BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot faktor yang mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan operasional perusahaan, sehingga agen lebih banyak. dalam Aiisiah 2012). Agen diberi wewenang oleh prinsipal untuk

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) adalah teori yang menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (principal) meminta pihak lainnya (agent) untuk melaksanakan sejumlah

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah 131 perusahaan pada tahun Banyaknya perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA

BAB II. Tinjauan Pustaka. Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. (going corcern) perusahaan tersebut. Kondisi keuangan perusahaan ini

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Dari pernyataan di atas menarik untuk ditelusuri mengapa asumsi going concern

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Astuti dan Ramantha (2014) melakukan penelitian dengan judul pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah :

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien.

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

Lie et al. / Berkala Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 1, No. 2 (2016):

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORITIS. dua perusahaan yang kantor akuntan publiknya berbeda, ketidakpuasan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. (Riyatno, 2007). Untuk menghasilkan integritas yang baik atas suatu laporan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta pihak lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Kelangsungan. melebihi suatu periode akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang yang kompeten dan independen.

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 4, NO 2, Edisi Juni 2012 (ISSN : 2252_7826) JENIS-JENIS PENDAPAT AUDITOR (OPINI AUDITOR)

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dibagian ini akan dijelaskan teori-teori mengenai opini audit going

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Sinyal Grand teori dari penelitian ini adalah teori sinyal. Teori sinyal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. suatu kontrak kerjasama yang mana satu atau lebih orang, dimana principal

B A B I P E N D A H U L U A N 1 BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya skandal pelaporan keuangan dalam tahun-tahun belakangan ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Laporan audit penting dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. atau lebih dan masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak mencoba

BAB II LANDASAN TEORI. principal (pemilik usaha). Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri (going

BAB II LANDASAN TEORITIS. perusahaan adalah ciri khas atau sifat yang melekat dalam suatu entitas usaha.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah satu prinsipal atau lebih yang melibatkan agen untuk melaksanakan beberapa

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN. Opini audit going concern merupakan opini audit yang diberikan pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Jensen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern). Going concern merupakan. mempertahankan hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB I PENDAHULAN. hanya untuk menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi juga bertujuan

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB 2 LANDASAN TEORI & PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Tidak lama lagi, ASEAN Economic Community (AEC) akan segera

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. merupakan sebuah kontrak antara satu orang atau lebih (principal) yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) entitas bisnis tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan audit report

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan kontrak antara prinsipal dan agen dimana prinsipal sebagai pemegang saham memberikan tanggung jawab atas tugas tertentu kepada manajer sesuai kontrak kerja yang disepakati. Agen adalah pihak yang diberikan wewenang oleh pihak prinsipal untuk melakukan semua kegiatan yang atas nama pihak prinsipal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jansen dan Smith, 1984 dalam Gunadarma, 2012). Pemilik memberikan wewenang kepada agen untuk melakukan operasional perusahaan, dengan begitu agen mempunyai informasi lebih banyak dibandingkan pemilik (Noverio, 2010). Ketimpangan informasi ini disebut dengan asimetri informasi. Nagy (2005) menjelaskan akan timbul ketimpangan informasi ketika perusahaan melakukan pergantian auditor. Untuk menghindari terjadinya asimetri informasi pihak ketiga yang independen diperlukan sebagai mediator hubungan agen dan prinsipal. Fungsi dari pihak ketiga ini untuk memonitor perilaku manajemen (agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal (Dewayanto, 2011). Setiawan (2006) mengatakan pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan dari prinsipal dan agen dalam mengelola keuangan perusahaan adalah 1

auditor. Arens (1995) dalam Fachrurrozi (2012) mengatakan auditor adalah seseorang yang menyatakan pendapat atas kewajaran dalam hal yang material, posisi keuangan serta arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia. 2.1.2 Opini Auditor Siahaan (2010) menjelaskan jenis audit yang paling sering dilakukan (special audit) oleh seorang auditor adalah audit atas laporan keuangan. Hal ini karena audit atas laporan keuangan dapat meningkatkan kepercayaan para pemakai laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan. Dewayanto (2011) mengatakan opini auditor adalah bagian dari laporan audit yang berisi informasi utama dari laporan audit. Auditor memberikan opini audit melalui tahapan audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang dikeluarkan atas laporan keuagan perusahaan yang diauditnya (Ningtiasn N, 2011). Jenis pendapat yang diberikan auditor ada lima (Halim, 2003:73) yaitu sebagai berikut. 1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) Pendapat wajar tanpa pengecualian dapat diberikan auditor jika audit telah dilakukan atau telah selesai dilakukan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan tidak ada keadaan atau kondisi tertentu yang memerlukan bahasa penjelas. 2

