ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN SEKITAR BANDARA SULTAN HASANUDDIN DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
Kata kunci: Kebisingan, Mall Panakkukang, Makassar, kontur, kuesioner.

Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks Bandar Udara Djalaludin Gorontalo merupakan satu-satunya bandara yang

DAILY MAPPING AIRCRAFT NOISE LEVEL IN UNIT APRON AHMAD YANI AIRPORT, SEMARANG, CENTRAL JAVA, USING CONTOUR NOISE METHOD

KAJIAN KEBISINGAN PADA PEMUKIMAN DEKAT BANDARA UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA

Studi Analisis Tingkat Kebisingan di Sekitar Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin

EVALUASI KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN OLEH PERGERAKAN KERETA API TESIS MAGISTER. Oleh : Bayu Martanto Adji NIM

ANALISIS PEMETAAN KEBISINGAN DARI AKTIVITAS PESAWAT DI KAWASAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL KUALANAMU PUTRI ZHAFIRAH CHUZNITA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (2014), Hal ISSN : TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN OLEH MESIN PENGOLAH KELAPA SAWIT DI PT. TASMA PUJA, KABUPATEN KAMPAR-RIAU

EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN DI BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-48/MENLH/11/1996 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Dany Garjito Slamet Suprayogi

ARDHINA NUR HIDAYAT ( ) Dosen Pembimbing: Ir. Didik Bambang S, MT.

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KERTAJAYA INDAH TIMUR- DARMAHUSADA INDAH TIMUR-DARMAHUSADA INDAH UTARA, SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Total Penumpang

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang : Baku Tingkat Kebisingan

BAB III PERFORMANSI PUBLIC ADDRESS SYSTEM

ANALISIS KEPADATAN LALU LINTAS TERHADAP KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN KENDARAAN BERMOTOR (STUDI KASUS SDN BOJONG RANGKAS 4 BOGOR)

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK

PENENTUAN TINGKAT REDUKSI KEBISINGAN OLEH PAGAR BUATAN DI SEKITAR BANGUNAN RUMAH PENDUDUK DI KOTA PEKANBARU

Prasyarat Periode Metode Baku Mutu Jarak

ANALISIS PENGARUH VOLUME DAN KECEPATAN KENDARAAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA JALAN DR. DJUNJUNAN DI KOTA BANDUNG

GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1

Rhaptyalyani FakultasTeknik UniveristasSriwijaya Jl. Raya Prabumulih- Palembang km 32 Indralaya, Sumatera Selatan. Abstract

ABSTRAK. Kata Kunci : Kebisingan, Jalan Raya.

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hal ini diketahui dari bertambahnya jumlah kendaraan bermotor

PENGKAJIAN KEBISINGAN DI SEKITAR BANDARA DI BEBERAPA KOTA BESAR DI INDONESIA (AIRPORT NOISE)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI TINGKAT KEBISINGAN PADA SMP NEG. 6 DI KOTA MAKASSAR

BAB IV ANALISA DAN HASIL

ANALISA KEBISINGAN ARUS LALU LINTAS TERHADAP RUMAH SAKIT PROF.DR. TABRANI RAB PEKANBARU


ROAD MAP KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BOGOR (KAJIAN SEKSI II UNTUK KASUS DI DEPAN RSUD CIAWI BOGOR)

Rhaptyalyani Fakultas Teknik Univeristas Sriwijaya Jl. Raya Prabumulih- Palembang km 32 Indralaya, Sumatera Selatan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta

MODEL SISTEM ANTRIAN PESAWAT TERBANG DI BANDARA INTERNASIONAL ADISUTJIPTO YOGYAKARTA

Pemodelan Kebisingan akibat Aktifitas Pesawat dan Optimalisasi Kebisingan di Bandara Juanda dengan Menggunakan Model Les Frair

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG BAKU TINGKAT KEBISINGAN

Evi Setiawati Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini telah menjadikan peranan transportasi menjadi sangat

ANALISA KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN RAYA KENJERAN JALAN KENJERAN SURABAYA. Abstrak

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN MULYOREJO-SUTOREJO SURABAYA

ANALISA KEBISINGAN ARUS LALU LINTAS TERHADAP RUMAH SAKIT PROF.DR. TABRANI RAB PEKANBARU

PENGARUH VOLUME LALU LINTAS TERHADAP KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat

TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

BAB IV METODE PENELITIAN. kebisingan lalu lintas dan wawancara terhadap penduduk yang dilakukan dengan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

Model Persamaan Tingkat Kebisingan Lalu Lintas Di Jalan Dr. Djunjunan Kota Bandung

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA (UPI) DI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG

MENENTUKAN POLA RADIASI BUNYI DARI SUMBER BERBENTUK CORONG. Robi ullia Zarni 1, Defrianto 2, Erwin 3

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Mei

EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN PADA KAWASAN PENDIDIKAN AKIBAT PENGARUH LALU LINTAS KENDARAAN

MANAJEMEN REKAYASA LALU LINTAS AKIBAT PENGOPERASIAN BANDAR UDARA NOTOHADINEGORO JEMBER

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-156

PERNYATAAN. Semarang, Juni Turmaningsih Surya Pratama

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

hidup yang ada disekitarnya termasuk manusia.

ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Airport) berfungsi sebagai simpul pergerakan penumpang atau barang dari

ANALISA KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN AHMAD YANI KOTA SORONG

ANALISIS KINERJA GATE PADA TERMINAL KEBERANGKATAN DOMESTIK DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

Kajian Tingkat Kebisingan Komplek Permukiman di Ruang Peruntukan Perdagangan Dan Jasa Di Kota Jambi.

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan transportasi udara adalah tersedianya Bandar Udara (Airport)

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 176 TAHUN 2003

STUDI TINGKAT KEKUATAN BUNYI KENDARAAN ANGKUTAN UMUM MIKROLET DI KOTA MAKASSAR.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Evaluasi dan Perencanaan Posisi Parkir Pesawat pada Apron Bandara Husein Sastranegara Bandung

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini, kota-kota di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR lsi. ii DAFTAR lsi. iv DAFTAR TABEL. vi DAFTAR GAMBAR. vii DAFTAR LAMPIRAN. viii ISTILAH - ISTILAH. ix NOTASI- NOTASI

STUDI TINGKAT KUALITAS UDARA PADA KAWASAN RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO DI MAKASSAR

3.1. Waktu dan Tempat Alat dan Bahan. Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.

STUDI HEARING LOSS TENAGA KERJA DAN MASYARAKAT DI WILAYAH BANDARA HASANUDDIN MAKASSAR

GUNA LAHAN DI KAWASAN SEKITAR BANDAR UDARA MUTIARA KOTA PALU

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.1 Tahun 2016

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT TASMA PUJA KECAMATAN KAMPAR TIMUR

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Keywords : Noise Intensity, Hearing Threshold Values, Ground Handling Labor

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EFEK PARTISI TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

VI. PERBANDINGAN HARGA LAHAN. bandara berasal dari transaksi lahan yang terjadi pada tahun 2005 sampai 2007.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Bandara Internasional Minangkabau yang terletak 23 km dari pusat Kota

BAB III METODE PENELITIAN. ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan

EVALUASI ON TIME PERFORMANCE PESAWAT UDARA DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA MENGGUNAKAN APLIKASI FLIGHTRADAR24

PEMODELAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT ARUS LALU LINTAS DI SDN NUSA INDAH 1 BATI BATI NOISE LEVEL MODEL FLOW DUE TO TRAFFIC AT SDN NUSA INDAH 1-BATI BATI

ANALISIS AWAL PERMASALAHAN TRANSPORTASI UDARA DAN ARAH PENGEMBANGAN BANDARA DI INDONESIA

Transkripsi:

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN PADA KAWASAN PERMUKIMAN SEKITAR BANDARA SULTAN HASANUDDIN DAN DAMPAKNYA TERHADAP LINGKUNGAN Sumarni Hamid Aly 1, Muralia Hustim 2, Tika Purnamasari 3 1, 2 Staf pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin 3 Mahasiswa S1 Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Abstract Jumlah penumpang dan penerbangan di bandara Sultan Hasanuddin akhir-akhir ini mengalami peningkatan. Hal ini akan menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat yang tinggal dikawasan sekitar bandara, salah satunya kebisingan yang disebabkan oleh pesawat yang melintas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai tingkat kebisingan, dampak kebisingan terhadap masyarakat dan memetakan nilai tingkat kebisingan dalam sebuah peta kontur. Metode pengambilan data dengan pengamatan langsung menggunakan Sound Level Meter (SLM) tipe TM-103 sebanyak 55 titik lokasi pengamatan dan kuesioner sebanyak 250 responden untuk mengetahui tingkat penerimaan bising yang ditimbulkan. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 45 titik pada jarak ±700m dari landasan pacu telah melebihi standar baku mutu (>55 db) dengan nilai kebisingan maksimum sebesar 73.54dB dan sebanyak 10 titik pada jarak ±1000m dari landasan pacu masih dibawah standar baku mutu yang berada pada kawasan tanah kosong sehingga jarang dilewati pesawat dengan nilai kebisingan minimum sebesar 47.16dB. Pemetaan pada kontur sebanyak 63.64% titik pengamatan berwarna merah dengan nilai kebisingan (Leq) antara 61dB-74dB, sebanyak 18.18% titik pengamatan berwarna kuning dengan nilai kebisingan (Leq) antara 56dB-60dB dan sebanyak 18.18% titik pengamatan berwarna hijau dengan nilai kebisingan (Leq) antara 47dB-55dB. Persepsi masyarakat terhadap hasil tingkat kebisingan sebanyak 91% responden merasa terganggu dengan bising yang ditimbulkan. Sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian untuk mengurangi hal tersebut salah satunya dengan membangun tembok peredam bising (noise barrier) dan memindahkan permukiman yang jaraknya sangat dekat dengan landasan pacu. Kata kunci : bandara, pesawat, kebisingan The number off passenger and flight in Sultan Hasanuddin airport lately has been increasing. This case will cause negative impacts to society who lives around the airport area, one of them is noisiness caused by airplane passing through. This research aimed at analyzing the level value of noisiness, the impact of noisiness to society and to map the level value of noisiness in a contour map. The method of collecting data was by applying direct observation using Sound Level Meter (SLM) type TM-103 with 55 points of observation location and questionnaire with 250 respondentsto find out the level of noisy acceptance appeared. The result of the research showed that there were 45 points of distance ±700m from runway exceeded the quality basic standard (>55 db) with the value of maximum noisiness 73.54dB and there were 10 points of distance ±1000m from runway still under the quality basic standard in the empty area so it was seldom passed through by airplane with the value of minimum noisiness 47.16dB. The mapping of contour was 63.64% point of red observation with the value of noisiness (Leq) between 61dB-74dB, there were 18.18% point of yellow observation with the value of noisiness (Leq) between 56dB-60dB and there were 18.18% point of green observation with the value of noisiness (Leq) between 47dB- 55dB. The society s perception to the result of noisiness level was 91% respondent felt disturbed with noisiness appeared. So, it is important to have control efforts to decrease this case, one of them is by establishing noise barrier wall and moving the residence which is very close to the runway. Key Words: Airport, Airplane, Noisiness. 1

Pendahuluan Seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan teknologi terutama dalam bidang transportasi berkembang pesat, baik transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makhluk yang kompleks yang sibuk akan pekerjaan membutuhkan transportasi untuk beraktivitas. Semakin tinggi tingkat kesibukan seseorang maka akan semakin penting sarana transportasi bagi penunjang aktivitas mereka. Transportasi udara merupakan salah satu transportasi yang sangat dibutuhkan. Salah satunya adalah pesawat terbang. Pemilihan pesawat terbang sebagai salah satu transportasi yang sangat penting untuk digunakan adalah disamping memiliki kecepatan tinggi juga dapat mencapai tujuan dalam waktu singkat. Makassar merupakan salah satu kota terbesar di Sulawesi Selatan. Salah satu kawasan yang dimilik oleh kota Makassar adalah Bandara Sultan Hasanuddin. Bandara Sultan Hasanuddin ini merupakan salah satu Bandara yang berstandar internasional, yang mana seharusnya permasalahan-permasalahan yang ada tidak menimbulkan dampak baik terhadap masyarakat sekitar maupun bagi lingkungan. Menurut informasi Commercial Tender Sultan Hasanuddin International Airport Makassar, data trafik penumpang domestik Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar mengalami peningkatan dari tahun ke tahun selama 5 tahun terakhir (2008-2013) sebesar 15%, sama halnya dengan penumpang internasional Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun selama 5 tahun terakhir (2008-2013) sebesar 23%. Hal ini menunjukan bahwa jumlah penumpang akan berbanding lurus dengan jumlah penerbangan yang dari tahun ke tahun semakin meningkat. (Kemenhub, 2014) Bertambahnya jumlah penerbangan Bandara Sultan Hasanuddin dikhawatirkan akan menimbulkan masalah lingkungan, salah satunya yaitu peningkatan emisi suara (kebisingan) terhadap masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman sekitar bandara. Suara bising yang ditimbulkan akibat kegiatan penerbangan pada saat landing maupun take off serta saat bergerak menuju apron akan menimbulkan suara bising yang menganggu dan berdampak terhadap masyarakat yang tinggal di permukiman sekitar bandara. Dalam upaya pengendalian kebisingan di lingkungan Bandara agar lebih efektif, maka perlu dilakukan identifikasi masalah kebisingan, dan mengetahui tingkat kebisingan di kawasan permukiman sekitar Bandara. Data yang diperoleh kemudian digunakan untuk membuat peta kontur kebisingan akibat kegiatan penerbangan (pesawat). Untuk membuat peta kontur kebisingan akibat aktivitas pesawat pada saat landing dan take off digunakan software Surfer 7.0. Surfer 7.0 merupakan salah satu program sederhana untuk menghasilkan kurva kebisingan 2

