam masyarakat. Cerita rakyat yang kaya akan nilai-nilai moral dan kearifan lokal, bisa dijadikan sarana komunikasi untuk mengajarkan nilai-nilai pendidikan tentang kehidupan kepada masyarakat. Kebudayaan daerah di Indonesia adalah bagian yang tidak terpisahkan dari khasanah kebudayaan nasional, karena kebudayaan daerah merupakan penunjang dalam pengembangan kebudayaan 184 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat

3 nasional. Hal ini merupakan suatu masalah yang tidak bisa dibiarkan begitu saja, jika tidak dibina maka akan berpengaruh kepada hilangnya nilai-nilai tradisi masyarakat. Cerita rakyat sebagai bagian dari karya sastra juga memiliki unsur-unsur yang jalin menjalin, sehingga mendukung secara keseluruhan cerita yang ada. Di dalam cerita rakyat juga terdapat unsurunsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur-unsur intrinsik yang dibahas meliputi: tema, tokoh, alur cerita/plot, latar (setting), amanat. Di samping struktur yang membangun sebuah karya sastra, maka di dalamnya juga terdapat nilai-nilai pendidikan yang dapat diambil oleh pembaca. Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Nilai sebagai kualitas yang independen akan memiliki ketetapan yaitu tidak berubah yang terjadi pada objek yang dikenai nilai. Persahabatan sebagai nilai (positif/ baik) tidak akan berubah esensinya manakala ada pengkhianatan antara dua yang bersahabat. Artinya, nilai adalah suatu ketetapan yang ada bagaimanapun keadaan di sekitarnya berlangsung. Selanjutnya, pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Pedagogik berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Purwanto (2007:11) menyatakan bahwa pendidikan berarti segala usaha orang dewasa dalam 185 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Hakikat pendidikan bertujuan untuk mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik haruslah orang yang dewasa, karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak didik jika pendidiknya sendiri belum dewasa. Nilai pendidikan yang dimaksud dapat mencakup nilai pendidikan moral, nilai adat, nilai agama (religi), nilai sejarah dan nilai kepahlawanan (Waluyo,1990: 27). Salah satu daerah yang menjadi akar budaya nasional adalah Kabupaten Tanah Datar yang berada dalam wilayah pemerintahan ProvinsiSumatera BaratIndonesia.Tanah Datar merupakan salah satu dari tiga luhak yang ada di Minangkabau, sekarang bernama Kabupaten Tanah Datar dengan Ibu Kotanya Batusangkar. Adapun ketiga luhak tersebut, yaitu Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Lima Puluh Kota. Kabupaten Tanah Datar merupakan luhak yang tertua dari tiga luhak yang ada, dengan nama lainnya adalah Luhak Nan Tuo, di dalamnya banyak menyimpan peninggalan-peninggalan kebudayaan. Salah satu peninggalan kebudayaan yang ada di Kabupaten Tanah Datar adalah cerita rakyat. Pada saat ini, keberadaan cerita rakyat di lingkungan masyarakat Kabupaten Tanah Datar sudah mulai hilang. Hal tersebut disebabkan oleh generasi muda yang terlihat cenderung menganggap kebudayaan daerah sudah tidak relevan lagi dengan kehidupan masayarakat sekarang. Oleh sebab itu,

