TIAMSAH Pengawas Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi

dokumen-dokumen yang mirip
E-ISSN (Online) : Volume 3, Nomor 1, Desember 2017

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

Jurnal Visi Ilmu Pendidikan Halaman 269

UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN HARIAN MELALUI BIMBINGAN BERKELANJUTAN DI TK PGRI PRAYA

IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 103 TAHUN 2014 TERHADAP RENCANA PEMBELAJARAN GURU

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) (e)

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga

Jualdi Kepala SDN No 17 Singkawang Selatan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MERANCANG LEMBAR AKTIFITAS SISWA (LAS) MELALUI KEGIATAN BIMBINGAN BERKELANJUTAN DI SMA NEGERI 1 KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATAN KETERAMPILAN GURU DALAM PENERAPAN PAKEM MELALUI PELATIHAN DAN BIMBINGAN KEPALA SEKOLAH DI SD NEGERI SAMPALI

HARLINA .

Osnal 7. Kata Kunci: motivasi dan kompetensi guru, bimbingan kelompok. Pengawas SD Situbondo

JON AHMADI. Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic. Volume 1 Nomor 2 JIPS ISSN: E-ISSN: ABSTRACT

Efektifitas Perencanaan Pembelajaran dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU (PENYUSUNAN RPP) MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

Oleh: Safwan AB, S.Pd 1 ABSTRACT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. untuk melengkapi dirinya dengan berbagai kemampuan yang diharapkan dapat

(Seminar Nasional Lembaga Kebudayaan) Edisi 1 Tahun 2017 Halaman E-ISSN

Kata Kunci = kompetensi pedagogik, perencanaan pembelajaran, dan supervisi akademik

PENERAPAN TEKNIK TEAM TRAINING THREE AND ONE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP

Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk. Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI PELATIHAN DAN BIMBINGAN (LATBIM) DI SDN KETANGI KECAMATAN PAMOTAN

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

Keywords: Teacher Competence, Lesson Plan Adjustment, continuous counseling PENDAHULUAN

PENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MELALUI DIRECT GUIDANCEPADA SEKOLAH SASARAN KURIKULUM

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

RPP Theory A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa:

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Fokus isu-isu strategis pendidikan di Indonesia sekarang ini adalah permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Azzra (Ambarita, 2010:37) mengatakan seorang guru yang

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

D036 MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI LESSON STUDY. Ahmadi 1 1,2,3

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

PENINGKATAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN MELALUI SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

Nur Isnaini Taufik Pengawas SMA/SMK Dinas Pendidikan Kab. Ogan Komering Ulu Prov. Sumatera Selatan

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 309

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

TEKNIK SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN PROFESIONALISME GURU SD 3 DAN 10 KESIMAN DENPASAR Oleh Ni Nengah Widyani 1

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab I yaitu seberapa baik penggunaan pendekatan saintifik dalam rencana

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DALAM KEGIATAN LESSON STUDY

PENERAPAN PEMBINAAN BERKELANJUTAN GUNA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

MENINGKATKAN PENGEMBANGAN MORAL ANAK MELALUI METODE BERCERITA PADA KELOMPOK B TK GPID 2 PALU SELATAN

DOSEN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STKIP SILIWANGI BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik.

MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS DI SMP NEGERI 5 SUBANG. Drs. Us Us Ridwan Kusmayadi SMP Negeri 5 Subang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP MELALUI FOCUSSED GROUP DISCUSSION DI MA BAITURRAHMAN GARUT

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 14 B. TUJUAN 14 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 14 D. UNSUR YANG TERLIBAT 14 E. REFERENSI 15 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 15

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

Oleh: Sadar SDN 1 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol. 4 No 2 September 2017 ISSN (p) (e)

Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Permulaan Menggunakan Metode SAS Dengan Bantuan Kartu Kalimat di Kelas I SDN Tampanombo

PELAKSANAAN IN HOUSE TRAINING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM MENYUSUN RPP BERKARAKTER

II. TINJAUAN PUSTAKA

STRATEGI PEMBELAJARAN BER-TEAM PADA KURIKULUM 2013 DI SMK. Oleh : Sri Karyono

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

BAB II KAJIAN TEORI. diinginkan untuk siswa dapat diraih dengan baik dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN ANAK MELALUI PEMBIASAAN DI KELOMPOK B PAUD NEGERI PEMBINA PALU

