PERUMUSAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Oleh : Suyanto SMK 2 Wonosobo. Faktor keberhasilan pendidikan di SMK yang dapat dilihat secara umum

dokumen-dokumen yang mirip
HAKIKAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) 1 (School Based Management/SBM)

Manajemen Mutu Pendidikan

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. OLEH: ASEP SURYANA,M.Pd.

UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

Manajemen Berbasis Sekolah

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

STRATEGI IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

MATERI KULIAH MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kualitas pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

MAKALAH STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA. Oleh: Sriyono

BAB I PENDAHULUAN. panjang, persiapan yang matang, dukungan sumber daya manusia dan sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

MEMBANGUN KOMPETENSI PENGELOLAAN PENDIDIKAN DALAM KONTEKS OTONOMI DAERAH Oleh : Hj.Lusiana

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA PELAKSANAAN PROGRAM MPMBS PADA SMA NEGERI 2 WONOGIRI TAHUN 2005 TESIS.

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

TESIS. Diajukan untuk memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mendapatkan. Gelar Magister Manajemen Pendidikan

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sejak tahun 1998 merupakan era transisi dengan tumbuhnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

NAHIYAH JAIDI FARAZ.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan

PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DI SATUAN PENDIDIKAN (Darwis Sasmedi, Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan)

Inisiasi 1 Manajemen Berbasis Sekolah

STANDAR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

: 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai. Konsep Rencana Strategis Daerah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PERENCANAAN ANGGARAN BERDASARKAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN

BAB V ALTERNATIF MODEL HIPOTETIK IMPLEMENTASI MANAJEMEN SEKOLAH BERMUTU. kemandirian dan kreativitas sekolah. Oleh sebab itu, SMPN RSBI sebagai

BAB VI PENUTUP. tersebut akan disajikan secara rinci sebagai berikut. sebelumnya maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

STANDAR PENGELOLAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS DIPONEGORO SPMI-UNDIP SM

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONSEP DAN IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di sekolah sehingga apa yang menjadi kelebihan sekolah dapat lebih

BAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

Dinamika Sosial Dalam Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah Untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan Pada Satuan Pendidikan Pada Era Otonomi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, memiliki keterampilan, keahlian, dedikasi,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, sekolah,

STANDAR PENGELOLAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Weakness, Opportunity and Threath). Dengan hasil pada masing-masing

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR

KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Tahun

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

STANDAR PENGELOLAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

MODEL 2 INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA KEPALA SEKOLAH MEJELIS PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PD MUHAMMADIYAH MANDAILING NATAL

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. maju dapat dilihat dari mutu pendidikannya. Menurut data Organisasi Pendidikan,

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI MTs SHABILUL HUDA KECAMATAN GUNTUR KABUPATEN DEMAK

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (SCHOOL- BASED MANAGEMENT) DALAM RANGKA DESENTRALISASI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan melalui pemberdayaan

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

STRATEGI PENCAPAIAN STANDAR PENGELOLAAN SMP

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Seutuhnya (Integrated School Development) disingkat SID. dan sumber daya untuk meningkatkan mutu sekolah.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 3 TAHUN : 2006

Rencana Strategis (RENSTRA)

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

Transkripsi:

PERUMUSAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Oleh : Suyanto SMK 2 Wonosobo A. Pendaluluan Faktor keberhasilan pendidikan di SMK yang dapat dilihat secara umum adalah: 1. Terserapnya tamatan di dunia kerja sesuai dengan kompetensi pada program keahliannya. 2. Mampu mengembangkan diri dalam berwirausaha sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru. 3. Mampu bersaing dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun pada kenyataannya indikator keberhasilan tersbut tampaknya belum dapat sepenuhnya diwujudkan oleh semua penyelenggara pendidikan sekolah menengah kejuruan (SMK) sehingga memunculkan pernyataan yang memvonis bahwa mutu pendidikan nasional masih rendah. Pada penyelenggara pendidikan atau sekolah yang berhubungan langsung terhadap output (mutu) kelulusan tidak dapat dituding sebagai lembaga yang bertanggung jawab secara mutlak. Meskipun telah diupayakan berbagai langkah oleh pemerintah dengan metode dan perumusan oleh pakar-pakar pendidikan namun belum menghasilkan hasil yang menggembirakan. Terlalu komplek permasalahan yang timbul yang harus ditangani secara menyeluruh dan bertahap. Sebagian pendapat menganggap bahwa yang menjadikan mutu pendidikan tidak