4 mereka seringkali mengadopsi kebudayaan dari luar yang disebarluaskan dalam berbagai bentuk. Salah satu bentuk kecintaan generasi muda terhadap kebudayaan luar adalah dengan mengoleksi komik-komik yang bernuansa budaya Barat. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut, penelitian cerita rakyat di Kabupaten Tanah Datar penting dilakukan untuk menggali nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Di samping itu, bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran struktur cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat dan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur yang menghasilkan data-data tertulis atau lisan tentang Struktur dan Nilai-nilai Pendidikan yang terdapat dalam Cerita Rakyat Kabupaten Tanah Datar. Objek penelitian ini adalah sastra lisan masyarakat Kabupaten Tanah Datar. Penelitian difokuskan pada struktur dan nilai pendidikan yang ada dalam cerita rakyat masyarakat Kabupaten Tanah Datar. Penelitian dilaksanakan di tiga kecamatan yang ada di kabupaten Tanah Datar, yaitu Kecamatan Pariangan, Kecamatan, dan Kecamatan Rambatan. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu perangkat alat lainnya, antara lain (1) alat perekam (audio/audiovisual) digunakan untuk merekam tuturan informan tentang sastra lisan, yaitu cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar; (2) lembaran pencatatan, digunakan untuk mencatat hasil pengamatan (observasi) penyampaian tuturan oleh informan, khususnya yang berkaitan dengan lingkungan penceritaan; (3) pedoman wawancara, digunakan untuk mewawancarai informan berkaitan dengan identitas sastra lisan cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar, identitas informan, opini dan keterangan lainnya, serta tradisi bercerita. Teknik pengumpulan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama tahap perekaman sastra lisan cerita rakyatkabupaten Tanah Datar. Tuturan informan tentang sastra lisan cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar direkam dengan menggunakan alat perekam, seperti (audio, audiovisual, kamera video). Setelah data terkumpul, maka akan dianalisis dengan beberapa tahap, yaitu (1) tahap inventarisasi data, (2) tahap klasifikasi/analisis data, (3) tahap pembahasan dan penyimpulan hasil klasifikasi/analisis data. PEMBAHASAN Adapun permasalah yang akan diuraiakan meliputi struktur dan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar. Bagian pertama yang akan dijelaskan adalah struktur cerita rakyat yang ada di Kabupaten Tanah Datar. Pengkajian struktur cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar dapat diartikan sebagai pangkajian terkait susunan dalam cerita rakyat yang merupakan unsur intrinsik dalam cerita. Bagian kedua adalah menentukan nilainilai pendidikan yang terdapat dalam cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar. Sebelum 186 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat

5 menentukan struktur dan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar, maka pada bagian ini juga akan dijelaskan ceritacerita yang telah dikumpulkan. Untuk lebih jelasnya rekapitulasi cerita yang telah dikumpulkan dapat dilihat pada tabel berikut ini. a. Struktur dan Nilai Pendidikan Cerita Rakyat Kabupaten Tanah Datar Pada bagian ini akan diuraikan unsur-unsur intrinsik dan nailai pendidikan dalam cerita cerita rakyat di Kabupaten Tanah Datar. Adapun unusr-unsur tersebut meliputi tema, alur, penokohan, latar, dan amanat, sedangkan nilai-nilai pendidikan yang akan dilihat adalah moral, budaya, religius, sejarah, dan kepahlawanan. Berdasarkan hasil temuan dalam cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar yang berjumlah 12 cerita, maka pembahasan difokuskan pada pembahasan yang berisi beberapa paparan yang menyangkut dengan struktur dan nilai pendidikan dalam cerita rakyat Kabpaten Tanah Datar. Selanjutnya, pembahasan cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar akan akan di bagi ke dalam dua bagian, yang pertama menyangkut pembahasan struktur cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar, dan yang kedua pembahasan tentang nilai pendidikan rakyat Kabupaten Tanah Datar. 1. Struktur Cerita Rakyat Kabupaten Tanah Datar Dari 12 cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar yang dianalisis, kelima unsur intrinsik tergambar dalam cerita rakyat. Hal tersebut menunjukan bahwa cerita 187 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat rakyat bagian dari karya sastra yang kehadirannya dapat bermanfaat bagi penikmat sastra karena peristiwa dihantarkan oleh struktur cerita yang jelas Tabel 1 Klasifikasi Data berdasarkan Struktur Cerita No Penut ur 1. Jamalu ddin, Dt. Mangk uto 2. Sutan Mahm ud IA, B.A. Cerita 1. Pandek a Rancak 2. Sutan Mantar i 3. Asal Mulo Nagari Pariang an 4. Kubura n Panjan g di Pariang an 5. Batu Batika m di 6. Batu Basure k di 7. Asal Mulo Struktur Intrinsik Cerita T A T L A K e t.