MATERI UKG Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 109

Transkripsi:

PENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RPP KURKULUM 2013 MELALUI BIMBINGAN BERKELANJUTAN DI SD NEGERI 163085 KOTA TEBING TINGGI TIAMSAH Pengawas Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi Email : tiamsah@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun Rencana pelaksanaan pembelajaran ( RPP ) sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 163085 kota Tebing Tinggi. Penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah ( PTS ) menggunakan model penelitian Suharsimi Arikunto. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dimana dalam setiap siklusnya terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Indikator keberhasilan dari penelitian ini apabila komponen Rencana Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 dapat terpenuhi dengan baik dan benar. Hasil dari penelitian ini dapat dilihat bahwa bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi yang memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I nilai rata rata komponen RPP 69 % dan pada siklus II 83 %, terjadi peningkatan 14 % dari siklus I. Kata Kunci : Kompetensi Guru, RPP Kurikulum 2013, dan Bimbingan Berkelanjutan PENDAHULUAN Proses pendidikan merupakan investasi yang sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia dan merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat Indonesia yang ingin maju. Komponen pendidikan yang sangat berpengaruh dalam mendukung proses belajar mengajar secara umum ada 2 yaitu tenaga kependidikan guru dan non guru.. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, komponen-komponen sistem pendidikan yang bersifat sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi tenaga pendidik dan pengelola satuan pendidikan ( penilik, pengawas, peneliti dan pengembang pendidikan ). Tenaga gurulah yang mendapatkan perhatian lebih banyak di antara komponen-komponen sistem pendidikan. Besarnya perhatian terhadap guru antara lain dapat dilihat dari banyaknya kebijakan khusus seperti kenaikan tunjangan fungsional guru dan sertifikasi guru. Usaha-usaha untuk mempersiapkan guru menjadi guru profesional telah banyak dilakukan. Akan tetapi pada kenyataannya selama ini menunjukkan bahwa tidak 74

semua guru memiliki kinerja yang baik dalam melaksanakan tugasnya. Hal itu ditunjukkan dengan kenyataan (1) guru sering mengeluh kurikulum yang berubah-ubah,seperti saat ini ketika harus mengimplementasikan kurikulum 2013 (2) guru sering mengeluhkan kurikulum yang syarat dengan beban, (3) seringnya siswa mengeluh dengan cara mengajar guru yang kurang menarik, (4) masih belum dapat dijaminnya kualitas pendidikan sebagai mana mestinya (Imron, 2000:5). Berdasarkan kenyataan yang terlihat di lapangan, begitu berat dan kompleksnya tugas serta peran guru dalam proses belajar mengajar di kelas.guru mengalami banyak kendala baik mulai dari perencanaan, pelaksanaan serta merancang evaluasi dalam proses pembelajaran. Melihat permasalahan yang kompleks tersebut, perlu diadakan supervisi atau pembinaan terhadap guru secara terus menerus untuk meningkatkan kinerjanya. Kinerja guru perlu ditingkatkan agar usaha membimbing siswa untuk belajar dapat berkembang dan menjadi lebih optimal sehingga dapat mencapai apa yang diinginkan dan diharapkan. Proses pengembangan kinerja guru terbentuk dan terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di tempat mereka bekerja. Selain itu kinerja guru dipengaruhi oleh hasil pembinaan dan supervisi kepala sekolah (Pidarta, 1992:3). Selain kepala sekolah seorang pengawas sekolah juga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya membantu kepala sekolah untuk meningkatkan kompetensi guru yang berada di bawah naungan pengawas tersebut. Kurikulum 2013 menuntut kemampuan baru pada guru untuk dapat mengelola proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Tingkat produktivitas sekolah dalam memberikan pelayananpelayanan secara efisien kepada pengguna ( peserta didik, masyarakat ) akan sangat tergantung pada kualitas gurunya yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan keefektifan mereka dalam melaksanakan tanggung jawab individual dan kelompok. Direktorat Pembinaan SD (2008:3) menyatakan kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi adalah proses pembelajaran yang terjadi di kelas, mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan konsekuensinya, adalah guru harus mempersiapkan (merencanakan ) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif. Dari pernyataan di atas menunjukkan bahwa guru sebagai fasilitator yang mengelola proses pembelajaran di kelas mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan. Konsekuensinya adalah guru harus mempersiapkan ( 75

