Pengkategorian Kesadaran Metakognitif Mahasiswa pada Pembelajaran Aljabar Linier di AMIKOM Mataram

dokumen-dokumen yang mirip
OLEH: NILA ANGGRENI E1M

PENGEMBANGAN ASESMEN METAKOGNISI CALON GURU IPA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNISI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENGIDENTIFIKASI PROFIL METAKOGNISI SISWA SMA KELAS X

Efektifitas Metode PQ4R Ditinjau dari Aspek Prestasi dan Motivasi Belajar Matematika Mahasiswa

HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA

ANALISIS KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI ASSESMEN PEMECAHAN MASALAH DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI

PELIBATAN METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA. Oleh: Mustamin Anggo (Dosen Pendidikan Matematika FKIP Unhalu Kendari)

DIAGNOSA KESULITAN METACOGNITIVE AWARENESS TERHADAP PROSES PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Rosi Kurniawati Tino Leonardi, M. Psi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

IDENTIFIKASI AKTIVITAS KARAKTERISTIK METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KESETIMBANGAAN KIMIA

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PADANG

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika...ISBN: hal November

TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISISDATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

P 25 Learning Mathematics To Grow Metacognitive Ability In Understanding And Mathematic Problems Solving On Limit

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ANALISIS METAKOGNISI TERHADAP PEMECAHAN MASALAH DALAM MATERI KAIDAH PENCACAHAN PADA SISWA KELAS XII IPS I MAN I KUBU RAYA

Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri YULI SUHANDONO

2016 PENERAPAN PEND EKATAN METAKOGNITIF D ALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA SMA

Oleh: RIDA FITRIA NIM. E1M

Profil Metakognisi Siswa Smp Dalam Memecahkan Masalah Open-Ended (Studi Kasus Ditinjau dari Tingkat Kemampuan Siswa )

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS PENGETAHUAN METAKOGNITIF UNTUK MEMPERSIAPKAN GENERASI ABAD KE-21

Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Pendekatan Konstruktivisme Pada Mata Kuliah Geometri Analitik Ruang

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.1, Februari 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SINTESIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN LANGSUNG DENGAN METODE PROBLEM SOLVING

AKTIVITAS METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GENDER SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 NANGGULAN KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. menerima masalah dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut 1. Selain itu,

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM

IDENTIFIKASI PENGETAHUAN METAKOGNISI CALON GURU FISIKA

UNESA Journal of Chemical Education Vol. 2, No. 1, pp Januari 2013 ISSN:

BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA

BAB II KAJIAN TEORI. didefinisikan sebagai pemikiran tentang pemikiran (thinking about

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KESADARAN METAKOGNISI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA FMIPA UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X KEP 3 SMK NEGERI 1 AMLAPURA

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016

KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI ASAM BASA DI SMAN 1 PACET KELAS XI

Jurnal Pembelajaran Sains VOLUME 1 NOMOR 1, AGUSTUS 2017

Tabel. Potensi Areal Budidaya Laut Untuk Komoditas Kerang Mutiara & Abalone, Kerang Darah dan Tiram Serta Teripang Per Kab/kota Se- NTB

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI DIMENSI TIGA

ISSN: Quagga Volume 9 No.2 Juli 2017

Fraenkel, J.R & Wallen, N. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education. Singapore: Mc. Graw Hill.

SELF EFFICACY AWAL MAHASISWA PENDIDIKAN IPA FMIPA UNY UNTUK MENJADI CALON GURU IPA SMP

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Hal ini disebabkan penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan

Universitas Muhammadiyah Surakarta 1) 2) Kata Kunci: memantau dan mengevaluasi; merencana; metakognitif

Penerapan Strategi Metakognisi pada Cooperative Learning untuk Menyelidiki Pemikiran Siswa dalam Menyelesaikan Permasalahan pada Materi Fluida Dinamis

Eka. (2012). Hubungan Keterampilan Metakognisi Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Reaksi Reduksi Oksidasi (Redoks) Kelas X- 1 SMA Negeri 3