6 3. Marju nis 4. Muha mmad Dt. Asa Kayo 5. Burha nuddin Palito Alam Keterangan: T= Tema A=Amanat T=Tokoh L=Latar A=Alur Nagari 8. Masaji k Raya Tuo di 9. Siti Bahera m 10. Rumah Adat Kampa i Nan Panjan g 11. Kubara n Keram at Bukik Cilapui k 12. Lareh Simaw ang Cerita rakyat sama halnya dengan cerita lainnya, seperti cerpan yang di dalamnya juga mempunyai unsur-unsur yang perlu di ketahui oleh pendengar dan pembacanya. Guna bagi pembaca untuk mengetahui unsur-unsur yang ada dalam cerita tersebut adalah untuk mengantarkan pembaca ke mana arah isi cerita. Adapun unsur-unsur yang dimaksud adalah kejadian, latar, tokoh, dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kejadian dalam cerita adalah peritiwa yang terjadi dalam alur cerita. Latar adalah berkaitan dengan waktu, tempat dan suasana pada cerita itu terjadi. Tokoh adalah pelaku yang ada di dalam cerita dan mengalami peristiwa pada alur cerita. Di samping pengetahuan terkait dengan unsur-unsur yang terkandung di dalam cerita, masyarakat perlu juga memperkaya wawasan terkait pengkategori cerita, yaitu mite, legenda, dan dongeng, hal tersebut seiring dengan pendapat yang dijelaskan oleh Bascom (dalam Danandjaja, 1991:50) yang membagi cerita prosa rakyat ke dalam tiga golongan besa, yaitu; (1) mite (myth), (2) legenda (legend), (3) dongeng (folktale). Pemahaman terkait pembagaian kategori cerita rakyat tersebut, tentu dapat dipahami melalui ciri-ciri yang terdapat di dalam cerita. 2. Nilai Pendidikan dalam Cerita Rakyat Kabupaten Tanah Datar Nilai pendidikan yang terdapat dalam cerita Rakyat Kabupaten Tanah Datar kelima nilai pendidikan tidak tergambar di dalam cerita, (a) cerita Pandeka Rancak terdapat 2 nilai pendidikan, yaitu nilai pendidkan moral dan nilai pendidikan budaya; (b) cerita Sutan Mantari terdapat 2 nilai pendidikan, yaitu nilai pendidikan moral dan nilai 188 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat

7 pendidikan sejarah; (c) cerita Asal Mulo Nagari Pariangan terdapat 2 nilai pendidikan, yaitu nilai pendidikan moral dan nilai pendidikan sejarah; (d) cerita Kuburn Panjang Pariangan terdapat 4 nilai nilai pendidikan budaya, nilai pendidikan sejarah, dan nilai pendidikan kepahlawanan; (e) cerita Batu Batikam di terdapat 2 nilai pendidikan, yaitu nilai pendidikan moral dan nilai pendidikan sejarah; (f) cerita Batu Basurek di terdapat 2 nilai pendidikan, yaitu nilai pendidikan moral dan nilai pendidikan sejarah; (g) cerita asal Mulo Nagari terdapat 3 nilai nilai pendidikan religius dan nilai pendidikan sejarah; (h) cerita Masaji Raya Tuo di terdapat 3 nilai nilai pendidikan religius, dan nilai pendidikan sejarah; (i) cerita Siti Baheram terdapat 1 nilai pendidikan,yaitu nilai pendidikan moral; (j) cerita Rumah Gadang Kampai nan Panajng terdapat 3 nilai pendidikan, yaitu nilai pendidikan moral, nilai pendidkan budaya, dan nilai pendidikan sejarah; (k) cerita Kuburan Keramat Bukik scilapuik terdapat 4 nilai nilai pendidikan budaya, nilai pendidikan religius, dan nilai pendidikan sejarah; (l) cerita Lareh Simawang terdapat 2 nilai dan niali pendidikan sejarah. 189 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat Tabel 2 Klasifikasi Data berdasarkan Nilai-Nilai Pendidikan No. Cerita Nilai-Nilai Pendidikan dalam Cerita Rakyat 1. Cerita Pandeka Rancak 2. Sutan Mantari 3. Asal Mulo Nagari Pariangan 4. Kuburan Panjang di Pariangan 5. Batu Batikam di 6. Batu Basurek di 7. Asal Mulo Nagari 8. Masajik Raya Tuo di 9. Siti Baheram 10 Rumah Adat Kampai Nan Panjang 11. Kubaran Keramat N P M N P B N P R N P S N P K

