BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitan yang digunakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Pelaksanaan Penelitian. 1. Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN. secara objektif (Notoatmodjo, 2005). mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan.

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian kuantitatif, lebih menekankan pada pengujian teori melalui angka,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode atau cara penelitian guna

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Penelitian. tahap -tahap lain yang akan harus dilakukan yaitu :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. persiapan penelitian, hasil uji coba instrument.

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif-dekriptif. Desain penelitian ini dipilih dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu: yang akan dicapai.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Kedisiplinan Belajar Untuk memperoleh data tentang pengaruh kedisiplinan belajar peserta

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. antara seorang individu dan organisasinya yang menspesifikkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif

Kelurahan Bendan Duwur terdapat 40 pertanyaan yang masing-masing. pertanyaan memiliki empat alternatif jawaban, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh signifikansi antar variabel yang diteliti (Azwar, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mencari hubungan antar variabel. Variabel-variabel dalam penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN A. DESKRIPSI PENELITIAN Penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survey.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hipotesis yang telah dibuat. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Variabel Tergantung : Minat Belajar. 2. Variabel Bebas : Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data, serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006: 12). Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta. penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006; 12).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Data dari metode penelitian kuantitatif ini berupa angka-angka dan. analisisnya mengunakan statistik (Sugiyono,2010:7).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu : yang akan dicapai.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Alat ukur yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menggunakan analisis regresi ganda atau regresi linear, yaitu merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan skala dan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

BAB III METODE PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 32 Agar bisa mendapatkan data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. informasi-informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan

BAB III METODE PENELITIAN. program linear. Metode penelitian pengembangan merupakan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Subjective Well-being ditinjau dari faktor demografi pada petani sawit di Desa Rawa Bangun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. angka yang diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan (Hadi, 2000). Oleh karena itu,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB IV HASIL PENELITIAN

Transkripsi:

56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 1. Tempat Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, peneliti perlu terlebih dahulu untuk menentukan tempat penelitian. Penelitian ini dilakukan di SLB Aisyiyah Krian. Sekolah ini berada di Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo. Peneliti memilih mengadakan penelitian di SLB Aisyiyah Krian dengan pertimbangan sebagai berikut : a. Peneliti pernah melakukan tugas praktikum kuliah di SLB Aisyiyah Krian sehingga peneliti telah mengetahui keadaan lingkungan sekolah tersebut. Selain itu juga telah terbangun trust antara peneliti dengan pihak sekolah serta orang tua murid. b. Sekolah tersebut merupakan sekolah luar biasa dengan tipe A, B, dan C sehingga sekolah tersebut memiliki beragam jenis anak berkebutuhan khusus. c. Ditemukannya kasus tentang orang tua yang tidak bisa menerima keadaan anaknya yang berkebutuhan khusus. d. Di sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan antara persepsi dengan penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus.

57 Populasi dalam penelitian ini yaitu orang tua murid yang anaknya masih bersekolah di SLB Aisyiyah Krian yang duduk di bangku SD kelas 1 sampai kelas 6. Jumlah populasi penelitian ini ialah 40 orang tua murid. Berdasarkan pernyataan Arikunto (2002) apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua. Karena jumlah populasi dalam penelitian ini kurang dari 100 maka populasi yang ada digunakan seluruhnya sebagai sampel penelitian. Maka dengan demikian jumlah populasi sama dengann jumlah sampel penelitian, yaitu 40 orang tua murid. 2. Persiapan Penelitian a. Penyusunan Alat Ukur Alat ukur yang digunakan untuk mengungkap hubungan persepsi terhadap anak berkebutuhan khusus dengan penerimaan orang tua adalah skala persepsi terhadap anak berkebutuhan khusus dan skala penerimaan orang tua. Dalam menyusun skala tersebut, hal yang dilakukan peneliti di antaranya adalah sebagai berikut : 1. Menentukan dimensi kedua variabel berdasarkan teori. 2. Membuat blueprint sesuai dimensi dan indikator yang telah ditentukan dari kedua alat ukur yang memuat jumlah pernyataan atau aitem yang digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan skala penelitian.

