APLIKASI ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGENTAL PADA PENCAPAN BATIK

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERENDAMAN RUMPUT LAUT COKLAT SEGAR DALAM BERBAGAI LARUTAN TERHADAP MUTU NATRIUM ALGINAT.

III. METODE PENELITIAN

PADA BENANG POLIESTER UNTUK KAIN SONGKET PALEMBANG. Luftinor. Abstrak

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN PERNYATAAN

STUDI EKSPERIMENTAL KETAHANAN LUNTUR WARNA KAIN ABSTRAK

APLIKASI CAMPURAN ALGINAT DARI Sargassum crassifolium DAN GUM SEBAGAI PENGENTAL TEXTILE PRINTING

Agus Haerudin, Dana Kurnia Syabana, Dwi Wiji Lestari Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

PENGEMBANGAN METODE EKSTRAKSI ALGINAT DARI RUMPUT LAUT Sargassum sp. SEBAGAI BAHAN PENGENTAL

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan

PENGGUNAAN KEMBALI LARUTAN BEKAS PENCELUPAN

PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT FISIS DAN KIMIA PASTA GAMBIR SELAMA PENYIMPANAN

PENGGUNAAN TEPUNG SAGU SEBAGAI PENGENTAL (THICKENER) PADA THICK TOMATO KETCHUP PROPOSAL SKRIPSI OLEH : SHERLY

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB I PENDAHULUAN. jenis rumput laut yang sangat tinggi. Hasil produksi rumput laut masih sebatas

Percobaan pendahuluan dilakukan pada bulan Januari - Maret 2012 dan. pecobaan utama dilakukan pada bulan April Mei 2012 dengan tempat percobaan

Pengaruh Perendaman Larutan KOH dan NaOH Terhadap Kualitas Alginat Rumput Laut Sargassum polycycstum C.A. Agardh

PENGOLAHAN BAKTO AGAR DARI RUMPUT LAUT MERAH (Rhodymenia ciliata) DENGAN PRA PERLAKUAN ALKALI

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Disusun Oleh : Nama : Jakariya Nugraha Noerma Rachamwati Fani Miftah Rizkiyah Boby Fansha Graha : Sukirman S.

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

Perbandingan Metode Ekstraksi Natrium Alginat: Metode Konvensional dan Microwave Assisted Extraction (MAE)

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA ABSTRAK

IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI PRINTING BATIK

LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

3 METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Intisari. BAB I. Pengantar 1. I. Latar Belakang 1 II. Tinjauan Pustaka 3. BAB II.

TEKNOLOGI PROSES SASIRANGAN DENGAN VARIASI TEKNIK JELUJUR Sasirangan Process with Baste Technique Variation

PEMANFAATAN MALTODEKSTRIN DARI PATI SINGKONG SEBAGAI BAHAN PENYALUT LAPIS TIPIS TABLET

PEMBUATAN ALGINAT DARI RUMPUT LAUT UNTUK MENGHASILKAN PRODUK DENGAN RENDEMEN DAN VISKOSITAS TINGGI

ABSTRAK. Kata kunci : Eucheuma spinosum, ekstraksi, iota karaginan

EKSTRAKSI NATRIUM ALGINAT DARI ALGA COKLAT Sargassum echinocarphum. oleh

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 67

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

ISOLASI DAN KARAKTERISASI NATRIUM ALGINAT DARI ALGA COKLAT

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

PENGARUH BAHAN AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TEMPURUNG KELAPA

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 2, Agustus 2013

Pemurnian Agarose dari Agar-agar dengan Menggunakan Propilen Glikol

Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta.

3 Metodologi Penelitian

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB V METODOLOGI. digester, kertas ph secukupnya, cawan porselin 3 buah, kurs porselen 3 buah,

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KOMPOSISI WARNA (PAGODA RED, WINDSOR PURPLE, MADONNA BLUE) TERHADAP KUALITAS WARNA UNGU PURPLE PADA KAIN KATUN DENGAN TEKNIK TIE DYE

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGAMBILAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU TINGI (Ceriops candolleana)

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

DAN ALGINAT TERHADAP KARAKTERISTIK ANALOG BULIR JERUK DARI ALGINAT

Pengaruh Suhu Ekstraksi Terhadap Kualitas Natrium Alginat Rumput Laut Sargassum sp.

MATERI DAN METODE. Materi

II. METODE PENELITIAN

Peralatan dan Metoda

Buletin Teknologi Hasil Perikanan Vol VII Nomor 1 Tahun 2004

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENYEMPURNAAN KAIN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

III. BAHAN DAN METODE

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

FORMULASI GRANUL EFFERVESCENT SARI BUAH PALA (Myristica fragrans H.) FORMULATION OF NUTMEG (Myristica fragrans H.) FLESH EFFERVESCENT GRANULES

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

MANFAAT SURFAKTAN DALAM PROSES PEWARNAAN TEKSTIL

LAMPIRAN A A.1 Pengujian Total Padatan Terlarut (SNI yang dimodifikasi*) Dengan pengenceran A.2 Pengujian Viskositas (Jacobs, 1958)

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan Universitas Diponegoro, Semarang untuk pembuatan

BAB 3 METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

Penyerapan Zat Warna Tekstil BR Red HE 7B Oleh Jerami Padi +) Saepudin Suwarsa Jurusan Kimia FMIPA - ITB Jl. Ganesa 10 Bandung, 40132

LAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun Oleh : 1. Lita Indriyani (I ) 2. Widak Asrianing (I )

THE COLORING AGENTS COMPARISON IN PROCESSING OF PINEAPPLE FIBRE COLORING. Luftinor. Abstrak

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN

EFISIENSI PENGGANDAAN SKALA KAPASITAS BENCH PADA PRODUKSI GELATIN TULANG IKAN KAKAP MERAH (Lutjanus sp.)

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

BAB V METODOLOGI. No. Alat Ukuran Jumlah. 1. Digester - 1 Buah. 2. Pengaduk - 1 Buah. 3. Kertas PH - Secukupnya. 4.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

PENELITIAN POTENSI PENCEMARAN DARI 41 INDUSTRI BATIK DI KLASTER BATIK SRAGEN

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

KAJIAN EKSTRAKSI ALGINAT DARI RUMPUT LAUT Sargassum sp. SERTA APLIKASINYA SEBAGAI PENSTABIL ES KRIM. Oleh : JUNITA SISWATI

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT MERAH (Euchema cottonii)

Transkripsi:

Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol. 2 No. 1, Juni 2007 APLIKASI ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGENTAL PADA PENCAPAN BATIK Ellya Sinurat dan Murdinah *) ABSTRAK Untuk mengetahui kemampuan natrium alginat hasil ekstraksi rumput laut jenis Sargassum filipendula sebagai bahan pengental pada pencapan batik, telah dilakukan serangkaian percobaan dan pencapan. Tahap awal telah dilakukan uji bahan baku alginat hasil ekstraksi dari Sargassum filipendula dan alginat komersial. Hasil analisis menunjukkan bahwa alginat hasil ekstraksi mempunyai viskositas 232 cps (konsentrasi 1,5% b/v), ph 6,7, kadar air 6,21%, kadar abu 24,47%, derajat putih 22,45%, zat tak larut 2,1%; sedangkan hasil analisis alginat komersial menunjukkan viskositas 100 cps (konsentrasi 1,5% b/v), ph 7,2, kadar air 10,41%, kadar abu 32,82%, derajat putih 29,50% dan zat tak larut 1,23%. Alginat hasil percobaan diaplikasikan pada pencapan batik dengan variasi konsentrasi 2,0%, 2,5%, 3,0% dan 3,5%, sedangkan alginat komersial konsentrasinya adalah 3,0%. Pencapan batik ini menggunakan bahan kain selulosa dengan zat pewarna reaktif. Pengujian yang dilakukan meliputi ketajaman motif, ketuaan warna, kekakuan kain, ketahanan luntur warna terhadap gosokan dan ketahanan luntur warna terhadap pencucian. Dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa alginat hasil percobaan dengan konsentrasi 2,5% mempunyai mutu yang sama dengan alginat komersial. ABSTRACT: Application of alginate as a thickening agent in batik printing. By: Ellya Sinurat and Murdinah A series of experiments and batik printing has been done to determine the ability of the sodium alginate extracted from Sargassum filipendula as thickening agent in batik printing process. As initial step, analysis of alginate powder extracted from Sargassum filipendula and commercial alginate was carried out. The results showed that the viscosity was 232 cps (concentration 1.5% b/v), ph was 6.7, moisture content was 6.21%, ash content was 24.47%, whiteness was 22.45% and undissolved total suspension was of 2.1%. The commercial alginate powder analysis indicated the viscosity of 100 cps (concentration 1.5% b/v), ph of 7.2, moisture content of 10.41%, ash content of 32.82%, whiteness of 29.50% and undissolved total suspension of 1.23%. The product was then applied in printing of the batik made from cellulosa with various different concentrations (2.0%, 2.5%, 3.0%, and 3.5%) with a reactive dye. As a comparation, the commonly imported commercial alginate was used at concentration of 3.0%. The assay included design strength, colour fastness, fabric stiffness, and colour fastness to wet and dry rubbing. The result of analysis showed that alginate extracted from Sargassum filipendula with concentration of 2.5% can be used as thickener, which was similar to the quality of commercial alginate. KEYWORDS: Sargassum filipendula, thickening agent, batik printing, alginate PENDAHULUAN Natrium alginat berasal dari rumput laut coklat (brown seaweed) yang sifatnya bervariasi bergantung pada spesies masing-masing. Negara yang telah memanfaatkan alginat antara lain Scotlandia, Irlandia, Perancis, Cina, Amerika Serikat, Amerika Latin, Jepang dan Korea. Di Indonesia industri alginat belum berkembang, dan baru terdapat satu pengolah rumput laut coklat yaitu PT. Merlindo Rekamatra yang berlokasi di Bandung. Industri ini lebih menekankan pada teknologi formulasi dan blending. Alginat diekspor dalam bentuk asam alginat ke Jepang, Cina, Singapura dan Mesir dengan rata-rata ekspor alginat sebanyak 79,3 ton per tahun. Negara tujuan ekspor terbesar yaitu Mesir dengan volume rata-rata 41,3 ton per tahun. Walaupun Indonesia telah mengekspor alginat ke beberapa negara, tetapi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terutama industri tekstil dan industri lainnya masih harus mengimpor alginat dalam jumlah yang cukup besar, yaitu pada tahun 2004 sebesar 1.169.034 kg (Anggadiredja et al., 2006). *) Peneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,DKP 1