SA 411 par 04 menyatakan laporan keuangan yang wajar tanpa pengecualian diberikan setelah melalui beberapa pertimbangan: a) prinsip akuntansi yang dipilih dan dilaksanakan telah berlaku umum dan sesuai dengan keadaan perusahaan yang bersangkutan. b) informasi yang cukup dari laporan keuangan beserta catatannya dapat memengaruhi penggunanya, pemahamannya dan penafsirannya. c) informasi yang diberikan dalam laporan keuangan dikelompokkan dan diikhtisarkan dengan semestinya. d) laporan keuangan telah menceminkan peristiwa dan transaksi yang sesungguhnya. 2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelas (unqualified opinion with explanatory language) Pendapat ini dapat diberikan auditor jika audit telah dilakukan atau telah selesai dilakukan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, namun dalam keadaan tertentu auditor memberikan tambahan paragraf penjelas. Keadaan atau kondisi yang memerlukan tambahan paragraf penjelas adalah: a) pendapat auditor sebagian bersumber dari laporan audior independen lain. b) adanya ketidakkonsistenan prinsip akuntansi yang berterima secara umum. c) keraguan auditor terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. 3

d) ditemukan perubahan material dalam penerapan prinsip dan metode akuntansi oleh auditor. 3) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila: a) laporan keuangan keseluruhan tidak dipengaruhi oleh adanya pembatasan ruang lingkup yang material atau tidak adanya bukti kompeten yang cukup. b) auditor meyakini terdapat penyimpangan laporan keuangan dari prinsip akuntansi yang berterima umum yang berdampak material namun tidak memengaruhi laporan keuangan kseluruhan. 4) Pendapat tidak wajar (adverse opinion) Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan yang disajikan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama yang menyebabkan pendapat tidak wajar diberikan harus dijelaskan oleh auditor. 5) Tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) Pernyataan tidak memberikan pendapat bisa diberikan jika auditor yakin terdapat penyimpangan yang material dari prinsip akuntansi yang berterima umum. Paragraf lingkup audit tidak dibolehkan dicantumkan oleh auditor apabila menyatakan untuk tidak memberikan pendapat. Pendapat tidak memberikan pendapat diberikan oleh auditor apabila: a) pembatasan lingkup audit oleh klien ataupun karena kondisi tertentu. b) auditor tidak independen terhadap klien. 4

2.1.3 Opini Audit (Going concern). Going concern adalah sebuah opini yang dikeluarkan oleh auditor mengenai kelangsungan usaha perusahaan. Going concern adalah salah satu konsep paling penting yang mendasari pelaporan keuangan (Gray dan Manson, 2000). Auditor akan mengeluarkan opini going concern saat auditor sangsi terhadap kelangsugan usaha dari perusahaan. Irfana (2012) mengatakan audior dalam melaksanakan proses audit dituntut lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu kelangsungan usaha peusahaan dan tidak hanya sebatas terhadap hal-hal yang tampak dalam laporan keuangan saja. Setiawan (2006) mengatakan sudah menjadi tanggung jawab bagi auditor menentukan kepatutan laporan keuangan dengan menggunakan dasar going concern dan menyampaikan penggunaan dasar going concern perusahaan adalah layak dan memadai untuk diungkapkan dalam laporan keuangan. Arens (1997) dalam Widyawati (2009) mengatakan terdapat faktor-faktor yang menyebabkan ketidakpastian mengenai kelangsungan usaha perusahaan, yaitu: 1) terjadi kerugian usaha yang besar atau perusahaan mengalami kekurangan modal kerja. 2) ketidakmampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo atau dalam jangka pendek. 3) terjadinya bencana yang tidak diasuransikan seperti gempa bumi, banjir, gunung meletus, kehilangan pelanggan utama, dan lain-lain. 5