8 Bukik Cilapuik 12. Lareh Simawang negara Indonesia, baik fisik maupun mental. SIMPULAN NPM = Nilai Pendidikan Moral NPB = Nilai Pendidikan Budaya NPR = Nilai Pendididkan Religius NPS = Nilai Pendidikan Sejarah NPK = Nilai Pendidikan Kepahlawanan Cerita rakyat merupakan bagian dari sastra lisan yang perkembangan melalui pewarisan secara turun-temurun dari mulut ke mulut. Sebagai produk masa lalu kehadiran cerita rakyat di tengahtengah kehidupan masyarakat di mana cerita itu berkembang membawa fungsi bagi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan cerita rakyat bagian dari sastra. Kehadiran sastra dapat membawa dampak postif bagi masyarakat penikmat sastra. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Waluyo (1990: 27) yang menyatakan bahwa setiap karya sastra yang baik (termasuk cerita rakyat) selalu mengungkapkan nilai-nilai luhur berupa nilai pendidikan moral, nilai adat, nilai agama (religi), nilai sejarah dan nilai kepahlawanan yang bermanfaat bagi pembacanya. Dari fungsi yang diemban oleh cerita tersebut, maka lahirlah sebuah kecenderungan dalam masyarakat untuk menjadikannya sebuah ciri kekhasan yang menjadi salah satu identitas kelompok dalam hidup masyarakat di mana cerita tersebut berkembang, karena lahirnya cerita rakyat sejalan dengan pewarisan kebudayaan. Identitas kelompok yang dimaksud tentunya identitas yang bersifat postif yang meperlihatkan kelompokkelompok tersebut mempunyai perilaku yang menggambar masyarakat berkarakter, sehingga dapat diwariskan kepada generasi penerus pembangunan yang menjadi target 190 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat Melalui hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam bab IV, maka dapat dirumuskan simpulannya terkait struktur dan nalai pendidikan yang terdapat dalam cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar. Struktur yang terdapat dalam 12 cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar meliput tema, tokoh, alur cerita/plot, latar (setting), dan amanat. Untuk nilai pendidikan yang terdapat dalam cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar meliputi nilai pendidikan moral, nilai adat, nilai agama (religi), nilai sejarah dan nilai kepahlawanan. Untuk lebih jelasnya, masing-masing aspek akan diuraikan sebagai berikut: Pertama, dari 12 cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar yang dianalisis, kelima unsur intrinsik tergambar dalam cerita rakyat. Hal tersebut menunjukan bahwa cerita rakyat bagian dari karya sastra yang kehadirannya dapat bermanfaat bagi penikmat sastra karena peristiwa dihantarkan oleh struktur cerita yang jelas. Kedua, untuk nilai pendidikan yang terdapat dalam cerita Rakyat Kabupaten Tanah Datar kelima nilai pendidikan tidak tergambar di dalam cerita, (a) cerita Pandeka Rancak terdapat 2 nilai pendidikan, yaitu nilai pendidkan moral dan nilai pendidikan budaya; (b) cerita Sutan Mantari terdapat 2 nilai pendidikan, yaitu nilai pendidikan moral dan nilai pendidikan sejarah; (c) cerita Asal Mulo Nagari Pariangan terdapat 2 nilai pendidikan, yaitu nilai pendidikan moral dan nilai pendidikan sejarah; (d)