58 3. Membuat dan menyusun aitem atau pernyataan yang mencakup pernyataan favorable (mendukung indikator) maupun unfavorable (tidak mendukung indikator) sesuai blueprint yang telah dibuat. 4. Melakukan validasi dengan dosen pembimbing maupun teman sejawat tentang alat ukur yang digunakan, untuk pemberian masukan demi kesempurnaan skala. 5. Melakukan uji coba pada kedua skala agar mendapatkan aitem yang valid dan reliabel. Skala dalam penelitian ini terdiri 24 aitem untuk skala persepsi terhadap anak berkebutuhan khusus, dan 30 aitem untuk skala penerimaan orang tua. b. Perijinan Penelitian Penelitian ini tidak akan berlangsung tanpa adanya ijin dari berbagai pihak terkait. Supaya dapat melakukan penelitian di SLB Aisyiyah Krian, peneliti telah melakukan beberapa prosedur perijinan. Perijinan dimulai dengan mengajukan surat ijin penelitian kepada Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Setelah surat penelitian dari Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya diterima oleh peneliti, langkah selanjutnya peneliti menyerahkan surat penelitian tersebut kepada Kepala SLB Aisyiyah Krian. Peneliti juga berdiskusi dengan pihak sekolah mengenai waktu pengambilan data penelitian agar tidak mengganggu agenda sekolah atau kegiatan

59 belajar mengajar, sehingga dengan demikian lebih memudahkan penelitian. 3. Pelaksanaan Penelitian Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti membutuhkan waktu 6 hari untuk melaksanakannya yaitu pada tanggal 21 Juni 2013 sampai tanggal 22 Juni 2013 yang digunakan untuk uji coba skala (try out). Kemudian pada tanggal 17 Juli 2013 sampai 20 Juli 2013 penyebaran skala yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Untuk cara pengambilan data, peneliti menggunakan skala persepsi terhadap anak berkebutuhan khusus an skala penerimaan orang tua. Skala-skala tersebut disebarkan kepada orang tua yang anaknya masih bersekolah di SLB Aisyiyah Krian sebanyak 40 orang. Pengambilan data ini dilakukan guna untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi dengan penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus di SLB Aisyiyah Krian. Setelah semua data terisi oleh responden, maka langkah selanjutnya yang akan dilakukan adalah : 1. Memberikan skor pada masing-masing jawaban yang telah diisi oleh responden. 2. Menghitung data per item. 3. Membuat laporan hasil penelitian.

60 B. Deskripsi Hasil Penelitian Deskripsi hasil penelitian dimaksudkan untuk mendeskripsikan data dan meringkas data. 1. Analisis Deskripsi Variabel Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Perhitungan kategori kriteria penerimaan orang tua dapat diperoleh dengan perhitungan prosentase ( Ali, 199 ) sebagai berikut : Skor tertinggi = 4 x 26 = 104 Skor terendah = 1 x 26 = 26 Skor tertinggi (%) = 104 x 100 % = 100 % 104 Skor terrendah (%) = 26 x 100 % = 25 % 104 Rentang = 100 % - 25 % = 75 % Panjang Interval = 75 % : 5 = 15 % Berdasar pada perhitungan diatas dapat diperoleh kategori penerimaan orang tua pada tabel berikut : Tabel 4.1 Hasil Kategori Penerimaan Orang Tua Interval Skor (%) Kategori 85 < % Skor 100 Sangat tinggi 70 < % Skor 85 Tinggi 55 < % Skor 70 Sedang 40 < % Skor 55 Rendah 25 % Skor 40 Sangat rendah

61 Berdasar pada tabel 4.1 di atas diketahui apabila jumlah skor penerimaan orang tua berada pada interval skor 85 < % Skor 100 ini berarti berada dalam kategori sangat tinggi. Apabila berada pada interval skor 70 < % Skor 85 ini berarti berada dalam kategori tinggi. Bila berada pada interval skor 55 < % Skor 70 berarti berada dalam kategori sedang. Bila berada dalam interval skor 40 < % Skor 55 berarti berada dalam kategori rendah dan bila berada dalam interval skor 25 % Skor 40 berarti berada dalam kategori sangat rendah. Tabel 4.2 Tabel Deskriptif Penerimaan Orang Tua Penerimaan Jumlah Subyek Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Simpangan Baku 40 74 99 87,2250 6,71198 Berdasarkan tabel 4.2 diketahui jumlah subjek dalam penelitian ini sebanyak 40 orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus pada SLB Aisyiyah Krian. Diketahui rata-rata penerimaan orang tua adalah sebesar 87,2250 yang jika dikonsultasikan mean tersebut berada pada rentang 85 < % Skor 100, hal ini menunjukkan penerimaan orang tua tergolong dalam kategori sangat tinggi. Lebih jelasnya deskripsi tentang penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus pada SLB Aisyiyah Krian tersebut disajikan secara grafis pada gambar berikut ini :