4) perusahaan dalam perkara pengadilan, gugatan hukum, atau masalah sejenis yang dapat membahayakan kemampuan perusahaan beroperasi. Praptitorini dan Januarti (2007) menjelaskan manajemen bertanggung jawab menentukan kelayakan dari persiapan laporan keuangan dan auditor bertanggung jawab meyakinkan dirinya sendiri bahwa penggunaan dasar going concern oleh perusahaan layak dan diungkapkan memadai dalam laporan keuangan. Menurut Widyawati (2009) asumsi going concern digunakan dalam pelaporan keuangan selama tidak terbuktinya informasi mengenai hal yang berlawanan. Ningtias N. (2011) menjelaskan akan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan usaha suatu usaha apabila informasi tersebut signifikan yaitu berhubungan dengan ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajibannya hingga jatuh tempo tanpa melakukan suatu usaha untuk menanganinya. Saat auditor memeriksa kondisi keuangan perusahaan dalam audit tahunan, auditor harus menyiapkan laporan audit untuk digabungkan dalam laporan keuangan perusahaan (Widyawati, 2009). Apakah perusahaan mampu mempertahankan kelangsungan usahanya merupakan salah satu hal penting yang harus diputuskan. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelas perlu dibuat apabila auditor menyimpulkan keragu-raguan atas kemampuan perusahaan mempertahankan kelangsungan usahanya terlepas dari pengungkapan dalam laporan keuangan. Dalam standar auditing, auditor berkewajiban menyatakan laporan keuangan keuangan telah disajikan secara wajar dalam laporan auditnya sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Dalam PSA No. 30 terdapat pedoman untuk auditor mengenai dampak 6

kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya terhadap opini auditor sebagai berikut. 1) Jika auditor meyakini terdapat kesangsian terhadap kemampuan perusahaan mempertahankan kelangsungan usahanya dalam jangka waktu tertentu, maka auditor harus: a) mendapatkan informasi tentang rencana manajemen yang ditunjukan dengan mengurangi akibat kondisi dan peristiwa tersebut. b) menetapkan secara efektif rencana tersebut dilaksanakan. 2) Auditor akan memperhitungkan memberikan pernyataan yang tidak memiliki pendapat apabila manajemen tidak memiliki rencana untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa terhadap kemampuan perusahaan dalam mmpertahankan kelangsungan usahanya. 3) Langkah selanjutnya yang dilakukan auditor apabila manajemen memiliki rencana tersebut adalah menyimpulkan bahwa rencana tersebut, diantaranya: a) auditor akan memberikan pernyataan tidak memberikan pendapat apabila auditor berkesimpulan rencana tersebut tidak efektif. b) auditor akan memberikan pernyataan wajar tanpa pengecualian apabila auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif dan klien mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan. c) auditor akan memberikan pernyataan pendapat tidak wajar apabila auditor berkesimpulan rencana tersebut efektif tetapi klien tidak mengungkapkan dalam catatan laporan keuangan. 7

Irfana (2012) menjelaskan masalah going concern terbagi menjadi dua, yaitu masalah keuangan yang mencakup kekurangan likuidasi, penunggakan utang, kualitas memperoleh dana, kekurangan ekuitas, serta masalah operasi yang mencakup kerugian operasi yang terus menerus, kemampaun operasi yang terancam, prospek pendapatan yang meragukan, dan pengendalian yang lemah atas operasi. Hal inilah yang menjadi alasan auditor harus menilai kelangsungan hidup perusahaan dalam waktu tertentu. 2.1.4 Kondisi Keuangan Kondisi keuangan perusahaan sering dicerminkan sebagai kesehatan dari perusahaan. Kondisi keuangan adalah gambaran atas kinerja dari perusahaan. Siahaan (2010) mengatakan laporan keuangan adalah media yang dapat digunakan untuk meneliti kondisi kesehatan dari perusahaan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan. Perusahaan akan menerima opini audit going concern ketika kondisi keuangan memburuk atau terganggunya kondisi perusahaan dan apabila kondisi keuangan perusahaan dalam kondisi baik dan tidak mengalami kesulitan maka perusahaan tidak akan mendapatkan opini audit going concern. Mutchler (1985) menjelaskan perusahaan memiliki modal total negatif, arus kas negatif, modal kerja negatif, pendapatan operasi negatif, kerugian pada tahun berjalan, dan defisit saldo laba pada tahun berjalan merupakan karakteristik dari perusahaan yang mengalami permasalahan keuangan (financial distress). Fraser (1995) dalam Fanny dan Saputra (2005) mengatakan laporan keuangan umumnya 8

