ANALISIS SALURAN PEMASARAN DAGING SAPI POTONG DI PASAR MODERN KECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU JURNAL. Diajukan Kepada: Program Studi Agribisnis

dokumen-dokumen yang mirip
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

ANALISIS PEMASARAN SAPI BALI DI KECAMATAN BANTAENG KABUPATEN BANTAENG

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT

DISTRIBUSI DAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG PANJANG

IV. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS SALURAN DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN TELUR ITIK DI KABUPATEN SITUBONDO.

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 TATANIAGA DAGING SAPI DI KABUPATEN PURWOREJO. Mariyono, Dyah Panuntun Utami dan Zulfanita ABSTRAK

ANALISIS RANTAI PASOKAN (SUPPLY CHAIN) DAGING SAPI DI KABUPATEN JEMBER

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PENJUALAN AYAM RAS PEDAGING DI PASAR MASOMBA KOTA PALU

Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol 3 No. 1 ISSN

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Cikuya Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya)

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

PENERIMAAN DAN PENDAPATAN USAHA PEMOTONGAN SAPI POTONG DI PERUSAHAAN DAERAH ANEKA WIRAUSAHA KABUPATEN DEMAK. Imelda Oct Utami, Harini TA 1

MARGIN PEMASARAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI TEMPAT PENDARATAN IKAN SODOHOA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK

I. PENDAHULUAN. Kontribusi sektor pertanian cukup besar bagi masyarakat Indonesia, karena

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

212 ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 3, Oktober 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Daging Sapi dari Rumah Pemotongan Hewan sampai Konsumen di Kota Surakarta

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KECAMATAN RINGINREJO KABUPATEN KEDIRI Mega Yoga Ardhiana 1), Bambang Ali Nugroho 2) dan Budi Hartono 2)

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalis data sesuai dengan tujuan penelitian.

IV. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang

ABSTRACT. Keywords: Marketing, Channel Marketing, Margin, Copra

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara

BAB III MATERI DAN METODE

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

PENENTUAN JALUR DISTRIBUSI DAGING SAPI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SAVINGS MATRIX UNTUK MENGOPTIMALKAN BIAYA TRANSPORTASI DI CV.

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

ANALISIS PEMASARAN KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN

ANALISIS PEMASARAN DODOL SIRSAK

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

FARMER SHARE DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KACANG HIJAU

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOPRA (Studi Kasus di Desa Sindangsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran)

Nurida Arafah 1, T. Fauzi 1, Elvira Iskandar 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi

PEMASARAN MINYAK KELAPA DI KABUPATEN PURWOREJO ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

MARKETING ANALYSIS OF SMALL AND LARGE BROILER FARMING ON SINAR SARANA SENTOSA PARTNERSHIP SCHEME AT MALANG REGENCY

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN

ANALISIS PEMASARAN TEMPE PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA MULTI BAROKAH DI KOTA PALU

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

POLA PEMASARAN TERNAK SAPI BALI DI KAWASAN PRIMATANI LKDRIK KABUPATEN BULELENG

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL. Analisis Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali Di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. INDRYANI ALI NIM.

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat 2012

Maqfirah Van Tawarniate 1, Elly susanti 1, Sofyan 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

MARKETING EFFICIENCY OF PARTNERSHIP SCHEME BROILERS AT SUBDISTRICT KEPUNG KEDIRI REGENCY. Ahmad Zubaidi Adi Ana, Budi Hartono 1 dan Hari Dwi Utami 2

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA MAWAR POTONG DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor

ANALISIS TATANIAGA KELINCI (Orictolagus, Spp.) DI KABUPATEN KARO ABSTRAK

MEKANISME PENYALURAN BENIH PADI BERSUBSIDI DI KABUPATEN PURBALINGGA ABSTRAK

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

EFFICIENCY MARKETING ANALYSIS OF HONEY BEE IN PASURUAN

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Peternak Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis.

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi opersional ini mencakup pengertian yang digunakan

ANALISIS TATANIAGA AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

AGUS PRANOTO

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

Key Word PENDAHULUAN

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

Transkripsi:

ANALISIS SALURAN PEMASARAN DAGING SAPI POTONG DI PASAR MODERN KECAMATAN RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU JURNAL Diajukan Kepada: Program Studi Agribisnis Disusun Oleh : A N S A R I NIM. 1026046 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN ROKAN HULU 2014

Analisis Saluran Pemasaran Daging Sapi Potong Pada Pasar Modern Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu Ansari 1, Ikhsan Gunawan, SP., MM 2, Fera Wasni, SP 2 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Jl. Tuanku Tambusai Kumu Desa Rambah Hilir Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu ABSTRAK Tujuan penelitian untuk mengetahui proses pemasaran, biaya, margin, profit, efesiensi dan permasalahan pemasaran daging sapi potong serta alternatif solusinya. Teknik pengumpulan data kuisioner, wawancara dan dokumentasi. Penelitian dilakukan pada pasar Modren Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu pada bulan Maret sampai bulan Juli 2013. Pengambilan sampel pedagang pengecer dilakukan dengan cara sengaja (purposive sampling). Selanjutnya dengan cara Snowball Sampling (pengambilan sampel bola salju) mengikuti saluran pemasaran. Total biaya pedagang belantik Rp 37.3097,6/Kg, total biaya pedagang pengumpul Rp 43.541/Kg, total biaya pedagang pengecer Rp 52.691,8/Kg. Total biaya pedagang pengecer pemotong Rp 42.077,1/Kg dan total biaya pedagang along along Rp 79.638,8/Kg. Keuntungan terbesar diterima oleh pedagang pengecer pemotong Rp18.376,8/Kg, saluran pemasaran level 1. Keuntungan terkecil diterima pedagang belantik Rp 2.632,8/Kg, saluran pemasaran level 3. Efisiensi pemasaran daging sapi potong saluran pemasaran level 1 5,4%, saluran pemasaran level 2 5,6% dan saluran pemasaran level 3 7,4%. Margin pemasaran saluran pemasaran level 1 Rp 21.664,7/Kg, margin pemasaran saluran pemasaran level 2 Rp 48.211/Kg dan margin pemasaran saluran pemasaran level 3 Rp 23.662,4/Kg. Permasalahan pemasaran daging sapi potong yaitu daging yang tidak habis, persediaan sapi potong kurang, modal terbatas dan timbangan pedagang tidak akurat. Solusinya pedagang harus membuat pengolahan daging lanjutan, melakukan budidaya sapi potong, membentuk koperasi pedagang. Kata Kunci: Saluran Pemasaran, Daging Sapi Potong Analysis Of The Marketing Of Meat At Modern Market Rambah Subdistrict Rokan Hulu Regency The purpose of the research is to find out the marketing process, cost, margin, profit, eficiency and the marketing problem of meat and also the alternate solution. Collecting data techniques are uizionaire,interview and documentation as well. The reseach was done at modern market Rambah subdistrict, Rokan Hulu regency on march to july 2013. The retailers sample taking was done inteniolly (Purposive sampling), and than by the snowball sampling (snowball sample taking) through following the marketing line. Total marketing cost for the wholesale seller is Rp 37.3097,6/kg, total marketing cost for the distributor is Rp 43.541/kg, total marketing cost for the retailler Rp 52.691,8/kg.Total marketing cost for the retailer and butcher is Rp 42.077,1/kg and total marketing cost for smallest retailer is Rp 79.638,8/kg. The biggest profit is accepted by the retailer and butcher aswell Rp 18.376,8/kg, the level 1 marketing line. The smallest profit accepted by the wholesale seller, that is Rp 2.632,8/kg the level 3 marketing line. The marketing eficiency for the meat at the level 1 marketing line is 5,4%, the level 2 marketing line is 5,6% and the level 3 marketing line is 7,4 %. The margin for the level 1 marketing line is Rp 21.664,7%/kg, the margin for the level 2 marketing line is Rp 48.211/kg and the margin for the level 3 marketing line is Rp 23.662,4/kg. The problem in the marketing of meat are the lack of supply of meat and the limited capital. So, the solution are the sellers should create the continuity meat processing, creating the meat cultivation and forming the economic sellers coperation. Keyword: Marketing, Meat 1 Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Pasir Pengaraian 2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pasir Pengaraian

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju pembangunan disuatu negara dapat ditunjukan dengan adanya peningkatan pendapatan penduduknya serta tingkat kesadaran penduduknya akan kebutuhan gizi keluarga. Untuk memenuhi gizi tersebut perlu dikonsumsi produk peternakan sebagai bahan pangan, seperti telur, daging, dan susu yang memiliki kandungan gizi yang besar, baik sebagai sumber energi maupun sebagai sumber protein hewani. Subsektor peternakan mempunyai peran cukup besar dalam menunjang pembangunan ekonomi nasional, disamping sebagai penopang dalam mensejahterakan rakyat (Rahmat & Harianto, 2012). Keuntungan nyata yang dapat dirasakan langsung dari subsektor peternakan ini antara lain sebagai sumber lapangan pekerjaan serta pendapatan dan sumber bahan pangan hewani yang bernilai gizi tinggi khususnya protein. Ditinjau dari segi lainnya daging sapi merupakan bahan makanan yang sangat banyak digemari oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan masuknya rendang sebagai salah satu makanan terlezat di dunia, dimana bahan utama yang biasa digunakan berasal dari daging sapi. Selain itu daging sapi juga dapat diolah menjadi produk olahan baru seperti hamburger dan sosis. Hal ini tentunya juga akan menambah minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging sebagai lauk (Sosroamidjojo, 1980). Dengan banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi daging sapi maka kebutuhan daging sapi tentunya akan meningkat. Untuk itu produksi daging sapi harus di tingkatkan dengan cara memperbanyak populasi sapi potong secara nasional. Peningkatan produksi peternakan sapi potong ini harus diiringi dengan saluran pemasaran yang efisien dan efektif sehingga dapat menambah penghasilan peternak dan pedagang. Pada kecamatan Rambah khususnya pada Pasar Modern Pasir Pengaraian terdapat beberapa saluran pemasaran daging sapi potong tetapi mengapa mereka tidak menggunakan satu saluran pemasaran saja yang lebih efisien dan efektif (Muktiani, 2011). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang penulis sajikan dimana peternak yang ada di kabupaten Rokan Hulu khususnya petani yang menjual hasil ternaknya kepada pedagang daging sapi potong yang ada di Pasar Modern selalu melakukan penjualan hasil ternaknya dengan beberapa saluran pemasaran, maka penulis merumuskan masalah ini dimana ruang lingkup yang penulis sajikan dalam skripsi ini adalah : 1. Bagaimana proses pemasaran daging sapi potong pada pasar Modern Kecamatan Rambah? 2. Saluran pemasaran yang mana yang lebih tinggi biaya pemasarannya, yang lebih efisien, lebih menguntungkan dan margin saluran pemasaran yang mana yang lebih tinggi? 3. Permasalahan apa saja yang dihadapi pedagang dalam melakukan pemasaran daging sapi potong dan bagaimana alternatif solusinya? C. Batasan Masalah Untuk memudahkan penulis dalam melakukan penelitian maka penulis membatasi masalahnya yaitu saluran pemasaran daging sapi potong yang diteliti adalah untuk satu kali periode produksi. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui proses pemasaran daging sapi potong pada Pasar Modern Kecamatan Rambah. 2. Untuk mengetahui biaya pemasaran, margin, profit dan efisiensi pemasaran daging sapi potong pada Pasar Modern. 3. Untuk mengetahui permasalahan dalam pemasaran daging sapi potong dan alternatif solusinya. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peternak dan pihak-pihak yang berminat terhadap informasi peternakan dan pemasaran sapi potong. Bagi instansi atau lembaga yang berwenang di kabupaten Rokan Hulu dapat bermanfaat dalam menentukan kebijakan pendistribusian daging sapi potong. Bagi penulis dapat bermanfaat dalam hal mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari di fakultas pertanian program studi Agribisnis. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Pasar Modren Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai bulan Juni 2013. B. Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah peternak sapi potong yang ada di Rokan Hulu, pedagang pengumpul yang mensuplai daging sapi potong ke pasar Modren Kecamatan Rambah, pedagang pengecer yang ada di pasar Modren dan seluruh konsumen sapi potong yang membeli daging sapi potong pada pasar Modren Kecamatan Rambah. Sampel Pengambilan sampel pada pedagang pengecer dilakukan dengan cara mendatangi pedagang pengecer untuk memberikan kuesioner dan melakukan tanya jawab terhadap pedagang (purposive sampling). Sampel selanjutnya dilakukan dengan cara Snowball Sampling (pengambilan sampel bola salju) mengikuti saluran pemasaran daging sapi potong.untuk konsumen akhir sampel diambil sebanyak lima orang pada setiap saluran.

C. Data Penelitian Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpul terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang meliputi identitas peternak yaitu (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan lainlain), jumlah produksi (daging), jumlah penjualan, jumlah pembelian, fungsi pemasaran, biaya pemasaran, harga pokok, (cost / unit), harga jual, keuntungan pemasaran, biaya pemotongan dan jumlah sapi yang dipotong. Sedangkan data sekunder meliputi hal-hal yang berhubungan dengan pemasaran daging sapi potong seperti rumah potong hewan dan tempat karantina hewan potong, keadaan daerah penelitian dan data lain yang berkaitan dengan penelitian ini yang diperoleh dari instansi terkait. D. Konsep operasional Untuk menyeragamkan persepsi tentang variabel dalam penelitian ini maka disajikan beberapa konsep operasional sebagai berikut : 1. Pemasaran sapi potong adalah suatu proses penyaluran produksi sapi potong dari produsen ke konsumen. 2. Sapi potong adalah sapi yang dipelihara oleh peternak khusus untuk dipotong dan diambil dagingnya. 3. Produksi sapi potong adalah berat daging sapi potong yang dihasilkan dalam satuan kilogram (Kg). 4. Harga pokok daging sapi potong adalah harga dimana peternak tidak mendapatkan keuntungan dan kerugian dari pemeliharaan sapi potong (Rp/Kg). 5. Jenis sapi yang dipotong adalah sapi Bali. 6. Fungsi pemasaran daging sapi potong adalah suatu kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau menyalurkan produk (daging sapi) dari produsen kekonsumen, yang meliputi fungsi pertukaran, pengadaan dan fungsi pelancar. 7. Saluran pemasaran sapi potong adalah jalur pemasaran yang dilalui untuk mendistribusikan sapi potong dari peternak kekonsumen. 8. Lembaga pemasaran adalah orang atau kelompok orang yang terlibat dalam penyaluran sapi potong yaitu peternak (produsen), pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan konsumen. 9. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang membeli sapi potong dari pedagang belantik kemudian memotongnya dan menjualnya kepedagang pengecer. 10. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli sapi potong dari pedagang pengumpul kemudian menjualnya kekonsumen. 11. Pedagang pengecer pemotong adalah pedagang yang membeli sapi potong pada peternak dan menjualnya kekonsumen dan pedagang along along. 12. Pedagang along along adalah pedagang yang membeli daging sapi potong dan menjualnya kerumah rumah penduduk. 13. Konsumen akhir adalah konsumen yang membeli daging sapi potong pada pedagang dan langsung untuk dikonsumsi. 14. Biaya pemasaran adalah total biaya yang dikeluarkan selama proses pemasaran berlangsung mulai dari peternak hingga konsumen akhir (Rp/Kg). 15. Keuntungan pemasaran adalah bagian yang diperoleh dari harga jual dikurangi dengan total biaya. 16. Margin pemasaran adalah selisih harga ditingkat peternak dan harga ditingkat konsumen. 17. Efesiensi pemasaran adalah ratio biaya pemasaran dibandingkan dengan total nilai produksi. E. Teknik Pengumpulan Data a. Kuesioner Pengumpulan data dengan teknik ini terlebih dahulu peneliti awali dengan membagikan kuesioner yang berisi pertanyaan seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jumlah produksi daging, jumlah penjualan, jumlah pembelian, fungsi pemasaran, biaya pemasaran, harga pokok, (cost / unit), harga jual, keuntungan pemasaran, biaya pemotongan, biaya kesehatan dan jumlah sapi yang dipotong. b. Wawancara Pengumpulan data dengan teknik ini penulis gunakan untuk memperoleh data sekunder yaitu hal-hal yang berhubungan dengan pemasaran daging sapi potong seperti rumah potong hewan dan tempat karantina hewan potong, keadaan daerah penelitian dan data lain yang berkaitan dengan penelitian ini yang diperoleh dari instansi terkait. c. Dokumentasi Teknik dokumentasi penulis gunakan untuk mendapatkan data - data yang berkaitan dengan saluran pemasaran daging sapi potong pada Pasar Modren Kecamatan Rambah. Sehingga jadi data pendukung bagi penulis dalam dalam memperoleh data. F. Metode Analisis Data Data yang diperoleh selanjutnya dikelompokkan menurut kelompok data masing-masing yang diamati, kemudian dilakukan perhitungan biaya, margin, keuntungan dan efesiensi pemasaran. Untuk menghitung biaya pemasaran digunakan rumus umum menurut (Soekartawi) sebagai berikut : 1. Biaya pemasaran n Bp = Σ Bi i=i Bp = Biaya Pemasaran Bi = Komponen Biaya Pemasaran ke-i

I = 1,2,3,4,5...n Dalam penelitian ini biaya pemasaran meliputi antara lain : biaya pembelian sapi (BI), biaya transportasi(b2), biaya pencucian (B3), biaya pengemasan (B4), biaya retribusi, (B5) biaya pemotongan. Dengan demikian rumus yang digunakan untuk menentukan biaya pemasaran adalah sebagai berikut: Bp = B1+B2+B3+B4+B5 Bp = Biaya Pemasaran (Rp/Kg) B1 = Biaya Pemotongan (Rp/Kg) B2 = Biaya Transportasi (Rp/Kg) B3 = Biaya Pencucian (Rp/Kg) B4 = Biaya Pengemasan (Rp/Kg) B5 = Biaya Retribusi (Rp/Kg) 2. Menghitung margin pemasaran digunakan rumus menurut (Hamid), sebagai berikut: M = HE Hp M = Margin Pemasaran He = Harga eceran (Rp/Kg) Hp = Harga pada peternak (Rp/Kg) 3. Untuk menghitung profit (keuntungan) dapat digunakan rumus menurut (Hamid) sebagai berikut : Л = TR TC Л = profit (keuntungan pemasaran) TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya 4. Untuk menghitung efesiensi pemasaran (Ep), secara umum dapat digunakan rumus menurut Soekartawi, yaitu : EP = TBP TNP x 100 % Ep = Efesiensi Pemasaran (%) TBP = Total Biaya Pemasaran (Rp/Kg) TNP = Total nilai produksi ( Rp/Kg) Semakin rendah ratio total biaya dengan total nilai produk maka sistem pemasaran efisien dan apabila semakin tinggi ratio total biaya dengan total nilai produk maka sistem pemasaran tidak efisien. 5. Permasalahan pemasaran akan dianalisis secara deskriptif kualitatif, dimana data ditabelkan, kemudian dilakukan analisis dan alternatif pemecahannya. G. Perumusan Hipotesis Asumsi sementara saluran pemasaran daging sapi potong pada pasar Modern terdapat tiga saluran pemasaran. Dari tiga saluran tersebut asumsi sementara saluran pemasaran yang lebih efisien adalah saluran pemasaran level 1 yaitu dari produsen kepedagang pengecer pemotong kemudian kekonsumen. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Biaya Pemasaran Dalam hal memasarkan daging sapi tentunya tidak lepas dari biaya pemasaran dimana biaya pemasaran daging sapi berbeda pada setiap saluran. Perbedaan biaya pemasaran ini tergantung dari panjang pendeknya saluran pemasaran. Semakin pendek saluran pemasaran yang ditempuh maka semakin sedikit biaya yang dikeluarkan (Amri, 2001). Begitupun sebaliknya semakin panjang saluran pemasaran yang ditempuh maka akan semakin banyak biaya pemasaran yang akan dikeluarkan. Hal ini tentunya akan mengurangi keuntungan yang akan diperoleh oleh pedagang. Begitupun dengan efesiensi pemasarannya akan semakin tidak efisien. Berikut ini adalah tabel yang menerangkan analisis biaya, keuntungan, margin dan efisiensi pemasaran daging sapi potong pada saluran pemasaran level 1, 2 dan 3.

Tabel 1. Analisis biaya, keuntungan, margin dan efesiensi pemasaran daging sapi potong pada saluran pemasaran level 1, 2 Dan 3. N o 1 Peternak Keterangan Harga Rp/Kg Saluran Pemasaran Level 1 Level 2 Level 3 % Harga Rp/Kg % Harga Rp/Kg Harga Jual 38.789,2 100 38.789,2 100 37.612,6 100 2 Belantik Harga Beli 37.612,6 100 Total biaya 37.907,6 Harga jual 40.540,5 Keuntungan 2.632,8 7 3 Pedagang pengumpul Harga Beli 40.540,5 100 Total biaya 43.541 Harga Jual 52.472,9 Keuntungan 8.932 22 4 Pedagang Pengecer Harga Beli 51.405,6 100 Total biaya 52.691,8 Harga jual 61.275,1 Keuntungan 8.583,2 16,6 5 Pedagang pengecer Pemotong Harga Beli 38.789,2 100 38.789,2 100 Total biaya 42.077,1 42.077,1 Harga jual 60.454 60.454 Keuntungan 18.376,8 43 18.376,8 47,3 6. Pedagang Along along Harga beli 78.000 100 Total biaya 79.638,8 Harga Jual 87.000 Keuntungan 7.361 9,4 Total nilai produksi Rp/Kg 60.454 87.000 61.275,1 Margin Pemasaran Rp/Kg 21.664,7 48.211 23.662,4 Efesiensi 5,4 5,6 7,4 Sumber : Data olahan Dari tabel diatas dapat diketahui total biaya pada pedagang belantik sebesar Rp 37.3097,6/Kg, total biaya pada pedagang pengumpul sebesar Rp 43.541/Kg, total biaya pada pedagang pengecer sebesar Rp 52.691,8/Kg. Sedangkan total biaya pada pedagang pengecer pemotong sebesar Rp 42.077,1/Kg dan total biaya pada pedagang along along sebesar Rp 79.638,8/Kg. Dengan demikian keuntungan yang paling besar adalah keuntungan yang diterima oleh pedagang pengecer pemotong yaitu sebesar Rp16.897/Kg pada saluran pemasaran level 1. Sedangkan keuntungan yang paling rendah adalah keuntungan yang diterima oleh pedagang belantik yaitu sebesar Rp 2.632,8/Kg pada saluran pemasaran level 3. C. Margin Pemasaran % B. Keuntungan Keuntungan yang diperoleh pedagang belantik sebesar Rp 2.632,8/Kg, keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul sebesar Rp 8.932,8/Kg, keuntungan yang diperoleh pedagang pengecer sebesar Rp 8.583,2/Kg, keuntungan yang diperoleh pedagang pengecer pemotong sebesar Rp 16.897/Kg dan keuntungan yang diperoleh pedagang along along adalah sebesar Rp 7.361/Kg. Margin pemasaran pada saluran pemasaran level 1 sebesar Rp 21.664,7/Kg, margin pemasaran pada saluran pemasaran level 2 sebesar Rp 48.211/Kg dan margin pemasaran pada saluran pemasaran level 3 sebesar Rp. 23.662,4/Kg. Margin pemasaran yang paling tinggi adalah pada saluran pemasaran level 2 sebesar Rp 48.211/Kg dan margin pemasaran yang paling rendah pada saluran pemasaran level 1 yaitu sebesar Rp 21.664,7/Kg.

D. Efisiensi Pemasaran Untuk melihat gambaran efisiensi saluran pemasaran daging sapi di daerah penelitian dapat dilakukan dengan membandingkan total biaya pemasaran dengan total nilai produk. Hasil penelitian menunjukan bahwa efisiensi pemasaran daging sapi potong pada saluran pemasaran level 1 adalah sebesar Rp 5,4%, saluran pemasaran level 2 sebesar Rp 5,6% dan level 3 sebesar Rp 7,4%. Berdasarkan hal ini maka saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran level 1. E. Permasalahan Saluran Pemasaran Sapi Potong dan Alternatif Solusinya Permasalahan yang umum adalah harga daging yang cenderung naik sehinga dapat merugikan pedagang baik pedagang pengumpul, pedagang pengecer pemotong, pedagang pengecer, maupun pedagang along. Kerugian ini disebabkan karena dengan adanya fluktuasi harga yang cenderung naik. Hal ini akan menyebabkan kurangnya minat konsumen untuk membeli daging. Akibatnya daging yang tidak habis dijual akan menyebabkan kerugian, karena umumnya daging sapi tidak tahan lama disimpan dan bila daging yang dijual sudah dilakukan penyimpanan dalam kurun waktu yang cukup lama harga jual daging sapi akan turun (Darmono, 2000). Dari permasalahan ini hendaknya pedagang membuat pengolahan daging lanjutan seperti pengilingan bakso. Dengan demikian daging yang tidak habis dijual dipasaran bisa dimanfaatkan menjadi makanan olahan baru. Permasalahan selanjutnya adalah semakin berkurangnya populasi sapi potong. Hal ini menyebabkan sulitnya pedagang dalam mencari sapi untuk dipotong. Dari permasalahan ini hendaknya pedagang juga melakukan budidaya sapi potong. Sehingga pada saat kelangkaan sapi pedagang bisa memotong peliharaanya sendiri. Dari hasil penelitian pedagang dalam memasarkan daging sapinya hanya menggunakan modal sendiri jika daging tidak laku dijual maka pedagang kesulitan mendapatkan daging pada hari berikutnya. Adapun penyebabnya adalah karena hasil penjualan daging umumnya sebagian dialokasikan lagi untuk modal berdagang pada hari berikutnya. Dari permasalahan ini pedagang sangat membutuhkan bantuan modal. Solusinya adalah pedagang harus membentuk koperasi pedagang, dengan demikian pedagang bisa melakukan peminjaman pada koperasi tersebut. SIMPULAN 1. Total biaya pada pedagang belantik sebesar Rp 37.3097,6/Kg, total biaya pada pedagang pengumpul sebesar Rp 43.541/Kg, total biaya pada pedagang pengecer sebesar Rp 52.691,8/Kg. Sedangkan total biaya pada pedagang pengecer pemotong sebesar Rp 42.077,1/Kg dan total biaya pada pedagang along along sebesar Rp 79.638,8/Kg. 2. keuntungan yang paling besar adalah keuntungan yang diterima oleh pedagang pengecer pemotong yaitu sebesar Rp16.897/Kg pada saluran pemasaran level 1. Sedangkan keuntungan yang paling rendah adalah keuntungan yang diterima oleh pedagang belantik yaitu Rp 2632,8/Kg pada saluran pemasaran level 3. 3. Margin pemasaran yang paling tinggi adalah pada saluran pemasaran level 2 sebesar Rp 48.211/Kg dan margin pemasaran yang paling rendah pada saluran pemasaran level 1 yaitu sebesar Rp 21.664,7/Kg. 4. Efisiensi pemasaran daging sapi potong pada saluran pemasaran level 1 adalah sebesar Rp 5,4%, saluran pemasaran level 2 sebesar Rp 5,6% dan level 3 sebesar Rp 7,4%. Berdasarkan hal ini maka saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran level 1. 5. Pedagang harus membuat pengolahan daging lanjutan seperti pengilingan bakso. 6. Pedagang juga melakukan budidaya sapi potong. Sehingga pada saat kelangkaan sapi pedagang bisa memotong ternaknya sendiri. 7. Pedagang harus membentuk koperasi pedagang. Dengan demikian pedagang bisa melakukan peminjaman pada koperasi tersebut. DAFTAR PUSTAKA Amri, U. 2001. Kualitas karkas sapi Brahman Cross berdasarkan standar USDA. Darmono. 2000. Tata Laksana Sapi Keraman. Yogyakarta : Kanisius. Dinas Peternakan Kabupaten Rokan Hulu. Laporan Tahunan Tahun 2012. Rokan Hulu. Muktiani. 2011. Sukses Usaha Penggemukan Sapi Potong. Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Rahmat dan Harianto. 2012.Tiga jurus sukses menggemukan sapi potong. Jakarta : PT Agro media pustaka. Sosroamidjojo M.S. 1980. Ternak Potong dan Kerja.Jakarta : Yasaguna Tim Karya Tani Mandiri. 2009. Pedoman Budidaya Beternak Sapi Potong. Bandung :Nuansa Aulia. WWW.http/ Food. Detik. Com. Kandungan Gizi Pada Daging Sapi. 25/02/2013. Yulianto dan Saparinto. 2011. Penggemukan sapi potong hari perhari. Semarang : Penebar swadaya.