Penerapan Strategi Metakognisi pada Cooperative Learning Tipe STAD untuk Melihat Perkembangan Metakognisi Siswa pada Materi Elastisitas

HUBUNGAN KESADARAN METAKOGNITIF DAN GAYA KOGNITIF DENGAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF PESERTA DIDIK KELAS XI IPA SMA NEGERI SE- KOTA PAREPARE

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI MIA 4 SMAN 1 MENGANTI GRESIK

PENGETAHUAN METAKOGNISI DALAM MENYELESAIKAN MASALAH LIMIT

PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 3 PADANG

Upaya Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa Melalui Model Problem Based Learning

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

PROFIL PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP PADA MATERI PERBANDINGAN DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DAN PERBEDAAN JENIS KELAMIN

BAB III METODE PENELITIAN

Pengembangan Buku Ajar Fisika Dasar I Berbasis Self Regulated Learning Sebagai Upaya Memotivasi Mahasiswa untuk Belajar Mandiri

QUANTUM, Jurnal Inovasi Pendidikan Sains, Vol.5, No.2, Oktober 2014, hlm

HUBUNGAN PENGETAHUAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN PADA SISWA SMAN 6 TANGERANG

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMK BERGAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT

Strategi Metakognisi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa

PENGETAHUAN METAKOGNITIF SISWA PADA MATERI REAKSI REDUKSI OKSIDASI

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DAN PENALARAN ILMIAH DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA

KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI BANGUN DATAR DI KELAS VII SMP

KORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNITIF DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMAN 1 DAWARBLANDONG, MOJOKERTO

TINGKAT BERPIKIR KOGNITIF MAHASISWA BERDASARKAN BENTUK PERTANYAAN PADA MATA KULIAH BIOLOGI UMUM

BAB III METODE PENELITIAN

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

Analisis Metakognisi Peserta Didik dalam Pemecahan Masalah Pada Materi Turunan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Prodi MATEMATIKA OLEH :

Scaffolding untuk Mengatasi Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

KESADARAN METAKOGNITIF

: FETI UTAMININGSIH NIMK

ISSN: X 87 ANALISIS KEMAMPUAN MENERAPKAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAHDITINJAU DARI PERSPEKTIF METAKOGNITIF

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hilman Imadul Umam, 2013

Kemampuan Pemahaman Matematis Melalui Strategi Think Talk Write Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Islam As- Shofa Pekanbaru

Kesalahan Siswa Tipe Kepribadian Thinking dan Feeling dalam Menyelesaikan Masalah Program Linear

Outline. Kualitas Pembelajaran SD di Nusa Tenggara Barat 12/14/ Pendahuluan. 2. Kualitas Pembelajaran di NTB

Peranan Metakognitif dalam Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

TINGKAT KOGNITIF REVISI TAKSONOMI BLOOM PADA SOAL-SOAL DALAM BUKU TEKS MATEMATIKA SMP

Profesionalisme Guru/ Dosen Sains PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PROBLEM SOLVING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Mega Teguh Budiarto Program Studi Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya,

Metakognisi dan Usaha Mengatasi Kesulitan dalam Memecahkan Masalah Matematika Kontekstual

MEMBERDAYAKAN METAKOGNISI DALAM PEMBELAJARAN. Muhfahroyin*)

PENINGKATAN PENALARANMATEMATIKA MELALUI STRATEGITHINK PAIR SHARE BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING 1. PENDAHULUAN

PROSES METAKOGNISI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH ALJABAR BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai

Penerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu

SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI PENJUMLAHAN PADA BILANGAN PECAHAN DAN REVERSIBILITAS

PERILAKU METAKOGNISI ANAK DALAM MATEMATIKA: KAJIAN BERDASARKAN ETNIS DAN GENDER PADA SISWA SMP DI KALIMANTAN BARAT

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

ANALISIS PENGUASAAN KONSEP KIMIA SISWA SMA DALAM MODEL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM D-Ei-Hd. Susiwi*, Achmad A.Hinduan**, Liliasari**, Sadijah Ahmad***

