Rasionalisasi. Anggaran Prioritas Untuk Perbaikan Tata Kelola Hutan dan Lahan di Provinsi Riau Tahun Anggaran 2016

dokumen-dokumen yang mirip
DAMPAK NEGATIF KEBIJAKAN ANGGARAN SEKTOR HUTAN & LAHAN

Policy Brief. Anggaran Karhutla FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU. FITRA Provinsi Riau

Monitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO. Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

Policy Brief. Skema Pendanaan Perhutanan Sosial FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU. Fitra Riau

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN

Transparansi merupakan komponen kunci

SISTEMATIKA PENYAJIAN :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Pemerintah Kota Tangerang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR,

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

TAHAPAN DAN TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

Ketika Negara Gagal Mengatasi Asap. Oleh: Adinda Tenriangke Muchtar

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

Menggali Kehancuran di Sunda Kecil

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

Rumusan Hasil-hasil Sosialisasi dan Lokakarya Nasional Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) yang diselenggarakan pada tanggal 26 sampai 29 April 2016.

I. Permasalahan yang Dihadapi

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

PERAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DALAM PENGUATAN KOORDINASI PENANGGULANGAN BENCANA DAN PENGANGGARAN BTT

TENTANG. berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KATA PENGANTAR. Semarang, Pebruari 2014 KEPALA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II EVALUASI HASIL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015 SAMPAI DENGAN TRIWULAN II TAHUN 2016

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENINGKATAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 89 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN DAN EVALUASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TABEL A

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENINGKATAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

REVITALISASI KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH

PERAN STRATEGIS KPH. Oleh : M.Rizon, S.Hut, M.Si (KPHP Model Mukomuko) Presentasi Pada BAPPEDA Mukomuko September 2014

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Ngawi Tahun BAB I - 1

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan di Indonesia sejak ditetapkannya Undang-undang Nomor 17 Tahun

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

BUPATI BOLAANG MONGONDOW

Oleh: ARI YANUAR PRIHATIN, S.T. Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bangka Tengah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

Rasionalisasi Anggaran Prioritas Untuk Perbaikan Tata Kelola Hutan dan Lahan di Provinsi Riau Tahun Anggaran 2016 FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU

A. Pengantar Isu strategis lingkungan di Provinsi Riau masih berkaitan erat dengan gangguan kawasan hutan dan eksploitasi lahan yang mengakibatkan deforestasi, degradasi lahan, kerusakan lahan gambut, dan bencana alam. Secara teknokratis p e r m a s a l a h a n - p e r m a s a l a h a n tersebut seharusnya ditindaklanjuti dengan rumusan kebijakan umum dan program pembangunan daerah sekaligus menetapkan kebutuhan anggaran secara jangka menengah dan tahunan. Revitalisasi sasaran kebijakan pemerintah daerah yang berkaitan dengan lingkungan hidup berkualitas di dalam proses revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau 2014-2019 dapat menggunakan pendekatan yang partisipatif berdasarkan pada prinsip-prinsip tata kelola hutan dan lahan yang baik atau good lands and forest governance. Tata kelola hutan dan lahan (TKHL) merupakan suatu pendekatan perencanaan dan pengelolaan sumber daya kehutanan, pertambangan dan perkebunan secara terbuka, partisipatif dan bertanggungjawab yang didukung dengan penataan ruang secara tepat, pemeliharaan lingkungan hidup secara berkelanjutan, dan penegakan hukum secara adil dan berkualitas. Lahirnya UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang telah mengalami dua kali perubahan menjadi UU No. 2 tahun 2015 dan UU No. 9 tahun 2015 telah membawa perubahan cukup signi ikan bagi pemerintah daerah provinsi berkaitan dengan kewenangan pada sektor kehutanan dan pertambangan. Konsekwensi atas penyelenggaraan dua urusan tersebut tentu saja berimplikasi kepada rasionalisasi kebutuhan anggaran. FITRA Riau telah mengidenti ikasi kegiatan strategis yang seharusnya menjadi prioritas kebijakan oleh masing-masing sektor terkait tata kelola hutan dan lahan serta proyeksi kebutuhan anggaran secara rasional berdasarkan hasil kajian terhadap dokumen anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Provinsi Riau tahun anggaran 2014 Realisasi, 2015 Perubahan dan 2016 Murni. Kajian rasionalisasi kebutuhan anggaran tata kelola hutan dan lahan tersebut kemudian dikemas dalam rekomendasi kebijakan agar dapat dipergunakan oleh pemerintah daerah provinsi Riau untuk memperbaiki fokus kebijakan anggaran pada perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2016, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2017. 1

