BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air bersih merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia. Yang dimaksud dengan air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 1990 adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari, baik untuk dimasak maupun diminum, yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan. Pada tahun 2003, Kementerian Pekerjaan Umum pernah memperhitungkan jumlah kebutuhan air bersih di Pulau Jawa mencapai 38 miliar m 3 per tahun dengan jumlah ketersediaan air bersih hanya sekitar 25 miliar m 3 [1]. Dari angka tersebut, terlihat adanya kesenjangan sebesar 13 miliar m 3 atau sekitar 34% antara jumlah kebutuhan air bersih dengan jumlah ketersediaan air bersih. Kesenjangan tersebut akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah kebutuhan air bersih akibat meningkatnya laju pertumbuhan penduduk dan pesatnya pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya jumlah kebutuhan air bersih secara cepat biasanya terjadi di wilayah padat penduduk, seperti di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). DIY merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa bagian tengah yang terletak di 07º33 08º12 Lintang Selatan dan 110º00 110º50 Bujur Timur, dengan luas sekitar 3.185,80 km 2 atau 0,17% dari luas Indonesia. Pada tahun 2015, jumlah penduduk DIY tercatat sebanyak jiwa, meningkat 1,19% dari tahun 2010 [2]. Seperti yang dapat dilihat saat ini, DIY sedang mengalami pembangunan yang cukup pesat. Banyak lahan yang dibangun menjadi apartemen, mall, dan hotel. Pada dasarnya, konversi lahan dapat mengakibatkan berkurangnya kawasan terbuka dan kemudian berdampak pada berkurangnya zona penyerapan alami, sehingga air hujan yang turun tidak dapat terserap dengan baik oleh tanah dan menjadi limpasan. Saat ini, limpasan air hujan sudah banyak terjadi di beberapa wilayah di DIY. Selain itu, dampaknya saat musim kemarau adalah keringnya air tanah yang merupakan 1

2 2 sumber air bersih yang digunakan oleh mayoritas penduduk di DIY [2]. Keringnya air tanah ini akhirnya dapat menyebabkan kelangkaan air bersih. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu segera dilakukan konservasi air yang tepat agar kelestarian sumber air bersih terus terjaga, baik dari sisi penggunaan maupun penyediaannya. Pemanfaatan air hujan dapat dijadikan salah satu solusi. Air hujan yang selama ini belum dimanfaatkan dengan maksimal di Indonesia saat ini telah menjadi bagian penting dalam skala internasional untuk menanggulangi ketimpangan air pada musim hujan dan kemarau, kekurangan pasokan air bersih penduduk dunia, serta potensi bencana banjir dan kekeringan. Pemanfaatan air hujan dapat dilakukan dengan menerapkan sistem pemanenan air hujan (PAH). Sistem PAH berpotensi untuk diterapkan di DIY karena DIY memiliki iklim tropis yang dipengaruhi oleh 2 musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau, dengan rata-rata curah hujan yang cukup tinggi. Untuk mengetahui peranan sistem PAH sebagai langkah konservasi, maka perlu dilakukannya analisis potensi penghematan yang dapat disubstitusi oleh air hujan.

3 Gambar 1.1. Letak bangunan SGLC di peta UGM yang ditandai oleh kotak [3] 3

4 4 I.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana rancangan sistem PAH yang sesuai untuk kondisi bangunan SGLC, serta menganalisis potensi penghematan konsumsi air bersih dan energi dengan menerapkan sistem PAH. I.3. Batasan Masalah Batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Studi kasus pada penelitian ini adalah bangunan Smart and Green Learning Center (SGLC) Universitas Gadjah Mada (UGM) yang masih berada pada tahap pra desain. 2. Rancangan sistem PAH pada penelitian ini disesuaikan dengan kondisi bangunan SGLC, sehingga rancangan sistem PAH ini belum tentu cocok jika diterapkan di bangunan lain. 3. Hasil pada penelitian ini berupa potensi penghematan konsumsi air bersih dan penghematan konsumsi energi. 4. Konsumsi air bersih yang dimaksud pada penelitian ini adalah total air bersih yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan flushing WC di toilet bangunan SGLC. 5. Konsumsi energi yang dimaksud pada penelitian ini adalah total energi yang digunakan untuk mengangkat air dari tangki penyimpanan untuk memenuhi kebutuhan flushing WC di toilet bangunan SGLC. 6. Variabel-variabel yang digunakan untuk menghitung total energi yang dibutuhkan oleh pompa didapat dari data teknis pompa yang ada di pasar. I.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Merancang sistem PAH yang sesuai dengan kondisi bangunan SGLC, yang mengacu pada GREENSHIP Rating Tools.

5 5 2. Mengkaji dan mengevaluasi potensi penghematan konsumsi air bersih dan energi dengan menerapkan sistem PAH di bangunan SGLC. 3. Membuat rekomendasi dari hasil evaluasi yang telah dilakukan pada penelitian ini. I.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Sistem PAH yang merupakan teknologi konservasi air berkonsep green yang mengacu pada GREENSHIP Rating Tools dapat dikenal secara umum oleh masyarakat luas. 2. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan acuan dalam pembangunan sistem PAH di bangunan SGLC. 3. Adanya potensi penghematan konsumsi air bersih dan energi dengan menerapkan sistem PAH di bangunan SGLC. 4. Air hujan dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai sumber air alternatif, sehingga resiko kelangkaan air bersih dapat diminimalisir.