Pengembangan Bahan Ajar Geografi SMA/MA Kelas XII pada Kompetensi Dasar Pola Keruangan Desa dan Kota dengan Model DICK and CAREY

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR GEOGRAFI SMA/MA KELAS XII PADA KOMPETENSI DASAR POLA KERUANGAN DESA DAN KOTA DENGAN MODEL DICK AND CAREY

PENGEMBANGAN BUKU TEKS GEOGRAFI SMA/MA PADA KOMPETENSI DASAR MENGANALISIS POLA PERSEBARAN DAN INTERAKSI SPASIAL DESA DAN KOTA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SUB-TEMA POTENSI DAN SEBARAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS UNTUK SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENGEMBANGAN MODUL AUDIO VISUAL UNTUK PELATIHAN PEMBIAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF ABSTRACT PENDAHULUAN

Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA UNTUK SISWA SMA KELAS X ABSTRACT PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN GEOGRAFI BER- BASIS PENDEKATAN SAINTIFIK.

PAKET PEMBELAJARAN FIQIH KELAS VII DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DICK DAN CAREY DI MADRASAH TSANAWIYAH NW PENGKELAK MAS

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

JAWABAN TUGAS KB-01: Landasan Teori Belajar dan Pembelajaran

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

PENGEMBANGAN BUKU TEKS GEOGRAFI MODEL BUKU WORLD GEOGRAPHY

Cipti Januarita 1, Dwi Haryoto 2, Yudyanto 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENGEMBANGAN. Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian dan pengembangan (Research &

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

Unit 4. Pengembangan Bahan Pembelajaran Cetak. Isniatun Munawaroh. Pendahuluan

Pengertian Bahan Ajar

PENGEMBANGAN BUKU AJAR MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 3 MALANG

PENGEMBANGAN MODUL AJAR APLIKASI BASIS DATA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN SQ3R UNTUK SISWA KELAS X REKAYASA PERANGKAT LUNAK DI SMK NEGERI 1 NEGARA.

BAB I PENDAHULUAN. keilmuannya untuk membangun bangsa Indonesia yang lebih baik.

Pengembangan Modul Elektronik Berbasis 3D Pageflip Professional

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DIGITAL BERLANDASKAN MODEL GUIDED-PROJECT BASED LEARNING

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26

Jurnal Teknologi Pendidikan Volume 1 Nomor 2 Edisi Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA ABSTRACT PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATERI IPS TERPADU KELAS VII SMP SUB TEMA KEADAAN ALAM DI INDONESIA NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR GEOGRAFI STRUKTUR BUKU CAMBRIDGE FUNDAMENTALS OF GEOGRAPHY UNTUK KELAS XI SMA/MA MATERI SEBARAN BARANG TAMBANG

EFEKTIVITAS MODUL ANALISIS KOMPLEKS DENGAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

ISSN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR METODE PENELITIAN PENDIDIKAN DENGAN ADDIE MODEL. Oleh: I Made Tegeh 1 dan I Made Kirna 2 ABSTRAK

Definisi Teknologi Pendidikan

I. PENDAHULUAN. BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) yang meliputi standar isi, standar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MODEL DICK & CARREY PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 5 LUMAJANG DAN SMP NEGERI 1 KLAKAH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATERI INTERAKSI MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN ALAM, SOSIAL, BUDAYA, DAN EKONOMI PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO TERANIMASI PADA MATERI ELASTISITAS UNTUK SISWA KELAS X SMA

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS WEB PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA N 2 PADANG

Edu Geography

PERANAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DALAM PEMECAHAN MASALAH-MASALAH STRATEGI PEMBELAJARAN *) Oleh: Anik Ghufron **)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. langkah pengembangan yaitu menganalisis kurikulum. digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah atas

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Buku Teks dengan Pendekatan Kultural