B. Revitalisasi Kebijakan: Memilah Kegiatan Prioritas Matriks pembagian urusan pemerintahan konkuren antara pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/ kota sebagai lampiran tidak terpisahkan dari UU No. 23 tahun 2014 telah memandu secara detail terhadap penentuan kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh pemeritah daerah provinsi, khususnya pada sektor kehutanan, pertambangan, perkebunan, lingkungan hidup dan penataan ruang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2014-2019, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2016, dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Riau tahun 2016 masih merujuk kepada regulasi lama tentang pemerintahan daerah dan turunannya yaitu UU No. 32 tahun 2004 dan PP No. 38 tahun 2007. Sehingga kewenangan barunya belum tercermin dalam arah kebijakan dan sasaran strategis yang mengakibatkan proyeksi anggaran di dalamnya belum memadai untuk percepatan perbaikan tata kelola hutan dan lahan. Dua tahun berlakukanya UU tentang Pemerintahan Daerah yang baru menjadi momentum strategis bagi pemerintah daerah provinsi Riau untuk melakukan revitalisasi kebijakan jangka menengah melalui revisi Peraturan Daerah No. 7 tahun 2014 tentang RPJMD tahun 2014-2019. Sehingga dokumen kebijakan tersebut sudah dapat menjadi rujukan untuk melakukan perubahan target kinerja dan alokasi anggaran pada APBD tahun 2016. Kewenangan prioritas terkait perbaikan tata kelola hutan dan lahan seharusnya dipilah secara serius berdasarkan kebutuhan untuk menyelesaikan masalah kritis dan mendesak yang ada di Provinsi Riau. Hal ini tentu saja membutuhkan keterampilan teknokrasi yang baik dari para pengambil kebijakan untuk tidak sekedar memasukkan seluruh daftar panjang kegiatan (long list) sebagaimana yang tercantum di dalam matriks pembagian urusan pemerintahan konkuren, melainkan harus menetapkan beberapa kegiatan super prioritas untuk dibiayai dalam APBD setiap tahun. Salah satu cara untuk menentukan kegiatan prioritas adalah melalui identi ikasi permasalahan kritisnya terlebih dahulu. Kemudian baru ditentukan intervensi kegiatan spesi ik apa yang paling sesuai untuk menyelesaikan permasalahan tersebut secara terukur. Artinya kegiatan-kegiatan yang tidak prioritas meskipun sudah tersedia daftarnya di dalam template, tidak perlu dimasukkan di dalam rencana kerja dan anggaran (RKA) sektoral setiap tahun agar penggunaan anggaran lebih optimal dan lebih tepat sasaran. Matriks 1 Kesesuaian Kegiatan dengan Permasalahan Kritis Urusan Permasalahan Kritis Kegiatan Prioritas Kehutanan - Belum terdapat areal pencadangan hutan desa dan HKm - 99,96% kawasan hutan terbakar pada tahun 2015 - Laju deforestasi setiap tahun rata-rata sebesar 84.958 Ha - Luas lahan kritis di dalam kawasan hutan sebesar 2.875.633 Ha - Fasilitasi izin pencadangan areal Hutan Desa dan HKm seluas 1.022 Ha/ desa pada 382.000 Ha Hutan Produksi, 523.000 ribu Hutan Produksi Terbatas, dan 117.000 Ha Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (PIAP KLHK 2015) - Pengembangan kelembagaan dan usaha HD dan HKm - Pencegahan & penanggulangan Karhutla 2

Pertambangan Lingkungan Hidup - Terdapat kebutuhan 1.128 personil untuk mengelola 32 KPHL/P dengan luas areal 3.661.304 Ha - 41 izin dari 91 izin usaha pertambangan masih belum clean and clear (Korsup KPK 2015) - 367.729 Ha kegiatan pertambangan berada di dalam kawasan hutan (Statistik Kehutanan Riau 2014) - Sebagian besar perusahaan tidak menyediakan jaminan reklamasi dan pasca tambang (Korup KPK 2015) - Kualitas kegiatan pertam bangan rakyat masih rendah (RPJMD Riau 2014 2019) - Identik dengan permasalahan kehutanan, pertambangan, dan perkebunan - Rehabilitasi hutan dan lahan kritis pada 1.400.000 Ha (50% dari total lahan kritis) - Pembentukan dan penguatan 2 KPHL dan 30 KPHP - Evaluasi seluruh Izin Usaha Pertambangan secara kolaboratif dengan pemangku kepentingan - Menyusun dan mempublikasikan black list pemegang IUP - Menyusun regulasi tentang Reklamasi dan Pasca Tambang - Membentuk Komite Pengawas Pertambangan - Dukungan pengembangan wilayah pertambangan rakyat Pengendalian kebakaran hutan dan lahan melalui: 1. Pembentukan tim koordinasi (SKPD, OMS, TNI, POLRI) 2. Pembinaan masyarakat peduli api (MPA) 3. Pembinaan desa bebas asap - Pemantauan izin lingkungan sektor kehutanan, perkebunan dan pertambangan - Penilaian, pembinaan dan pengawasan AMDAL - Audit lingkungan hidup terhadap aktivitas industri kehutanan, perkebunan dan pertambangan - Penanganan kasus lingkungan hidup - Koordinasi dan supervisi ketaatan perusahaan kehutanan, perkebunan dan pertambangan C. Proyeksi Kebijakan Anggaran Substansi urusan yang dibagi antara pemerintah pusat dan daerah provinsi mencakup kewenangan dalam pengelolaan unsur manajemen dan kewenangan dalam penyelenggaraan fungsi manajemen. Yang dimaksud dengan unsur manajemen adalah meliputi sarana dan prasarana, personil, bahan-bahan dan metode kerja. Sedangkan fungsi manajemen sendiri meliputi aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengoordinasian, penganggaran, pengawasan, penelitian dan pengembangan, standarisasi, dan pengelolaan informasi. 3