(kontur kebisingan). Selain itu diperlukan juga pengukuran tingkat kebisingan di kawasan permukiman sekitar bandara. Hasil pengukuran ini akan di sesuaikan dengan Baku Mutu Tingkat Kebisingan KEP.48 /MENLH/11/1996 dan digunakan dalam pembuatan peta kontur kebisingan. Tujuan dari penelitian ini adalah berapa nilai tingkat kebisingan (Leq) di kawasan permukiman sekitar bandara Sultan Hasanuddin dan dampaknya terhadap lingkungan apakah telah memenuhi standar baku mutu yang dipersyaratkan, kemudian membuat peta kontur kebisingan. Tinjauan Pustaka Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Kep. MenLH. N0. 48 Tahun 1996). Tingkat kekuatan bunyi diukur dengan alat yang disebut Sound Level Meter (SLM). Alat ini terdiri dari : mikrofon, amplifier, weighting network dan layar (display) dalam satuan desibel (db). Layarnya dapat berupa layar manual yang ditunjukkan dengan jarum dan angka seperti halnya jam manual, ataupun berupa layar digital (Mediastika C. E, 2005). Pengukuran dengan sistem angka penunjuk yang paling banyak digunakan adalah angka penunjuk ekuivalen (equivalent index (L eq )). Angka penunjuk ekuivalen adalah tingkat kebisingan yang berubah ubah (fluktuatif) yang diukur selama waktu tertentu, yang besarnya setara dengan tingkat kebisingan tunak (steady) yang diukur pada selang waktu yang sama. L eq = L 50 + 0,43 (L 1 L 50 ) (2.1) Keterangan : L eq = tingkat kebisingan ekuivalen L 50 = angka penunjuk kebisingan 50% L 1 = angka penunjuk kebisingan 1% (Mediastika C. E, 2005) Baku mutu yang digunakan pada penelitian ini sebagai acuan yaitu KEP.48/MENLH/11/1996, tanggal 25 Nopember 1996. Tentang baku tingkat kebisingan Peruntukan Kawasan atau Lingkungan Kegiatan. Tabel 1. Baku Mutu Tingkat Kebisingan Metode Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 2 hari, yaitu pada tanggal 25-26 September 2014 di kawasan permukiman sekitar bandara Sultan Hasanuddin sebanyak 55 titik pengamatan. 3

B. Alat Peneltian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sound Level Meter, Tripod, Stopwatch, Laptop, Kamera dan Kuesioner. C. Bahan dan Cara Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observational deskriptif, yaitu melakukan pengamatan terhadap tingkat kebisingan yang disesuaikan dengan Baku Mutu yang ditetapkan. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui nilai dan dampak kebisingan terhadap masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman sekitar bandara. Pengumpulan data kebisingan menggunakan alat Sound Level Meter (SLM) tipe TM 103 sebanyak 2 buah. Kemudian data yang diperoleh dianalisis sehingga menghasilkan nilai tingkat kebisingan ekuivalen (Leq). Pengumpulan data mengenai dampak kebisingan menggunakan kuesioner sebanyak 250 responden dibagikan secara acak (sampling random). Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan (Observasi). Untuk pengukuran tingkat kebisingan alat yang digunakan adalah dua buah alat Sound Level Meter (SLM) Tipe TM- 103. Proses pengukuran dapat dilihat di bawah ini: 1. Alat dipasang pada setiap titik lokasi dengan jarak antara 650 m sampai 1150 m dari Landasan Pacu, dari titik satu ke titik yang lain menggunakan interval jarak 100 m. 2. Alat dipasang pada tripod dan di tempatkan pada posisi 1.2 m dari atas permukaan tanah. 3. Pengambilan data dimulai pada saat stopwatch, Sound Level Meter (SLM) ditekan dan dihentikan secara bersamaan pada saat stopwatch telah mencapai waktu 10 menit. Mekanisme kerja alat ini adalah menghubungkan kabel dari SLM ke laptop kemudian mengklik tanda connect, setelah muncul tulisan Sound Meter is Found tekan tombol Rec bersamaan dengan stopwatch. Setelah 10 menit, tekan tombol Rec kembali pada alat kemudian download dan simpan data yang telah direkam, maka akan muncul sebanyak 600 data pada layar laptop. Analisis dan Pembahasan 1. Tingkat Kebisingan Setelah melakukan pengukuran tingkat kebisingan diperoleh data sebanyak 600 data, data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan statistik sederhana. Tabel 2. Data Hasil Statistik Titik 1 Berdasarkan tabel 2 diatas dibuatkan histogram untuk menentukan nilai L 1, L 10, L 50, L 90 dan Leq. 4

Gambar 1 Persentase tingkat kebisingan terhadap frekuensi pada titik 1 Selanjutnya menentukan nilai L 1, L 10, L 50, L 90 dan Leq pada titik 1 dengan menggunakan rumus luasan area histogram. Untuk menghitung L 1, L 10, L 50, L 90 buatlah persamaan luas area sebesar 99%, 90%, 50% dan 10% dari keseluruhan luas area histogram dari sebelah kiri (dari tingkat kebisingan yang rendah), sebagai berikut : - Menghitung L 50 buatlah persamaan luas area sebesar 50 % 2 (2.3 + 16.2) + 51.8 y = 0.5 (200) y = 1.22 db(a) Sehingga, L 50 = 56 + 1.22 = 57.22 db(a) - Menghitung L 90 buatlah persamaan luas area sebesar 10 % 2 (2.3) + 16.2 z = 0.1 (200) z = 0.95 db(a) Sehingga, L 90 = 54 + 0.95 = 54.95 db(a) Berdasarkan analisis diatas, tingkat kebisingan L 1, L 10, L 50 dan L 90 secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 2. - Menghitung L 1 buatlah persamaan luas area sebesar 99 % 2 (2.3 + 16.2 + 51.8 + 11.3 + 4.0 + 2.2 + 2.7 + 1.2 + 2.5 + 0.8 + 1.5 + 0.8 + 0.3 + 0.3 + 0.7 + 0.3) = 0.99 (200) Sehingga, L 1 = 84 db(a) - Menghitung L 10 buatlah persamaan luas area sebesar 90 % 2 (2.3 + 16.2 + 51.8 + 11.3 + 4.0 + 2.2) + 2.7 x = 0.9 (200) x = 1.63 db(a) Sehingga, L 10 = 64 + 1.63 = 65.63 db(a) Gambar 2 Tingkat Kebisingan L 1, L 10, L 50, L 90 di Semua Titik Pengamatan Setelah nilai L 1, L 10, L 50, L 90 diperoleh, selanjutnya menghitung nilai Leq di titik 1 dengan menggunakan persamaan 2.1 L eq = L 50 + 0,43 (L 1 L 50 ) = 57.22 + 0.43 (84-57.22) = 68.74 db(a) Nilai L 1, L 10, L 50, L 90 dan Leq secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 3 5

Tabel 3. Rekapitulasi Tingkat Kebisingan L 1, L 10, L 50, L 90 dan Leq Gambar 3. Tingkat Kebisingan Leq di Semua Titik Pengamatan Dari Gambar 3 diatas, sebanyak 10 titik pengamatan berada dibawah standar baku mutu yang ditetapkan (<55 db), sedangkan sebanyak 45 titik pengamatan berada diatas standar baku mutu (>55 db). Nilai tingkat kebisingan terendah berada pada titik 45 dengan nilai tingkat kebisingan sebesar 47.16 db hal ini disebabkan karena lokasi tersebut berada pada kawasan tanah kosong yang jarang dilalui oleh kendaran darat maupun udara, sedangkan nilai tingkat kebisingan tertinggi berada pada titik 42 dengan nilai tingkat kebisingan sebesar 73.54 db hal ini dikarenakan lokasi penelitian berada dekat dengan jalanan sehingga bunyi bunyi yang berasal dari kendaraan ikut terekam. Selanjutnya, nilai tingkat kebisingan ekuivalen (Leq) tersebut disesuaikan dengan Baku Mutu Tingkat Kebisingan menurut KepMenLH No 48 tahun 1996. Tingkat kebisingan Leq dapat dilihat pada Gambar 3 2. Kontur Kebisingan Setelah nilai Leq diperoleh selanjutnya nilai-nilai Leq tersebut dibuatkan kontur kebisingan dengan menggunakan software Surfer 7.0 yaitu dengan memasukan nilai tingkat kebisingan ekuivalen (Leq) dan koordinat lintang selatan (sumbu 6

y) dan koordinat bujur timur (sumbu x). Berikut peta kontur kebisingan yang dihasilkan dari software Surfer 7.0 dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5-5.084-5.086-5.088-5.09-5.092-5.094-5.096-5.098 119.536 119.538 119.54 Gambar 4 Peta Kontur Kebisingan Gambar 5 Peta Kontur Kebisingan Gabungan 73 71 69 67 65 63 61 59 57 55 53 51 49 47 45 Berdasarkan gambar kontur diatas warna kontur terdiri atas beberapa warna. Warna hijau diasumsikan sebagai batas zona aman (tingkat kebisingan dibawah standar baku mutu yang telah ditetapkan yaitu <55 db). Titik = pengamatan yang berada pada kawasan warna hijau adalah titik 25, 34, 35, 45, 46, 47, 50, 51, 52, dan 53. 5 Warna kuning diasumsikan 4 sebagai zona pertengahan (tingkat kebisingan. melebihi standar baku mutu yaitu antara 56-65 db). Zona 9 ini berjarak sekitar ±750m dari sumber suara 5 sehingga suara-suara yang berasal dari aktifitas pesawat masih sangat terdengar bising. d Sedangkan warna merah diasumsikan B sebagai zona berbahaya (tingkat kebisingan ( jauh diatas standar baku mutu yaitu >65 db). Titik pengamatan yang berada pada kawasan warna merah adalah titik 1, 2, 6, 7, 8, 9, 10, B11, 13, 14 dan 16. 3. Tingkat ( Ketergangguan Akibat Kebisingan A ) I. Identitas Responden Dari 250 responden, dibagi atas empat kriteria yaitu berdasarkan jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan. Sebanyak 50.80 % responden berjenis kelamin laki-laki dan 49.20 % responden berjenis kelamin perempuan. Sebanyak 24.80 % responden berumur sekitar 17 23 tahun, 16.80 % berumur sekitar 23 30 tahun, 47.20 % berumur 30 50 tahun, dan 11.20 % berumur 50 60 tahun. Sebanyak 13.2 % responden berpendidikan hanya Sekolah Dasar (SD), 6 % Sekolah Menengah 7