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT BERBASIS ICT

Kata Kunci: Buku Teks, Materi Hidrosfer, Kesalahan, Perbaikan

PENGEMBANGAN BUKU AJAR MODEL PENELITIAN PENGEMBANGAN DENGAN MODEL ADDIE

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS MACROMEDIA FLASH SEBAGAI SUMBER BELAJAR MANDIRI PADA MATERI KOLOID KELAS XI IPA SMA DAN MA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBANTUAN KOMPUTER (CAI) FISIKA BERBASIS MASALAH UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING FISIKA SISWA KELAS X

Kesesuaian Antara GBPP dengan modul matakuliah IPS I Program D-II Penyetaraan Guru SD di FKIP-UT. Oleh: Wia Zuwila Nuzila FKIP UT.

PENGEMBANGAN PAKET PEMBELAJARAN PENANGANAN PASCAPANEN BUAH-BUAHAN KELAS XI SEMESTER II SMK-PP NEGERI BANJARBARU. Abstrak

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komponen dalam proses pembelajaran salah satunya adalah sumber. belajar. Sumber belajar merupakan daya yang bisa dimanfaatkan guna

DESAIN MODEL PERANGKAT PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN STM BERBASIS KEPULAUAN DI SMA KOTA TERNATE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

12 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 2, Nomor 1, Maret 2014, Halaman 12-17

Jurnal EduFisika Vol. 02 No. 01, Juli 2017 E-ISSN:

JURNAL PENDIDIKAN BIOLOGI INDONESIA VOLUME 3 NOMOR 2 TAHUN 2017 (p-issn: ; e-issn: ) (Halaman )

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN IPS SMP KELAS VIII PADA POKOK BAHASAN PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA VIDEO MATERI GUNUNG DAN KEBENCANAAN KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 4 SAMBI, BOYOLALI 2014/ 2015

Dewi Fitria Cholida, Muntholib, & Aman Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MODUL PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI UNTUK SISWA KELAS IV SD

T-1 PENGEMBANGAN MATERI INTEGRAL BERBASIS MODUL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPS GEOGRAFI KELAS VIII DENGAN TEMA PERMASALAHAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA NASKAH PUBLIKASI

Teknik Penyusunan MODUL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 16 (1), Januari Juni 2017: 1-11 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR SEPAK BOLA DASAR. Amir Supriadi 1, Amansyah 2

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kehidupan umat manusia berabad- abad silam, untaian sejarah

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MELATIH KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA TULIS SISWA DI KELAS VIII

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BUKU MATA PELAJARAN IPS SUB-SUB TEMA BENTUK MUKA BUMI DAN AKTIVITAS PENDUDUK INDONESIA UNTUK SISWA KELAS VII

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memenuhi tujuan penelitian, maka penelitian ini didesain dengan

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBANTUAN MEDIA MANIPULATIF DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK SISWA SMP KELAS VIII MATERI LINGKARAN

Pengembangan Modul Fisika Pokok Bahasan Hukum Newton bagi Anak Berkebutuhan Khusus (Tunanetra) Di Kelas Inklusi SMA/MA Kelas X

e-journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Teknologi Pembelajaran (Volume 4 Tahun 2014)

PENGEMBANGAN ELECTRONIC MODULE OF CHEMISTRY MATERI IKATAN KIMIA KELAS X SMA/MA

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) TEMATIK DAN EVALUASINYA DALAM KURIKULUM 2013 SISWA KELAS RENDAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Eko Budiono, Hadi Susanto PENDAHULUAN

Transkripsi:

Pengembangan Bahan Ajar Geografi SMA/MA Kelas XII pada Kompetensi Dasar Pola Keruangan Desa dan Kota dengan Model DICK and CAREY Onik Farida Ni matullah Abstrak: Orientasi penyediaan buku teks di berbagai sekolah di Indonesia saat ini, terutama buku teks Geografi, hanya difokuskan pada segi kuantitas. Fakta menunjukkan bahwa penyediaan buku penunjang pembelajaran Geografi di sekolah hanya mempertimbangkan segi proporsi jumlah siswa dengan jumlah buku yang tersedia. Dari segi kualitas, masih banyak materi pada buku pelajaran Geografi yang sebenarnya menunjukan kelemahan yang mendasar: pertama, teks Geografi mengabaikan aspek kebenaran bahasa, fakta/data, konsep, generalisasi, kebenaran penyajian gambar. Hasil validasi pada ahli materi pelajaran, bahan ajar berada dalam kategori baik (71%). Hasil uji coba pada ahli rancangan pembelajaran, bahan ajar berada dalam kategori baik (71%). Hasil uji coba ahli bahasa berada dalam kategori sangat baik (91%), tetapi masih ada beberapa kesalahan pengetikan dan pemenggalan kata. Hasil uji coba lapangan pada siswa, bahan ajar berada dalam kategori baik (80%), sedangkan hasil uji coba lapangan pada guru, bahan ajar berada dalam kategori baik (82%). Pengembangan selanjutnya disarankan, yaitu: (a) pengembangan bahan ajar Geografi tidak terbatas hanya pada kelas XII semester dua pada kompetensi dasar menganalisis pola keruangan desa dan kota. Untuk menghasilkan produk bahan ajar secara utuh sebaiknya dikembangkan untuk dua semester (semester satu dan semester dua), (b) uji coba bahan ajar ini terbatas di Kota Malang. Untuk menghasilkan bahan ajar yang berlaku secara nasional sebaiknya dilakukan uji coba lapangan dengan mengambil sampel yang diperluas di wilayah Indonesia. Kata Kunci: bahan ajar Geografi. Orientasi penyediaan buku teks di berbagai sekolah di Indonesia saat ini, terutama buku teks Geografi, hanya difokuskan pada segi kuantitas. Fakta menunjukkan bahwa penyediaan buku penunjang pembelajaran Geografi di sekolah hanya mempertimbangkan segi proporsi jumlah siswa dengan jumlah buku yang tersedia. Dari segi kualitas, masih banyak materi pada buku pelajaran Geografi yang sebenarnya menunjukan kelemahan yang mendasar: pertama, teks Geografi mengabaikan aspek kebenaran bahasa, fakta/data, konsep, generalisasi, kebenaran penyajian gambar, serta ketercernaan materi berdasarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang mengutamakan tiga komponen utama yakni; 1) memenuhi komponen kebahasaan, 2) komponen isi, 3) komponen Geografi, yakni menyangkut aspek objek studi material dalam hal interaksi, interrelasi dan interdependensi. Oleh karena itu, diperlukan alternatif pemecahan FKIP 296

masalah dengan mengembangkan buku teks yang mengarah pada perbaikan dari tiap aspek tersebut. Produk bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan kaidah keilmuan Geografi dan kurikulum KTSP melalui modifikasi model Dick dan Carey (2001). Prosedur pengembangan model ini terdiri atas sepuluh langkah, namun dalam pengembangan ini hanya dilakukan lima langkah, yakni: (1) mengidentifikasi standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator berdasarkan konsep BNSP, (2) melakukan analisis materi pelajaran, (3) menyusun dan penulisan bahan ajar, (4) mevalidasi bahan ajar, (5) merevisi produk akhir hasil pengembangan bahan ajar Tujuan pengembangan adalah menghasilkan bahan ajar Geografi untuk SMA/MA Kelas XII Semester II pada Kompetensi Dasar Pola Keruangan Desa dan Kota yang sesuai dengan standar isi, kaidah keilmuan Geografi, dan kaidah penulisan bahan ajar dengan model Dick and Carey. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan Spesifikasi produk pengembangan bahan ajar ini adalah: 1. Materi bahan ajar disesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar (kurikulum 2006) bidang studi Geografi untuk SMA/MA kelas XII Semester II. 2. Pada awal bab dilengkapi dengan peta konsep. 3. Memuat konsep-konsep konkrit dan abstrak, konsep konkrit disajikan dengan gambar (tidak didefinisikan), sedang konsep abstrak ditulis dalam bentuk definisi istilah. 4. Paparan atau deskripsi obyek material dan obyek formal disajikan secara simultan. 5. Data atau fakta ditampilkan lebih aktual dan kontekstual. 6. Bahan ajar yang dihasilkan merupakan hasil kajian berbagai bahan pustaka baik elektronik maupun pustaka Geografi yang relevan dan divalidasi oleh ahli di bidangnya. Pentingnya Pengembangan Pengembangan bahan ajar Geografi untuk SMA Kelas XII Semester II pada Kompetensi Dasar Pola Keruangan Desa dan Kota penting dilakukan untuk: FKIP 297