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa Melalui Pendekatan Problem Based Learning dengan Setting Numbered Heads Together

IMPLEMENTASI STRATEGI PROBLEM POSING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR

PERBEDAAN METAKOGNITIF SISWA MELALUI METODE THINK PAIR SQUARE DAN METODE PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN TIK KELAS X

PERILAKU METAKOGNISI BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Pengkategorian Kesadaran Metakognitif Mahasiswa pada Pembelajaran Aljabar Linier di AMIKOM Mataram Muhamad Galang Isnawan AMIKOM Mataram galangisna@yahoo.com PM -28 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kategori kesadaran metakognitif dan (2) membandingkan kesadaran metakognitif mahasiswa program studi manajemen informatika (MI) pada pembelajaran aljabar linier di AMIKOM Mataram tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari aspek kelas, sekolah asal, daerah asal, dan jenis kelamin. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan populasi semua mahasiswa program studi MI dengan sampel mahasiswa program studi MI semester 2 (purposive sampling). Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan angket kesadaran metakognitif untuk kemudian dikategorikan dan dibandingkan berdasarkan keempat aspek tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kategori kesadaran metakognitif mahasiswa tinggi dan (2) tingkat kesadaran metakognitif mahasiswa kelas MI-A tertinggi, diikuti MI-B, dan MI-Exe; mahasiswa yang berasal dari SMK lebih tinggi daripada SMA; mahasiswa yang berasal dari Kota Mataram tertinggi, diikuti Kabupaten/Kota: Sumbawa Barat, Bima, Sumbawa, Lombok Timur, Dompu, Lombok Barat, luar Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Utara; dan mahasiswa perempuan lebih tinggi daripada mahasiswa laki-laki. Kata kunci: Kesadaran Metakognitif I. PENDAHULUAN Hidup tidak akan pernah lepas dari ujian atau cobaan. Ujian dalam kehidupan identik dengan permasalahan hidup. Permasalahan hidup tidak akan mudah dilewati jika tidak memiliki senjata untuk melawannya. Senjata tersebut kemudian berkaitan dengan strategi untuk memecahkan masalah. Selanjutnya, strategi pemecahan masalah tidak secara otomatis datang ketika masalah tersebut ada, melainkan bergantung dari intensitas masalah yang pernah dihadapi manusia. Berbagai strategi pemecahan masalah akan muncul ketika semakin banyak masalah yang dihadapi manusia. Hal ini disebabkan karena setiap masalah pasti datang dengan solusi atau strategi pemecahan masalah. Masalah yang sama kadang bisa diselesaikan dengan berbagai cara tergantung dari situasi dan kondisinya. Contohnya, sakit kepala atau pusing tidak selamanya solusinya adalah minum obat sakit kepala. Bisa jadi solusinya adalah hal yang lain, seperti membayar hutang (andai saja pusing tersebut disebabkan oleh hutang yang menumpuk) dan begitupun untuk masalah-masalah yang lain. Belajar dari pengalaman sebelumnya, belajar dari masalah yang sudah dihadapi, dan belajar dari strategi pemecahan masalah yang sudah digunakan adalah salah satu cara agar manusia bisa lebih cekatan dalam menyelesaikan suatu masalah, terutama masalah baru. Apalagi jika masalah tersebut agak mirip dengan masalah yang sudah dihadapi sebelumnya. Muhassabah adalah istilah agama yang mungkin berkaitan dengan hal tersebut dan dalam istilah psikologi, hal itu pun dikenal dengan istilah metacognitive (metakognitif). Metakognitif adalah salah satu keterampilan atau kesadaran yang harus dimiliki manusia dalam kehidupan, terutama mereka yang terjun dalam dunia pendidikan, seperti dosen dan mahasiswa. Hal ini disebabkan karena pendidikan adalah salah satu aspek terpenting dalam kehidupan [1]. Banyak manfaat yang bisa dimiliki dosen dan mahasiswa dengan adanya kesadaran metakognitif, terutama dalam kesuksesan belajar dan pemecahan masalah yang mereka hadapi. Dengan adanya kesadaran ini, akan mampu melatih mahasiswa untuk berpikir yang lebih mendalam mengenai proses belajarnya sehingga mereka akan secara otomatis mengalami kemajuan dalam proses belajarnya [2]. Selain itu, mahasiswa yang memiliki tingkat kesadaran metakognitif yang tinggi tidak akan cepat merasa puas ketika sudah menemukan solusi dari suatu masalah, melainkan akan mengajukan beberapa pertanyaan lanjutan kepada diri mereka sendiri berkaitan dengan solusi dari masalah tersebut dalam rangka perbaikan pembelajaran [3]. 187