mengalami peningkatan secara merata karena adanya beberapa faktor yang antara lain : 1. Kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional yang menggunakan metode Educational Production Function Approach atau Input Output Analysis Approach tidak dilaksanakan secara konsekuen. 2. Penyelengaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik sentralistik, sehingga penyelenggara pendidikan sangat tergantung birokrasi yang sangat panjang dan sering kebijakan yang seragam tersebut tidak sesuai dengan kenutuhan sekolah. 3. Peran serta masyarakat, khususnya orang tua/wali siswa masih sangat kurang dalam proses peyelenggaraan pendidikan. B. Manajemen berbasis sekolah (MBS) Howard M. Carlisle menyatakan : Management is the process by which the element of a group are integrated, coordinated, and efficiently achieve objective (Manajemen adalah proses pengintegrasian, pengkordiasian dan pemanfaatan elemen-elemen suatu kelompok untuk mencapai tujuan secara efisien). Dengan demikian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan proses pengintegrasian, pengkoordinasian dan pemanfaatan dengan melibatkan secara menyeluruh elemen-elemen yang ada pada sekolah untuk mencapai tujuan (mutu pendidikan) yang diharapkan secara efisien.

Atau dapat diartikan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah model manajemen yang memberikan otonomi (kewenangan) yang lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan yang partisipatif yaitu melibatkan semua warga sekolah berdasarkan kesepakatan bersama. Dengan adanya otonomi (kewenangan) yang lebih besar diharapkan sekolah memiliki kewenangan secara mandiri dalam mengelola sekolah dan memilih strategi dalam meningkatkan mutu pendidikan serta dapat memilih pengembangan program yang lebih sesuai dengan potensi kebutuhan daerah dimana lulusannya akan diproyeksikan. C. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Tujuan Umum MBS : Memandirikan atau memberdayakan sekolah melalui pemberian otonomi kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif. Tujuan Khusus MBS : 1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang ada. 2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama. 3. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada masyarakat. 4. Meningkatkan persaingan yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang ingin dicapai.

D. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Konsep dasar Manajemen Berbasis Sekolah adalah manajemen yang bernuansa otonomi, kemandirian dan demokratis. 1. Otonomi, mempunyai makna bahwa kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah dalam mencapai tujuan sekolah (mutu pendidikan) menurut prakarsa berdasarkan aspirasi dan partisipasi warga sekolah dalam bingkai peraturan perundangan-undangan yang berlaku. 2. Kemandirian, mempunyai makna bahwa dalam pengambilan keputusan tidak tergantung pada birokrasi yang sentralistik dalam mengelola sumber daya yang ada, mengambil kebijakan, memilih strategi dan metoda dalam memecahkan persoalan yang ada, mampu menyesuaikan dengan kondisi lingkungan serta peka dan dapat memanfaatkan peluang yang ada. 3. Demokratif, mempunyai makna seluruh elemen-elemen sekolah dilibatkan dalam menetapkan, menyusun, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan untuk mencapai tujuan sekolah (mutu pendidikan) sehingga memungkinkan tercapainya pengambilan kebijakan yang mendapat dukungan dari seluruh elemen-elemen warga sekolah. E. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Karakterisitk Manajemen Barbasis Sekolah tentunya tidak terlepas dari pendekatan Input, Proses, Output Pendidikan.

1. Input Pendidikan a. Memiliki kebijakan, tujuan dan sasaran mutu yang jelas. b. Tersedianya sumber daya yang kompetitif dan berdedikasi. c. Memiliki harapan prestasi yang tinggi. d. Komitmen pada pelanggan. 2. Proses Pendidikan a. Efekttivitas dalam proses belajar mengajar tinggi. b. Kepemimpinan yang kuat. c. Lingkungan sekolah yang nyaman. d. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif. e. Tim kerja yang kompak dan dinamis. f. Kemandirian, partisipatif dan keterbukaan (transparasi). g. Evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan. h. Responsif, antisipatif, komunikatif dan akuntabilitas. 3. Output yang diharapkan Pada dasarnya output yang diharapkan merupakan tujuan utama dari penyelenggaraan pendidikan secara umum. F. Langkah-langkah Perumusan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Untuk merumuskan implementasi manajemen berbasis sekolah harus ada tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Perencanaan