E. Sinurat dan Murdinah Di Indonesia rumput laut coklat sebagai sumber daya potensial yang banyak tumbuh secara alami di perairan Indonesia adalah jenis Sargasum dan Turbinaria. Ketersediaan dan kualitas bahan baku alginat perlu ditingkatkan untuk mendukung berkembangnya industri alginat di dalam negeri. Peluang ini sangat terbuka karena alginat merupakan salah satu hidrokoloid dari rumput laut yang banyak digunakan dalam berbagai industri, seperti tekstil, kertas, cat, farmasi dan makanan serta minuman. Pada industri tekstil, alginat digunakan sebagai pengental pada proses pencapan batik. Pada pencapan batik, alginat dicampur dengan zat warna reaktif atau zat warna dispersi. Pada pasta pencapan, bagian yang terbesar adalah pengental dengan porsi 80% atau lebih berfungsi sebagai media dan berperan sebagai pengantar zat warna masuk ke dalam serat dan mencegah terjadinya migrasi agar motif warna tetap tajam (Zubaidi et al., 2004). Sampai saat ini pada pencapan batik masih digunakan alginat yang diimpor dari China sebagai pengental. Apabila alginat impor tersebut dapat diproduksi di dalam negeri, maka dapat meningkatkan nilai tambah rumput laut, mengurangi ketergantungan impor, menghemat devisa negara dan menciptakan lapangan kerja. Hasil penelitian penggunaan produksi PT. K.R sebagai bahan pengental pada industri tekstil dalam negeri diperoleh hasil pencapan yang mutunya sama jika menggunakan alginat komersial produk China (Mutia et al., 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan alginat hasil percobaan dari rumput laut Sargasum filifendula sebagai pengental pada pencapan kain dan sebagai pembanding digunakan alginat produk impor. Secara teknis penggunaan pengental harus memenuhi beberapa syarat, antara lain : tidak berwarna, tidak bereaksi dengan zat warna dan zat pembantu, mudah dihilangkan dalam proses pencucian dan mempunyai kekentalan yang stabil dalam waktu tertentu (Komarudin, 2002). BAHAN DAN METODE Bahan 1. Bahan baku rumput laut Sargassum filipendula diperoleh dari daerah Pantai Binuangeun, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten 2. Kain selulosa siap celup dengan konstruksi : anyaman polos, No. Lusi 14,2 Tex, No. pakan 14 Tex, Tetal lusi/cm 54 helai, tetal pakan/cm 27 helai dan berat/m 2 118 gram. 3. Zat warna reaktif golongan monoklorotriazina ex. PT. ICI : Chloranyl Yellow P-4G, Chloranyl Orange P-8B dan Chloranyl Blue P-5R. 4. Bahan Pengental : alginat hasil ekstraksi dari rumput laut Sargasum filipendula, dan alginat komersial produksi China. 5. Natrium bikarbonat Peralatan Peralatan yang digunakan antara lain gelas piala, gelas ukur, penangas air, penyaring vibrator, termometer, pengaduk, mixer, spatula, oven, saringan plastik, timbangan, kertas ph, screen bermotif, steaming machine, viskometer, ph meter, whiteness meter, spectroflash 500, kasa pencapan datar, crockmeter, setrika, launderometer, dan stiffness tester. Metode Penelitian ini dibagi menjadi 3 tahapan yaitu : 1. Ekstraksi alginat menggunakan metode ekstraksi alginat dari rumput laut Sargassum filipendula (Murdinah et al., 2005) yang dimodif ikasi (penggunaan bahan pemutih dari kaporit menjadi natrium hipoklorit). 2. Karakterisasi mutu alginat hasil percobaan dan alginat komersial yang meliputi parameter : ph (menggunakan ph meter), kadar air dan kadar abu (AOAC, 1984), zat yang tidak larut, derajat putih (menggunakan whiteness meter) dan viskositas (menggunakan viskometer Brookfield). 3. Aplikasi formula pasta pada batik dan untuk mengetahui mutu hasil pencapan dilakukan uji secara laboratorium. Pada tahap pembuatan pasta pengental digunakan variasi konsentrasi alginat hasil percobaan yaitu: 2,0%, 2,5%, 3,0%, dan 3,5%. Sebagai pembanding digunakan alginat komersial dengan konsentrasi 3,0%. Formula standar pasta pencapan yang digunakan seperti tertera pada Tabel 1. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan satu faktor yaitu konsentrasi alginat dengan dua kali ulangan (Santosa, 2004). Parameter mutu hasil pencapan yang diuji adalah : persentase ketajaman motif berdasarkan rumus : A/19 x 100%, dimana A adalah panjang motif hasil pencapan (Amirudin, 1987), uji ketuaan warna (Judd & Wyszecky, 1967), uji kekakuan kain berdasarkan SNI 08-0314-1998, uji tahan luntur warna terhadap gosokan berdasarkan SNI 08-0288-1998, dan uji tahan l untur warna terhadap pencucian berdasarkan SNI 08-0285-1998. Prosedur pencapan pada batik : Pada tahap awal dilakukan persiapan cetakan dengan meletakkan screen bermotif di atas meja yang 2

Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol. 2 No. 1, Juni 2007 Tabel 1. Table 1. Formulasi standar pasta pencapan Standard formula of printing paste Bahan/Ingredients Konsentrasi dalam air/ Concentration in water Natrium bikarbonat/na Bicarbonate 1.0% Alginat/Alginate 3.0% Pewarna reaktif/reactive dye 2.8% sudah dilapisi kain (setting meja). Kemudian dilakukan pembuatan pasta pengental dengan cara melarutkan alginat ke dalam air sebanyak 1 liter, diaduk sampai homogen. Setelah homegen, larutan tersebut ditambah zat warna reaktif kemudian diaduk kembali sampai homogen yang disebut larutan pasta. Larutan pasta yang dibuat dituang ke atas screen bermotif lalu dilakukan pencapan pada kain. Kain yang sudah dicap kemudian dikeringkan dengan cara dianginanginkan selama 1 malam. Setelah itu dilakukan perebusan dengan suhu 102 o C selama 8 menit. Lalu dicuci dan dibilas sampai bersih. Selanjutnya kain hasil pencapan dikeringkan dengan cara dianginanginkan. Skema diagram alir proses pencapan dapat dilihat pada Gambar 1. HASIL DAN BAHASAN Karakteritik Alginat Hasil Percobaan dan Alginat Komersial Alginat hasil percobaan mengandung kadar air 6,21%, kadar abu 24,47%, ph 6,7 dan viskositas 232 cps. Kadar air dan kadar abu alginat hasil percobaan masih memenuhi standar mutu alginat industrial grade untuk kadar air berkisar 5 20% dan kadar abu berkisar 18 27% (Winarno, 1996). Karakteristik alginat yang penting diketahui adalah viskositas, karena viskositas akan menentukan kekentalan alginat. Pada industri tekstil alginat dapat digunakan sebagai bahan pengental. Alginat hasil percobaan termasuk alginat Pencapan pada kain dengan zat warna reaktif/ Printing on cotton with reactive dyes Pengeringan 1 malam/drying over-night Perebusan/Cooking/(at 102 o C, 8 minute) Pencucian/Washing Pengeringan/Drying Kain hasil pencapan/printed cotton Gambar 1. Diagram alir proses pencapan pada batik. Figure 1. Flow chart process of batik printing. 3

E. Sinurat dan Murdinah yang mempunyai v iskositas rendah, karena viskositasnya berada di antara 20 400 cps (Winarno, 1996), namun bila dibandingkan dengan alginat komersial nilai viskositas hasil percobaan masih lebih tinggi karena nilai viskositas alginat komersial sebesar 100 cps. Hal ini kemungkinan disebabkan karena jenis rumput laut yang digunakan sebagai bahan baku untuk alginat berbeda dan proses ekstraksi yang dilakukan berbeda. Dari karakteristik viskositas dapat diasumsikan penggunaan alginat hasil percobaan dapat digunakan sebagai pengental pada aplikasi pencapan batik dalam jumlah lebih sedikit bila dibandingkan alginat komersial. Karakteristik mutu alginat hasil percobaan dan alginat komersial dapat dilihat pada Tabel 2. Aplikasi pada Pencapan Ketajaman motif Hasil pengukuran ketajaman motif menunjukkan nilai untuk semua perlakuan hampir sama yaitu berkisar 102,2 102,9 % (Gambar 2). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi alginat hasil percobaan tidak berpengaruh terhadap ketajaman motif hasil pencapan. Apabila dibandingkan dengan hasil pencapan dengan pengental alginat komersial (102%), maka semua perlakuan ini sama. Dengan demikian, secara umum ketajaman motif hasil pencapan dengan kedua jenis bahan pengental tersebut sama dan nilainya baik. Dalam hal ini alginat Tabel 2. Table 2. Karakteristik alginat hasil percobaan dan alginat komersial Characteristic of experimental alginate and commercial alginate Parameter/Parameters Alginat hasil percobaan/ Experimental alginate Alginat komersial/ Commercial alginate ph 6.70 ± 0.5 7.22 ± 0.07 Kadar air/moisture content (%) 6.21 ± 0.06 10.41±0.08 Kadar abu/ash content (%) 24.47 ± 0.06 32.82 ± 0.05 Zat yang tidak larut/undissolved substance (%) 2.10 ± 0.02 1.23 ± 0.02 Derajat putih/whiteness (%) 22.45 ± 0.05 29.50 ± 0.02 Viskositas/Viscosity (cps) 232.00 ± 1.4 100.00 ± 1.2 Gambar 2. Hasil analisis ketajaman motif. Figure 2. Result of analysis of design strength. 4

Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol. 2 No. 1, Juni 2007 Gambar 3. Hasil analisis ketuaan warna. Figure 3. Result of analysis of colour fastness. hasil percobaan sudah berfungsi dengan baik sebagai pengental pada pasta pencapan yaitu berperan sebagai pengantar zat warna masuk ke dalam serat dan mencegah terjadinya migrasi zat warna sehingga warna tetap tajam (Zubaidi et al., 2004). Ketuaan warna Nilai ketuaan warna hasil pencapan dari berbagai konsentrasi alginat percobaan berkisar antara 9,80 12,01 (Gambar 3). Uji ketuaan warna hasil pencapan menunjukkan ada kecenderungan dengan semaki n tinggi konsentrasi alginat dalam pasta pencapan akan menaikkan nilai ketuaan warna. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa hanya perlakuan konsentrasi alginat 3,5% yang berbeda nyata dibandingkan alginat komersial (10,09). Hal ini karena semakin tinggi konsentrasi alginat daya penetrasi zat warna relatif lebih besar sehingga zat warna lebih banyak terserap oleh kain yang menyebabkan warna hasil pencapan menjadi lebih tua. Kekakuan kain Hasil pengukuran kekakuan kain dari hasil pencapan dengan alginat hasil percobaan menunjukkan nilai antara 67,61 93,71 mg.cm Gambar 4. Hasil analisis kekakuan kain. Figure 4. Result of analysis of fabric stiffness. 5

E. Sinurat dan Murdinah (Gambar 4). Dari data tersebut terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi alginat dalam pasta pencapan mengakibatkan kekakuan kain hasil pencapan semakin tinggi. Kekakuan kain terendah diperoleh pada hasil pencapan dengan penggunaan alginat 2,0%, yaitu sebesar 67,61 mg.cm dan tertinggi pada penggunaan alginat 3,5% sebesar 93,71 mg.cm. Secara statistik perlakuan konsentrasi alginat memberikan pengaruh yang nyata terhadap kekakuan kain hasil pencapan. Apabila dibandingkan dengan hasil pencapan dengan alginat komersial (80,9 mg.cm), ternyata perlakuan penggunaan konsentrasi alginat hasil percobaan 2,0% sampai 3,0% memiliki nilai kekakuan kain lebih rendah. Hal ini disebabkan karena alginat mudah larut dalam pencucian, sehingga zat yang tertinggal dalam kain hanya pewarna. Semakin tinggi nilai kekakuan kain, maka semakin rendah mutu kain hasil pencapan (Djufri et al., 1976). Ketahanan luntur warna hasil pencapan Untuk mengetahui ketahanan luntur warna hasil pencapan alginat hasil percobaan dan alginat komersial, telah dilakukan pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokan. Ketahanan luntur warna terhadap pencucian Uji luntur warna terhadap pencucian adalah sangat penting untuk menentukan dapat atau tidaknya pengental digunakan. Perlakuan variasi konsentrasi alginat percobaan tidak berpengaruh nyata terhadap tahan luntur warna terhadap pencucian. Apabila dibandingkan dengan alginat komersial (4,5), maka semua perlakuan ini sama. Nilai uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian dari jenis pengental alginat percobaan dan alginat komersial disajikan pada Gambar 5. Dari Gambar 5 terlihat bahwa, ketahanan luntur warna terhadap pencucian hasil pencapan dengan kedua jenis pengental memberikan hasil yang sama. Hasil yang diperoleh masih termasuk katagori baik (nilai 4,5), sesuai sifat zat warnanya, yang berarti kedua pengental tersebut sudah berfungsi dengan baik. Adanya daya tahan pencucian yang baik disebabkan zat warna terfiksasi dengan baik dan adanya ikatan kovalen yang kuat antara zat warna reaktif dengan serat, sedangkan zat warna yang tidak terfiksasi ke dalam serat dapat terlepas dengan mudah saat proses pencucian. Hasil penelitian Mutia et al. (2002) juga menunjukkan ketahanan luntur warna terhadap pencucian hasil pencapan dari alginat lokal dan alginat komersial (manutex RS dan manutex F) yang memberikan hasil yang sama. Ketahanan luntur warna terhadap gosokan Hasil uji luntur warna terhadap gosokan hasil pencapan dengan kedua jenis pengental disajikan pada Gambar 6. Dari Gambar 6 terlihat bahwa, ketahanan luntur warna terhadap gosokan hasil Gambar 5. Hasil analisis ketahanan luntur warna terhadap pencucian. Figure 5. Result of analysis of colour fastness loundry. 6

Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol. 2 No. 1, Juni 2007 Gambar 6. Hasil analisis ketahanan luntur warna terhadap gosokan. Figure 6. Result of analysis of colour fastness rubbing. pencapan dengan kedua pengental memberikan hasil yang sama (4,5). Perlakuan variasi konsentrasi alginat hasil percobaan tidak ber pengaruh nyata terhadap ketahanan luntur terhadap gosokan. Apabila dibandingkan dengan alginat komersial (4,5), ternyata semua perlakuan ini memiliki nilai ketahanan luntur warna terhadap gosokan sama. Hal ini menunjukkan hasil pencapan dengan pengental alginat hasil percobaan dan alginat komersial menghasilkan produk dengan kualitas yang sama. Hal ini disebabkan semua sisa-sisa zat warna yang berada pada permukaan serat dapat dihilangkan pada pencucian. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa pada konsentrasi yang sama yaitu pada 1,5% (b/v) alginat hasil percobaan mempunyai viskositas 232 cps, sedangkan alginat komersial 100 cps. Alginat hasil percobaan dengan konsentrasi 2,5% mempunyai mut u yang sama dengan alginat komersial berdasarkan uji mutu ketajaman motif, ketuaan warna, kekakuan kain, ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokan. Alginat hasil pecobaan dapat digunakan sebagai pengganti alginat komersial sebagai pengental pada pasta pencapan. DAFTAR PUSTAKA Amirudin. 1987. Pengujian Pasta Cap. Arena Tekstil No.5., Balai Besar Tekstil Bandung. p. 30 37 Anggadiredja J.T., Achmad, Z., Heri, P., dan Sri Istini. 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.147 pp. AOAC. 1984. Official Method of Analysis of the Associates of Official Analytical Chemist. 14 ed th A.O.A.C. Inc Arlington Virginia. 1018 pp. Djufri, R., Kasoenarno, G., Salihima, Astini, dan Lubis, A. 1976. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan. Institut Teknologi Tekstil, Bandung. 335 pp. Judd, D.B. and Wyszecky, G. 1967. Color in Business, Science and Industry, John Willey and Sons Inc., N.Y., 553 pp. Komarudin, A. 2002. Pengaruh Waktu Penyimpanan Pasta Cap Natrium Alginat dan Campuran Natrium Alginat-Emulsi terhadap Hasil Pencapan Rayon Viskosa Menggunakan Zat Warna Reaktif. Skripsi. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung.106 pp. Murdinah, Amini, S., Irianto, H.E., Darmawan, M., Subaryono dan Sinurat, E. 2005. Laporan Teknis Riset Optimasi Pemanfaatan Makro dan Mikro Algae. Bagian Proyek Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 109 pp. Mutia, T., Amirudin, dan Darso. 2002. Perbandingan penggunaan alginat dalam negeri sebagai pengental pada pencapan kapas. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Tekstil. Bandung. Arena Tekstil. 37(2): 23 30. Santoso, S. 2004. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 583 pp. SNI 08-0314-1998. Cara Uji Kekakuan Bahan. Pusat Standarisasi Industri. Departemen Perindustrian Indonesia. 6 pp. 7

E. Sinurat dan Murdinah SNI 08-0288-1998. Cara Uji Luntur Warna terhadap Pencucian. Pusat Standarisasi Industri. Departemen Perindustrian Indonesia. 10 pp. SNI 08-0285-1998. Cara Uji Luntur Warna terhadap Gosokan. Pusat Standarisasi Industri. Departemen Perindustrian Indonesia. 3 pp. Winarno F.G. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.111 pp. Zubaidi, Masitoh, E. dan Waluyo, N. 2004. Penelitian pengental berbasis sumber daya alam untuk pencapan zat warna procion red H. Arena Tekstil. 19(1):1 38. 8