ISBN. 978-602-73403-0-5 Selain dari segi kemanfaatan, kesadaran metakognitif pun sebenarnya merupakan salah satu pengetahuan yang harus dimiliki mahasiswa. Hal ini didasari atas revisi taksonomi Bloom yang membagi dimensi kognitif menjadi dua bagian, yaitu dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Dimensi pengetahuan kemudian dibagi dalam empat tingkatan, yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif. Pengetahuan metakognitif diletakkan sebagai pengetahuan terakhir atau merupakan pengetahuan tertinggi dalam tingkatan pengetahuan manusia [4]. AMIKOM Mataram adalah salah satu perguruan tinggi setingkat akademi yang memiliki tiga program studi yang berkaitan dengan ilmu komputer di Mataram. Adapun program studi tersebut meliputi: teknik komputer (TK), manajemen informatika (MI), dan komputerisasi akuntansi (KA). MI adalah program studi yang paling diminati mahasiswa di AMIKOM Mataram. Terbukti, jumlah mahasiswa program studi MI paling banyak jika dibandingkan dengan program studi yang lain. Hal inilah yang kemudian menjadi alasan peneliti untuk memilih program studi MI sebagai populasi dalam penelitian ini. Selanjutnya, aljabar linier adalah salah satu mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa program studi MI pada semester 2 dan merupakan mata kuliah yang diampu oleh peneliti. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah kategori kesadaran metakognitif mahasiswa dan bagaimanakah perbandingan tingkat kesadaran metakognitif mahasiswa pada pembelajaran aljabar linier ditinjau dari aspek kelas, sekolah asal, daerah asal, dan jenis kelamin di program studi MI AMIKOM Mataram tahun pelajaran 2014/2015? Oleh karena itu, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kategori kesadaran metakognitif mahasiswa dan membandingkan tingkat kesadaran metakognitif mahasiswa pada pembelajaran aljabar linier ditinjau dari aspek kelas, sekolah asal, daerah asal, dan jenis kelamin di program studi MI AMIKOM Mataram tahun pelajaran 2014/2015. Selanjutnya, diharapkan dengan adanya tulisan ini akan mampu memperkaya kajian dan hasil penelitian yang berkaitan dengan kesadaran metakognitif, membuat mahasiswa mengetahui kategori kesadaran metakognitif yang mereka miliki, membuat dosen mengetahui kategori kesadaran metakognitif yang mahasiswa mereka miliki dan menjadikan kesadaran metakognitif tersebut sebagai salah satu kompetensi yang harus dicapai mahasiswa, menjadi bahan pertimbangan pihak kampus dalam melakukan evaluasi secara umum dengan membuat kebijakan yang berkaitan dengan kesadaran metakognitif (kesadaran metakognitif sebagai salah satu aspek yang diukur dalam pembelajaran), dan memperkaya pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian, terutama yang berkaitan dengan kesadaran metakognitif. Secara sederhana, kesadaran metakognitif (yang selanjutnya akan disebut sebagai metakognitif) diartikan sebagai thinking about thinking. Berpikir tentang berpikir. Artinya, kesadaran manusia mengenai proses berpikirnya ketika mereka sedang memikirkan sesuatu [4]. Hal ini sejalan dengan pendapat lain yang mengungkapkan bahwa metakognitif adalah an individual s awareness of his own thinking processes and his ability to control these processes. Kesadaran seseorang mengenai proses berpikirnya sendiri dan kemampuannya untuk mengontrol proses berpikir tersebut [5]. Selain itu, metakognitif juga diartikan sebagai berpikir tingkat tinggi yang digunakan manusia untuk merefleksikan proses berpikirnya [6]. Ditambahkan pula bahwa metakognitif diartikan sebagai mengetahui tentang mengetahui. Artinya, metakognitif mengarah pada kegiatan seseorang dalam hal mengetahui lebih mendalam mengenai apa yang sudah mereka ketahui [7]. Berdasarkan uraian di atas, maka kesadaran metakognitif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kesadaran mahasiswa mengenai proses berpikirnya dan kemampuan mereka untuk mengontrol proses berpikir tersebut. Selanjutnya, kesadaran metakognitif dibagi menjadi dua komponen secara umum, yaitu pengetahuan kognitif dan regulasi kognitif. Pengetahuan kognitif dibagi menjadi tiga komponen, yaitu pengetahuan deklaratif, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan kondisional. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan seseorang mengenai kemampuan intelektualnya. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan seseorang mengenai bagaimana mengimplementasikan strategi pemecahan masalah. Pengetahuan kondisional adalah pengetahuan seseorang mengenai kapan dan mengapa menggunakan strategi pemecahan masalah tertentu. Selanjutnya, regulasi kognitif dibedakan menjadi lima komponen, yaitu membuat rencana, memanajemen informasi, memonitoring, mengkoreksi, dan mengevaluasi. Membuat rencana berarti kemampuan seseorang dalam membuat suatu rencana untuk memecahkan masalah. Memanajemen informasi berarti kemampuan seseorang dalam mengatur pelaksanaan suatu strategi pemecahan masalah tertentu. Memonitoring berarti kemampuan seseorang dalam mengontrol pelaksanaan pemecahan masalah. Mengkoreksi berarti kemampuan seseorang dalam memperbaiki langkah yang salah dalam pemecahan masalah. Mengevaluasi berarti kemampuan seseorang dalam menganalisis semua langkah pemecahan masalah yang sudah dikerjakan dan keefektifan strategi pemecahan masalah yang digunakan [8]. 188