1. Sebagai salah satu sumber belajar yang dapat mengoptimalkan proses pembelajaran sehingga hasil belajar dapat meningkat. 2. Bagi siswa, pengembangan bahan ajar ini penting karena dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar yang diharapkan dapat memudahkan dalam proses belajar baik secara individual maupun melalui bimbingan guru. 3. Bagi guru, pengembangan bahan ajar dengan model Dick dan Carey ini dapat memfasilitasi proses belajar siswa sehingga diharapkan dapat memberikan arahan bagi guru dalam membimbing siswa untuk mencapai standar kompetensi lulusan. 4. Memperbaiki kesalahan konsep, gambar, data, objek formal dan materi yang ada pada Kompetensi Dasar Pola Keruangan Desa dan Kota. 5. Bagi guru dan siswa, dapat mempermudah memahami materi/isi secara sistematis karena bahan ajar yang dikembangkan memperhatikan konsistensi isi pada masing-masing sub topik dan dilengkapi dengan fakta dan data yang akurat dan kontekstual. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan Berikut disajikan beberapa asumsi yang melandasi pengembangan bahan ajar: 1. Bahan ajar yang berisi data/fakta yang aktual, kontekstual, tampilan gambar yg menarik, dan tambahan karikatur kartun dapat meningkatkan minat belajar siswa dan dapat menghapus kesan bahwa Geografi merupakan pelajaran yang membosankan. 2. Bahan ajar yang baik dan mudah dimengerti, menjadikan siswa lebih mudah dalam menyerap materi pelajaran. Bahan ajar mata pelajaran Geografi yang dikembangkan terbatas pada beberapa hal. 1. Pengembangan bahan ajar dengan menggunakan model Dick and Carey, tetapi dimodifikasi/disederhanakan dari 10 langkah menjadi 5 langkah. 2. Langkah pengembangan bahan ajar ini hanya sampai pada tahapan formatif. 3. Pengembangan bahan ajar Geografi terbatas hanya pada siswa SMA kelas XII semester II. FKIP 298

4. Produk bahan ajar mata pelajaran Geografi hanya mencakup satu standar kompetensi, yaitu Pola Keruanan Desa dan Kota. 5. Uji coba hasil pengembangan dilakukan pada SMA Muhammadiyah I Malang dan SMA Islam Al-Hikmah Tajinan Malang. KAJIAN PUSTAKA Pengembangan adalah proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik (Seels & Richey, 1994). Kawasan pengembangan mencakup banyak variasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran. Walaupun demikian, tidak berarti lepas dari teori dan praktek yang berhubungan dengan belajar dan desain. Misalnya, fokus kegiatan dalam kawasan pengembangan, tidak terlepas dari teori desain pesan, teori belajar, dan teori pemprosesan informasi. Kawasan pengembangan tidak hanya terdiri dari perangkat keras pembelajaran, melainkan juga mencakup perangkat lunaknya, bahan-bahan visual dan audio, serta program atau paket yang merupakan perpaduan berbagai bagian. Hal ini sejalan dengan pendapat Anglin (1991) bahwa pengembangan pembelajaran adalah pendekatan sistem yang mencoba untuk mengaplikasikan secara ilmiah prinsip-prinsip perencanaan, desain, kreasi, penerapan, dan evaluasi keefektifan dan keefisienan pembelajaran. Dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks antara keempat kategori teknologi yang meliputi cetak, teknologi audio visual, teknologi berasaskan komputer, dan teknologi terpadu dengan teori yang mendorong, baik desain pesan maupun strategi pembelajaran. Pada dasarnya kawasan pengembangan dapat dijelaskan dengan adanya: (1) pesan yang didorong oleh isi, (2) strategi pembelajaran, dan (3) manifestasi fisik dari teknologi perangkat keras, perangkat lunak dan bahan pembelajaran (Seels & richey, 1994). Teknologi merupakan tenaga penggerak dari kawasan pengembangan. Berangkat dari asumsi ini, dapat dirumuskan dan dijelaskan berbagai jenis media pembelajaran dan karakteristiknya. Proses ini tidak dapat diartikan hanya sebagai suatu pengkategorisasian, tetapi sebagai elaborasi dari karakteristik prinsip-prinsip teori dan desain yang dimanfaatkan oleh teknologi. Kawasan pengembangan oleh Seels dan Richey (1994) diorganisasikan menjadi empat kategori, yaitu: FKIP 299