9 cerita Kuburn Panjang Pariangan terdapat 4 nilai pendidikan, yaitu nilai pendidikan moral, nilai pendidikan budaya, nilai pendidikan sejarah, dan nilai pendidikan kepahlawanan; (e) cerita Batu Batikam di terdapat 2 nilai pendidikan, yaitu nilai pendidikan moral dan nilai pendidikan sejarah; (f) cerita Batu Basurek di terdapat 2 nilai pendidikan, yaitu nilai pendidikan moral dan nilai pendidikan sejarah; (g) cerita asal Mulo Nagari terdapat 3 nilai nilai pendidikan religius dan nilai pendidikan sejarah; (h) cerita Masaji Raya Tuo di terdapat 3 nilai nilai pendidikan religius, dan nilai pendidikan sejarah; (i) cerita Siti Baheram terdapat 1 nilai pendidikan,yaitu nilai pendidikan moral; (j) cerita Rumah Gadang Kampai nan Panajng terdapat 3 nilai pendidikan, yaitu nilai pendidikan moral, nilai pendidkan budaya, dan nilai pendidikan sejarah; (k) cerita Kuburan Keramat Bukik Cilapuik terdapat 4 nilai nilai pendidikan budaya, nilai pendidikan religius, dan nilai pendidikan sejarah; (l) cerita Lareh Simawang terdapat 2 nilai dan niali pendidikan sejarah. Selanjutnya, berdasarkan hasil pendeskripsian tentang struktur dan nilai pendidikan dalam cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat dipaparkan beberapa saran yang menyangkut dengan tujuan peneltian ini, yaitu kepada; (1) Generasi muda yang berkeinginan untuk meneliti tentang cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar perlu melakukan telaah ulang terhadap cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar lebih lanjut terhadap aspek-aspek lain yang belum dikaji dalam penelitian ini, misalnya struktur cerita; (2) Masayarakat kabupaten Tanah Datar menyadari bahwa cerita tersebut sudah jarang mereka ceritakan kepada generasi muda. Berdasarkan fakta tersebut, hendaknya cerita rakyat Kabupaten Tanah Datar diceritakan kembali agar generasi selanjutnya tahu tentang ceritanya sebagai sebagai milik dan jati diri mereka; (3) Pemerintah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di Provinsi Sumatera Barat agar dapat mendokumentasikan berbagai budaya dan sistem adat yang terdapat di berbagai Darerah di Provinsi Sumatera Barat. Selain itu, kepada Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat hendaknya memuat materi ini sebagai mata pelajaran muatan lokal; (4) Pemerintah Kabupaten Tanah Datar hendaknya dapat memotivasi penulispenulis agar mereka ikut mendukumentasikan cerita rakyat yang lainnya. Jika hal itu dilakukan, maka secara keseluruhan cerita yang ada di Kabupeten Tanah Datar akan dapat dilestarikan dan dapat dibaca oleh generasi selanjutnya; (5) Kepada guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP dan SMA agar dapat memuat dan mengembangkan silabus mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dengan memberikan muatan materi telaah terhadap nilai-nilai yang terdapat dalam cerita rakyat Kabupaten Tanah datar. Jika dilaksanakan dalam pembelajaran oleh guru-guru, maka proses 191 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat

10 pembelajaran akan lebih menarik dan menyenangkan. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Muzayyin Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Herimanto dan Winarno Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Burhan, Nurgiyantoro Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Danandjaya, James Folklor Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Hasanuddin WS, dkk Ensiklopedi Sastra Indonesia. Bandung: Titian Ilmu. Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Semi, M. Atar Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. Sudaryanto Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Waluyo. Herman J Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga. 192 Jurnal Gramatika - STKIP PGRI Sumatera Barat