Pada langkah awal perumusan MBS, hal-hal yang perlu dilaksanakan adalah : a. Mengidentifikasi sistem, budaya dan sumber daya, mana yang perlu dipertahankan dan mana yang harus dirubah dengan memperkenalkan terlebih dahulu format yang baru dan tentunya lebih baik. b. Membuat komitmen secara rinci yang diketahui oleh semua unsur yang bertanggung jawab, jika terjadi perubahan sistem, budaya dan sumber daya yang cukup mendasar. c. Hadapilah penolakan terhadap perubahan dengan memberi pengertian akan pentingnya perubahan demi mencapai tujuan bersama. d. Berkerja dengan semua unsur sekolah dalam menjelaskan atau memaparkan visi, misi, tujuan, sasaran, rencana dan program-program penyelenggaraan MBS. e. Menggaris bawahi prioritas sistem, budaya dan sumber daya yang belum ada dan sangat diperlukan. 2. Mengidentifikasi Tantangan Nyata Sekolah Pada umumnya tantangan sekolah bersumber pada output (lulusan) sekolah yang meliputi kualitas, produktifitas, efektibilitas dan efisiensi. Maka sangat diperlukan identifikasi dari hasil analisis output untuk mengetahui tingkat kualitas, produktifitas, efektibilitas dan efisiensi dari output yang dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan. 3. Merumuskan visi, misi, tujuan sasaran sekolah yang dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan sekolah.

- Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan oleh sekolah, agar sekolah yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya. - Misi adalah tindakan untuk mewujudkan atau merealisasikan visi tersebut. - Tujuan adalah apa yang ingin dicapai atau dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan dan kapan tujuan itu mungkin dicapai. - Sasaran adalah penjabaran tujuan yang akan dicapai oleh sekolah dalam jangka waktu lebih pendek dibandingkan dengan tujuan sekolah. Rumusannya harus berupa peningkatan yang spesifik, terukur, jelas kriterianya dan disertai indicator yang rinci. 4. Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Fungsi-fungsi yang dimaksud adalah unsur-unsur kegiatan beserta unsurunsur pendukungnya yang saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri. Sejauh mana kesiapan fungsi-fungsi tersebut terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan dalam mencapai sasaran. 5. Melakukan analisis potensi lingkungan (analisis SWOT) Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan utnuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Prinsip analisis SWOT adalah : - Kekuatan-kekuatan apa yang kita miliki? Bagaimana memanfaatkannya?

- Kelemahan-kelemahan apa yang kita miliki? Bagaimana meminimalkannya? - Peluang-peluang apa yang ada? Bagaimana memanfaatkannya? - Ancaman apa yang mungkin menghambat keberhasilan? Bagaimana mengatasinya? 6. Memilih langkah-langkah alternatif pemecahan persoalan. Dalam setiap kegiatan dimungkinkan adanya permasalahan yang timbul. Hendaklah kita tidak menghindari masalah akan tetapi harus kita hadapi dengan solusi pemecahan yang sudah kita rencanakan sebelumnya. 7. Menyusun Rencana Program Peningkatan Mutu. Penyusunan program peningkatan mutu harus disertai langkah-langkah pemecahanan persoalan yang mungkin terjadi. Fungsi yang terlibat beserta unsur-unsurnya membuat rencana program untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang serta bersama-sama merealisasikan rencana program tersebut. (rencana program biasanya tertuang dalam renstra sekolah). 8. Melaksanakan Rencana Program Peningkatan Mutu Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu maka fungsi-dungsi terkait hendaknya memanfaatkan sumber daya secara maksimal, efektif dan efisien. 9. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, sekolah perlu mengadakan evaluasi pelaksanaan program, baik program jangka pendek maupun program jangka panjang. 10. Merumuskan Sasaran Peningkatan Mutu Baru. Dari hasil evaluasi kita dapat memperoleh tingkat keberhasilan dan kegagalannya sehingga dapat memperbaiki kinerja program yang akan datang. Disamping itu evaluasi juga sangat berguna sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk merumuskan sasaran (tujuan) peningkatan mutu untuk tahun yang akan datang. G. Penutup. Bahwa penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) akan menghasilkan nilai positif bagi sekolah antara lain : 1. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah dapat lebih mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada. 2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan skala prioritas. 3. Pengambilan keputusan lebih partisipatif terutama dalam hal : a. Menetapkan sasaran peningkatan mutu b. Menyusun rencana peningkatan mutu c. Melaksanakan rencana peningkatan mutu d. Melakukan evaluasi pelaksanaan peningkatan mutu. 4. Penggunaan dana lebih efektif dan efisien sesuai dengan skala prioritasnya

5. Keputusan bersama lebih menciptakan transparasi dan demokrasi 6. Dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab. 7. Menumbuhkan persaingan sehat sehingga diharapkan adanya upaya inovatif. SUMBER PUSTAKA 1. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas. 2. Buku Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Edisi 2004