BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 2.1. momen magnet yang berhubungan dengan (a) orbit elektron (b) perputaran elektron terhadap sumbunya [1]

Pengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X

IDENTIFIKASI PENGARUH VARIASI UKURAN BUTIRAN TERHADAP UNSUR DAN STRUKTUR KRISTAL CANGKANG TELUR AYAM RAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh waktu annealing terhadap diameter dan jarak antar butir

PENENTUAN PARAMETER KISI KRISTAL HEXAGONAL BERDASARKAN POLA DIFRAKSI SINAR-X SECARA KOMPUTASI. M. Misnawati 1, Erwin 2, Salomo 3

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

ENKAPSULASI NANOPARTIKEL MAGNESIUM FERRITE (MgFe2O4) PADA ADSORPSI LOGAM Cu(II), Fe(II) DAN Ni(II) DALAM LIMBAH CAIR

BAB 2 Teori Dasar 2.1 Konsep Dasar

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)

DIFRAKSI KRISTAL dan KISI RESIPROK

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

X- RAY DIFFRACTION. Naufal Fauzan You and Affandy Baskoro Adhi Pradana Gilmar Wicaksono M. Helmi Faisal Nicky Rahmana Putra KELOMPOK VI

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

STUDI PENGARUH UKURAN GRAIN TERHADAP KOERSIVITAS ALLOYMAGNETIK FESI (SI = 3,2 AT%) Zulkarnain 1, D. Triyono 2 ABSTRAK

Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TUGAS 4 FISIKA ZAT PADAT. Penurunan Rumus Amplitudo Hamburan. Oleh : Aldo Nofrianto ( /2014 ) Pendidikan Fisika A. Dosen Pengampu Mata kuliah

Sistem Kristal dan Kisi Bravais

MODUL IV JUDUL : KRISTALOGRAFI I BAB I PENDAHULUAN

Karakterisasi XRD. Pengukuran

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SUSUNAN ATOM DALAM. 1. Irfa Hambali 2. Rezki Al Khairi. 4. Junedi Ramdoner 5. Priselort D. 7. Venti Nuryati

BAB V PEMBAHASAN. Gambar 5.1. (a)proses sintesis nanopartikel Mg1-xNixFe2O4, (b) nanopartikel Mg1-

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr

MAKALAH FISIKA BAHAN STRUKTUR & GEOMETRI KRISTAL (BCC, FCC, HCP) : KERAPATAN KRISTAL

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

BAB I PRINSIP-PRINSIP DIFRAKSI SINAR-X

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR BAHAN Y 1-X Pr X Ba 2 Cu 3 O 7-δ KERAMIK SUPERKONDUKTOR HASIL SINTESIS DENGAN REAKSI PADATAN SKRIPSI

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Guimaraes, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

OKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UO 2 PADA SUHU C DENGAN VARIASI WAKTU TRI RAHMAYANTI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

Gambar 4.7. SEM Gelas BG-2 setelah perendaman di dalam SBF Ringer

FONON I : GETARAN KRISTAL

Doc Name: SIMAKUI2010FIS999 Doc. Version :

B. HUKUM-HUKUM YANG BERLAKU UNTUK GAS IDEAL

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

θ HASIL DAN PEMBAHASAN. oksida besi yang terkomposit pada struktur karbon aktif.

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERRIT DENGAN DOPING ION Zn PADA VARIASI TEMPERATUR RENDAH

BAB III KETIDAKSEMPURNAAN BAHAN PADAT

KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA.319-T6 AKIBAT PENGARUH VARIASI TEMPERATUR AGING PADA PROSES PRECIPITATION HARDENING

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengkonversi file pola XRD ke tipe yang lainnya dapat menggunakan aplikasi POWDLL.