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 TABEL 1. KATEGORI SKOR KESADARAN METAKOGNITIF No. Rentang Skor Kategori 1 Rendah 2 Sedang 3 Tinggi II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dengan menggunakan angket sebagai instrumen penelitian. Angket yang digunakan adalah angket kesadaran metakognitif yang diadopsi dari metacognitive awareness inventory yang memiliki nilai sebesar 0,9 dan r sebesar 0,54 [9]. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program studi MI AMIKOM Mataram tahun pelajaran 2014/2015. Dengan menggunakan purposive sampling, ditentukan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program studi MI semester 2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 dengan variabel utamanya adalah kesadaran metakognitif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diawali dengan memberikan angket kesadaran metakognitif pada keseluruhan sampel, dilanjutkan dengan menganalisis jumlah skor kesadaran metakognitif untuk setiap mahasiswa. Setelah itu, rata-rata jumlah skor kesadaran metakognitif keseluruhan mahasiswa dikategorikan. Adapun pengkategorian yang digunakan bisa dilihat pada Tabel 1 (x menyatakan jumlah skor kesadaran metakognitif). Untuk membandingkan skor kesadaran metakognitif mahasiswa program studi MI AMIKOM Mataram tahun pelajaran 2014/2015 ditinjau dari aspek kelas, sekolah asal, daerah asal, dan jenis kelamin, skor kesadaran metakognitif kemudian dipisahkan berdasarkan aspek-aspek tersebut untuk menentukan rata-rata skornya. Aspek kelas dibedakan menjadi tiga, yaitu kelas MI-A, MI-B, dan MI-Exe; SMA/ MA dan SMK untuk aspek sekolah asal; Kabupaten/Kota (Mataram, Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Sumbawa Barat, Bima, Dompu, dan luar Nusa Tenggara Barat); dan laki-laki dan perempuan untuk aspek jenis kelamin. Sebagai tambahan, untuk aspek sekolah asal, diadakan analisis lebih lanjut mengenai jurusan pada saat SMA/MA yang dibedakan menjadi jurusan ilmu pengetahuan alam (IPA), ilmu pengetahuan sosial (IPS), dan Bahasa dan jurusan pada saat SMK yang dibedakan menjadi jurusan multimedia dan non-multimedia. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Secara umum, pelaksanaan penelitian ini sudah berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan diperoleh skor rata-rata kesadaran metakognitif keseluruhan sampel sebesar 36,43. Jika dikaitkan hasil ini dengan Tabel 1, maka dapat dikategorikan kesadaran metakognitif mahasiswa program studi MI AMIKOM Mataram tahun pelajaran 2014/2015 adalah berkategori tinggi. Akan tetapi, kategori ini tidaklah berlaku untuk semua aspek yang akan menjadi kajian selanjutnya. Hal ini disebabkan karena untuk beberapa aspek, kategori kesadaran metakognitif mahasiswa cenderung berkategori sedang, seperti pada kelas MI-Exe memiliki nilai sebesar 33,27 (untuk aspek kelas), kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Utara memiliki nilai secara berturut-turut sebesar 34,13 dan 32,17 (untuk aspek daerah asal), dan jurusan SMA IPA memiliki nilai sebesar 34,29 (untuk aspek sekolah asal). Untuk aspek yang pertama, yaitu aspek kelas, hasil perbandingannya bisa dilihat pada Diagram 1. 40 30 MI-A MI-B MI-Exe Kelas DIAGRAM 1. TINGKAT KESADARAN METAKOGNITIF MAHASISWA (KELAS) 189