merencanakan) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif. Perencaan menjadi satu hal yang sangat penting harus menjadi perhatian guru. Perencanaan pembelajaran merupakan langkah yang sangat penting sebelum pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan yang matang diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau beberapa istilah lain seperti desain pembelajaran, skenario pembelajaran. RPP memuat KD, indikator yang akan dicapai, materi yang akan dipelajari, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar serta penilaian. Seorang guru harus mampu berperan sebagai desainer (perencana), implementor (pelaksana), dan evaluator (penilai) kegiatan pembelajaran. Guru merupakan faktor yang paling dominan karena di tangan gurulah keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Kualitas seorang guru dalam proses pembelajaran secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya. Seorang guru dikatakan profesional apabila (1) serius melaksanakan tugas profesinya, (2) bangga dengan tugas profesinya, ( 3) selalu menjaga dan berupaya meningkatkan kompetensinya, (4) bekerja dengan sungguh tanpa harus diawasi, (5) menjaga nama baik profesinya, (6) bersyukur atas imbalan yang diperoleh dari profesinya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) dikembangkan dan dirancang oleh guru pada satuan pendidikan. Guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Masalah yang terjadi di lapangan terutama di sekolah sekolah yang menjadi binaan peneliti, masih banyak guru yang belum mampu merancang rencana pelaksanaan pembelajaran seperti yang diharapkan dalam implementasi kurikulum 2013. Pada kenyatan dilapangan terlihat kemampuan guru yang menjadi binaan peneliti masih sangat rendah kemampuannya dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Dari 86 orang guru yang menjadi binaan peneliti, hanya 31 orang guru yang mampu menyusun RPP sesuai dengan Implementasi kurikulum 2013 atau 36, 04 %, sedangkan 55 orang guru atau 63, 95 % masih belum mampu.masalah yang lain yaitu sebagian besar guru khususnya di sekolah swasta belum mendapatkan pelatihan pengembangan RPP. Selama 76

ini guru-guru yang mengajar di sekolah swasta sedikit/jarang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti berbagai Diklat Peningkatan Profesionalisme Guru dibandingkan sekolah negeri. Hal ini menyebabkan banyak guru yang belum tahu dan memahami penyusunan/pembuatan RPP secara baik/lengkap. Beberapa guru mengadopsi RPP orang lain. Hal ini peneliti ketahui pada saat mengadakan supervisi akademik (supervisi kunjungan kelas) ke sekolah binaan. Permasalahan tersebut berpengaruh besar terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Melihat keadaan demikian, peneliti sebagai pembina sekolah merasa tertantang dan terpanggil berusaha untuk memberi bimbingan berkelanjutan pada guru dalam menyusun RPP secara lengkap sesuai dengan tuntutan pada standar proses dan standar penilaian yang merupakan bagian dari standar nasional pendidikan yang terdapat pada kurikulum 2013. Hal itu juga sesuai dengan Tupoksi peneliti sebagai pengawas sekolah berdasarkan Permendiknas No.12 Tahun 2007 tentang enam standar kompetensi pengawas sekolah yang salah satunya adalah supervisi akademik yaitu membina guru. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut. 1. Guru banyak yang belum paham dan termotivasi dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan lengkap sesuai dengan langkah langkah yang dituntut pada kurikulum 2013. 2. Sebagian besar guru yang mendapatkan pelatihan kurikulum 2013 merasa pelatihan yang mereka dapatkan belum secara maksimal dan masih membingungkan terutama dalam penyusunan RPP yang diharapkan dalam kurikulum 2013. 3. Ada guru yang tidak bisa memperlihatkan RPP yang dibuatnya dengan berbagai alasan. 4. RPP yang dibuat guru komponennya belum lengkap/ tajam khususnya pada komponen langkah-langkah pembelajaran yang harus memuat pendekatan saintifik dan penilaian autentik. 5. Guru banyak yang mengadopsi RPP orang lain. Pembatasan Masalah Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas, maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan kemampuan guru guru dalam menyusun RPP sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 melalui kegiatan bimbingan berkelanjutan. 77

Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas, diajukan rumusan masalah sebagai berikut. Apakah dengan bimbingan berkelanjutan akan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013? KAJIAN PUSTAKA Pengertian Guru Secara etimologi ( asal usul kata), istilah Guru berasal dari bahasa India yang artinya orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara Shambuan, Republika, ( dalam Suparlan 2005:11). Kemudian Rabindranath Tagore (dalam Suparlan 2005:11) menggunakan istilah Shanti Niketan atau rumah damai untuk tempat para guru mengamalkan tugas mulianya membangun spiritualitas anak-anak bangsa di India ( spiritual intelligence). Pengertian guru kemudian menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas dalam kegiatan keilmuan yang bersifat kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) dan kecerdasan intelektual (intellectual intelligence), tetapi juga menyangkut kecerdasan kinestetik jasmaniah (bodily kinesthetic), seperti guru tari, guru olah raga, guru senam dan guru musik. Dengan demikian, guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Poerwadarminta ( dalam Suparlan 2005:13) menyatakan, guru adalah orang yang kerjanya mengajar. Dengan definisi ini, guru disamakan dengan pengajar. Pengertian guru ini hanya menyebutkan satu sisi yaitu sebagai pengajar, tidak termasuk pengertian guru sebagai pendidik dan pelatih. Selanjutnya Zakiyah Daradjat (dalam Suparlan 2005:13) menyatakan, guru adalah pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anakanak. UU Guru dan Dosen Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selanjutnya UU No.20 Tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan, pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. 78

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, dan bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran. Pengertian Standar Kompetensi Guru Depdiknas (2004:4) kompetensi diartikan, sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilainilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Secara sederhana kompetensi diartikan seperangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan yang harus dikuasai dan dimiliki seseorang dalam rangka melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab pekerjaan dan/atau jabatan yang disandangnya (Nana Sudjana 2009:1). Nurhadi (2004:15) menyatakan, kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilainilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilainilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Dalam Suparlan). Arti lain dari kompetensi adalah spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan kompetensi adalah sebagai suatu kecakapan untuk melakukan sesuatu pekerjaan berkat pengetahuan, keterampilan ataupun keahlian yang dimiliki untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Undang-Undang Guru dan Dosan No.14 Tahun 2005 Pasal 8 menyatakan, guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dari rumusan di atas jelas disebutkan pemilikan kompetensi oleh setiap guru merupakan syarat yang mutlak harus dipenuhi oleh guru. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Selanjutnya Pasal 10 menyebutkan empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yakni (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan standar 79

Kompetensi guru adalah suatu pernyataan tentang kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dalam bentuk penguasaan perangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan bagi seorang tenaga kependidikan sehingga layak disebut kompeten. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) merupakan sebuah bentuk persiapan dan perencanaan yang dibutuhkan oleh guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas. RPP merupakan sebagian sub-sistem pembelajaran yang terdiri dari atau yang satu sama yang lain saling berhubungan dalam rangka mencapai tujuan yang telah disusun. Philip Combs ( dalam Kurniawati, 2009:66 ) menyatakan bahwa perencanaan program pembelajaran merupakan suatu penetapan yang memuat komponen-komponen pembelajaran secara sistematis. Analisis sistematis merupakan proses perkembangan pendidikan yang akan mencapai tujuan pendidikan agar lebih efektif dan efisien disusun secara logis, rasional, sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah (masyarakat). Permendiknas No. 41 Tahun 2007 menyatakan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu upaya menyusun perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Menurut Permendiknas No. 57 Tahun 2014, komponen RPP terdiri dari a). identitas mata pelajaran, (b) kompetensi Inti, (c) kompetensi dasar, (d) indikator pencapaian kompetensi, (e) tujuan pembelajaran, (f) materi ajar, (g) Pendekatan dan Metode, (h) langkah langkah pembelajaran, (i) media dan sumber. (jpenilaian, (k) Remedial dan Pengayaan Bimbingan Berkelanjutan Frank Parson. 1951 (dalam RM Fatihah http://eko13.wordpress.com) menyatakan, bimbingan sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri dan memangku suatu jabatan dan mendapat kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya. Chiskon 1959 (dalam RM Fatihah 80

