PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STEP FLOOR BEAT K25 DI PT. ASTRA HONDA MOTOR Nama : Ichsan Saputro NPM : 33411449 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Ainul Haq Parinduri, ST.,MMSI
Latar belakang Perusahaan Kualitas Lembar Periksa Dan Diagram Pareto Step Floor Beat K25 di PT. Astra Honda Motor Meningkatkan Kualitas
Pembatasan Masalah Kerja praktek dilakukan pada seksi Plastic Injection di PT. Astra Honda Motor. Kerja Praktek dilakukan di PT. Astra Honda Motor dengan tema pengendalian kualitas menggunakan lembar periksa dan diagram pareto. Proses Produksi dan pengendalian kualitas yang di amati hanya produk step floor beat K25 Tujuan Penulisan Mempelajari proses produksi step floor beat K25 yang dilakukan di PT. Astra Honda Motor. Mengetahui pengendalian kualitas dan Jenis cacat produk step floor beat K25 di PT. Astra Honda Motor.
Gambaran Umum Perusahaan PT Astra Honda Motor (AHM) merupakan pelopor industri sepeda motor di Indonesia. Didirikan pada 11 Juni 1971 dengan nama awal PT Federal Motor. Saat itu, PT Federal Motor hanya merakit, sedangkan komponennya diimpor dari Jepang dalam bentuk CKD (completely knock down). Tipe sepeda motor yang pertama kali di produksi Honda adalah tipe bisnis, S 90 Z bermesin 4 tak dengan kapasitas 90cc. Jumlah produksi pada tahun pertama selama satu tahun hanya 1500 unit, namun melonjak menjadi sekitar 30 ribu pada tahun dan terus berkembang hingga saat ini. Sepeda motor terus berkembang dan menjadi salah satu moda transportasi andalan di Indonesia. Kebijakan pemerintah dalam hal lokalisasi komponen otomotif mendorong PT Federal Motor memproduksi berbagai komponen sepeda motor Honda tahun 2001 di dalam negeri melalui beberapa anak perusahaan, diantaranya PT Honda Federal (1974) yang memproduksi komponen-komponen dasar sepeda motor Honda seperti rangka, roda, knalpot dan sebagainya, PT Showa Manufacturing Indonesia (1979) yang khusus memproduksi peredam kejut, PT Honda Astra Engine Manufacturing (1984) yang memproduksi mesin sepeda motor serta PT Federal Izumi Mfg.(1990) yang khusus memproduksi piston. Seiring dengan perkembangan kondisi ekonomi serta tumbuhnya pasar sepeda motor terjadi perubahan komposisi kepemilikan saham di pabrikan sepeda motor Honda ini. Pada tahun 2001 PT Federal Motor dan beberapa anak perusahaan di merger menjadi satu dengan nama PT Astra Honda Motor, yang komposisi kepemilikan sahamnya menjadi 50% milik PT Astra International Tbk dan 50% milik Honda Motor Co. Japan. Saat ini PT Astra Honda Motor memiliki 3 fasilitas pabrik perakitan, pabrik pertama berlokasi Sunter, Jakarta Utara yang juga berfungsi sebagai kantor pusat. Pabrik ke dua berlokasi di Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, serta pabrik ke 3 yang berlokasi di kawasan MM 2100 Cikarang Barat, Bekasi. Pabrik ke 3 ini merupakan fasilitas pabrik perakitan terbaru yang mulai beroperasi sejak tahun 2005.