62 Gambar 4.1 Diagram Kategori Penerimaan Orang Tua (Secara Keseluruhan) Berdasar gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua mampu menerima kecacatan anaknya. Hal ini dapat diketahui bahwa 26 orang tua (65%) memiliki penerimaan yang tergolong sangat tinggi terhadap anaknya yang berkebutuhan khusus dan 14 orang tua (35%) memiliki penerimaan yang tinggi terhadap anaknya yang berkebutuhan khusus. Hal ini menunjukkan bahwa semua orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus telah menerima kondisi dan keberadaan anaknya tersebut. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan data dan meringkas data. Analisis deskriptif dalam penelitian ini akan memberikan gambaran umum mengenai indikator-indikator pada variabel penerimaan orang tua terhadap anaknya yang berkebutuhan khusus, dengan penentuan nilai ini memerlukan interval kelas yang dicari melalui rumus :

63 IK = STt-STr JK Dimana : IK = Interval Kelas STt STr JK = Skor Tertinggi = Skor Terendah = Jumlah Kelas Bila ditinjau dari tiap-tiap indikator aspek penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus diperoleh hasil sebagai berikut : a. Menghargai Anak Sebagai Individu Dengan Segenap Perasaan Dalam memberikan gambaran umum mengenai indikator menghargai anak sebagai individu dengan segenap perasaan, maka penentuan nilai ini memerlukan interval kelas yang dicari melalui rumus : IK = STt-STr JK Dimana : IK = Interval Kelas STt = Skor Tertinggi, yaitu 4 x 7 = 28 STr = Skor Terendah, yaitu 1 x 7 = 7 JK = Jumlah Kelas Sehingga berdasarkan rumus di atas menjadi : IK = IK = 7 28-7 21 = 3 3 Dengan diketahui interval kelas yaitu 7 kemudian disusun kriteria penilaian rata rata jawaban responden pada tabel 4.3 di bawah ini :

64 Tabel 4.3 Interval Kelas Indikator 1 Interval Kategori 7-13 Rendah 14-21 Sedang 22 28 Tinggi Sumber : diolah peneliti Selanjutnya data deskriptif penerimaan orang tua dengan indikator menghargai anak sebagai individu dengan segenap perasaan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Deskripsi Menghargai Anak Sebagai Individu Dengan Segenap Perasaan Penerimaan Jumlah Subyek Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Simpangan Baku 40 19 27 23,3500 2,04501 Penjelasan berdasarkan tabel 4.4 antara lain adalah rata-rata empirik adalah 23,35 dengan nilai tertinggi adalah 27 dan nilai terendah adalah 19. Jumlah subjek penelitian yang dinyatakan valid adalah 40 orang, dan simpangan bakunya adalah 2,04. Dapat disimpulkan bahwa orang tua yang menghargai anak sebagai individu dengan segenap perasaan berada pada kategori tinggi, yaitu rerata sebesar 23,5.

65 Gambar 4.2 Diagram Menghargai Anak Sebagai Individu Dengan Segenap Perasaan Dari gambar 4.2 di atas dapat dimaknai bahwa sebanyak 40 orang tua (100%) atau seluruh orang tua dapat menghargai anaknya yang berkebutuhan khusus dengan segenap perasaan. Sedangkan sebanyak 0 orang tua (0%) menunjukkan bahwa tidak ada orang tua yang tidak menghargai anaknya yang berkebutuhan khusus dengan segenap perasaan. b. Menilai Anak Sebagai Diri Yang Unik Sehingga Orang Tua Dapat Memelihara Keunikan Anaknya Tanpa Batas Dalam memberikan gambaran umum mengenai indikator yang kedua, yaitu menilai anak sebagai diri yang unik sehingga orang tua dapat memelihara keunikan anaknya tanpa batas, maka penentuan nilai ini memerlukan interval kelas yang dicari melalui rumus :

66 IK = STt-STr JK Dimana : IK = Interval Kelas STt = Skor Tertinggi, yaitu 4 x 6 = 24 STr = Skor Terendah, yaitu 1 x 6 = 6 JK = Jumlah Kelas Sehingga berdasarkan rumus di atas menjadi : IK = IK = 6 24-6 18 = 3 3 Dengan diketahui interval kelas yaitu 6 kemudian disusun kriteria penilaian rata rata jawaban responden pada tabel 4.5 di bawah ini : Tabel 4.5 Interval Kelas Indikator 2 Interval Kategori 6-11 Rendah 12 18 Sedang 19 24 Tinggi Sumber : diolah peneliti Selanjutnya data deskriptif penerimaan orang tua dengan indikator menilai anak sebagai diri yang unik sehingga orang tua dapat memelihara keunikan anaknya tanpa batas dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.6 Deskripsi Menilai Anak Sebagai Diri Yang Unik Sehingga Orang Tua Dapat Memelihara Keunikan Anaknya Tanpa Batas Penerimaan Jumlah Subyek Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Simpangan Baku 40 17 24 20,2250 2,01898

67 Penjelasan berdasarkan tabel 4.6 antara lain adalah rata-rata empirik adalah 20,225 dengan nilai tertinggi adalah 24 dan nilai terendah adalah 17. Jumlah subjek penelitian yang dinyatakan valid adalah 40 orang, dan simpangan bakunya adalah 2,018. Dapat disimpulkan bahwa orang tua yang menilai anak sebagai diri yang unik sehingga orang tua dapat memelihara keunikan anaknya tanpa batas berada pada kategori tinggi, yaitu rerata sebesar 20,225. Gambar 4.3 Diagram Menilai Anak Sebagai Diri Yang Unik Sehingga Orang Tua Dapat Memelihara Keunikan Anaknya Tanpa Batas Dari gambar 4.3 di atas dapat dimaknai bahwa sebanyak 29 orang tua (72,5%) atau hampir seluruh orang tua dapat menilai anak sebagai diri yang unik sehingga orang tua tersebut dapat memelihara keunikan anaknya tanpa batas. Sedangkan sebanyak 11 orang tua (27,5%) menunjukkan bahwa hampir sebagian orang tua cukup dapat menilai anak sebagai diri yang unik sehingga orang tua tersebut dapat memelihara keunikan anaknya tanpa batas.

68 c. Mengenal Kebutuhan-Kebutuhan Anak Untuk Membedakan dan Memisahkan Diri Dari Orang Tua dan Mencintai Individu Yang Mandiri Dalam memberikan gambaran umum mengenai indikator yang ketiga, yaitu mengenal kebutuhan-kebutuhan anak untuk membedakan dan memisahkan diri dari orang tua dan mencintai individu yang mandiri, maka penentuan nilai ini memerlukan interval kelas yang dicari melalui rumus : IK = STt-STr JK Dimana : IK = Interval Kelas STt = Skor Tertinggi, yaitu 4 x 6 = 24 STr = Skor Terendah, yaitu 1 x 6 = 6 JK = Jumlah Kelas Sehingga berdasarkan rumus di atas menjadi : IK = IK = 6 24 6 18 = 3 3 Dengan diketahui interval kelas yaitu 6 kemudian disusun kriteria penilaian rata rata jawaban responden pada tabel 4.7 di bawah ini : Tabel 4.7 Interval Kelas Indikator 3 Interval Kategori 6 11 Rendah 12 18 Sedang 19 24 Tinggi Sumber : diolah peneliti

69 Selanjutnya data deskriptif penerimaan orang tua dengan indikator mengenal kebutuhan-kebutuhan anak untuk membedakan dan memisahkan diri dari orang tua dan mencintai individu yang mandiri dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut : Tabel 4.8 Deskripsi Mengenal Kebutuhan-Kebutuhan Anak Untuk Membedakan dan Memisahkan Diri Dari Orang Tua dan Mencintai Individu Yang Mandiri Penerimaan Jumlah Subyek Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Simpangan Baku 40 15 24 19,9750 1,98051 Penjelasan berdasarkan tabel 4.8 antara lain adalah rata-rata empirik adalah 19,97 dengan nilai tertinggi adalah 24 dan nilai terendah adalah 15. Jumlah subjek penelitian yang dinyatakan valid adalah 40 orang, dan simpangan bakunya adalah 1,98. Dapat disimpulkan bahwa orang tua yang menilai anak sebagai diri yang unik sehingga orang tua dapat mengenal kebutuhan-kebutuhan anak untuk membedakan dan memisahkan diri dari orang tua dan mencintai individu yang mandiri berada pada kategori tinggi, yaitu rerata sebesar 19,97.