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI KENEGERIAN KARI KECAMATAN KUANTAN TENGAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU Oleh: Nepi Sutriati 1, Hasanuddin WS 2, Zulfadhli 3 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu nilai dan pikiran yang hidup pada sebuah masyarakat, dan dalam suatu nilai, dan pikiran ini berkembang sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupannya di masyarakat yang penuh dengan berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT DI KECAMATAN AMPEK NAGARI KABUPATEN AGAM Tika Gusfa Irni 1, Hasnul Fikri 2, Dainur Putri 2

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT DI KECAMATAN AMPEK NAGARI KABUPATEN AGAM Tika Gusfa Irni 1, Hasnul Fikri 2, Dainur Putri 2 NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT DI KECAMATAN AMPEK NAGARI KABUPATEN AGAM Tika Gusfa Irni 1, Hasnul Fikri 2, Dainur Putri 2 1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2 Jurusan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK Ermi Adriani Meikayanti 1) 1) Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Madiun Email: 1)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang tinjauan pustaka atau kajian teori yang berkaitan dengan judul penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi 1) Repustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian sastra lisan sangat penting untuk dilakukan sebagai perlindungan dan pemeliharaan tradisi, pengembangan dan revitalisasi, melestarikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai

Lebih terperinci

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan penelitian (4) mamfaat penelitian. A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA Oleh Sandro Tamba Hendra K. Pulungan, S. Sos., M.I.Kom Pengkajian terhadap sastra merupakan kajian yang cukup menarik dengan memperhatikan segi media

Lebih terperinci

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR.

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR. PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR. Hj. Yusida Gloriani dan Siti Maemunah Pendidikan Bahasa dan Sastra Inonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK NOVEL DENGAN TEKNIK INKUIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 PADANG

KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK NOVEL DENGAN TEKNIK INKUIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 PADANG KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK NOVEL DENGAN TEKNIK INKUIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 PADANG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh WIDYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan karya sastra tidak lepas dari penilaian-penilaian. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu seni adalah yang imajinatif,

Lebih terperinci

PENYIMPANGAN NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BULAN SUSUT KARYA ISMET FANANY E JURNAL ILMIAH

PENYIMPANGAN NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BULAN SUSUT KARYA ISMET FANANY E JURNAL ILMIAH PENYIMPANGAN NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL BULAN SUSUT KARYA ISMET FANANY E JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) ERIK ESTRADA NPM.09080045

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di sekitarnya.

Lebih terperinci

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI NAGARI GUGUAK SARAI

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI NAGARI GUGUAK SARAI KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI NAGARI GUGUAK SARAI Oleh: Inda Fahmi Sari 1, Andria Catri Tamsin 2, Hamidin 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ASPEK SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL SEPENGGAL BULAN UNTUKMU KARYA ZHAENAL FANANI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Kukuh Iman Ujianto Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN BUGIS DALAM NOVEL CALABAI PEREMPUAN DALAM TUBUH LELAKI KARYA PEPI AL-BAYQUNIE ABSTRACT

KEBUDAYAAN BUGIS DALAM NOVEL CALABAI PEREMPUAN DALAM TUBUH LELAKI KARYA PEPI AL-BAYQUNIE ABSTRACT KEBUDAYAAN BUGIS DALAM NOVEL CALABAI PEREMPUAN DALAM TUBUH LELAKI KARYA PEPI AL-BAYQUNIE Yudi Zulhendra 1, Wahyudi Rahmat 2, Aruna Laila 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan pun merupakan salah satu unsur intrinsik penting yang membangun jalannya cerita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Kota Jambi dalam Mengidentifikasi Tema Amanat, dan Latar Cerita Rakyat. Oleh: Desi Nurmawati A1B109078