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N

FORMASI FASA DAN MIKROSTRUKTUR BAHAN STRUK- TUR PADUAN ALUMINIUM FERO-NIKEL HASIL PROSES SINTESIS

Difraksi Franhoufer dan Fresnel Difraksi Franhoufer Celah Tunggal Intensitas pada Pola Celah Tunggal Difraksi Franhoufer Celah Ganda Kisi Difraksi

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI MASSA BAHAN TERHADAP KUALITAS KRISTAL SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 Te 0,8 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN

SINTESIS DAN STRUKTUR KRISTAL BAHAN LaMnO 3 DAN La 0,7 Er 0,3 MnO 3 PEROVSKITE SKRIPSI

BAB 2 STUDI PUSTAKA Magnet

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

1. Jika periode gelombang 2 sekon maka persamaan gelombangnya adalah

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

PREDIKSI 8 1. Tebal keping logam yang diukur dengan mikrometer sekrup diperlihatkan seperti gambar di bawah ini.

PEMBAHASAN SOAL PRA UAN SOAL PAKET 2

PENGARUH WAKTU ALUR PEMANASANTERHADAP KUALITAS KRISTAL Sn(S 0,4 Te 0,6 ) HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK BRIDGMAN

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

MEDAN MAGNET SUGIYO,S.SI.M.KOM

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. XRD Uji XRD menggunakan difraktometer type Phylips PW3710 BASED dilengkapi dengan perangkat software APD (Automatic Powder Difraction) yang ada di Laboratorium UI Salemba XRD menggunakan tabung anod Co dengan panjang gelombang 1,7889 Å. Berikut ini adalah hasil uji XRD dalam tampilan program origin 2 0 0 0 F e 9 3 % S i 3 % A l 4 % 1 5 0 0 Intensitas 1 0 0 0 5 0 0 0 2 0 4 0 6 0 8 0 1 0 0 1 2 0 2 T h e t a Gambar 4.1 Grafik XRD Fe 93 % Si 3 % Al 4 % 1 4 0 0 1 2 0 0 F e 9 2 % S i 3 % A l 5 % 1 0 0 0 Intensitas 8 0 0 6 0 0 4 0 0 2 0 0 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0 1 1 0 1 2 0 2 T h e ta Gambar 4.2 Grafik XRD Fe 92 % Si 3 % Al 5 % 26

1400 1200 1000 Fe 91% Si 3% Al 6% Intensitas 800 600 400 200 0 20 40 60 80 100 120 2 Theta Gambar 4.3 Grafik XRD Fe 91 % Si 3 % Al 6 % (110) (200) (211) Al 6% Al 5% Al 4% 20 40 60 80 100 120 2 Theta Gambar 4.4 Grafik Perbandingan XRD ketiga sampel 27

4.2. Pembahasan XRD Pola difraksi XRD terdiri dari beberapa peak. Intensitas peak diplot dalam sumbu y dan sudut difraksi yang terukur diplot dalam sumbu x. Setiap peak atau reflection dalam pola difraksi terjadi akibat sinar X yang terdifraksi dari bidang atau planes dalam specimen atau material yang diuji XRD. Setiap peak mempunyai tinggi intensitas yang berbeda. Intensitas yang terjadi berbanding lurus dengan jumlah foton sinar X yang telah terdeteksi oleh detektor untuk setiap sudut. Posisi peak-peak yang terjadi pada uji XRD tergantung dari struktur kristalnya, hal ini yang dapat digunakan untuk menentukan struktur dan parameter kisi dari material yang di uji. Pada material yang diuji XRD diketahui bahwa semua bidang paralel mempunyai notasi (hkl) yang sama. Jika diukur jarak tegak lurus dari titik asal ke bidang terdekat berikutnya maka jarak yang terukur adalah jarak interplanar d. Kaidah umum untuk jarak d dalam kristal kubik adalah sebagai berikut: d hkl a h k l 2 2 2 (4.1) Dimana a adalah konstanta kisi dan h,k, dan l sebagai indeks bidang. Dari pengolahan data grafik dapat diketahui bahwa setiap sampel mempunyai posisi peak dan intensitas yang sama. Secara detail, puncak-puncak difraksi muncul pada sudut 52 º, 77º dan 99º masing- masing pada bidang refleksi (110), (200) dan (211). Dengan menggunakan persamaan (4.1) dan kaidah aturan seleksi sesuai tabel berikut: Tabel 4.1 Selection rules [12] Bravais Lattice Reflections Present for Reflections Absent for Body centered h+k+l even h+k+l odd cubic Face centered h,k,l unmixed(all even or all odd) h,k,l mixed cubic Dapat disimpulkan bahwa fasa ketiga sampel adalah bcc. 28