http://eko13.wordpress.com ) menyatakan, bimbingan membantu individu untuk lebih mengenal berbagai informasi tentang dirinya sendiri. Berikutnya Bernard dan Fullmer 1969 (dalam RM Fatihah http://eko13.wordpress.com ) menyatakan, bahwa bimbingan dilakukan untuk meningkatkan perwujudan diri individu. Dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya. Menurut Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, bimbingan adalah petunjuk penjelasan cara mengerjakan sesuatu, tuntutan. Dari beberapa pengertian bimbingan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan adalah pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu,dimaksudkan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat. Menurut Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, berkelanjutan adalah berlangsung terus menerus, berkesinambungan. METODE PENELITIAN Setting Penelitian Setting dalam penelitian ini meliputi: subjek dan tempat penelitian, waktu penelitian, dan jadwal penelitian Subjek dan Tempat Penelitian Yang menjadi subjek pada Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah guru guru SD Negeri 163085 yang berjumlah 9 orang, 3 laki laki dan 6 perempuan. Lokasi penelitian ini di SD Negeri 163085 yang beralamat di jalan Ahmad Bilal kecamatan Tebing Tinggi kota, kota Tebing Tinggi. Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan pada semester satu tahun 2014 selama kurang lebih empat bulan mulai Januari sampai dengan April 2014. Desain Penelitian Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research), yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti dan guru, dalam meningkatkan kemampuan guru agar menjadi lebih baik dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus. Metode deskriptif dapat 81

diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan faktafakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1985:63). Dengan metode ini peneliti berupaya menjelaskan data yang peneliti kumpulkan melalui komunikasi langsung atau wawancara, observasi/pengamatan, dan diskusi yang berupa persentase atau angkaangka. Penelitian Tindakan Sekolah ( PTS ) ini menggunakan model penelitian Suharsimi Arikunto. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dimana dalam setiap siklusnya terdiri dari kegiatan : perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto dkk. Prosedur ini mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat kegiatan tersebut saling terkait dan secara urut membentuk sebuah siklus. Penelitian Tindakan Sekolah merupakan penelitian yang bersiklus, artinya penelitian dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan diskusi. a. Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang pemahaman guru terhadap RPP. b. Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data dan mengetahui kompetensi guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan lengkap. c. Diskusi dilakukan antara peneliti dengan guru. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian Pra Siklus Dari hasil observasi dan wawancara terhadap sembilan ( 9 ) orang guru, peneliti memperoleh informasi bahwa semua guru ( sembilan ) belum tahu kerangka penyusunan RPP, hanya dua orang guru yang pernah mengikuti pelatihan pengembangan RPP, umumnya guru mengadopsi dan mengadaptasi RPP, kebanyakan guru tidak tahu dan tidak paham menyusun RPP secara lengkap, mereka setuju bahwa guru harus menggunakan RPP dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dapat dijadikan acuan/pedoman dalam proses pembelajaran, namun ketika diminta untuk menyususn RPP, terutama RPP yang berhubungan dengan kurikulum 2013 sebanyak 9 82

dari 9 guru mengalami kendala dalam hal tersebut. Melihat kondisi yang demikian itu, peneliti melakukan kegiatan penelitian pada siklus satu dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pemahaman guru dalam menyusun RPP. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat mengacu kepada penerapan kurikulum 2013. Siklus I (Pertama) Siklus pertama terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi seperti berikut ini. Perencanaan ( Planning ) a. Membuat lembar wawancara b. Membuat format/instrumen penilaian RPP c. Membuat format rekapitulasi hasil penyusunan RPP siklus I dan II d. Membuat format rekapitulasi hasil penyusunan RPP dari siklus ke siklus Pelaksanaan (Acting) Peneliti melakukan kegiatan pendampingan berkelanjutan kepada sembilan guru yang terdapat di sekolah SD Negeri 163085 kecamatan Tebing Tinggi kota, pendampingan dilakukan guru terutama dalam hal penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Pendampingan berkelanjutan dilakukan dengan harapan terjadi perubahan dan bertambah keterampilan dan kemampuan guru guru dalam hal penyusunan RPP sesua dengan tuntutan kurikulum 2013. Pada saat awal siklus pertama indikator pencapaian hasil dari setiap komponen rencana pelaksanaan pembelajaran belum sesuai/tercapai seperti rencana/keinginan peneliti yang sesuai dengan komponen rencana pelaksanaan pembelajaran yang dituntut di kurikulum 2013. Rencana pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat oleh sembilan orang guru, masih terdapat kekeliruan dan hal hal yang belum dapat dijabarkan oleh guru dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuatnya. Hal itu dibuktikan dengan masih adanya komponen RPP yang belum dibuat oleh guru. Sebelas komponen RPP yakni: 1) identitas, 2) kompetensi inti, 3) kompetensi dasar, 4) indikator, 5) tujuan, 6) materi, 7) pendekatan dan metode, 8) langkah langkah pembelajaran, 9) Media, alat dan sumber, 10) penilaian, 11) Remedial dan Pengayaan Hasil observasi pada siklus ke satu dapat dilihat pada tabel di bawah ini 83