ISBN. 978-602-73403-0-5 38 36 34 SMA/MA SMK Sekolah DIAGRAM 2. TINGKAT KESADARAN METAKOGNITIF MAHASISWA (SEKOLAH ASAL) Diagram 1 memperlihatkan bahwa tingkat kesadaran metakognitif mahasiswa kelas MI-A tertinggi, yaitu sebesar 38,68 (kategori tinggi), diikuti di bawahnya kelas MI-B sebesar 34,88 (kategori tinggi), dan paling terakhir kelas MI-Exe sebesar 33,27 (kategori sedang). Hal ini kemudian mengindikasikan bahwa mahasiswa program studi MI kelas A AMIKOM Mataram tahun pelajaran 2014/2015 memiliki tingkat kesadaran metakognitif tertinggi, diikuti di bawahnya kelas B, dan kelas Exe. Hasil penelitian untuk aspek sekolah asal kemudian bisa dilihat pada Diagram 2. Dari Diagram 2 di atas, diperoleh informasi bahwa mahasiswa yang berasal dari SMA/MA memiliki tingkat kesadaran metakognitif yang lebih rendah daripada mahasiswa yang berasal dari SMK. Adapun tingkat kesadaran metakognitif mahasiswa yang berasal dari SMA/MA sebesar 36,06 dengan kategori tinggi dan mahasiswa yang berasal dari SMK sebesar 36,95 dengan kategori tinggi. Berdasarkan atas hal ini, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesadaran metakognitif mahasiswa program studi MI AMIKOM Mataram tahun pelajaran 2014/2015 yang berasal dari SMK lebih tinggi daripada mahasiswa yang berasal dari SMA/MA. Analisis lebih lanjut mengenai aspek sekolah asal bisa dilihat pada Diagram 3 untuk sekolah asal SMA/MA dan Diagram 4 untuk sekolah asal SMK. Berdasarkan Diagram 3, diperoleh informasi bahwa mahasiswa yang berasal dari jurusan IPA memiliki tingkat kesadaran metakognitif paling rendah sebesar 34,29 dengan kategori sedang, diikuti di atasnya adalah mahasiswa yang berasal dari jurusan IPS sebesar 37,33 dengan kategori tinggi, dan mahasiswa yang berasal dari jurusan Bahasa sebesar 40,00 dengan kategori tinggi. Atau dengan kata lain, tingkat kesadaran metakognitif mahasiswa program studi MI AMIKOM Mataram tahun pelajaran 2014/2015 yang berasal dari SMA/MA jurusan Bahasa tertinggi, diikuti di bawahnya jurusan IPS, dan jurusan IPA. Diagram 4 kemudian memperlihatkan bahwa mahasiswa yang berasal dari SMK jurusan multimedia (37,00 dengan kategori tinggi) memiliki tingkat kesadaran metakognitif lebih tinggi daripada mahasiswa yang berasal dari SMK jurusan non-multimedia (36,87 dengan kategori tinggi). Artinya, tingkat kesadaran metakognitif mahasiswa program studi MI AMIKOM Mataram tahun pelajaran 2014/2015 yang berasal dari SMK jurusan multimedia lebih tinggi daripada mahasiswa yang berasal dari jurusan non-multimedia. 40 30 IPA IPS Bahasa Jurusan DIAGRAM 3. TINGKAT KESADARAN METAKOGNITIF MAHASISWA (JURUSAN SEKOLAH ASAL SMA/MA) 37 36.8 Jurusan DIAGRAM 4. TINGKAT KESADARAN METAKOGNITIF MAHASISWA (JURUSAN SEKOLAH ASAL SMK) 190