Kemampuan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Kota Jambi dalam Mengidentifikasi Tema Amanat, dan Latar Cerita Rakyat. Oleh: Desi Nurmawati A1B109078 Kemampuan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Kota Jambi dalam Mengidentifikasi Tema Amanat, dan Latar Cerita Rakyat Oleh: Desi Nurmawati A1B109078 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hiburan atau kesenangan juga sebagai penanaman nilai edukatif.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hiburan atau kesenangan juga sebagai penanaman nilai edukatif. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dipakai untuk menyebutkan gejala budaya yang dapat dijumpai pada semua masyarakat global meskipun secara sosial, ekonomi dan keagamaan keberadaanya tidak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng

BAB I PENDAHULUAN. (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satua merupakan salah satu karya sastra dari kesusastraan Bali purwa (tradisional) yang banyak ditemukan dalam masyarakat Bali. Satua atau dongeng (bahasa Indonesia)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN . A. Latar Belakang Masalah Reni Yuniawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN . A. Latar Belakang Masalah Reni Yuniawati, 2015 BAB I PENDAHULUAN Pada bagian penelitian bab 1 ini akan membahas Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian serta Definisi Istilah. A. Latar Belakang Masalah Pembelajara sastra

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dananjaya (dalam Purwadi 2009:1) menyatakan bahwa kata folklor berasal dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore. Kata folk berarti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menganalisis bentuk deskripsi tidak berupa angka atau koefisien tentang

III. METODE PENELITIAN. menganalisis bentuk deskripsi tidak berupa angka atau koefisien tentang 36 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif artinya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: unsur intrinsik, nilai religius, bahan pembelajaran sastra.

ABSTRAK. Kata kunci: unsur intrinsik, nilai religius, bahan pembelajaran sastra. NILAI RELIGIUS NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Oleh Leny Dhamayanti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dhamayanti_cubby@yahoo.com ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL KEMI CINTA KEBEBASAN YANG TERSESAT KARYA ADIAN HUSAINI ARTIKEL ILMIAH DELVI SEPTIANI NPM

NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL KEMI CINTA KEBEBASAN YANG TERSESAT KARYA ADIAN HUSAINI ARTIKEL ILMIAH DELVI SEPTIANI NPM NILAI-NILAI MORAL DALAM NOVEL KEMI CINTA KEBEBASAN YANG TERSESAT KARYA ADIAN HUSAINI ARTIKEL ILMIAH DELVI SEPTIANI NPM 10080100 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI PERGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI EDUKATIF DALAM LEGENDA BATU BERDAUN KECAMATAN SINGKEP KABUPATEN LINGGA

ANALISIS NILAI EDUKATIF DALAM LEGENDA BATU BERDAUN KECAMATAN SINGKEP KABUPATEN LINGGA ANALISIS NILAI EDUKATIF DALAM LEGENDA BATU BERDAUN KECAMATAN SINGKEP KABUPATEN LINGGA e-journal Oleh: GUNTUR SAPUTRA NIM 120388201226 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak folklor yang telah berkembang dari dulu hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang dimiliki oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat yang

Lebih terperinci

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa di dunia memiliki khazanah cerita prosa rakyat. Menurut Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan besar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sangat berperan penting sebagai suatu kekayaan budaya bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, mempelajari adat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada peribahasa yang menyebutkan di mana ada asap, di sana ada api, artinya tidak ada kejadian yang tak beralasan. Hal tersebut merupakan salah satu kearifan nenek

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI

CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI CERITA RAKYAT DI KECAMATAN 3 NAGARI KABUPATEN PASAMAN ANALISIS STRUKTURAL SKRIPSI Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan Guna memperoleh gelar sarjana S1 Pada Jurusan Sastra Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinatif yang mempunyai hubungan erat dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut membentuk karya