Gambar 4.1 Grafik Kemampuan guru dalam menyusun RPP berdasarkan Komponen RPP K13 Siklus I Dari tabel dan gambar di atas terlihat kemampuan sembilan orang guru dalam menyusun RPP berdasarkan komponen RPP K13. Pada siklus satu dari 9 orang guru terlihat 3 orang guru atau 33,3 % belum mampu mengembangkan pendekatan saintifik dalam langkah langkah pembelajarannya. Dua orang guru atau 22,2 % tidak melengkapi RPP-nya dengan komponen indikator pencapaian kompetensi inti untuk KD KI 1 dan KD KI 2. Satu orang atau 11,1% belum menuliskan tujuan pembelajaran. Satu orang guru atau 11,1 % belum mampu menuliskan materi pembelajaran. Dua orang atau 22,2% tidak melengkapinya dengan teknik, bentuk instumen, soal, pedoman penskoran ( rubrik ), dan kunci jawaban. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada siklus 1 maka hasil yang diharapkan terhadap sembilan orang guru dalam hal penyusunan RPP sesuai kurikulum 2013 belum sesuai dengan apa yang diharapkan, maka penelitian ini dilanjutkan pada siklus 2. pendampingan berkelanjutan diberikan kepada sembilan orang guru yang menjadi subjek penelitian, dan hasil siklus ke dua seperti gambaran di bawah ini Siklus II (Kedua) Siklus kedua juga terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Hasil observasi pada siklus kedua terlihat pemahaman dan kemampuan sembilan orang guru dalam menyusun RPP sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 sudah lebih baik dari seluruh aspek dan komponenya dari kondisi pada siklus I. Hanya masih ada satu orang guru yang belum mampu merancang pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik dan menggunakan penilaian autentik.. Hasil penyusunan RPP pada siklus dua dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Dari daftar tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa kemampuan guru dalam menyusun RPP sesuai dengan komponen kurikulum 2013 telah lebih baik dari siklus pertama. Dari sembilan guru yang di dampingi oleh peneliti berdasarkan hasil observasi RPP yang dibuat terlihat hanya satu orang guru yang masih mengalami kesulitan dalam hal merancang pendekatan sainstifik dalam langkah langkah 84