Mata Lobar KLU Loteng Lotim KSB Sumb Bima Dompu Luar SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 40 20 0 Daerah DIAGRAM 5. TINGKAT KESADARAN METAKOGNITIF MAHASISWA (DAERAH ASAL) 38 36 34 Laki-laki Perempuan Jenis Kelamin DIAGRAM 6. TINGKAT KESADARAN METAKOGNITIF MAHASISWA (JENIS KELAMIN) Selanjutnya, untuk aspek yang ketiga, yaitu aspek daerah asal bisa dilihat pada Diagram 5. Dari Diagram 5 di atas, diperoleh informasi bahwa mahasiswa yang berasal dari Kota Mataram memiliki tingkat kesadaran metakognitif tertinggi, yaitu sebesar 39,20 (kategori tinggi), diikuti di bawahnya Kabupaten Sumbawa Barat sebesar 39,12 (kategori tinggi), Kabupaten/Kota Bima sebesar 38,89 (kategori tinggi), Kabupaten Sumbawa sebesar 38,00 (kategori tinggi), Kabupaten Lombok Timur sebesar 35,64 (kategori tinggi), Kabupaten Dompu sebesar 35,33 (kategori tinggi), Kabupaten Lombok Barat sebesar 35,21 (kategori tinggi), Kabupaten/Kota di luar NTB sebesar 34,50 (kategori tinggi), Kabupaten Lombok Tengah sebesar 34,13 (kategori sedang), dan yang terendah Kabupaten Lombok Utara sebesar 32,17 (kategori sedang). Hal ini kemudian mengindikasikan bahwa tingkat kesadaran metakognitif mahasiswa program studi MI AMIKOM Mataram tahun pelajaran 2014/2015 yang berasal dari Kota Mataram Mataram adalah yang tertinggi, diikuti di bawahnya Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten/Kota Bima, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Dompu, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten/Kota di luar NTB, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kabupaten Lombok Utara. Untuk aspek yang terakhir atau aspek jenis kelamin, bisa dilihat pada Diagram 6. Berdasarkan Diagram 6 di atas, diperoleh informasi bahwa mahasiswa laki-laki memiliki tingkat kesadaran metakognitif yang lebih rendah daripada mahasiswa perempuan. Atau dengan kata lain, tingkat kesadaran metakognitif mahasiswa program studi MI AMIKOM Mataram tahun pelajaran 2014/2015 yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi daripada mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian lain pun mendukung hasil penelitian ini, yaitu diungkapkan bahwa mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan memiliki tingkat kesadaran metakognitif yang lebih tinggi daripada mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki [10]. IV. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) kategori kesadaran metakognitif mahasiswa pada pembelajaran aljabar linier di program studi MI AMIKOM Mataram tahun pelajaran 2014/2015 tinggi dan (2) tingkat kesadaran metakognitif mahasiswa pada pembelajaran aljabar linier di program studi MI AMIKOM Mataram tahun pelajaran 2014/2015 kelas MI-A tertinggi, diikuti di bawahnya mahasiswa kelas MI-B dan MI-Exe; tingkat kesadaran metakognitif mahasiswa program studi MI AMIKOM Mataram tahun pelajaran 2014/2015 yang berasal dari SMK lebih tinggi dari mahasiswa yang berasal dari SMA/MA; tingkat kesadaran mahasiswa program studi MI AMIKOM Mataram tahun pelajaran 2014/2015 yang berasal dari Mataram tertinggi, diikuti di bawahnya Kabupaten Sumbawa Barat, Kabupaten/Kota Bima, Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Lombok Timur, Kabupaten Dompu, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten/Kota di luar Provinsi Nusa tenggara Barat, Kabupaten Lombok Tengah, dan Kabupaten Lombok Utara; dan tingkat kesadaran metakognitif mahasiswa program studi MI AMIKOM Mataram tahun pelajaran 2014/2015 yang berjenis kelamin perempuan lebih tinggi daripada yang berjenis kelamin laki-laki. 191

ISBN. 978-602-73403-0-5 Jenis penelitian ini adalah penelitian survey. Oleh karena itu, disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hasil penelitian ini. Adapun beberapa contoh penelitian lanjutan, antara lain: melakukan penelitian survey mengenai kesadaran metakognitif dengan populasi yang berbeda (program studi teknik komputer, ASM Mataram, dan program studi dan instansi yang lain), melakukan penelitian mengenai penyebab kesadaran metakognitif untuk setiap aspek yang diukur berbeda-beda, dan melakukan penelitian mengenai bagaimana mengembangkan kesadaran metakognitif mahasiswa di perguruan tinggi. UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama, ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Allah SWT. Selanjutnya, penulis ucapkan terima kasih kepada Rasulullah SAW, diikuti ucapan terima kasih kepada semua keluarga (orang tua, saudara, keponakan, dan kekasih tercinta) dan semua teman-teman yang sudah bersedia mendukung terwujudnya tulisan ini. Selain itu, ucapakan terima kasih penulis ucapkan kepada Direktur AMIKOM Mataram yang telah bersedia memberikan bantuan dana dalam pelaksanaan penelitian ini sampai dengan tahap seminar nasional ini. DAFTAR PUSTAKA [1] M. G. Isnawan, Eksistensi skema sebagai induk pembelajaran matematika yang lebih baik, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, pp. PM-173 PM-178, November 2013. [2] C. Kaune, Reflection and metacognition in mathematics education-tools for the improvement of teaching quality, ZDW, vol. 38, pp. 350-360, 2006. [3] A. Mahmudi, Srategi metakognitif dalam pembelajaran matematika, Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, pp. PM-49 PM-53, Mei 2013. [4] A. B. Wicaksono and M. G. Isnawan, Math teacher and their competence, Proceeding ASIA-PACIFIC Education Conference (AECon), Teacher Training and Education Faculty, the University of Muhammadiyah Purwokerto, pp. 20-24, September 2013. [5] G. Ozsoy and A. Ataman, The effect of metacognitive strategy training on mathematical problem solving achievement, International Electronic Journal of Elementary Education, vol. 1, pp. 67-82, Maret 2009. [6] S. Larkin, Metacognition in Young Children. Oxon, OX: Routledge, 2010. [7] H. A. S. Murti, Metakognisi dan theory of mind (tom), Jurnal Psikologi Pitutur, vol. 1, pp. 53-64, Juni 2011. [8] M. Lee and A. L. Baylor, Designing metacognitive maps for web-based learning, Educational Technology & Society, vol. 9, pp. 344-348, 2006. [9] G. Schraw and R. S. Dennison, Assessing metacognitive awareness, Contempory Educational Psychology, vol. 19, pp. 460-475, Oktober 1994. [10] A. Veloo, M. A. Rani, and K. Hariharan, The role of gender in the use of metacognitive awareness reading strategies among biology students, Asian Social Science, vol. 11, pp. 67-73, 2015. 192