BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS KESEIMBANGAN TATA AIR DI KAWASAN BANDUNG UTARA

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kawasan konservasi tanah dan air bagi kawasan Bopunjur (Bogor,

DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KESEIMBANGAN TATA AIR DI KAWASAN BANDUNG UTARA TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KURANGNYA DAERAH RESAPAN AIR DI KAWASAN BANDUNG UTARA

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN KESEIMBANGAN SUMBERDAYA AIR

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN BERDASARKAN KESEIMBANGAN SUMBERDAYA AIR

PREVIEW II ARAHAN PENGENDALIAN ALIH FUNGSI DAERAH RESAPAN AIR MENJADI LAHAN TERBANGUN DI KECAMATAN LEMBANG, BANDUNG

BAB II TINJAUAN TEORI...

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

KOMPROMI PEMULIHAN AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN *)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. saat ini dan perkiraan masa yang akan datang, keseimbangan air tanah akan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cahaya matahari secara tetap setiap tahunnya hanya memiliki dua tipe musim

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

OPTIMASI PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN DRIYOREJO BERDASARKAN KETERSEDIAAN SUMBERDAYA AIR

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman, yaitu kumpulan rumah

Bab 1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membawa sedikit uap air. Fenomena alam tersebutmengakibatkan di Indonesia

dan penggunaan sumber daya alam secara tidak efisien.

BAB 5 PENUTUP 5.1 Temuan Studi

Bab 1 Pendahuluan I - 1

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Simulasi Dan Analisis Kebijakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

Musim Kemarau Kekeringan, Musim Hujan Kebanjiran

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. air terbatas maka produksi pangan akan terhambat. Pada dasarnya permasalahan yang

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. sekarang tanpa harus merugikan generasi yang akan datang. longsor dan banjir. Namun kekurangan air juga dapat menimbulkan masalah

SISTEM JEBAKAN AIR BERANTAI SEBAGAI PENDEKATAN TERPADU MENGATASI BANJIR DAN KEKERINGAN

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tentang genangan atau banjir sudah sangat umum terjadi di kawasan

DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KETERSEDIAAN SUMBER DAYA AIR DI KOTA TANGERANG OLEH : DADAN SUHENDAR

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

Krisis Perizinan sebagai Pemicu Bencana Banjir

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

PENDAHULUAN Latar Belakang

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

DAFTAR ISI. Halaman PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

BAB III METODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

Transkripsi:

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan beberapa temuan studi dari analisis yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya yaitu dampak perubahan penggunaan lahan terhadap keseimbangan tata air. Selain itu akan dip aparkan beberapa rekomendasi dan temuan studi pada studi kali ini. 5.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil dan analisis serta pembahasan yang dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai temuan penelitian mengenai keseimbangan tata air di Kawasan Bandung Utara. Hasil termuan penelitian adalah sebagai berikut: a. Berdasarkan hasil penelitian potensi persediaan sumberdaya air di Kawasan Bandung Utara, jumlah limpasan air permukaan mengalami penurunan sebesar -0,377%, jumlah air yang terserap ke dalam tanah mengalami penurunan sebesar -0,466% serta laju pertumbuhan total air di Kawasan Bandung Utara mengalami penurunan sebesar -0,435%. Diperkirakan di wilayah kajian masih memberikan potensi air sebesar 384,74 juta m 3 /thn di tahun 2013. b. Berdasarkan hasil penelitian kebutuhan sumberdaya air, diperkirakan pada tahun 2013 Kawasan Bandung Utara membutuhkan sumberdaya air sebesar 196,255 juta m 3 /thn. Kebutuhan tersebut akan meningkat pada tahun-tahun berikutnya dikarenakan laju pertumbuhan kebutuhan air di Kawasan Bandung Utara mengalami peningkatan sebesar 2,0035%. c. Berdasarkan penilaian IPA(Indeks Penggunaan Air), pada kurun waktu 2001, 2005 dan 2013 menunjukkan nilai rata-rata IPA sebesar 0,42 dan 0,51. Angka tersebut termasuk ke dalam wilayah yang tidak kritis. 99