Kebijakan anggaran tiga tahun terakhir patut dire leksikan secara serius karena berpotensi menimbulkan pemborosan, ketidakhematan dan in-e isiensi. Pertama, program yang tidak berkaitan langsung dengan penyelenggaraan urusan (non-urusan) rata-rata menghabiskan 30 persen dari total alokasi. Kedua, sebagian besar daftar kegiatan di dalam program terkait urusan juga tetap dianggarkan meskipun tidak relevan terhadap isu strategis sektoral di daerah. Matriks 2 Tingkat Relevansi Kegiatan terkait TKHL TA 2016 Sumber: APBD Provinsi Riau Tahun Anggaran 2016 Gambaran dari matriks di atas menunjukkan bahwa salah satu pemicu lambatnya perbaikan tata kelola hutan dan lahan adalah ketidaktepatan pemerintah dalam mengelola anggaran setiap tahun. Sehingga besarnya anggaran yang dialokasikan, sebagian besar hanya dibelanjakan untuk kegiatan yang tidak berkontribusi terhadap penyelesaian permasalahan kritis pada setiap sektor. Oleh karena itu kebijakan anggaran pada ketiga sektor tersebut harus dirumuskan menjadi lebih fokus dan tepat sasaran. Untuk kepentingan Perubahan APBD Tahun 2016, proyeksi kebijakan anggaran pada sektor lingkungan hidup, kehutanan, dan ESDM (khususnya pertambangan) dapat dilakukan dengan menggunakan total biaya dari kegiatan yang relevan terhadap tata kelola hutan dan lahan (TKHL) sebagai baseline. Kemudian disinkronisasi dengan permasalahan kritis yang harus diselesaikan pada satu tahun anggaran. Matriks 3 Proyeksi Anggaran TKHL Pada APBD Perubahan 2016 4

Estimasi anggaran pada sektor lingkungan hidup adalah sebesar Rp5,5 miliar yang merupakan 50 persen dari total pagu sebesar Rp11,2 miliar. Perhitungan tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa kegiatan prioritas yang relevan dengan TKHL tersebut dapat menjangkau seluruh wilayah kabupaten/ kota. Kebutuhan anggaran sektor kehutanan pada Perubahan APBD tahun 2016 untuk membiayai kegiatan prioritas yang relevan dengan permasalahan kritis adalah sebesar 36,3 miliar atau sama dengan 75 persen dari pagu anggaran Rp48,4 miliar. Penarikan seluruh kewenangan pada urusan kehutanan dari seluruh kabupaten/ kota membutuhkan alokasi anggaran yang memadai untuk mendukung percepatan tata kelola hutan dan lahan secara baik. Dari Sub-Urusan ESDM yang paling relevan dengan tata kelola hutan dan lahan adalah pertambangan mineral dan batubara. Adapun kegiatan penting yang relevan dengan kewenangan baru pemerintah provinsi adalah pengembangan regulasi terkait pengawasan reklamasi dan pasca tambang serta kelembagaannya, evaluasi izin usaha pertambangan secara kolaboratif, dan dukungan pengembangan wilayah pertambangan rakyat. Untuk mengefekti kan pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut, pada Perubahan APBD 2016 harus tersedia anggaran Rp7,1 miliar atau paling sedikit 10 persen dari pagu yang sudah dikelola yaitu sebesar Rp70,9 miliar. D. Rekomendasi 1. Melibatkan masyarakat sipil yang kompeten untuk membantu memperbaiki sasaran strategis, target capaian dan jenis kegiatan di dalam revisi RPJMD Provinsi Riau 2014-2019 2. Melakukan refocusing anggaran hanya untuk membiayai kegiatan yang relevan dengan permasalahan tata kelola hutan dan lahan pada Perubahan APBD Tahun 2016 dan RAPBD Tahun 2017, melalui upaya sebagai berikut: a. Mengurangi alokasi pada program non-urusan di setiap sektor/ SKPD paling sedikit 50 persen untuk direalokasi kepada kegiatan yang relevan dengan TKHL b. Memasukkan kegiatan baru yang relevan dengan TKHL dengan sumber pembiayaan melalui realokasi anggaran dari kegiatan pada program urusan yang tidak relevan Mendeklarasikan komitmen alokasi anggaran yang lebih memadai untuk mempercepat perbaikan tata kelola hutan dan lahan bersama pemangku kepentingan strategis. 5