1. Teknologi Cetak, merupakan cara memproduksi atau menyampaikan bahan-bahan seperti buku-buku dan bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui percetakan mekanis atau fotografis. 2. Teknologi Audiovisual, merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. 3. Teknologi Berbasis Komputer, merupakan cara-cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber pada mikroprosesor. 4. Teknologi Terpadu, merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan melalui komputer. Prosedur Pengembangan Dalam pengembangan bahan ajar ini, prosedur pengembangan dilakukan melalui 5 tahap, yaitu: 1. Identifikasi standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator berdasarkan konsep BSNP. 2. Analisis materi: Langkah-langkah analisis materi pelajaran pada pengembangan bahan ajar ini meliputi: a. Dalam mengembangkan materi pembelajaran ini, terlebih dahulu dilakukan analisis materi. Analisis materi ditinjau berdasarkan kebenaran isi/ materi, kebahasaan, penyajian, dan komponen lainnya. Jika komponen-komponen tersebut telah dianalisis dan ditemukan permasalahan, maka perlu dilakukan pengembangan produk yang representatif bagi pengetahuan siswa. b. Mengkaji berbagai sumber terkait dengan kebutuhan materi pelajaran untuk mencapai standar kompetensi. c. Menyusun kompetensi dasar sesuai dengan tata urut kompetensi dasar dan indikator. 3. Tahap pengembangan dan penulisan bahan ajar, bahan ajar memuat komponen pembelajaran yang meliputi: a) judul bab, b) rumusan standar FKIP 300

kompetensi, kompetensi dasar dan indikator, c) peta konsep, d) uraian materi, e) tugas dan latihan, f) rangkuman kompetensi dasar, g) test akhir bab, dan h) sumber pendukung. 4. Validasi bahan ajar Tinjauan ahli dan uji coba merupakan langkah pembelajaran pada proses evaluasi formatif. Evaluasi ini merupakan proses dalam penggunaan informasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam rangka meningkatkan kualitas produk yang dikembangkan berupa bahan ajar. Evaluasi formatif ini dilakukan setelah pengembangan bahan ajar yang masih dalam bentuk draf selesai dibuat. Evaluasi ini dibuat dengan maksud mengumpulkan data yang digunakan untuk penyempurnaan bahan ajar tersebut. Pada tahap ini dilakukan validasi bahan ajar, meliputi tanggapan ahli materi pelajaran, ahli bahasa, ahli rancangan pembelajaran, dan uji coba lapangan. Keterangan berupa saran atau masukan yang didapat melalui angket yang diberikan kepada para ahli dan hasil uji coba lapangan digunakan dalam menyempurnakan produk bahan ajar. 5. Revisi dan produk akhir hasil pengembangan bahan ajar Tahap ini merupakan tahap terakhir dari tahap pengembangan bahan ajar mata pelajaran. Data yang diperoleh dari penilaian formatif disimpulkan dan diuraikan sebagai usaha untuk mengenali kesulitan siswa menyerap kompetensi dasar/isi bahan ajar yang dikembangkan. Produk pengembangan direvisi dengan memperhatikan saran dan kritikan dari para ahli, siswa, dan guru pada saat validasi dan uji coba dilaksanakan. Misalnya siswa memiliki kesulitan memahami salah satu definisi, maka yang diperhatikan adalah apakah karena kesalahan konsep atau karena kurangnya uraian penjelasan terhadap definisi yang dimaksud, juga bisa jadi karena konsep tersebut membutuhkan gambar/foto. Hasil Pengembangan Pengembangan buku teks merupakan bagian dari teknologi pembelajaran dan salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa (output). Selain cara belajar, buku teks yang baik juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Antara penerapan model-model pembelajaran dengan pengembangan buku teks FKIP 301