70 Gambar 4.4 Diagram Mengenal Kebutuhan-Kebutuhan Anak Untuk Membedakan dan Memisahkan Diri Dari Orang Tua Dan Mencintai Individu Yang Mandiri Dari gambar 4.4 di atas dapat dimaknai bahwa sebanyak 34 orang tua (85%) atau hampir seluruh orang tua mampu mengenal kebutuhankebutuhan anaknya yang berkebutuhan khusus untuk membedakan dan memisahkan diri dari orang tua dan mencintai individu yang mandiri. Sedangkan sebanyak 6 orang tua (15%) menunjukkan bahwa sebagian kecil orang tua cukup mampu mengenal kebutuhan-kebutuhan anaknya yang berkebutuhan khusus untuk membedakan dan memisahkan diri dari orang tua dan mencintai individu yang mandiri. d. Mencintai Anak Tanpa Syarat Dalam memberikan gambaran umum mengenai indikator mencintai anak tanpa syarat, maka penentuan nilai ini memerlukan interval kelas yang dicari melalui rumus :

71 IK = STt-STr JK Dimana : IK = Interval Kelas STt = Skor Tertinggi, yaitu 4 x 7 = 28 STr = Skor Terendah, yaitu 1 x 7 = 7 JK = Jumlah Kelas Sehingga berdasarkan rumus di atas menjadi : IK = IK = 7 28-7 21 = 3 3 Dengan diketahui interval kelas yaitu 7 kemudian disusun kriteria penilaian rata rata jawaban responden pada tabel 4.9 di bawah ini : Tabel 4.9 Interval Kelas Indikator 4 Interval Kategori 7 13 Rendah 14 21 Sedang 22 28 Tinggi Sumber : diolah peneliti Selanjutnya data deskriptif penerimaan orang tua dengan indikator mencintai anak tanpa syarat dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.10 Deskripsi Mencintai Anak Tanpa Syarat Penerimaan Jumlah Subyek Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Simpangan Baku 40 17 28 23,6750 2,33576

72 Penjelasan berdasarkan tabel 4.10 antara lain adalah rata-rata empirik adalah 23,67 dengan nilai tertinggi adalah 28 dan nilai terendah adalah 17. Jumlah subjek penelitian yang dinyatakan valid adalah 40 orang, dan simpangan bakunya adalah 2,33. Dapat disimpulkan bahwa orang tua mencintai anaknya tanpa syarat berada pada kategori tinggi, yaitu rerata sebesar 23,67. Gambar 4.5 Diagram Mencintai Anaknya Tanpa Syarat Dari gambar 4.5 di atas dapat dimaknai bahwa sebanyak 34 orang tua (85%) atau hampir seluruh orang tua mampu mencintai anaknya yang berkebutuhan khusus tanpa syarat. Sedangkan sebanyak 6 orang tua (15%) menunjukkan bahwa sebagian kecil orang tua cukup mampu mencintai anaknya yang berkebutuhan khusus tanpa syarat.

73 C. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil perhitungan yang digambarkan pada diagram di setiap indikator dalam variabel penerimaan orang tua, maka hasil perhitungan tersebut telah dirangkum pada tabel 4.11 di bawah ini: 4.11 Data Penerimaan Orang Tua Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus Indikator 1. 2. 3. 4. Kategori Tinggi Sedang Rendah Total 40 Orang (100%) - - 40 orang 29 orang 11 orang (72,5%) (27,5) - 40 orang 34 orang 6 orang (85%) (15%) - 40 orang 34 orang 6 orang (85%) (15%) - 40 orang Berdasarkan tabel 4.11 di atas, dari berbagai indikator penerimaan orang tua terlihat bahwa indikator pertama memiliki presentase yang paling tinggi, yaitu 100%. Hal ini dapat dimaknai bahwa seluruh orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus yang sekolah di SLB Aisyiyah Krian pada tahun ajaran 2012/2013 mampu menghargai anaknya sebagai individu dengan penuh perasaan. Uraian di atas juga didukung oleh pendapat Coopersmith (1967) yang menyatakan bahwa penerimaan orang tua terungkap melalui perhatian pada anak, kepekaan terhadap kepentingan anak, ungkapan kasih sayang dan