Pertama (SMP), 42 % Sekolah Menengah Atas (SMA), 23.2 % Diploma/Strata1 (D3/S1), 6 % Magister/Doktor (S2/S3), dan 9.6 % tidak berpendidikan (dll). Sebanyak 16.4 % responden bekerja sebagai PNS/POLRI/TNI, 7.6 % bekerja sebagai pegawai non-pns, 24.8 % sebagai pelajar/mahasiswa, 8 % bekerja sebagai wiraswasta/usaha, 20.8 % bekerja sebagai ibu/bapak rumah tangga dan 22.4 % responden yang mempunyai pekerjaan dan lainlain. II. Persepsi Terhadap Tingkat Kebisingan Dibagi atas dua kriteria yaitu berdasarkan tingkat kebisingan di kawasan permukiman dan tingkat kebisingan akibat pesawat. Tingkat kebisingan di kawasan permukiman menyatakan sebanyak 36% responden sangat ribut, 11.6% menyatakan ribut, 31.2% menyatakan agak ribut, 10.4% menyatakan kurang ribut, dan 10.8% responden menyatakan tidak ribut. Tingkat kebisingan akibat pesawat menyatakan sebanyak 36.4% responden sangat ribut, 20.8% menyatakan ribut, 27.6% menyatakan agak ribut, 6.4% menyatakan kurang ribut, dan 8.8% responden menyatakan tidak ribut. Sebanyak ± 50% responden menyatakan tingkat penerimaan kebisingan akibat pesawat sangat ribut, hal ini masih banyak nya permukiman pada jarak ± 50meter dari kawasan bandara. III. Pengaruh Kebisingan Dibagi atas enam kriteria, yaitu ketergangguan dalam berkomunikasi, kejelasan dalam berkomunikasi terhadap lawan bicara, keharusan berteriak ketika pesawat melintas, ketergangguan konsentrasi, ketergangguan ketika bekerja/istirahat, dan kerusakan pada bangunan/property rumah. Sebanyak 30.4% responden menyatakan sangat terganggu dalam berkomunikasi ketika pesawat melintas, dan 19.2% responden menyatakan tidak terganggu. Sebanyak 6.8% responden menyatakan sangat mengerti dalam berkomunikasi terhadap lawan bicara ketika pesawat melintas, dan 27.2% responden menyatakan tidak mengerti dalam berkomunikasi terhadap lawan bicaranya. Sebanyak 1.2% responden menyatakan selalu berteriak dalam berkomunikasi terhadap lawan bicara ketika pesawat melintas, dan 52.8% responden menyatakan tidak berteriak dalam berkomunikasi terhadap lawan bicara. Karena sebagian responden lebih memilih diam dari pada berbicara. Sebanyak 19.6% responden menyatakan sangat terganggu perhatian/konsentrasi dan 26% responden menyatakan tidak terganggu perhatian/konsentrasi akibat bising. Sebanyak 15.6% responden menyatakan sangat terganggu ketika sedang bekerja/istirahat, dan 31.6% 8

responden menyatakan tidak terganggu. Sebanyak 5.2% responden menyatakan sangat merusak properti bangunan ketika pesawat melintas, dan 64.8% responden menyatakan tidak merusak properti bangunan. IV. Upaya Pengendalian Kebisingan Pendapat responden mengenai upaya pengendalian kebisingan dikawasan permukiman sekitar bandara dapat dilihat pada Gambar 6 Gambar 6 Persentase Upaya Pengendalian Kebisingan Sehingga untuk melakukan upaya pengendalian kebisingan terhadap masyarakat yang tinggal di permukiman yang jaraknya ± 50meter dari kawasan bandara, pihak bandara telah melakukan pendataan seluruh warga untuk melakukan pembebasan lahan. Karena untuk melakukan upaya pemindahan kawasan bandara dirasa sulit berhubung akan diadakannya perluasan kawasan bandara untuk beberapa tahun ke depan. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Nilai tingkat kebisingan terendah berada pada titik 45 dengan nilai tingkat kebisingan sebesar 47.16 db sedangkan nilai tingkat kebisingan tertinggi berada pada titik 42 dengan nilai tingkat kebisingan sebesar 73.54 db. 2. Berdasarkan standar baku mutu yang ditetapkan oleh kementrian Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996, sebanyak 45 titik sampel telah melebihi standar baku mutu dan 10 titik sampel berada di bawah standar baku mutu yang ditetapkan. 3. Pada pemetaan, diasumsikan bahwa kontur yang berwarna hijau adalah zona aman (<55 db), kontur yang berwarna kuning adalah zona sedang (56 db 65 db), sedangkan kontur yang berwarna merah adalah zona ekstrim (>65 db). 4. Persepsi masyarakat mengenai tingkat kebisingan di permukiman sekitar bandara sebanyak 36.4% responden merasa terganggu dengan bising yang dihasilkan oleh pesawat baik yang melintas maupun yang sedang lepas landas. Bahkan beberapa responden menyatakan kawasan permukiman yang jaraknya ± 50meter dari landasan akan mengalami pembebasan lahan. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. 2014. diakses melalui http://hubud.dephub.go.id/?id/pa 9

ge/detail/44 pada tanggal 28 Oktober 2014 jam 22.15 Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 Tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan, 1996. Mediastika, Christina. 2005. Akustika Bangunan Prinsipprinsip dan Penerapannya di Indonesia. Jakarta : Erlangga.. 10