mempunyai informasi-informasi penting mengenai kondisi dan prospek perusahaan dimasa mendatang merupakan alasan dari penelitian menyangkut kebangkrutan perusahaan yang diawali dari analisis rasio keuangan. Kondisi keuangan dapat dihitung menggunakan rasio keuangan. Wiagustini (2010:75) mengatakan rasio keuangan bagi para manajer keuangan sangat membantu dalam menetapkan strategi jangka panjang yang menguntungkan serta dalam membuat keputusan jangka pendek yang efektif. Rasio keuangan merupakan petunjuk yang menuntun manajemen perusahaan menetapkan berbagai target serta standar. Dapat diketahui kondisi perusahaan serta kondisi keuangan dari berbagai aspek berdasarkan informasi yang bersumber dari rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan adalah analisis kinerja keuangan yang menghubungkan satu pos dengan pos lainnya, baik dalam neraca, laba rugi, ataupun kombinasi dari kedua laporan keuangan. 2.1.5 Rasio Likuiditas Rasio likuiditas yaitu memperlihatkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansialnya dalam jangka pendek dengan menggunakan dana lancar yang tersedia. Posisi dana lancar yang tersedia harus lebih besar dari utang lancar agar perusahaan selalu likuid. Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio yaitu mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo (Wiagustini, 2010:78). Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006), aktiva lancar adalah aktiva yang diharapkan berubah menjadi kas dalam jangka waktu yang singkat (biasanya kurang dari satu tahun), 9

sedangkan kewajiban lancar menunjukkan kewajiban yang harus dipenuhi dalam waktu dekat (biasanya juga kurang dari satu tahun). Tujuan dan manfaat rasio likuiditas adalah sebagai berikut: 1) Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban (utang) yang akan jatuh tempo. 2) Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban (utang) jangka pendek dengan aktiva lancar. 3) Mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban (utang) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan persediaan atau piutang. 4) Mengukur atau membandingkan jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. 5) Mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. 2.1.6 Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas/rentabilitas yaitu memperlihatkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan. Modal sendiri ataupun seluruh dana yang diinvestasikan ke dalam perusahaan digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh dana. Dengan batasan tersebut kita dapat mengukur profitabilitas perusahaan, jika kita mengetahui laba prusahaan yang diperoleh dalam periode tertentu dan modal sendiri yang digunakan ataupun jumlah investasi yang digunakan untuk mendapatkan laba tersebut. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on investment/return on total asset (ROA). Wiagustini (2010:81) 10

menjelaskan ROA berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari total aktiva yang digunakan. Semakin tinggi ROA semakin baik kinerja perusahaan. 2.1.7 Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas/leverage yaitu memperlihatkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban financial atau keuangan dalam jangka pendek atau jangka panjang, atau mengukur sejauh mana hutang membiayai perusahaan. Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang tidak menguntungkan dalam jangka panjang sehingga kemungkinan harus direstrukturisasi kemudian setelah direstrukturisasi yang sering terjadi adalah perusahaan akan bangkrut. Rasio solvabilitas yang tinggi yang dimiliki oleh perusahaan memiliki resiko kerugian yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki rasio solvabilitas yang rendah. Wiagustini (2010:76) mengatakan terdapat tiga implikasi dalam aspek solvabilitas, yaitu sebagai berikut. a) Kreditur berharap dana yang disediakan pemilik perusahaan sebagai margin keamanan, jika pemilik perusahaan menyediakan sebagian kecil modalnya, maka sebagian besar risiko bisnis ditanggung oleh kreditur. b) Pemilik masih dapat mengendalikan perusahaan, meskipun pengadaan dana melalui hutang. c) Pengembalian kepada pemilik dapat diperbesar jika perusahaan memperoleh laba lebih dari dana yang dipinjamnya dibanding bunga yang harus dibayar. 11