100 d. Berdasarkan RTRW Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung, kondisi potensi limpasan air permukaan di Kawasan Bandung Utara adalah sebesar 144,051 juta m 3 /thn. Angka ini lebih kecil daripada angka kondisi potensi air permukaan guna lahan eksisting. Un tuk kondisi potensi air tanah mendapatkan angka sebesar 240,69 juta m 3 /thn, yang mana angka tersebut lebih besar dari keadaan potensi air yang terserap ke dalam tanah guna lahan ekesisting. Total tambahan potensi sumberdaya air di tahun 2013 berdasarkan RT RW diperkirakan sebesar 384,742 juta m 3 /thn. Angka tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan keadaan eksisting. e. Kebutuhan sumberdaya air yang mengacu pada guna lahan RTRW adalah sebesar 176,896 juta m 3 /thn. Angka kebutuhan sumberdaya air ini lebih kecil daripada angka kebutuhan sumberdaya air yang mengacu pada kecenderungan guna lahan eksisting tahun 2001 dan 2005. f. Berdasarkan penilaian IPA, keseimbangan sumberdaya air di tahun 2013 berdasarkan RTRW dan eksisting, adalah sebesar 0,46 dan 0, 51. Kedua angka tersebut berdasarkan kriteria penggolongan IPA menunjukkan bahwa kondisi keseimbangan sumberdaya air Kawasan Bandung Utara berada dalam kondisi wilayah yang tidak kritis. Meskipun keduanya menunjukkan keadaan wilayah yang tidak kritis, tetapi jika peman faatan ruang dalam RTRW pada tahun 2013 dilaksanakan sesuai rencana, kondisi keseimbangan tata air di Kawasan Bandung Utara adalah lebih baik dibandingkan jika tidak direncanakan dan dibiarkan terjadi sesuai kecenderungan yang ada. g. Perkiraan keseimbangan s umberdaya air yang mengacu pada kecenderungan guna lahan eksisting pada tahun 2001 dan 2005, akan mengalami defisit sekitar sekitar -1,21 juta m 3 /thn di tahun 2049 dimana

101 angka ketersediaan sumberdaya air sebesar 398,61 juta m 3 /thn, sedangkan angka kebutuhan sumberdaya air adalah sebesar 400,47 juta m 3 /thn. h. Keseimbangan sumberdaya air yang mengacu pada guna lahan RTRW akan mengalami defisit di tahun 2091 yaitu dengan angka ketersediaan sebesar 273,86 juta m 3 /thn, sedangkan angka kebutuhan sebesar 276,208 juta m 3 /thn sehingga mengalami defisit sebesar 2,34 juta m 3 /thn. 5.3 Kesimpulan Penekanan pembangunan pada guna lahan yang telah direncanakan oleh RTRW (Kota Bandung, Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung) untuk Kawasan Bandung Utara, selain dengan paling sedi kitnya presentase kawasan budaya di antara guna lahan lainnya. Tambahan potensi sumberdaya air pada guna lahan yang mengacu pada RTRW di tahun 2013 adalah sama dengan tambahan potensi sumberdaya air pada guna lahan yang mengacu pada kondisi eksisting tahun 2001 dan 2005, ini dikarenakan bahwa jumlah tambahan ketersediaan air hanya dipengaruhi curah hujan, evapotranspirasi dan luas guna lahan. Selain itu, besarnya air yang meresap ke dalam tanah juga lebih besar daripada jumlah air yang meresap ke dalam tana h berdasarkan guna lahan eksisting (2001 dan 2005) serta proyeksi (2013). Hal ini dapat disimpulkan pola guna lahan yang mengacu pada guna lahan yang mengacu pada RTRW adalah adalah lebih baik daripada guna lahan kecenderungan dari tahun 2001 dan 2005. Untuk aspek kebutuhan sumberdaya air, guna lahan yang mengacu pada RTRW juga lebih dapat menekan kebutuhan sumberdaya air daripada guna lahan yang mengacu pada kecenderungan guna lahan eksisting tahun 2001 dan 2005. Di sisi lain, pada tahun 2013; baik berdasarkan pada guna lahan eksisting tahun 2001 dan 2005 maupun dengan guna lahan RTRW; diperoleh angka IPA sebesar 0,46 untuk guna lahan RTRW dan 0,49 untuk guna laha n eksisting 2001 dan

102 2005. Maka dapat dikatakan bahwa guna lahan rencana lebih baik dari pada guna lahan kecenderungan dari tahun 2001 dan 2005. Kondisi guna lahan pada RTRW lebih baik daripada guna lahan eksisting dari tahun 2001 dan 2005 dapat diperkuat dengan hasil perkiraan perbandingan keseimbangan sumberdaya air yang mencakup potensi limpasan air permukaan dan potensi air yang terserap ke dalam tanah dengan dampak guna lahan. Diperkirakan untuk guna lahan yang mengacu pada kecenderungan guna lahan eksisting dari tahun 2001 dan 2005, keseimbangan sumberdaya air akan mengalami defisit di tahun 2 049. Dan jika mengacu pada guna lahan berdasarkan RTRW, keseimbangan sumberdaya air akan mengalami defisit dengan waktu yang lebih lama yaitu tahun 2091. 5.2 Rekomendasi Sehubungan dengan hasil identifikasi kondisi sumberdaya air dimana kebutuhan terhadap sumberdaya air khususnya air tanah terus meningkat sedangkan potensi air yang terserap ke dalam tanah cenderung menurun karena semakin luasnya lahan terbangun, maka dengan mempertimbangkan kebijaksanaan pengembangan Kawasan Bandung Utara rekomendasi yang dapat diusulkan oleh penulis adalah : a. Upaya peningkatan cadangan air tanah Sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang yang menekankan perlunya perlindungan dan perluasan terhadap daerah resapan air, reservasi kawasan lindung seperti hutan yang berfungsi seba gai daerah resapan air perlu difokuskan. Dalam hal ini daerah di Kawasan Bandung Utara yang dimaksudkan adalah kecamatan yang berada di kemiringan lereng paling tinggi, yaitu di Kecamatan Lembang, Cimenyan dan Cikalong Wetan. Selain itu daerah yang menjadi daerah resapan utama dengan intensitas tinggi juga harus diperhatikan, yaitu Kecamatan Parongpong, Lembang dan Cisarua. Dengan tetap terjaganya daerah resapan air tanah, diharapkan dapat meningkatkan cadangan air tanah yang dampaknya juga meningkatkan ali ran

103 permukaan di musim kemarau sekaligus menurunkan resiko bencana erosi, banjir dan kekeringan. b. Upaya peningkatan cadangan air permukaan Upaya peningkatan cadangan air permukaan dapat dilakukan dengan cara pembangunan bangunan resapan air buatan yang dapa t dilakukan di kawasan permukiman. Cara pembuatannya ialah dengan membuat bangunan jebakan air pada lahan-lahan budidaya dengan kemiringan terjal agar dapat mengurangi laju erosi dan limpasan permukaan. K ecamatan yang berkompeten dalam hal ini adalah kecam atan Lembang, Cimahi Utara dan Parongpong. c. Upaya pengendalian lahan Upaya pengendalian lahan perlu dilakukan jika dirasa guna lahan eksisting sudah mengalami penyimpangan pertumbuhan, terutama untuk pertumbuhan kawasan budidaya. Upaya pengendalian lahan da pat dilaksanakan dengan cara pemberlakukan pajak yang besar untuk pembangunan di kawasan -kawasan yang fungsinya sebagai kawasan lindung. d. Pengaturan distribusi secara proposional Upaya ini cenderung sebagai alokasi pemanfaatan lahan, terutama untuk pengembangan kawasan budidaya yaitu kawasan industri dan kawasan perumahan agar lebih memperhatikan lokasi potensi daerah resapan dan zona konservasi air. Rencana relokasi industri dan perumahan sebaiknya dilaksanakan di daerah yang tidak rawan dan krisis air dan ke lokasi yang tersedia air permukaan yang berlimpah, yaitu Kecamatan Cisarua, Cimahi Utara dan Ngamprah. e. Penertiban eksplotasi air tanah secara illegal dalam pengawasan penyadapan air tanah Penertiban eksplotasi harus dilakukan oleh instansi yang berwe nang, dalam hal ini adalah Dinas Pertambangan dengan cara :

104 mengevaluasi kepemilikkan SIP dan SIPA, mengecek meter air dari para pemilik sumur bor dan penerapan sistem sanksi yang tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan Praktek eksploitasi air tanah ya ng biasa dilakukan pada kegiatan industri. Oleh karena itu di kecamatan yang dialokasikan pada kegiatan industri perlu dilakukan penertiban eksploitasi air tanah. 5.3 Kelemahan Studi Perhitungan yang dilakukan baik dalam perhitungan tambahan potensi sumberdaya air maupun perhitungan kebutuhan sumberdaya air dalam penelitian ini belum dilakukan secara akurat sehingga masih banyak kemungkinan -kemungkinan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Beberapa hal yang menjadi keterbatasan dari penelitian ini, dan diharapkan menjadi masukan bagi studi selanjutnya, antara lain: a. Aspek Perhitungan Potensi Sumberdaya Air - Penentuan besaran koefisien limpasan (Cro) harus lebih detail dan lebih mewakili kondisi wilayah kajian, yang antara lain menyangkut faktor kondisi/topografi/ kemiringan lereng, dan keadaan guna lahannya. - Nilai evapotransirasi (ET) yang digunakan seharusnya nilai evapotranspirasi di tahun masing -masing, bukan nilai rata-rata dan diperlukan nilai evapotranspirasi yang lebih detail pada tiap penggunaan lahan. - Penggunaan satuan analisis perhitungan Kawasan Bandung Utara yang mana batas wilayah Kawasan Bandung Utara tidak secara tepat berhimpitan dengan batas administrasi kecamatan, oleh karena itu sebaiknya digunakan satuan desa atau unit lahan agar mengha silkan perhitungan yang lebih akurat.

105 - Data guna lahan yang di dapat untuk diproyeksikan hanyalah data guna lahan 2 tahun, yaitu 2001 dan 2005 yang masih dirasa terlalu singkat dan sedikit untuk melihat kecenderungannya. b. Aspek Perhitungan Kebutuhan Sumber daya Air - Seperti halnya di atas, unit analisa yang sebaiknya digunakan adalah satuan desa atau unit lahan. Untuk satuan kecamatan yang sudah di jumlahkan ke dalam Administrasi Kota dan Kabupaten Bandung masih sangat umum. - Dalam penentuan jumlah fasilitas -fasilitas yang menggunakan sumberdaya air di Kawasan Bandung Utara, penulis menggunakan perbandingan antara kawasan budidaya di tiap -tiap administrasi wilayah dengan kawasan budidaya di Kawasan Bandung Utara, sehingga angka jumlah fasilitas adalah berupa perkiraan. - Penggunaan air oleh PDAM tidak dimasukkan dalam perhitungan menyebabkan hasil perhitungan masih agak kasar. Sama halnya dengan kebutuhan untuk kegiatan yang lain tidak dapat diperkirakan besarannya, seperti kebutuhan untuk kegiatan industri, tidak diperhatikan jenis industrinya, dan beberapa fasilitas lain yang didapat berdasarkan kebutuhan per penduduk dan per guna lahan. - Beberapa standar kebutuhan air masih menggunakan asumsi hasil standar yang lama. Sebaiknya jika ada digunakan standar yang terb aru dan relevan. 5.4 Saran Studi Lanjutan Berdasarkan kelemahan-kelemahan dari studi ini, beberapa studi lanjutan yang kiranya dapat dilakukan menyangkut pemanfaatan sumberdaya air dalam mendukung pengembangan kawasan yang dapat disarankan antara lain:

106 a. Penelitian sejenis disarankan melakukan perhitungan yang lebih detail, yaitu menggunakan satuan unit analisis desa, standar kebutuhan yang lebih aktual, nilai Cro yang yang lebih memperhatikan keadaan fisik, mempertimbangkan kebutuhan air yang lebih detail seperti kebutuhan PDAM serta kebutuhan berbagai fasilitas, dan dalam menentukan kecenderungan, sebaiknya menggunakan data time series yang lebih panjang, agar lebih akurat. b. Penggunaan data curah hujan, juga harus lebih detail dimana memperhatikan keadaan w ilayah, karena beberapa wilayah dengan karakteristik seperti ketinggian, mempunyai curah hujan yang berbeda.