Tabel 4.2 Kalkulasi Parameter kisi untuk kadar Al 4% Puncak 2 θ(º) θ(º) λ(angstrom) sinθ sin²θ h k l 1 52,360 26,180 1,789 0,441 0,194 1 1 0 2 76,965 38,482 1,789 0,662 0,438 2 0 0 3 99,510 49,755 1,789 0,763 0,763 2 1 1 Data persyaratan untuk analitik Cohen[12] sebagai berikut : A 2 2 C sin A 2 2 C sin Dengan : 2 2 2 h k l dan 2 10sin Puncak α δ α² α δ δ² αsin²θ δsin²θ 1 2 6,270 4 12,540 39,313 0,389 1,219 2 4 9,490 16 37,960 90,060 1,754 4,161 3 6 9,727 36 58,362 94.614 3,495 5,665 Dari tabel ini didapat konstanta A = 0,087 Sehingga didapat parameter kisi sebesar : a o 0,303 nm. 2 A Tabel 4.3 Kalkulasi Parameter kisi untuk kadar Al 5% Puncak 2 θ(º) θ(º) λ(angstrom) sinθ sin²θ h k l 1 52,915 26,457 1,789 0,445 0,198 110 2 77,680 38,840 1,789 0,627 0,393 200 3 100,155 50,077 1,789 0,767 0,588 211 29

Data persyaratan untuk analitik Cohen sebagai berikut Puncak α δ α² α δ δ² αsin²θ δsin²θ 1 2 6,363 4 12,726 40,487 0,794 1,263 2 4 9,500 16 38,000 90,250 3,146 3,736 3 6 9,690 36 58,140 93,896 7,056 5,699 Dari tabel ini didapat konstanta A = 0,064 Sehingga didapat parameter kisi sebesar : a o 0,349 nm. 2 A Tabel 4.4 Kalkulasi Parameter kisi untuk kadar Al 6% Puncak 2 θ(º) θ(º) λ(angstrom) sinθ sin²θ h k l 1 52,375 26,187 1.7889 0,441 0,194 110 2 76,885 38,442 1.7889 0,621 0,386 200 3 99,515 49,757 1.7889 0,763 0,582 211 Data persyaratan untuk analitik Cohen sebagai berikut: Puncak α δ α² α δ δ² αsin²θ δsin²θ 1 2 6,273 4 25,092 39,351 0,584 1,221 2 4 9,485 16 151,76 89,967 2,319 3,667 3 6 9,726 36 350,136 94,608 5,243 5,667 Dari tabel ini didapat konstanta A = 0,050 Sehingga didapat parameter kisi sebesar : a o 0,399 nm. 2 A 30

Dilihat dari data parameter kisi makin meningkat seiring dengan pertambahan kadar Aluminium, hal ini artinya terdapat hubungan yang linier antara penambahan persen atom Al dengan peningkatan parameter kisi dari ketiga sampel. Gambar 4.5 Grafik hubungan Persentasi atom Al dan parameter kisi 4.3. Foto Mikro Berikut ini adalah hasil foto mikro dengan perbesaran 100x dan 500x Gambar 4.6 Foto Mikro 100x Fe 93 % Si 3 % Al 4 % Impurities 31

Gambar 4.7 Foto Mikro 500x Fe 93 % Si 3 % Al 4 % Impurities Gambar 4.8 Foto Mikro 100x Fe 92 % Si 3 % Al 5 % 32

Gambar 4.9 Foto Mikro 500x Fe 92 % Si 3 % Al 5 % Impurities Gambar 4.10 Foto Mikro 100x Fe 91 % Si 3 % Al 6 % 33

Gambar 4.11. Foto Mikro 500x Fe 91 % Si 3 % Al 6 % 4.4. Pembahasan Foto Mikro Dari data foto mikro pada perbesaran 100x dan 500x dengan variasi komposisi Aluminium 4%, 5% dan 6 % bahwa pada setiap gambar terdapat impurities hal ini terjadi karena penambahan Al. Ketika suatu atom ditambahkan pada suatu host material, struktur kristal dari host material masih sama, dan tidak ada struktur baru yang terbentuk dalam hal ini struktur dari Fe adalah tetap bcc walapun ada impurities yang ditemukan dari foto mikro. Impurities yang terlihat dalam foto mikro tersebar secara acak. Meskipun suatu material merupakan struktur bcc, material ini mengandung sejumlah kristal dengan beragam orientasi. Kristal-kristal individu ini disebut butir. Bentuk butir dalam padatan biasanya ditentukan oleh kehadiran butir-butir di sekelilingnya. Akan tetapi pada batas butir diantara dua butir yang berdekatan, terdapat zona transisi yang tidak searah dengan kedua butir, hal ini merupakan imperfection dari kristal yang dapat mengakibatkan hysteresis loss bertambah sehingga luasan kurva hysteresis bertambah. Meski penulis dapat membayangkan permukaan sebagai akhir struktur kristal, namun koordinasi atomik dalam permukaan tidak dapat disamakan dengan atom-atom dalam kristal. Atom permukaan hanya memiliki tetangga di satu sisi. 34

4.5. Hasil VSM Grafik hasil VSM yang didapat adalah dalam bentuk moment versus field kemudian grafik ini dikonversi menjadi grafik M versus H, dengan cara membagi moment dengan volume untuk mendapatkan M pada sumbu y dan pada sumbu x untuk data field dibagi dengan 4 π x 10-7 untuk mendapat H, berikut ini grafik M vs H hasil pengolahan data dan dalam tampilan menggunakan program Origin. x10 6 1,2 1,0 M in A/m 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0 0 1 2 3 4 5 6 x10 5 H in A/m Gambar 4.12 Grafik M vs H Fe 93 % Si 3 % Al 4 % 35

x 10 6 1,5 M in A/m 1,0 0,5 x 10 6 0,0-1,0-0,8-0,6-0,4-0,2 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0-0,5 H in A/m -1,0-1,5 Gambar 4.13 Grafik M vs H Fe 92 % Si 3 % Al 5 % x 10 6 1,5 M in A/m 1,0 0,5 x 10 6 0,0-1,0-0,8-0,6-0,4-0,2 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0-0,5 H in A/m -1,0-1,5 Gambar 4.14 Grafik M vs H Fe 91 % Si 3 % Al 6 % 36

10 9 8 7 6 5 4 3 2 x 10 3 1 0-8 -7-6 -5-4 -1-3 -2 H in A/m -3-4 -5-6 -7-8 -9-10 M in A/m Gambar 4.15 Grafik Koersivitas H Internal Fe 92 % Si 3 % Al 5 % 10 9 8 7 6 5 4 3 2 x 10 3 1 0-8.0-7.5-7.0-6.5-6.0-5.5-5.0-4.5-4.0-3.5-1-3.0-2 H in A/m -3-4 -5-6 -7-8 -9-10 M in A/m Gambar 4.16 Grafik Koersivitas H Internal Fe 91 % Si 3 % Al 6 % 37

x 10 3 14 12 Remanen untuk kadar Al 5% 10 M in A/m 8 6 4 (6105 ; 5300) 2 0-8000 -7000-6000 -5000-4000 H in A/m Gambar 4.17 Magnetisasi Remanen untuk kadar Al 5% M in (A/m) x 10 3 14 12 10 Remanen Untuk Kadar Al 6% 8 (5450 ; 7820) 6 4 2 0-8000 -7000-6000 -5000-4000 H in (A/m) Gambar 4.18 Magnetisasi Remanen untuk kadar Al 6% 38

1.0 µoh (T) 0.5 0.0-250 -200-150 -100-50 0 (BH) in J/m 3 x 10 3 Gambar 4.19 (BH) max untuk kadar Al 5% 1.0 µoh (T) 0.5 0.0-250 -200-150 -100-50 0 (BH) in J/m 3 x 10 3 Gambar 4.20 (BH) max untuk kadar Al 6% 39

4.6. Pembahasan VSM Dari hasil grafik M vs H untuk material dengan kadar Al 4 % didapatkan untuk nilai M tertinggi yakni 1,140 x 10 6 A/m dengan H sebesar 5,25 x 10 5 A/m, sedangkan untuk material dengan kadar Al 5 % nilai M tertinggi adalah 1,345 x 10 6 A/m dengan nilai H sebesar 7,96 x 10 5 A/m, untuk material Fe 91 % Si 3 % Al 6 % didapatkan nilai M tertinggi 1,442 x 10 6 A/m dengan nilai H 7,96 x 10 5 A/m, dari perbandingan hasil tersebut ternyata untuk nilai H yang sama material dengan kadar Al 6 % mempunyai nilai M yang lebih tinggi hal ini berarti material ini lebih mudah termagnetisasi. Untuk material dengan komposisi Al 4 % dibandingkan dengan komposisi Al 5 % untuk H bernilai 5,25 x10 5 A/m nilai M untuk material Al 5 % adalah 1,174 x 10 6 A/m, sehingga nilai magnetisasi dari Al 5 % juga lebih tinggi dari nilai material dengan komposisi Al 4 % untuk H yang sama. Nilai magnetisasi dari perbandingan grafik untuk material Al 4 %, Al 5 % dan Al 6 % yang mempunyai nilai magnetisasi paling tinggi pada H yang sama adalah material dengan komposisi Al terbesar dan, hal ini berarti dengan komposisi Silikon yang tetap yakni sebesar 3 %, penambahan Aluminium dari mulai 4 % hingga 6 % dapat meningkatkan nilai magnetisasi. Pada grafik koersivitas untuk kadar Al 5% dan 6%, sesungguhnya yang dihitung adalah koersivitas dari H internal dengan cara mengubah Hexternalnya dengan menggunakan persamaan: H internal = H applied (N d x M) Dengan N adalah faktor demagnetisasi yang besarnya 0,04 dan M adalah magnetisasi. Dari gambar grafik koersivitas dapat dihitung H c sebagai berikut: Tabel 4.5 Nilai koersivitas Sampel Batas kanan (A/m) Batas kiri (A/m) Nilai koersivitas (H c ) dalam A/m Fe 92 % Si 3 % Al 5 % Fe 91 % Si 3 % Al 6 % -6800-4000 1400 ± 28-7100 -5000 1050 ± 21 40

Dari gambar grafik remanen serta (BH) max didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.6 Parameter kemagnetan dengan variasi Al Persentasi H c (A/m) M Remanen (A/m) (BH) max J/m 3 M maksimum (A/m) atom Al 4% - - - (1,14 ± 0,02)x10 6 5% 1400 ± 28 5300 ± 106 36 ± 0,72 (1,34 ± 0,03)x10 6 6% 1050 ± 21 7820 ± 156 34 ± 0,68 (1,44 ± 0,03)x10 6 Dari tabel nilai koersivitas apabila dibandingkan dengan koersivitas dari material dengan kadar Al 5% maka koersivitas material dengan kadar Al 6% lebih rendah hal ini berarti sifat magnetik untuk soft magnetik material dengan kadar Al 6% lebih baik dari kadar Al 5%. Penambahan Al dilakukan untuk mendapatkan sifat magnetik yang baik dan sifat mekanik yang baik karena itu kadar Si dijaga 3% karena adanya ketidakuntungan (disadvantages) untuk penambahan Silicon kedalam Iron diatas 4% yakni alloy menjadi rapuh (very brittle),sehingga kadar Al yang ditambah untuk memperbaiki sifat mekanik dan magnetic. Koersivitas dari kadar Al 6% yang rendah dapat membuat hysteresis loss menjadi berkurang, sehingga apabila material ini dipakai dalam suatu transformator dapat meningkatkan efisiensi. Sehingga dari penelitian ini didapatkan bahwa penambahan kadar Al untuk kadar Si tetap 3% dapat membuat koersivitas menjadi semakin rendah, Selain itu didapatkan juga nilai (BH) max yang lebih rendah untuk kadar Al 6 %, (BH) yang menyatakan energi produk yang tersimpan dalam magnet persatuan volume. Dalam hal ini energi produk yang tersimpan persatuan volume pada kadar Al 6% lebih rendah dari kadar Al 5%. 41