Rasio solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah total debt to total assets, yaitu total pinjaman dibandingkan dengan aktiva untuk mengetahui besarnya penggunaan hutang dibandingkan seluruh modal perusahaan (Wiagustini, 2010:79). 2.1.5 Pergantian Auditor (Auditor switching) Ahmed dan Hossaid (2010) menjelaskan dalam penelitiannya pergantian auditor (auditor switching) adalah putusnya hubungan perusahaan dengan auditor lama kemudian menunjuk auditor baru untuk menggantikan auditor lama. Terdapat dua kemungkinan yang terjadi apabila perusahaan mengganti auditornya bukan dalam kondisi yang mengharuskan perusahaan untuk mengganti auditor, pertama perusahaan memutuskan ikatan kontrak kepada auditor tersebut, dan kedua pihak auditor mengundurkan diri dari pekerjaannya. Auditor akan diputuskan kontraknya dan digantikan oleh auditor lain yang mampu memenuhi permintaan dari manajemen dengan upah yang menggiurkan ketika auditor tidak dapat memenuhi permintaan dari manajemen dalam memberikan suatu opini tertentu yang sesuai dengan yang dikehendakinya (Suradi, 2015). Secara umum terdapat dua faktor penyebab perusahaan melakukan pergantian auditor yang tergabung dalam faktor initernal dan eksternal perusahaan. Faktor internal yaitu kesulitan keuangan, perubahan ownership, dan manajemen yang gagal. Faktor eksternal yaitu fee audit dan kualitas audit (Mardiyah, 2002). 12

Wijayani (2011) mengatakan terjadinya pergantian auditor paling umum terjadi karena adanya ketidaksepakatan perusahaan sebagai klien pada praktik akuntansi tertentu yang dilakukan oleh auditor dan menyebabkan auditor terdahulu diganti dengan auditor yang baru yang mampu sepakat dan memberikan hasil audit yang diharapkan perusahaan. Penerimaan opini going concern perusahaan dapat dihindari dengan melakukan pergantian auditor (auditor switching). Nagy (2005) menjelaskan bahwa perusahaan akan mencari auditor yang mau menerima dan sepakat dengan perlakuan akuntansi yang berlaku diperusahaan. Auditee akan lebih puas apabila diaudit oleh KAP yang baru, hal ini dikarenakan perusahaan yang cenderung mengganti auditornya adalah perusahaan yang tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh auditor sebelumnya atau perusahaan memiliki perselisihan dengan auditor sebelumnya (Irfana, 2012). Teoh (1992) mengatakan untuk menghindari penerimaan opini audit going concern perusahaan akan menggunakan pergantian auditor. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Geigeret al. (1996) yaitu adanya bukti terjadinya peningkatan pergantian auditor (auditor switching) bagi perusahaan yang mengalami masalah keuangan (financial distress). Perusahaan melakukan pergantian auditor dengan alasan untuk mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian dari auditor baru. Pada tahun-tahun pertama auditor baru akan cenderung memperhatikan kinerjanya saat auditor melakukan audit. 13

Teoh (1992) menjelaskan terdapat dua cara yang digunakan perusahaan untuk menghindari mendapatkan opini audit going concern, yaitu sebagai berikut. 1) Perusahaan dapat mengancam melakukan pergantian auditor. Kekhawatiran auditor akan diganti akan mengurungkan niat dari auditor untuk mengeluarkan opini audit going concern. Argumen ini adalah ancaman pergantian auditor. 2) Sekalipun auditor tersebut independen, auditor (akuntan publik) cenderung akan diberhentikan oleh perusahaan, atau sebaliknya akan menunjuk auditor yang cenderung tidak memberikan opini audit going concern. 2.2 Hipotesis Penelitian 2.2.1 Pengaruh likuiditas pada opini audit going concern Rasio likuiditas yaitu memperlihatkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban finansialnya dalam jangka pendek dengan menggunakan dana lancar yang tersedia. Semakin rendah likuiditas perusahaan maka semakin tidak likuid sehingga dianggap tidak dapat membayar kewajiban. Apabila perusahaan tidak mampu memenuhi klaim kreditor jangka pendek maka hal tersebut dapat memengaruhi kredibilitas perusahaan dan dapat dianggap sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan sedang menghadapi masalah yang dapat mengganggu kelangsungan usahanya. Kristiana (2012) dalam penelitiannya menyatakan likuiditas berpengaruh negatif pada opini audit going concern. Penelitian ini terdukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Arma (2013) yang menyatakan likuiditas berpengaruh negatif pada opini audit going concern. 14

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H : Likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan pada opini audit going concern. 2.2.2 Pengaruh profitabilitas pada opini audit going concern Kemampuan perusahaan mendapatkan laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan dapat dilihat dengan menggunakan rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on investment/return on total asset (ROA). ROA berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari total aktiva yang digunakan. Saat perusahaan mempunyai rasio profitabilitas yang tinggi, diharapkan akan memperoleh laba yang tinggi sehingga kecil kemungkinan bagi perusahaan mendapakan opini audit going concern. Noverio dan Dewayanto (2011) menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan pada opini audit going concern. Penelitian ini terdukung oleh penelitian yang dilakukan oleh oleh Arma (2013) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan pada opini audit going concern Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H : Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan pada opini audit going concern. 15

2.2.3 Pengaruh solvabilitas pada opini audit going concern Rasio solvabilitas/leverage yaitu memperlihatkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban financial atau keuangan dalam jangka pendek atau jangka panjang, atau mengukur sejauh mana hutang membiayai perusahaan. Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang tidak menguntungan dalam jangka panjang sehingga kemungkinan harus direstrukturisasi kemudian setelah direstrukturisasi yang sering terjadi adalah perusahaan akan bangkrut. Makin besar rasio ini menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan usaha perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Noverio dan Dewayanto (2011) menemukan bahwa solvabilitas berpengaruh positif dan signifikan pada opini audit going concern. Penelitian ini terdukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hadi dkk. (2015) yang menyatakan solvabilitas berpengaruh positif dan signifikan pada opini audit going concern. Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H : Solvabilitas berpengaruh positif dan signifikan pada opini audit going concern. 16

2.2.4 Pengaruh auditor switching dalam memoderasi hubungan likuiditas pada opini audit going concern Likuiditas tidak hanya berkaitan dengan keadaan seluruh keuangan perusahaan namun juga berkaitan dengan kemampuan perusahaaan meengubah aktiva lancar menjadi uang kas. Rasio likuiditas diukur dengan menggunakan current ratio. Current ratio memperlihatkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendek. Dengan keadaan demikian maka perusahaan akan terhindar dari financial distress dan tidak akan mendapatkan opini audit going concern. Hal tersebut juga akan memperkecil kemungkinan perusahaaan akan melakukan auditor switching. Berdasarkan uraian tersebut, maka hipotesis dalam penelitisn ini adalah sebagaai berikut. H : Auditor switching mampu memoderasi pengaruh likuiditas pada opini audit going concern 2.2.5 Pengaruh auditor switching dalam memoderasi hubungan profitabilitas pada opini audit going concern Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dapat dilihat dengan rasio profitabilitas dan juga memberikan gambaran tentang efektivitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya adalah tujuan dari rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas diukur dengan menggunakan ROA, ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan 17

dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah aktiva keseluruhan yang ada diperusahaan. Semakin tinggi rasio semakin baik kondisi perusahaan. Perusahaan dengan kondisi yang baik tentu tidak akan mendapat opini audit going concern dan manajemen tidak akan melakukan auditor switching. Begitupun sebaliknya, semakin rendah rasio ini maka kondisi perusahaan menjadi tidak baik, dan kondisi ini akan memicu dikeluarkannya opini audit going concern dan adanya praktek auditor switching. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H : Auditor switching mampu memoderasi pengaruh profitabilitas pada opini audit going concern 2.2.6 Pengaruh auditor switching dalam memoderasi hubungan solvabilitas pada opini audit going concern Perusahaan dengan keadaan solvable artinya perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutangnya begitupun sebaliknya, perusahaann yang tidak solvable artinya perusahaan tersebut tidak mempunyai cukup aktiva untuk membayar semua hutangnya. Rasio solvabilitas diukur dengan menggunakan debt to total assets. Rasio ini merupakan perbandinngan total liabilitas dengan total aktiva. Semakin tinggi nilai debt to total assets sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar dan berakibat pada kegagalan perusahaan dalam melunasi hutang yang tinggi. Jadi semakin tinggi solvabilitas maka 18

kemungkinan perusahaan mengalami financial distress lebih tinggi dan memicu auditor independen mengeluarkan opini audit going concern. Hal inilah juga akan memperbesar kemungkinan manajemen melakukan praktek auditor switching. Berdasarkan uraian diatas, maka hopitesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. H : Auditor switching mampu memoderasi pengaruh solvabilitas pada opini audit going concern. 19