sebenarnya mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk mempermudah dalam penyampaian materi pelajaran. Perbedaan antara keduanya adalah, penerapan model-model pembelajaran merupakan langkah terorganisir untuk menyampaikan materi pelajaran secara langsung, sedangkan buku teks merupakan sarana untuk mengorganisir materi pelajaran dan menyampaikannya secara tidak langsung. Dengan buku teks yang berkualitas dan mudah dimengerti, dapat menjadikan siswa lebih mudah menyerap materi. Berdasarkan hasil validasi pada ahli materi pelajaran, bahan ajar berada dalam kategori baik (71%). Hasil uji coba pada ahli rancangan pembelajaran, bahan ajar berada dalam kategori baik (71%). Hasil uji coba ahli bahasa berada dalam kategori sangat baik (91%), tetapi masih ada beberapa kesalahan pengetikan dan pemenggalan kata. Hasil uji coba lapangan pada siswa, bahan ajar berada dalam kategori baik (80%), sedangkan hasil uji coba lapangan pada guru, bahan ajar berada dalam kategori baik (82%). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari angket uji coba lapangan kepada siswa dan guru menujukkan bahwa bahan ajar berada pada kualifikasi baik. Walaupun demikian, masih ada beberapa saran baik dari siswa maupun guru yang tetap mendapat perhatian sebagai bahan untuk penyempurnaan bahan ajar. Saran dan komentar dari guru dan siswa berupa: latihan soal diperbanyak dan gambar kurang besar. Kandungan isi dari bahan ajar ini ditulis berdasarkan data dan fakta yang terbaru, aktual dan konseptual. Di samping fakta dan data juga dilengkapi dengan gambar-gambar yang menunjukkan fakta dan data tersebut, sehingga siswa dapat berkomunikasi langsung dengan bahan ajar. Lebih lanjut, untuk membuat siswa lebih ingin mengetahui isi bahan ajar ini maka dalam komponen isi dilengkapi dengan tugas kepada siswa untuk mencari informasi yang lebih banyak melalui internet atau referensi lainnya. Paparan atau deskripsi obyek material dan obyek formal disajikan secara simultan. Untuk membuat materi bahan ajar ini berkualitas, maka dilakukan validasi ahli materi pelajaran. Berdasarkan hasil validasi ahli materi pelajaran, materi yang dimuat dalam bahan ajar ini telah layak FKIP 302