pembelajarannya. Guru tersebut juga masih sedikit mengalami kendala dalam merumuskan rubrik penilaian. Hal tersebut disadari oleh peneliti dan peneliti yakin dengan bimbingan lagi, maka kemampuan guru tersebut dalam menyusun RPP sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam kurikulu 2013 akan menjadi lebih baik lagi. Pembahasan Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di SD Negeri 163085 yang beralamat di kecamatan Tebing Tinggi ota kota Tebing Tinggi, yang merupakan sekolah binaan peneliti berstatus negeri, terdiri atas delapan sembilan orang guru dan dilaksanakan dalam dua siklus. Ke sembilan orang guru tersebut menunjukkan sikap yang baik dan termotivasi dalam menyusun RPP dengan lengkap sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Hal ini peneliti ketahui dari hasil pengamatan pada saat melakukan wawancara dan bimbingan penyusunan RPP. Selanjutnya dilihat dari kompetensi guru dalam menyusun RPP, terjadi peningkatan dari siklus ke siklus. 1. Komponen Identitas Mata Pelajaran Pada siklus pertama semua guru (sembilan orang) mencantumkan identitas mata pelajaran dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan identitas mata pelajaran). Jika dipersentasekan, 66,6%. enam orang guru mendapat skor 4 ( sangat baik) dan tiga orang mendapat skor 3 ( baik) atau jika dipresentasekan 33.3 %. Pada siklus kedua ke sembilan guru tersebut mencantumkan identitas mata pelajaran dalam RPP-nya. Semuanya mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 33.3 % dari siklus I. 2. Komponen Inti Pada siklus pertama tujuh guru atau 77,7 % mencantumkan Kompetensi Inti ( KI ) dalam RPP-nya, sedangkan dua orang guru atau 22,2 % belum mencantumkan Kompetensi Inti dalam RPP nya. Setelah dilakukan pendampingan berkelanjutan pada siklus dua, maka terjadi peningkatan. Sembilan guru atau 100 % guru telah mencantumkan Kompetensi Inti dalam Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuatnya.terjadi peningkatan 22,2 % dari siklus ke satu. 3. Komponen Kompetensi Dasar Pada siklus pertama semua guru (sembilan orang) mencantumkan kompetensi dasar dalam RPP-nya (melengkapi RPPnya dengan kompetensi dasar). Tiga orang guru masing-masing mendapat skor 3 (baik). enam orang guru mendapat skor 4 85

(sangat baik). Pada siklus kedua ke sembilan guru tersebut mencantumkan kompetensi dasar dalam RPP-nya, dan ke sembilan guru tersebut mendapat skor 4 ( sangat baik). Dari siklus I dan 2 terjadi peningkatan 33,3 % untuk komponen kompetensi dasar. 4. Komponen Indikator Pada siklus pertama tujuh orang guru mencantumkan indikator pencapaian kompetensi dalam RPP-nya terutama Indikator untuk KD KI1 dan Indikator KD KI 2 yang dirumuskan sendiri oleh guru. Sedangkan dua orang tidak mencantumkan/melengkapinya. Jika dipersentasekan, 7,77% telah merancang Indikator sementara 22,2 % belum merumuskan indikator di dalam RPP yang disusunnya. Setelah dilakukan kegiatan pendampingan berkelanjutan maka seluruh guru ( sembilan orang ) telah merumuskan indikator dalam RPP yang disusunnya. Terjadi peningkatan 22,2% dari siklus I. 5. Komponen Tujuan Pembelajaran Pada siklus pertama delapan orang guru mencantumkan tujuan pembelajaran dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan tujuan pembelajaran). Jika dipersentasekan, 88,8%. Satu orang guru belum mencantumkan tujuan pembelajaran dalam RPP yang disusunnya. Pada siklus kedua semua guru ( sembilan orang guru ) sudah mencantumkan tujuan pembelajaran dalam RPPnya. Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 11,2% dari siklus I. 6. Komponen Materi Ajar Pada siklus pertama delapan orang guru mencantumkan materi ajar dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan materi ajar). Jika dipersentasekan, 88,8%. Satu orang guru belum mampu merancang materi ajar dan mencantumkan dalam RPP yang disusunnya. Pada siklus kedua sembilan guru telah mencantumkan materi ajar dalam RPP-nya. Tujuh orang mendapat skor 4 ( sangat baik) dan dua orang mendapat skor 3 (baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 11,2% dari siklus I. 7. Komponen pendekatan dan metode Pada siklus pertama semua guru (sembilan orang) mencantumkan pendekatan dan metode dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan pendekatan dan metode). Semuanya mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua ke sembilan guru tersebut mencantumkan komponen pendekatan dan metode 86