74 hubungan yang penuh kebahagiaan dengan anak. Penerimaan orang tua pada anak berkebutuhan khusus (anak cacat) merupakan stimulus positif bagi perkembangan anak. Berdasarkan tabel 4.11 di atas, dari berbagai indikator penerimaan orang tua terlihat bahwa indikator kedua memiliki presentase yang paling rendah, yaitu 72,5%. Hal ini dapat dimaknai bahwa hampir seluruh orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus yang sekolah di SLB Aisyiyah Krian pada tahun ajaran 2012/2013 mampu menilai anaknya sebagai diri yang unik sehingga orang tua dapat memelihara keunikan anaknya tanpa batas. Menurut Ningrum (2010) yang menyatakan bahwa memahami anak memang memerlukan informasi, dibutuhkan waktu untuk memikirkan faktafaktanya dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut pada setiap anak. Dibutuhkan kemauan untuk mengijinkan fakta-fakta tersebut masuk kedalam hati sehingga akan menerima dan menyayangi anak bahkan yang paling sulit sekalipun. Berdasarkan hasil analisis deskripsi pada variabel penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus di tabel 4.2 dapat ditarik kesimpulan bahwa penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus di SLB Aisyiyah Krian tergolong dalam kategori tinggi dengan rata-rata sebesar 87,225. Hal ini dapat diketahui bahwa ada 26 orang tua (65%) memiliki penerimaan yang tergolong sangat tinggi terhadap anaknya yang berkebutuhan khusus dan ada 14 orang tua (35%) memiliki penerimaan yang tinggi terhadap anaknya yang berkebutuhan khusus. Hasil tersebut

75 membuktikan bahwa ada penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus. Perkembangan masa kanak-kanak bermula pada lingkungan keluarga. Keluarga merupakan bagian yang paling penting sebagai proses perkembangan anak. Berhasil atau tidaknya anak berkebutuhan khusus dalam menuju perkembangan selanjutnya bergantung pada lingkungan keluarga, khususnya sikap orang tua terhadap anaknya, yaitu sikap menerima atau penolakan terhadap anaknya. Miller dalam Darling Darling (1982) menyatakan bahwa sejalan dengan bertambahnya usia anak dan kedewasaan orang tua maka sikap yang ditampakkan orang tua pada anaknya yang cacat yaitu orang tua mampu menerima kecacatan anaknya dan menyadari kecacatan yang dialami anaknya merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus sangat bermanfaat karena anak merasa dirinya diperhatikan, disayang oleh orang tua dan orang-orang yang ada di sekitarnya, serta penerimaan tua mampu memberikan pengaruh pada kondisi psikologis anak, yaitu dengan adanya rasa nyaman dan tentram berada disekitar orang-orang yang menyayanginya. Coopersmith (1967) mengatakan bahwa penerimaan orang tua terungkap melalui perhatian pada anak, kepekaan terhadap kepentingan anak, ungkapan kasih sayang dan hubungan yang penuh kebahagiaan dengan anak. Penerimaan orang tua pada anak berkebutuhan khusus (anak cacat) merupakan stimulus positif bagi perkembangan anak.

76 Setiap penelitian pasti terdapat kekurangan, begitu juga dalam penelitian ini memiliki kelemahan antara lain: a. Penelitian hanya mengungkap satu variabel, sehingga perlu ditambah variabel lain. b. Generalisasi dari hasil penelitian ini terbatas pada populasi di mana penelitian dilakukan, yakni terbatas pada orang tua siswa SLB Aisyiyah Krian. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu memperbaiki kelemahan dan keterbatasan penelitian ini. Hal ini dapat dilakukan di antaranya dengan cara: a. Menambah atau menggunakan variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini b. Memperbaiki alat ukur penelitian agar lebih bevariasi dalam mengungkap aspek-aspek yang terkait dengan variabel penelitian. c. Menggunakan metode yang lain dalam melakukan penelitian, misalnya dengan menggunakan metode kualitatif ataupun metode kuantitatif yang bersifat korelasi yaitu menghubungkan antara satu variabel dengan variabel lainnya.