untuk diuji cobakan, namun perlu direvisi berdasarkan hasil komentar dan tanggapan dalam angket validasi. Untuk membuat aspek kebahasaan tidak menyimpang dari kaidah bahasa yang ditentukan (sesuai dengan EYD dalam kaidah penulisan bahasa Indonesia), maka dilakukan validasi ahli bahasa. Setelah dilakukan validasi ahli bahasa ternyata ditemukan banyak kesalahan baik dari aspek kosakata, tanda baca, kesalahan penggunaan huruf kapital dan huruf kecil, dan kategori kesalahan lainnya. Berdasarkan hasil validasi ahli bahasa dilakukan perbaikan secara serius dengan terus berkoordinasi dengan ahli bahasa. Dengan demikian bahan ajar yang disusun ini telah melalui validasi ahli bahasa sehingga dari aspek kebahasaan sudah layak untuk dibaca dan diuji cobakan. Bahan ajar ini disajikan dengan memperhatikan konsep materinya. Jika konsep yang ada menyangkut hal-hal yang bersifat konkrit maka penyajiannya menggunakan gambar dengan sedikit penjelasan. KESIMPULAN DAN SARAN Saran desiminasi, antara lain: (a) mengadakan seminar skala regional bahkan nasional tentang pengembangan bahan ajar, khususnya bahan ajar Geografi untuk SMA/MA, (b) diperkenalkan kepada forum-forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Geografi, dan (c) dimuat dalam suatu rubrik atau kolom penulisan buku di alamat suatu website. Pengembangan selanjutnya disarankan, yaitu: (a) pengembangan bahan ajar Geografi tidak terbatas hanya pada kelas XII semester dua pada kompetensi dasar menganalisis pola keruangan desa dan kota. Untuk menghasilkan produk bahan ajar secara utuh sebaiknya dikembangkan untuk dua semester (semester satu dan semester dua), (b) uji coba bahan ajar ini terbatas di Kota Malang. Untuk menghasilkan bahan ajar yang berlaku secara nasional sebaiknya dilakukan uji coba lapangan dengan mengambil sampel yang diperluas di wilayah Indonesia, (c) untuk menghasilkan produk bahan ajar yang dikembangkan secara lebih berkualitas dibutuhkan waktu penelitian dan pengembangan yang relatif lama (multy years). Hal tersebut perlu dilakukan sebab bahan ajar yang dikembangkan diharapkan dapat digunakan oleh siswa seluruh Indonesia dengan kualitas yang lebih baik dan yang lebih penting adalah mendorong siswa untuk mau membaca FKIP 303

bahan ajar, (d) dalam uji coba pengembangan bahan ajar ini tidak sampai memperhatikan pengaruh bahan ajar hasil pengembangan terhadap hasil belajar siswa. Untuk memperoleh hasil yang lebih berkualitas pada pengembangan buku ini sebaiknya dilakukan tes kepada siswa sebelum dan sesudah membaca buku hasil pengembangan ini DAFTAR RUJUKAN Alwasilah, A. C. 2000. Politik Bahasa dan Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya. Astina, I N. G. 1997. Pengembangan Paket Pembelajaran Teknik Penyajian Minuman I Dengan Menerapkan Rancangan Model Dick & Carey. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana UM. BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Geografi SMA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. BSNP. 2006. Instrumen Tahap II Penilaian Buku Teks Pelajaran Geografi SMA/MA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Dick, W & Carey, L. 2001. The Sistemetic Design Of Instruction. Illionois: Scott, Foresman and Company. Seels, B. B & Richey, R. C. 1994. Instructional Technology: The Definition And Domain Of The Field. Washington DC: AECT. Soepena, Ps. 1997. Bagaimana Buku Mampu Bertahan Samapai Abad Komputer. Buletin Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. No. 3, Juli. Hal. 31-33. Sudrajat, A. 2008. Sumber Belajar Untuk Mengefektifkan Pembelajaran Siswa. (http://www.akhmadsudrajat.com, diakses 7 Maret 2009). Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D. Alfabeta Bandung. Sumarmi. dkk. 2001. Pencitraan Buku teks Geografi SMU Berdasarkan Kurikulum 1994. Malang: Lemlit Universitas Negeri Malang. Suparman, A. 1997. Desain Instruksional. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tillena, H. 1983. Web Teaching: Sequencing of Subject Matter in Relation to Prior Knowledge of Pupil. Instructional Science. Vol. 12, hal. 321-332 FKIP 304

Widhiyanto, G. 1997. Informasi Buku dan Perbukuan. Majalah Ilmiah Kampus Ungu, Maret, hal. 98-104. Winataputra, U. S. 1989. Konsep dan Masalah Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud. FKIP 305