dalam RPP-nya. Dua orang mendapat skor 3 (baik) dan Tujuh orang mendapat skor 4 (sangat baik). 8. Komponen Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Pada siklus pertama tiga dari sembilan orang guru atau sekitar 33,3% belum dapat merancang pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik, Hal ini dapat terlihat pada langkah langkah pembelajaran yang disusun dalam RPP, pada langkah langkah pembelajaran yang dibuat belum terlihat aktivitas mengamati, menanya, mengumpilkan informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasikan, selain itu kalaupun ada yang membuat belum semua komponen 5 M tersebut terakomodir dalam langkah-langkah pembelajaran. Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti memberikan pendampingan berkelanjutan pada siklus 2. Setelah siklus 2 dilakukan terjadi perubahan dimana seluruh guru yang menjadi objek penelitian ( sembilan orang ) telah dapat merancang pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik pada kegiatan pembelajarannya. Jika dipresentasekan terjadi peningkatan 33,3 % dalam hal penyusunan langkah langkah pembelajaran terutama dalam hal merancang pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dari siklus I. 9. Komponen Media dan Sumber Belajar Pada siklus pertama semua guru (sembilan orang) mencantumkan media dan sumber belajar dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan sumber belajar). Jika dipersentasekan, 77,7%. Tujuh orang guru mendapat skor 4 (sangat baik), sedangkan dua orang mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua ke sembilan guru tersebut mencantumkan media dan sumber belajar dalam RPP-nya dan kesemuanya tergolong kategori sangat baik. Jika dilihat dari hasil siklus II terlihat dalam komponen media dan sumber belajar telah lebih baik dari siklus I. 10. Komponen Penilaian Hasil Belajar Pada siklus pertama tujuh orang guru telah merancang penilaian hasil belajar dengan menggunakan penilaian yang autentik, artinya penilaian hasil belajar yang dibuat tidak hanya menilai dari aspek pengetahuan, melainkan juga menilai dari aspek sikap dan keterampilan. Setelah dilaksanakan bimbingan berkelanjutan pada siklus II maka 87

dari sembilan orang guru, seluruhnya telah membuat penilaian autentuk dalam RPP yang telah mereka rancang. 11. Remedial dan Pengayaan Sembilan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mulai dari siklus I sampai siklus II selalu menyusun rencana kegiatan remedial dan pengayaan yang akan diberikan bagi siswa yang tuntas dan tidak tuntas dalam proses belajar mengajar. Kegiatan remedial dan pengayaan yang dirancang oleh guru dilaksanakan dengan berbagai mode dan variasi dan dilaksanakan setelah proses belajar mengajar berlangsung. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil Penelitian Tinadakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP guru sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 dengan lengkap. Guru menunjukkan keseriusan dalam memahami dan menyusun RPP apalagi setelah mendapatkan bimbingan pengembangan/penyusunan RPP dari peneliti. Informasi ini peneliti peroleh dari hasil pengamatan pada saat mengadakan wawancara dan bimbingan pengembangan/penyusunan RPP kepada para guru. 2.Bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP. Hal itu dapat dibuktikan dari hasil observasi /pengamatan yang memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP dari siklus ke siklus. Pada siklus I nilai ratarata komponen RPP 69% dan pada siklus II 83%. Jadi, terjadi peningkatan 14% dari siklus I. Saran Telah terbukti bahwa dengan bimbingan berkelanjutan dapat meningkatkan motivasi dan kompetensi guru dalam menyusun RPP. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut. 1. Motivasi yang sudah tertanam khususnya dalam penyusunan RPP hendaknya terus dipertahankan dan ditingkatkan/ dikembangkan. 2. RPP yang disusun/dibuat hendaknya mengandung komponen-komponen RPP secara lengkap dan baik karena RPP merupakan acuan/pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. 3. Dokumen RPP hendaknya dibuat minimal dua rangkap, satu untuk arsip sekolah dan satunya lagi untuk pegangan 88

guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. RUJUKAN Daradjat, Zakiyah. 1980. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang. Dewi, Kurniawati Eni. 2009. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Dan Sastra Indonesia Dengan Pendekatan Tematis. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Depdiknas. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Imron, Ali. 2000. Pembinaan Guru Di Indonesia. Malang: Pustaka Jaya. Kumaidi. 2008. Sistem Sertifikasi (http://massofa.wordpress.com diakses 10 Agustus 2009). Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Pidarta, Made. 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Sudjana, Nana. 2009. Standar Kompetensi Pengawas Dimensi dan Indikator. Jakarta : Binamitra Publishing. Suharjono. 2003. Menyusun Usulan Penelitian. Jakarta: Makalah Disajikan pada Kegiatan PelatihaTehnis Tenaga Fungsional Pengawas. Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing. 89