Lebih terperinci

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA Oleh: Wahyuningsih Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK COPY THE MASTER TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUNGAI TARAB E- JURNAL ILMIAH

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK COPY THE MASTER TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUNGAI TARAB E- JURNAL ILMIAH PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK COPY THE MASTER TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUNGAI TARAB E- JURNAL ILMIAH VIVI ANGGELA PUTRI NPM 09080276 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu daerah dalam karya sastra. Warna lokal yang dibangun dengan istilah atau ungkapan dari

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Salah bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra

II. LANDASAN TEORI. Salah bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Novel Salah bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak beredar, lantaran daya

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 SIJUNJUNG ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 SIJUNJUNG ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 SIJUNJUNG ARTIKEL ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negeri yang memiliki aneka ragam budaya yang khas pada setiap suku bangsanya. Tidak hanya bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 187 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan membuktikan bahwa cerita rakyat pulau Bangka memiliki kemungkinan untuk dipertimbangkan menjadi bahan ajar apresiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan membaca karya sastra pembaca atau masyarakat umum dapat mengetahui kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan yang terjadi di masyarakat ataupun kehidupan seseorang. Karya sastra merupakan hasil kreasi

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 Tinjauan aspek sosiokultural puisi-puisi pada harian Solopos dan relevansinya sebagai materi ajar alternatif bahasa Indonesia di SMA (harian Solopos edisi oktober-desember 2008) Oleh: Erwan Kustriyono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Orang dapat mengetahui nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa memungkinkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa memungkinkan kita untuk bertukar informasi dengan orang lain, baik itu secara lisan maupun tertulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Folklor merupakan khazanah sastra lama. Salah satu jenis folklor adalah cerita rakyat. Awalnya cerita rakyat merupakan cerita lisan yang dapat dikategorikan

Lebih terperinci

NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PADA SEBUAH KAPAL KARYA NH. DINI E-JURNAL ILMIAH

NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PADA SEBUAH KAPAL KARYA NH. DINI E-JURNAL ILMIAH E-JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) TRI WIDOLA NIM. 09080075 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan masyarakat. Mengingat hal itu, sudah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat

Lebih terperinci

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Anifah Restyana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, (3) definisi operasional, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) paradigma penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, (3) definisi operasional, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) paradigma penelitian. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian, (2) masalah penelitian, (3) definisi operasional, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian, dan (6) paradigma penelitian.

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA 1 ASPEK SOSIOLOGI SASTRA NOVEL TAHAJUD CINTA DI KOTA NEW YORK KARYA ARUMI EKOWATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Hidayatik, Sukirno, Bagiya Program Studi PendidikanBahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1 Subdit PEBT PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL Dra. Dewi Indrawati MA 1 PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan kekayaan dan keragaman budaya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui bagaimana persoalan-persoalan kebudayaan yang ada. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui bagaimana persoalan-persoalan kebudayaan yang ada. Kebiasaan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan pada hakikatnya merupakan wujud dari upaya manusia dalam menanggapi lingkungan secara aktif. Aktif yang dimaksud adalah aktif mengetahui bagaimana persoalan-persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/MTs kelas VII terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/MTs kelas VII terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/MTs kelas VII terdapat Standar Isi yang memuat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Salah satu Standar Kompetensi

Lebih terperinci

ANALISIS MORAL TOKOH UTAMA NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA ARTIKEL ILMIAH

ANALISIS MORAL TOKOH UTAMA NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA ARTIKEL ILMIAH ANALISIS MORAL TOKOH UTAMA NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA ARTIKEL ILMIAH AFDAL RIFNANDA NPM 10080248 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 463

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 463 SUMBANGAN CERITA RAKYAT DI WILAYAH MADIUN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Eni Winarsih IKIP PGRI Madiun Abstrak Cerita rakyat adalah ragam cerita yang berkembang dalam masyarakat. Cerita rakyat disebarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang beragam yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kekayaan budaya dan tradisi

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci