BAB V PENUTUP. diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Melalui penelitian dan pengamatan langsung di lokasi penelitian terdapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada. Penelitian tentang tata niaga gabah/ beras ini berusaha menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

KEBIJAKAN MENYANGGA ANJLOKNYA HARGA GABAH PADA PANEN RAYA BULAN FEBRUARI S/D APRIL 2007

Boks 1 PROFIL PETANI PADI DI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS TATANIAGA BERAS

SURVEI LUAS PANEN DAN LUAS LAHAN TANAMAN PANGAN 2015

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Boks.2 PRODUKSI DAN DISTRIBUSI BERAS DI PROVINSI JAMBI

Economics Development Analysis Journal

BERITA RESMI STATISTIK

STATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH

BERITA RESMI STATISTIK

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

TAHUN Skripsi (S1)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

MENINGKATKAN TARAF HIDUP PETANI MELALUI PEMBERDAYAAN KUD. Oleh : Wardoyo dan Hendro Prabowo ABSTRAK

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

MENINGKATKAN TARAF HIDUP PETANI MELALUI PEMBERDAYAAN KUD

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

menghasilkan limbah yang berupa jerami sebanyak 3,0 3,7 ton/ha.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH

ANALISIS MARJIN PEMASARAN AGROINDUSTRI BERAS DI KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

KEBIJAKAN HARGA INPUT-OUTPUT DAN PENGARUHNYA TERHADAP KENAIKAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI

KAJIAN PENURUNAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS PENDAHULUAN

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

Periodisasi Musim Tanam Padi Sebagai Landasan Manajemen Produksi Beras Nasional

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman semusim yang tergolong rumput-rumputan

Jurnal Agribisnis Vol 19 No. 1 Juni 2017 ISSN P: ISSN O:

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

DAFTAR PUSTAKA UNIVERSITAS MEDAN AREA

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

ANALISIS PEMASARAN BENIH PADI SAWAH (Oryza sativa L.) VARIETAS CIHERANG (Suatu Kasus di Desa Sindangasih Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA RAMALAN I TAHUN 2015)

VI ALOKASI PRODUK. Tabel 23. Sebaran Petani Berdasarkan Cara Panen di Kabupaten Karawang Tahun Petani Padi Ladang Cara Panen

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

BAB I. PENDAHULUAN A.

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GABAH (Oriza sativa ) DI GAPOKTAN SAUYUNAN (Suatu Kasus di Desa Karangbenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN HARGA DAN PASOKAN PANGAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERIODE BULAN MARET TAHUN 2015

4 PEMBANGUNAN MODEL. Gambar 13. Diagram sebab-akibat (causal loop) antar faktor sediaan beras. Bulog Jumlah penduduk. Pedagang pengumpul

MEKANISME PENYALURAN BENIH PADI BERSUBSIDI DI KABUPATEN PURBALINGGA ABSTRAK

DISTRIBUSI DAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG PANJANG


PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tata Niaga dan Pengendalian Harga Beras di Indonesia. Tulus Tambunan Kadin Indonesia September 2008

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

Boks 2. PENELUSURAN SUMBER PEMBENTUKAN INFLASI DI KOTA JAMBI: SUATU ANALISIS SISI TATA NIAGA DAN KOMODITAS

VII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MARKETED SURPLUS PADI

VII ANALISIS PENDAPATAN

PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS PADA TINGKAT KELUARGA TANI (Studi Kasus di Desa Bukit Raya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kertanegera)

RATA-RATA HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 1,32 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59

Transkripsi:

56 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di lokasi penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Melalui penelitian dan pengamatan langsung di lokasi penelitian terdapat empat pelaku tata niaga gabah/ beras di Desa Margodadi, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman yaitu Petani Padi Sawah, Penebas, Penggilingan Desa, dan Pedagang Grosir dan Eceran. Pelaku tata niaga gabah/beras di Desa Margodadi, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman ini membentuk dua alur tata niaga gabah/beras yaitu: 1.1 Petani Padi Sawah Penebas Pedagang Grosir dan Eceran, 1.2 Petani Padi Sawah Penebas Penggilingan Padi Pedagang Grosir dan Eceran. Dalam tata niaga gabah/ beras di Desa Margodadi, harga gabah ditingkat petani padi sawah saluran 1 lebih tinggi daripada petani padi sawah saluran 2. Meskipun begitu, margin pemasaran yang dihasilkan pada saluran 2 lebih besar pada saluran tata niaga 2 yaitu Rp 3.500,00 per kilogram, hal ini dikarenakan lebih banyak biaya tata niaga yang dikeluarkan yang disebabkan lebih banyaknya pelaku tata niaga pada saluran 2. Mayoritas petani padi sawah di Desa Margodadi yaitu sebesar 60% menempuh saluran tata niaga 2

57 yaitu petani padi sawah menjual gabah ke penebas saat panen, lalu penebas menjual gabah ke penggilingan padi dimana gabah dikeringkan, digiling dan dikemas lalu dijual kepada pedagang grosir dan eceran. Sisanya yaitu sebesar 40% menempuh saluran tata niaga 1. 2. Komponen biaya penebas pada saluran tata niaga 1 antara lain biaya panen (Rp50,00/kg), biaya pengggilingan (Rp200,00/kg), dan biaya trasnportasi (Rp150,00/kg). Sedangkan komponen biaya penebas pada saluran tata niaga 2 adalah biaya panen (Rp50,00/kg), biaya timbang (Rp50,00/kg), dan biaya trasnportasi (Rp200,00/kg). Komponen biaya untuk pedagang grosir dan eceran pada saluran tata niaga 1 dan 2 tidaklah berbeda yaitu biaya taransportasi dan biaya bongkar muat. Komponen biaya untuk penggilingan padi pada saluran tata niaga 2 adalah biaya pengeringan (Rp40,00/kg), biaya penggilingan (Rp200,00/kg), biaya pengepakan (Rp25,00/kg), biaya transportasi (Rp75,00/kg), dan biaya bongkar muat (Rp40,00/kg). Jumlah biaya pemasaran pada saluran tata niaga 1 baik untuk penebas dan pedagang grosir dan eceran adalah sebesar Rp500,00 per kg beras. Pada saluran pemasaran kedua jumlah biaya pemasaran yang paling tinggi terdapat pada penggilingan desa yaitu Rp380,00 per kg beras. Share margin petani padi sawah pada saluran tata niaga 1 (62,50%) lebih besar daripada saluran tata niaga 2 (56,25%) hal ini dikarenakan penjualan harga gabah yang berbeda. Share margin yang paling tinggi baik pada saluran tata niaga 1 maupun

58 saluran tata niaga 2 terdapat pada pedagang grosir dan eceran yaitu masingmasing 81,25% dan 87,50%. 3. Karakteristik petani padi sawah di Desa Margodadi, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman cenderung homogen. Melalui pengamatan pada lokasi penelitian dapat dinyatakan bahwa rata-rata penguasaan lahan sawah 1.600 m 2-2.000 m 2 /petani serta menanam jenis beras yang sama pula yaitu C4, IR 64 maupun Mentik. Petani di Desa Margodadi ini pada umumnya adalah masyarakat yang kurang mampu atau berpendapatan rendah. Petani di lokasi penelitian tidak begitu banyak mengalami masalah dalam permodalan tetapi lebih cenderung sering mengalami kesulitan ketika cuaca yang ekstrim dan serangan hama karena hal tersebut dapat menyebabkan kualitas gabah buruk sehingga harga gabah ditingkat petani sangat rendah. Penebas merupakan seseorang yang membeli gabah hasil panen dari para petani di Desa Margodadi, dan memiliki andil dalam menentukan harga gabah di tingkat petani. Penggilingan padi merupakan suatu usaha milik pribadi yang didirikan untuk mempermudah proses penggilingan gabah menjadi beras menggunakan mesin, penggilingan padi di Desa Margodadi biasanya memiliki penebas yang tetap untuk menyetorkan gabah hasil panen dari para petani padi sawah. Penggilingan padi akan mengepak dan mendistribusikan beras kepada para pedagang grosir dan eceran dalam wilayah Desa Margodadi maupun diluat Desa Margodadi. Pelaku tata niaga yang terakhir adalah pedagang grosir dan

59 eceran yang memiliki fungsi untuk menjual hasil produksi berupa beras kepada para konsumen. 5.2 Saran Agar tata niaga gabah/ beras di Desa Margodadi, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman menjadi lebih baik, maka dapat disarankan: 1. Sebaiknya ada kontrol yang dilakukan oleh perwakilan kelompok tani masing-masing dusun di Desa Margodadi agar tata niaga yang terlaksana tidak memberatkan petani maupun konsumen. Misalnya untuk melakukan kontrol, perwakilan kelompok tani tersebut mengadakan atau mejalin hubungan yang baik dengan asosiasi konsumen sehingga petani paham dengan benar bagaimana pasar berjalan. Dengan begitu petani memiliki informasi yang berguna untuk menentukan harga jual gabah kepada pelaku tata niaga selanjutnya. 2. Tidak bisa dihindari, peran pemerintah juga masih diperlukan melihat kondisi pertanian seperti saat ini. Pemerintah diharapkan dapat memberikan perlindungan kepada para produsen gabah misalnya subsidi dalam bidang sarana dan prasarana pertanian. Sehingga dengan begitu petani termotivasi dalam memproduksi pangan bagi masyarakat Indonesia pada umumnya. 3. Peran pemerintah dalam hal ini Bulog kembali berperan sebagai buffer stock (penyangga stok beras agar stok dan harga komoditas tersebut bisa stabil dalam jangka panjang).

60 DAFTAR PUSTAKA a. Buku Arifin, Bustannul, (2004), Analisis Ekonomi Pertanian, Kompas, Jakarta. Badan Pusat Statistik, (2007-2010), Indikator Ekonomi, Badan Pusat Statistik, Jakarta. Chambers, R., (1996), Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa secara Partisipatif, Oxfam-Kanisius, Jakarta. Daniel, M., (2002), Pengantar Ekonomi Pertanian, Bumi Aksara, Jakarta. Gultom, H., (1996), Tata niaga Pertanian, Universitas Sumatera Utara Press, Medan. Hadikoesworo, H., (1986), Penelitian Ekonomi Budidaya Perairan di Asia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Mubyarto, (1989), Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, Jakarta. Radiosunu, (1995), Konsep Sistem dan Fungsi Pemasaran, Fakultas Ekonomi- Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Saladin, D., (1996), Unsur-Unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran, Mandar Maju, Bandung. Soekartawi, (1991), Agribisnis Teori dan Aplikasinya, Rajawali, Jakarta. Soekartawi, (1993), Agribisnis Teori dan Aplikasinya, Rajawali, Jakarta. Soekartawi, (2002), Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Pertanian Teori dan Aplikasinya, Rajawali, Jakarta. Sudiyono, A., (2004), Pemasaran Pertanian, UMM, Malang. Winardi, (1989), Aspek-Aspek Bauran Pemasaran (Marketing Mix), Mandar Maju, Bandung. b. Makalah dan Karya Ilmiah Lainnya yang Tidak diterbitkan Hutauruk, J., (2003), Tata niaga Hasil Pertanian, Diklat Fakultas Pertanian, Unika ST. Thomas SU, Medan. (tidak dipublikasikan). Natawidjaya, Ronnie S., (2000), Pengembangan Sistem Intelijen Pasar sebagai Usaha Monitoring Arus Distribusi Bahan Makanan Pokok dalam

61 Menunjang Penyediaan Kebutuhan Pangan Masyarakat yang Efektif dan Efisien, Laporan Tahunan, Riset Unggulan Terpadu (RUT), Menristek, DRN dan LIPPI, Jakarta.(tidak dipublikasikan). c. Referensi Jurnal dan Karya Ilmiah yang diakses dari Internet Anonimous, (2011), Harga Borongan Sayur Mayur, diakses dari http://agricenter.jogjaprov.go.id pada tangga; 27 November 2011. Anonimous, (2011), Harga Pasar di Sleman, diakses dari http://pertahanan.slemankab.go.id pada tanggal 27 November 2011. Anonimous, (2009), TPA-Produk Unggulan, diakses dari http://pertahanan.slemankab.go.id pada tanggal 17 November 2011. Anonimous, (2006), Karakteristik Wilayah, diakses dari http://www.slemankab.go.id pada tanggal 17 November 2011. Anonimous, (2011), Survey Sampling Methods, diakses dari http://www.statpac.com pada tanggal 10 Oktober 2011. Badan Pusat Statistik Provinsi DIY, (2005-2009), Statistik Tanaman Pangan 2005-2009 diakses dari http://distan.pemda.diy.go.id pada tanggal 17 November 2011. Badan Pusat Statistik Provinsi DIY, (2007), Seyegan Dalam Angka 2007, diakses dari http://yogyakarta.bps.go.id pada tanggal 18 November 2011. Badan Pusat Statistik Provinsi DIY, (2006), Harga Produsen Gabah 2005, diakses dari http://yogyakarta.bps.go.id pada tanggal 10 November 2011. Mustafa, H., (2000), Teknik Sampling, diakses dari http://home.unpar.ac.id pada tanggal 10 Oktober 2011. Nasution, E., (2008), Analisis Produksi dan Tata niaga Karet Rakyat di Kabupaten Madina, diakses dari http://repository.usu.ac.id pada tanggal 17 November 2011. Prabowo, H. E., Suprihadi, M., (2011), HPP Gabah dan Beras Tidak Dinaikkan, Kompas, 19 September 2011 diakses dari http://www.kompas.com pada tanggal 27 November 2011.

62 Suharyanto, Parwati, I. A. P., Rinaldi, J., (2005), Analisis Pemasaran dan Tata niaga Anggur di Bali, diakses dari http://ejournal.unud.ac.id pada tanggal 17 September 2011. Supriatna, A., (2002), Analisis Sistem Pemasaran Gabah/Beras (Studi Kasus Petani Padi di Sumatera Utara), diakses dari http://ejournal.unud.ac.id pada tanggal 15 September 2011. Tambunan, T., (2008), Tata niaga dan Pengendalian Harga Beras di Indonesia diakses dari http://www.kadin-indonesia.or.id pada tanggal 15 September 2011.

63 Kuesioner / Daftar Pertanyaan Tata Niaga Gabah/ Beras di Desa Margodadi, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman 1. PETANI Nama : Usia : Pendidikan Terakhir : Lama Jadi Petani/Buruh Tani : Jumlah Anggota Keluarga : Jumlah Keluarga Yang Jadi Petani/Buruh Tani : Luas Sawah Garapan : 1.1 Kepada siapa gabah/beras setelah panen dijual? a. Penebas b. KUD c. Lainnya.. 1.2 Mengapa memilih untuk menjual gabah/beras kepada tengkulak/kud/lainnya? 1.3 Setahun biasanya berapa kali masa tanam dan panen untuk komoditas padi? a. 1-2x b. 2-3x c. 3-4x d. Lainnya 1.4 Berasal dari mana sumber modal utama untuk memulai masa tanam padi? a. Modal sendiri b. KUD c. Kelompok Tani... d. Bank/ BPR e. Penebas f. Lainnya.. 1.5 Jika kesulitan modal untuk produksi, dapat modal dari siapa? a. KUD b. Kelompok Tani c. Penebas d. Bank/ BPR e. Lainnya 1.6 Apakah setelah panen langsung dijual atau disimpan terlebih dahulu? a. Langsung dijual, kenapa? b. Disimpan dahulu, kenapa? Berapa lama menyimpannya dan dimana?

64 1.7 Apa saja permasalahan yang selama ini selalu saja memberatkan dalam memulai tanam padi maupun menjelang masa panen dan setelah masa panen? a. Modal b. Lahan (garapan) c. Benih dan Bibit d. Irigasi e. Lainnya f. Tenaga Kerja STRUKTUR BIAYA A. MODAL KERJA/PRODUKSI 1. Biaya Produksi Satuan Volume Harga Biaya - Benih/ Bibit - Pupuk - Tenaga Kerja 1. Bagi Hasil 2. Keluarga 3. Buruh Tani Total Biaya Produksi (A) 2. Biaya Panen - Penggilingan - Tenaga Kerja Total Biaya Panen HASIL PRODUKSI

65 Hasil Produksi Satuan Volume Harga Total Gabah Kering Giling/GKG Beras Total Hasil Produksi (B) Keuntungan Petani (B-A) 2. PENEBAS Nama : Usia : Pendidikan Terakhir : Lama Sebagai Tengkulak : Jumlah Anggota Keluarga : Domisili : 2.1 Apakah pembelian gabah/beras langsung dari petani itu sendiri? a. Langsung b. Tidak langsung, dari siapa? 2.2 Setelah membeli gabah/beras dari petani, apa yang selanjutnya dilakukan? a. Jemur gabah lalu dijual pada hari yang sama b. Jemur gabah lalu dijual pada hari yang berbeda c. Langsung dijual tidak dijemur dahulu kepada Penggilingan Desa 2.3 Apakah masih ada pembelian dalam bentuk sistem ijon? a. Ada, kenapa melakukan sistem ini? b. Tidak, lalau sistem seperti apa?

66 URAIAN 1. Sumber Modal Utama 2. Bentuk Pembelian Dominan 3. Kisaran Harga Pembelian 4. Volume Pembelian 5. Jenis-jenis Kegiatan Utama KETERANGAN STRUKTUR BIAYA A. Biaya Operasional Satuan Volume Harga Biaya 1. Panen 2. Timbang 3. Penggilingan 4. Transportasi Total Biaya Operasional (A) B. Hasil Penjualan Satuan Volume Harga Total 1. GKG 2. Beras Total Hasil Penjualan(B) Keuntungan Penebas (B-A)

67 3. PENGGILINGAN PADI Nama : Lama Jasa Penggilingan : Domisili : 3.1 Siapa pemilik Penggilingan Desa ini? a. Bantuan pemerintah b. Milik Swasta c. Jasa yang tersedia akibat keinginan petani setempat d. Lainnya 3.2 Siapa saja yang mengelola dan mengoperasikan jasa penggilingan ini? a. Tenaga operasional, siapa? b. Pemilik saja 3.3 Berapa biaya untuk satu kali penggilingan gabah menjadi beras? 3.4 Berapa kisaran volume gabah yang digiling setiap satu kali masa panen padi? 3.5 Apa permasalahan atau kendala dalam mengoperasikan jasa penggilingan padi ini? STRUKTUR BIAYA A. Biaya Operasional Satuan Volume Harga Biaya 1. Pengeringan 2. Penggilingan 3. Pengepakan 4. Transportasi 5. Bongkar Muat Total Biaya Operasional (A) B. Hasil Penjualan 1. Beras Total Hasil Penjualan(B)

68 Keuntungan Penggilingan Padi Desa (B-A) 4. GROSIR DAN PENGECER Nama : Usia : Lama Sebagai Grosir/ Pengecer : Jumlah Keluarga : Pendidikan Terkahir : Domisili : 4.1 Dimana saja lokasi grosir ketika menyuplai beras ke pedagang pengecer? a. Desa b. Kecamatan c. Kab./Kota d. Lainnya. 4.2 Apakah grosir juga seringkali merangkap menjadi pengecer? a. Iya, seperti apa? b. Tidak, mengapa? 4.3 Apakah ada permasalahan dalam melakukan kegiatan pembelian dan penjualan beras? a. Bongkar muat b. Transportasi c. Harga d. Kualitas e. Lainnya.. URAIAN KETERANGAN 1. Sumber Modal Utama 2. Jenis Beras 3. Kisaran Harga Pembelian 4. Volume Pembelian STRUKTUR BIAYA A. Biaya Operasional Satuan Volume Harga Biaya 1. Transportasi

69 2. Bongkar Muat 3. Sewa Total Biaya Operasional (A) B. Hasil Penjualan 1. GKG 2. Beras Total Hasil Penjualan (B) Keuntungan Grosir/ dan Pengecer (B-A)