Profil Perusahaan Nama Perusahaan : PT. Astra Honda Motor Status Perusahaan : Perseroan Terbatas Status Investasi : PMA (Penanaman Modal Asing) Alamat : Kantor Pusat & Pabrik Perakitan Sunter JL Laksda Yos Sudarso, Sunter I Jakarta 14350 Telp 021 6518080 Fax 021 6521889. Tanggal Pendirian : 11 Juli 1971(Dengan Nama Federal Motor)
Proses Produksi Mulai Bahan Mentah (Raw Material) Pencampuran Bahan (Material Mixing) Mengisi Bahan (Material Filling) Proses Injeksi (Injection Proses) Bongkar (Unloading) Penampungan Produk Cacat Cacat Tidak Visual Check Ya Finishing Pengepakan (Packing) Selesai Mendistribusikan Ke Bagian Perakitan
Kecacatan produksi No Jenis Cacat Definisi 1. Benang Terdapat pola garis pada part. Penyebanya pada saat proses injeksi masih terdapat sisa material yang tertinggal didalam mold. 2. Short Shot Material tidak memenuhi tepi part, penyebabnya adalah temperatur pada mold kurang, dan kecepatan injeksi terlalu lambat. 3. Gelembung Terdapat tonjolan pada part. Penyebanya adalah pada saat proses pendinginan suhu pada air pendingin tidak sesuai atau tidak normal. 4. Mat. Tertinggal Adanya material yang berlebih pada part. Biasanya cacat ini dikarenakan pada saat setting mesin terjadi kesalahan. 5. Cacat Awal Cacat awal, dikatakan cacat awal yaitu jika terdapat cacat pada saat pertama kali mulai produksi, penyebanya, mesin masih terlalu dingin. 6. Cacat Setting Cacat Setting yaitu pada saaat pengaturan mesin terjadi kesalahan sehingga part yang tercetak tidak sempurna.
frekuensi Diagram Pareto Tabel data kecacatan produk step floor beat K25 Frekuensi Frekuensi Persentase Persentase Jenis cacat (Unit) Kumulatif Kumulatif Cacat Awal 119 119 66,2% 66,2% Benang 19 138 10,5% 76,7% Cacat Setting 15 153 8,3% 85% Short Shot 13 166 7,2% 92,2% Gelembung 10 176 5,5% 97,7% Mat. Tertinggal 4 180 2,3% 100% Total 180 100% Jenis Cacat Step Floor Beat K25 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Cacat Awal Benang Cacat Setting Short Shot Gelembung Mat. Tertinggal 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
KESIMPULAN Proses produksi step floor beat K25 terdiri dari proses menyiapkan bahan mentah, pencampuran bahan, mengisi bahan, proses injeksi, bongkar atau mengambil produk dari dalam mesin, visual check, jika terdapat cacat maka produk akan dipisahkan dan diletakan di penampungan produk cacat, jika produk ok maka akan dilakukan finishing, pengepakan, lalu mendistribusikan ke bagian perakitan. Pengendalian kualitas di PT. Astra Honda Motor dengan menggunakan lembar periksa dan diagram pareto didapatkan jenis cacat yang terdapat pada saat proses produksi step floor beat K25. Terdapat 119 unit cacat pada jenis cacat awal, 19 unit pada jenis cacat benang, 15 unit pada jenis cacat setting, 13 unit pada jenis cacat short shot, 10 unit pada jenis cacat gelembung dan 4 unit pada jenis cacat material tertinggal. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan diagram pareto, dapat diketahui cacat pertama yang perlu ditangani dengan frekuensi 119, peresentase 62,2% adalah cacat awal. Cacat berikutnya yang juga berpengaruh yaitu cacat benang dengan frekuensi 19 sehingga didapat persentase 10,5%. Cacat selanjutnya yang juga berpengaruh yakni cacat setting dengan frekuensi 15 sehingga didapat persentase keseluruhan 8,3%. Berikutnya short shot dengan frekuensi 13 sehingga didapat persentase 7.2%. Cacat berikutnya adalah gelembung dengan frekuensi 10, sehingga didapat peresentase 5,5%. Serta Cacat terakhir yang perlu ditangani adalah material tertinggal dengan frekuensi 4 sehingga didapat persentase keseluruhan 2,3%. SARAN Bagian Teknisi harus rutin mekakukan pengecekan pada setiap mesin sehingga dapat mengurangi tingkat kecacatan produksi. Harus diperhatikan lagi untuk kreta pengangkut produk, terkadang produk banyak menumpuk ditempat kerja sehingga menghambat ruang kerja operator.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH