PERANAN SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH MAHARANI TEJASARI H

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH MAHARANI TEJASARI H

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

PENTINGNYA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

INDIKATOR MAKRO EKONOMI USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2003

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

KREDIT, PDB, dan TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERKEMBANGAN JUMLAH UNIT USAHA BERSKALA KECIL dan MENENGAH (UKM) Oleh : I MADE RAJIV PERMADI (H )

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI KOTA BOGOR. Oleh : EVA DWI PRIHARTANTI H

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI KOTA BEKASI PADA MASA OTONOMI DAERAH OLEH PRITTA AMALIA H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENDAPATAN NASIONAL INDONESIA Oleh : Amalia Dwi Syahputri Lubis H

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. tukar tereskalasi menjadi krisis multi dimensi yang dimulai akhir tahun 1997.

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

EKONOMI WILAYAH DAN AKSES USAHA KECIL MENENGAH TERHADAP LEMBAGA KEUANGAN (Studi Kasus: Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF PEKERJA OLEH DILA VINDAYANI H

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

Transkripsi:

PERANAN SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH MAHARANI TEJASARI H14104116 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PERANAN SEKTOR USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH MAHARANI TEJASARI H14104116 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

RINGKASAN MAHARANI TEJASARI. Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia (dibimbing oleh ALLA ASMARA). Pada pasca krisis tahun 1997 di Indonesia, UKM dapat membuktikan bahwa sektor ini dapat menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan UKM mampu bertahan dibandingkan dengan usaha besar yang cenderung mengalami keterpurukan. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin bertambahnya jumlah UKM setiap tahunnya. Pada tahun 2005 jumlah unit UKM sebanyak 47,1 juta unit dengan proporsi 99,9 persen dari total unit usaha yang ada di Indonesia dan pada tahun 2006 jumlah UKM meningkat menjadi sebanyak 48,9 juta unit. Seiring dengan peningkatan jumlah usaha UKM, maka turut meningkatkan jumlah tenaga kerja yang diserap. Pada tahun 2005, jumlah tenaga kerja yang diserap UKM sebanyak 83,2 juta jiwa kemudian meningkat pada tahun 2006 menjadi sebanyak 85,4 juta jiwa. UKM menyerap 96,18 persen dari seluruh tenaga kerja di Indonesia (BPS, 2007). Posisi tersebut menunjukan bahwa UKM berpotensi menjadi wadah pemberdayaan masyarakat dan penggerak dinamika perekonomian. Akan tetapi disisi lain, terdapat hambatan internal dan eksternal dari UKM. Sehingga hal tersebut mengakibatkan produktivitas UKM sangat rendah dalam menciptakan nilai tambah. Hal ini dapat dilihat dari sumbangannya terhadap PDB yang belum cukup tinggi. Meskipun secara unit usaha merupakan usaha yang dominan di Indonesia, akan tetapi sektor ini masih kalah bersaing dengan usaha besar yang jumlahnya sangat sedikit, akan tetapi sumbangannya terhadap PDB sangat besar. Dalam menyikapi hal ini, strategi pengembangan UKM yang dikaji yaitu dari sisi perbankan melalui bantuan keuangan. Lembaga keuangan dalam sektor perbankan mempunyai fungsi sebagai intermediasi dalam aktifitas suatu perekonomian. Hal tersebut ditinjau dengan adanya Kredit Usaha Kecil (KUK) melalui Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI). Jika fungsi dari kredit ini berjalan cukup baik maka hal tersebut dapat menciptakan nilai tambah. Sehingga dalam penelitian ini akan dilihat sejauh mana strategi pengembangan UKM dapat mempengaruhi kinerja UKM dari sisi penyerapan tenaga kerja. Selain itu, dilihat bagaimana peranan UKM terhadap pertumbuhan ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengembangan UKM beserta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya terhadap penyerapan tenaga kerja dan untuk menganalisis pengaruh UKM terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada penelitian ini digunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Data yang digunakan adalah data sekunder berupa nilai PDB UKM, Investasi UKM, Ekspor UKM, Tenaga Kerja UKM, Jumlah UKM, Pendapatan per kapita, Kredit Modal kerja dan Kredit Investasi pada Kredit Usaha Kecil (KUK) dari tahun 1996-2006. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah unit usaha (0.904148), Kredit Modal Kerja (0.035586) dan PDB UKM (0.062321) secara signifikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan dengan adanya peningkatan jumlah usaha, Kredit Modal Kerja dan pertumbuhan PDB merupakan salah satu dari penciptaan kesempatan kerja. Sedangkan, Kredit Investasi (-0.074278) secara signifikan berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini disebabkan kredit ini lebih

banyak digunakan untuk investasi yang padat modal sehingga kurang adanya pemberdayaan terhadap sumber daya manusia. Pendapatan per kapita (-0.378047) memberikan pengaruh yang signifikan secara negatif terhadap penyerapan tenaga kerja karena semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita di suatu negara semakin kecil pangsa tenaga kerja UKM. Tenaga kerja (2.813870) dan investasi (0.85055) secara signifikan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi, karena peningkatan produktivitas tenaga kerja dan investasi akan mendorong kenaikan output UKM. Akan tetapi, nilai ekspor tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi karena sumbangan dan kontribusinya yang masih rendah. Disamping itu, hal tersebut juga dikarenakan kondisi ekspor Indonesia dimana sebagian besar input ekspor masih bergantung pada impor. Sehingga mengakibatkan ekspor tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan PDB. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian yaitu : Pertama, Kredit Modal Kerja (KMK) mempunyai pengaruh yang positif terhadap penyerapan tenaga kerja sehingga pemerintah dapat lebih meningkatkan lagi porsi KMK. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengurangi porsi kredit konsumsi atau memperbesar Kredit Usaha Kecil secara umum. Selain itu dalam menghadapi kendala internal UKM terhadap akses pembiayaan, pemerintah dapat memberikan kebijakan yang memudahkan UKM dalam mengakses kredit. Kedua, salah satu faktor yang mendukung dalam pertumbuhan UKM yaitu investasi pada sektor UKM. Berdasarkan penelitian, menunjukan bahwa investasi pada UKM dapat menciptakan nilai tambah secara signifikan terhadap PDB UKM. Sehingga perhatian pada UKM dapat diberikan dengan meningkatkan investasi pada UKM. Langkah tersebut dapat berupa perbaikan iklim usaha dan permudahan izin usaha dalam investasi.

PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA Oleh MAHARANI TEJASARI H14104116 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa Nomor Registrasi Pokok Program Studi Judul Skripsi : : : : Maharani Tejasari H14104116 Ilmu Ekonomi Peranan Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing, Alla Asmara, SPt, M.Si NIP. 132 159. 707 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872

Tanggal Kelulusan: PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR- BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Juli 2008 Maharani Tejasari H14104116

RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Maharani Tejasari, dilahirkan di kota Bandung pada tanggal 24 November 1986 dari pasangan Bapak Sutisna dan Ibu Etty Sofiati. Penulis merupakan anak ke tiga dari lima bersaudara. Menyelesaikan pendidikan di Kota Bogor dari mulai TK di Taman Kanak-Kanak Nurul Maghfirah pada tahun 1990 kemudian dilanjutkan di SDN Caringin 1 pada tahun 1992, setelah itu melanjutkan di SLTPN 4 Bogor pada tahun 1998 dan menamatkan di SMUN 4 Bogor pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi di kota yang sama yaitu Bogor tercinta pada perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui jalur SPMB dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Ekonomi Syariah Club (SES-C) dan juga dalam beberapa kepanitiaan.

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Peranan Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai masukan yang positif terhadap pengembangan usaha kecil dan menengah di Indonesia dan juga sebagai bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Alla Asmara, SPt, M. Si. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Jaenal Effendi, MA. selaku dosen komisi pendidikan dan Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang bermanfaat. 3. Orang tua penulis, Bapak Sutisna Sofyan dan Almh. Ibu Ety Sofiaty atas segala dukungan dan cintanya yang begitu besar dan Tante Lilis Haryati yang telah memberikan dukungan moril dan materil yang tidak terhingga,dan juga kepada saudara penulis yaitu teh Nenden, teh Irma, ka Sandy, Cindy dan Sheila. Tak lupa kepada dua keponakan lucu penulis yaitu Bibil dan Jibril. 4. Teman-teman yang telah menemani dalam suka dan duka hari-hari penulis yaitu Niken, Lia, Dela, Dila, Fanya, Heni, Hana, Nisa, Septi, Rinda, Irma, dan Cai. Selain itu juga kepada teman penulis yang lain yang telah ada dalam kebersamaan penulis yaitu Lusi, Tika, Liana, Wida, Alin, Barita, Dika, Dyah dan semua teman-teman IE Angkatan 41. 5. Rangga Skripsiana dan keluarga yang pernah ada dalam hidup penulis. Terima kasih atas dukungannya selama ini.

6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini dan tidak bisa disebutkan satu persatu. Bogor, Juli 2008 Maharani Tejasari H14104116

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN... 1.1. Latar Belakang... 1.2. Perumusan Masalah... 1.3. Tujuan Penelitian... 1.4. Manfaat Penelitian... 1.5. Ruang Lingkup... II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 2.1. Definisi dan Ruang Lingkup UKM... 2.2. Karakteristik UKM... 2.2.1. Aspek Permodalan UKM... 2.2.2. Aspek Sumber Daya Manusia UKM... 2.3. Peranan UKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi... 2.4. Kebijakan Pemerintah... 2.5. Penelitian Terdahulu... 2.6. Kerangka Pemikiran... 2.7. Hipotesis... III. METODE PENELITIAN... 3.1. Jenis dan Sumber Data... 3.2. Metode Analisis... 3.3. Uji Statistik... 3.3.1. Uji Koefisien Determinan R 2... 3.3.2. Uji t- Statistik... 3.3.3. Uji F-Statistik... Halaman ix x xi 1 1 8 11 12 12 14 14 16 17 19 21 24 25 27 31 32 32 32 33 33 34 35

3.4. Uji Ekonometrika... 3.4.1. Multikolinearitas... 3.4.2. Autokorelasi... 3.4.3. Heteroskedastisitas... 3.4.4. Uji Normalitas... IV. GAMBARAN UMUM... 4.1. Perkembangan UKM di Indonesia... 4.2. Peranan UKM di Indonesia... 4.3. Permasalahan yang dihadapi UKM... 4.4. Kebijakan Pemerintah... V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 5.1. Peranan UKM dalam Penyerapan Tenaga Kerja... 5.2. Peranan UKM dalam Pertumbuhan Ekonomi... VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 6.1. Kesimpulan... 6.2. Saran... DAFTAR PUSTAKA... 36 36 37 37 38 39 39 41 43 45 48 48 54 60 60 60 62

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Jumlah Usaha Kecil, Menengah dan Besar Tahun 1999-2006 di Indonesia(Unit)... 1.2. Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja UKM dan Usaha Besar Tahun 2005-2006 di Indonesia... 1.3. PDB Usaha Kecil Menengah menurut Sektor Ekonomi Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah)... 1.4. Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil, Menengah dan Besar Tahun 2001-2006 di Indonesia (Orang)... 4.1. PDB dan Proporsi PDB Usaha Kecil, Menengah dan Besar Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar)... 4.2. Investasi Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)... 4.3. Ekspor dan Laju Pertumbuhan UKM menurut Sektor Ekonomi Tahun 2004-2006 (Juta Rupiah)... 4.4. Posisi dan Pertumbuhan Kredit MKM Tahun 2002-2006 di Indonesia... 5.1. Hasil Regresi Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja... 5.2. Hasil Regresi Persamaan Pertumbuhan Ekonomi... 5.3. Ekspor Barang Usaha Kecil, Menengah dan Besar Tahun 2001-2006 (Juta Rupiah)... 2 3 4 10 39 40 41 47 48 55 58

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1. Kerangka Pemikiran... 30

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data-data Pada Model Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja... 2. Data-data Pada Model Persamaan Pertumbuhan Ekonomi... 3. Hasil Uji Ekonometrika Persamaan Penyerapan Tenaga Kerja.. 4. Hasil Uji Ekonometrika Persamaan Pertumbuhan Ekonomi... 66 67 68 69

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha skala kecil dan menengah (UKM) di negara berkembang hampir selalu merupakan kegiatan ekonomi yang terbesar dalam jumlah dan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja. Begitu pula dengan kondisi yang ada di Indonesia, meskipun dalam ukuran sumbangan terhadap PDB belum cukup tinggi, sektor ini dapat tetap menjadi tumpuan bagi stabilitas ekonomi nasional. Sehingga perannya diharapkan dapat menciptakan kesejahteraan kepada masyarakat Indonesia. Pada pasca krisis tahun 1997 di Indonesia, UKM dapat membuktikan bahwa sektor ini dapat menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan UKM mampu bertahan dibandingkan dengan usaha besar lainnya yang cenderung mengalami keterpurukan. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin bertambahnya jumlah UKM setiap tahunnya. Berdasarkan Tabel 1.1. diketahui bahwa UKM mengalami peningkatan dalam jumlah unit usaha. Adapun alasan-alasan UKM dapat bertahan dan cenderung meningkat jumlahnya pada masa krisis yaitu karena: pertama; sebagian besar UKM memproduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastisitas permintaan terhadap pendapatan yang rendah. Kedua; sebagian besar UKM mempergunakan modal sendiri dan tidak mendapat modal dari bank. Implikasinya pada masa krisis keterpurukan sektor perbankan dan naiknya suku bunga tidak berpengaruh terhadap UKM. Ketiga; dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan sektor formal banyak memberhentikan pekerjanya. Sehingga

para penganggur tersebut memasuki sektor informal dengan melakukan kegiatan usaha yang berskala kecil, akibatnya jumlah UKM meningkat (Partomo dan Soejodono, 2004). Tabel 1.1. Jumlah Usaha Kecil, Menengah dan Besar Tahun 1999-2006 di Indonesia (Unit) Tahun Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha besar 1999 37.859.509 52.214 1.885 2000 39.705.204 78.832 5.675 2001 39.883.111 80.969 5.915 2002 41.859.444 85.050 6.132 2003 43.372.885 87.357 6.514 2004 44.684.351 93.036 6.686 2005 47.006.889 95.855 6.811 2006 48.822.925 106.711 7.204 Sumber : Departemen Koperasi, 2007 Sektor ekonomi UKM di Indonesia secara kuantitas memiliki proporsi unit terbesar berdasarkan angka statistik UKM terhadap lapangan usaha. Hal ini berdasarkan Tabel 1.1. yang diketahui bahwa sebagian besar usaha di Indonesia berbentuk usaha kecil dan menengah. Berdasarkan kondisi tersebut dengan bertambahnya jumlah unit UKM dari tahun ke tahun akan membuka kesempatan kerja yang lebih luas sehingga jumlah tenaga kerja dalam unit UKM akan terserap cukup banyak. Berdasarkan Tabel 1.2. diketahui pada tahun 2005 jumlah unit UKM sebanyak 47,1 juta unit dengan proporsi 99,9 persen dari total unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 83,2 juta jiwa. Hal tersebut menunjukan bahwa sebanyak 96,28 persen tenaga kerja diserap oleh UKM. Sedangkan pada tahun 2006 jumlah unit UKM telah mencapai 48,9 juta unit yang berarti mencapai 99,9 persen dari total unit usaha Indonesia. Sektor UKM pada tahun 2006 menyerap jumlah tenaga kerja sebanyak 85,4 juta jiwa atau 96,18 persen terhadap seluruh tenaga kerja di Indonesia. Posisi tersebut menunjukan bahwa UKM berpotensi menjadi wadah pemberdayaan masyarakat dan penggerak dinamika perekonomian.

Tabel 1.2. Jumlah dan Proporsi Unit Usaha, Tenaga Kerja UKM dan Usaha Besar Tahun 2005-2006 di Indonesia Uraian Jumlah Unit Usaha (unit) 1. UKM 47.102.744 (99,9) 2. Usaha Besar 6.811 (0,1) Jumlah 47.109.555 (100) Tahun 2005 Tahun 2006 Tenaga Kerja (orang) 83.233.793 (96,28) 3.212.033 (3,72) 86.445.826 (100) Sumber : BPS, 2007 (diolah) Keterangan : dalam kurung ( ) menyatakan persentase (%) Jumlah Unit Usaha (unit) 48.929.636 (99,9) 7.204 (0,1) 48.936.840 (100) Tenaga Kerja (orang) 85.416.493 (96,18) 3.388.462 (3,82) 88.804.955 (100) Berdasarkan Tabel 1.3. diketahui bahwa PDB pada sektor UKM meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan kinerja usaha kecil dan menengah terlihat pada sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Pada akhir tahun 2006 total PDB yang disumbangkan UKM meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yakni sebesar 1.778.745,7 milyar rupiah menyumbang 54,2 persen dari keseluruhan PDB. Berdasarkan lapangan usaha PDB terbesar setiap tahunnya disumbangkan oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan pada tahun 2006 menyumbang sebesar 412.044,9 milyar rupiah. Kemudian kedua terbesar disumbang oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebesar 412.044,9 milyar rupiah. Secara keseluruhan meningkatnya PDB pada sektor UKM disebabkan juga oleh peningkatan kontribusi dari semua sektor. Tabel 1.3. PDB Usaha Kecil Menengah Menurut Sektor Ekonomi Tahun 2003-2006 Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah) Sektor PDB 2003 PDB 2004 PDB 2005 PDB 2006

1. Pertanian, 293.553,1 313.723,4 348.974,7 412.044,9 Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2. Pertambangan dan 21.205,0 24.064,7 30.917,2 40.418,5 Penggalian 3. Industri Pengolahan 150.253,9 164.523,4 186.896,9 222.129,0 4. Listrik, Gas dan Air 1.707,8 1.890,6 2.173,7 2.459,1 Bersih 5. Bangunan 83.211,3 99.445,3 129.368,7 164.369,5 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 322.223,7 354.247,6 441.365,1 478.535,1 7. Pengangkutan dan 67.724,8 76.096,4 95.485,0 123.122,9 Komunikasi 8. Keuangan, 111.242,3 124.868,3 147.459,5 172.620,2 Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa 92.825,9 110.620,9 135.420,9 163.046,5 PDB PDB TANPA MIGAS Sumber : Departemen Koperasi, 2008 1.143.977,9 1.142.229,3 1.271.480,7 1.269.572,3 1.491.061,9 1.488.095,2 1.778.745,7 1.775.614,7 Selain potensi yang dimiliki UKM selain itu terdapat keunggulan-keunggulan UKM dibandingkan dengan usaha besar yaitu: (1) inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk; (2) berbasis pada sumber daya lokal sehingga dapat memanfaatkan potensi secara maksimal dan memperkuat kemandirian; (3) kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapannya terhadap tenaga kerja; (4) fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis; (5) terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan; (6) dimiliki dan dilaksanakan oleh masyarakat lokal sehingga mampu mengembangkan sumber daya

manusia; (7) tersebar dalam jumlah yang banyak sehingga merupakan alat pemerataan pembangunan yang efektif (Azrin, 2004). Walaupun mempunyai potensi yang sedemikian banyak, kenyataan menunjukan bahwa UKM masih belum dapat mewujudkan kemampuan dan peranannya secara maksimal dalam fungsi sosial dan ekonomi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa UKM masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang bersifat eksternal maupun internal, dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia dan teknologi serta iklim usaha yang belum mendukung bagi perkembangannya. Berdasarkan kondisi yang kurang menguntungkan tersebut diperlukan suatu upaya untuk mengembangkan UKM. Perhatian untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah setidaknya dilandasi oleh beberapa alasan. Salah satunya yaitu, UKM banyak menyerap tenaga kerja. Kecenderungan menyerap banyak tenaga kerja umumnya membuat banyak UKM juga intensif dalam menggunakan sumberdaya alam lokal. Apalagi karena lokasinya banyak di daerah, pertumbuhan UKM akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah kemiskinan, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi (Kuncoro, 1996). Dari sisi kebijakan, UKM jelas perlu mendapat perhatian karena tidak hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja Indonesia, namun juga merupakan ujung tombak dalam upaya pengentasan kemiskinan. Untuk mewujudkan perekonomian nasional yang kokoh usaha kecil perlu diberdayakan agar dapat menjadi usaha kecil yang mandiri serta dapat berkembang menjadi usaha menengah. Disamping itu juga usaha menengah perlu ditingkatkan jumlahnya

menjadi usaha yang tangguh, mandiri dan unggul. Sehingga peranannya dalam penyerapan tenaga kerja, ekspor dan pembentukan PDB semakin meningkat. Perhatian pada UKM sebelumnya telah dilakukan oleh pemerintah melalui kebijakan untuk pemberdayaan UKM melalui kredit bersubsidi dan bantuan teknis. Kredit untuk pengembangan UKM bahkan telah dilakukan sejak tahun 1974. Kredit program pertama UKM, Kredit Investasi Kecil (KIK), dan Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP). Setelah deregulasi perbankan pada tahun 1988, kredit UKM dengan bunga bersubsidi secara berangsur dihentikan, diganti dengan kredit bank komersial. Salah satu strategi pengembangan UKM antara lain adalah kemitraan dan bantuan keuangan. Berdasarkan UU RI No. 9 Tahun 1995 pola kemitraan usaha merupakan strategi dalam pengembangan UKM dimana terdapat hubungan kemitraan antara UKM dan usaha besar. Tujuan pola kemitraan usaha adalah untuk menjalin kerjasama yang harmonis antara usaha skala besar dan UKM. Melalui kemitraan ini akan diperoleh manfaat dalam bentuk transfer teknologi, distribusi kepemilikan. Salah satu pengembangan UKM yang paling menentukan yaitu dengan adanya bantuan keuangan melalui permodalan baik itu untuk modal kerja maupun untuk membiayai pembangunan atau pembelian barang modal. Dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dalam membantu pengembangan usaha kecil Bank Indonesia menyempurnakan ketentuan tentang Kredit Usaha Kecil (KUK) melalui peraturan Bank Indonesia Nomor. 3/2/PB/2001 tentang KUK. Selain itu Bank Indonesia membantu pengembangan usaha kecil secara tidak langsung dengan meningkatkan intensitas dan efektivitas bantuan teknis.

Melihat problematika yang masih menghinggapi perekonomian Indonesia, maka strategi pengembangan UKM harus mampu mengatasi beberapa persoalan pokok. Salah satunya yaitu menjadikan UKM sebagai sektor yang kompetitif sehingga pengembangannya perlu mempertajam pilihan pada sektor tertentu. Bila ditelaah secara sektoral, usaha kecil dan menengah memiliki keunggulan dalam bidang usaha yang memanfaatkan sumber daya alam, seperti pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Disamping itu UKM juga mempunyai potensi dalam bidang usaha tersier, seperti perdagangan, hotel dan restoran (Sutrisno, 2003). Selama periode tahun 2003-2006, sektor UKM menciptakan nilai tambah di masingmasing bidang tersebut rata-rata 87,2 persen dan 75,5 persen. Sebaliknya usaha besar memiliki keunggulan dalam pengolahan lanjutan produk primer, seperti manufaktur, listrik, gas dan air bersih, komunikasi serta sektor pertambangan dan galian (BPS, 2007). Selain itu upaya pengembangan UKM merupakan upaya penciptaan lapangan kerja untuk menanggulangi kemiskinan. Berdasarkan kondisi UKM di Indonesia, secara garis besar UKM memegang peranan penting sebagai sektor yang potensial dan penjaga stabilitas perekonomian. Mengingat usaha kecil dan menengah mempunyai keterlibatan yang tinggi terhadap angkatan kerja Indonesia, maka penelitian yang berkaitan dengan UKM sangat penting dilakukan. Hal tersebut diharapkan dapat membantu dalam mengatasi persoalan pada UKM. Sehingga hasilnya dapat menimbulkan dampak positif terhadap pembangunan dan pertumbuhan ekonomi selanjutnya. 1.2. Permasalahan

Banyaknya angkatan kerja yang diserap sektor informal merupakan refleksi ketidakmampuan sektor formal dalam membuka kesempatan kerja lebih luas terhadap sebagian besar penduduk usia kerja. Sektor formal selama ini memang diakui sebagai pemberi kontribusi pendapatan terbesar bagi perekonomian negara namun disatu sisi sektor ini mempunyai ketidakmampuan dalam menyerap banyak tenaga kerja. Disamping itu, meskipun penyediaan kesempatan kerja oleh sektor formal terbuka untuk semua orang, namun dalam kenyataannya kesempatan kerja ini membutuhkan syarat-syarat keterampilan khusus yang tidak dimiliki oleh sebagian besar pencari kerja. Dengan kata lain kondisi keterampilan tenaga kerja ini sering tidak sesuai dengan kondisi keterampilan yang dituntut oleh sektor formal pada umumnya (Cahyono, 1983). Usaha kecil dan menengah yang tidak menuntut banyak persyaratan merupakan usaha yang menarik bagi mereka yang mengalami kesulitan memasuki pasar tenaga kerja formal. Dalam situasi resesi, UKM dapat menunjukan ketahanan yang tinggi disamping karena daya tampung dan laju pertumbuhan sektor formal yang kurang memadai, lebih kecil dari laju pertumbuhan angkatan kerja. Akan tetapi kemampuan dari segi modal dan pengetahuan serta keterampilan yang terbatas mengakibatkan tidak memungkinkannya untuk masuk ke dalam sektor formal. Keadaan tersebut diperkuat dengan situasi khusus yang sedang kita hadapi dengan menurunnya pendapatan pemerintah yang kemudian mengakibatkan terbatasnya anggaran belanja pemerintah (Kuncoro, 2006). Berdasarkan prospek usaha, UKM merupakan sektor yang potensial yang dapat menciptakan nilai tambah. Akan tetapi kenyataan menunjukan bahwa UKM belum maksimal dikembangkan, terbukti dengan banyaknya kekurangan yang menghambat UKM untuk berkembang. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh yaitu dalam hal permodalan.

Hal tersebut menghambat UKM untuk meningkatkan skala produksi dan perluasan skala usaha. Sehingga meskipun potensial dalam penciptaan lapangan kerja akan tetapi dengan hambatan tersebut akan menghambat pula proses penyerapan tenaga kerja dan perluasan usaha. Berdasarkan Tabel 1.4., UKM mempunyai kemampuan dalam menyerap tenaga kerja yang begitu besar dibandingkan dengan usaha besar. Perkembangan kontribusi UKM dan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja selama periode tersebut menggambarkan produktivitas pelaku UKM. Sehingga hal tersebut memperlihatkan bahwa unit usaha kecil dan menengah pada umumnya menjadi sandaran hidup masyarakat. Selain itu, hal ini dapat mengindikasikan bahwa UKM mempunyai peranan yang penting dalam membantu memecahkan masalah pengangguran, pengentasan kemiskinan dan pemerataan distribusi pendapatan. Akan tetapi disisi lain, dengan kelemahan-kelemahan yang ada pada UKM mengakibatkan produktivitas UKM sangat rendah dalam menciptakan nilai tambah dari sisi sumbangannya terhadap PDB yang belum cukup tinggi. Meskipun secara unit usaha merupakan usaha yang dominan di Indonesia, akan tetapi sektor ini masih kalah bersaing dengan usaha besar yang jumlahnya cenderung sangat sedikit akan tetapi sumbangannya terhadap PDB sangat besar. Sehingga permasalahan utama dalam pengembangan UKM adalah bagaimana meningkatkan skala usaha sehingga kemampuannya dalam menciptakan nilai tambah senantiasa meningkat. Dengan demikian skala usaha bertambah besar dan kontribusinya terhadap PDB juga meningkat. Tabel 1.4. Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil, Menengah dan Besar Tahun 2001-2006 di Indonesia (Orang)

Tahun Kecil Menengah Besar Jumlah 2001 70.884.594 3.802.834 2.962.943 77.650.371 2002 73.905.002 3.902.895 3.017.995 80.825.892 2003 77.947.490 3.994.863 3.145.736 85.088.089 2004 76.415.980 4.030.620 3.154.771 83.601.371 2005 78.994.872 4.238.921 3.212.033 86.445.826 2006 80.933.384 4.438.109 3.388.462 88.804.955 Sumber : Departemen Koperasi, 2008 Dalam hal ini, strategi pengembangan UKM yang dikaji yaitu dari sisi perbankan melalui bantuan keuangan. Lembaga keuangan dalam sektor perbankan mempunyai fungsi sebagai intermediasi dalam aktifitas suatu perekonomian. Hal tersebut ditinjau dengan adanya Kredit Usaha Kecil (KUK) melalui Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI). Jika fungsi dari kredit ini berjalan cukup baik maka hal tersebut dapat menciptakan nilai tambah. Sehingga dalam penelitian ini akan dilihat sejauh mana strategi pengembangan UKM dapat mempengaruhi kinerja UKM dari sisi penyerapan tenaga kerja. Selain itu, dilihat bagaimana peranan UKM terhadap pertumbuhan ekonomi. Disamping itu, pertumbuhan angkatan kerja yang tinggi mengharuskan pemerintah untuk menyediakan dan memperluas lapangan pekerjaan yang diperuntukan bagi angkatan kerja tersebut. Sehingga dengan mengembangkan sektor UKM dari sisi perbankan dengan adanya kredit investasi dan modal kerja diharapkan masalah ketenagakerjaan dapat teratasi. Dengan pengembangan tersebut sektor ini mempunyai kemampuan untuk menyerap tenaga kerja lebih banyak dan menciptakan pertumbuhan ekonomi. Maka permasalahan yang dapat dikaji berdasarkan kondisi tersebut yaitu :

1. Bagaimana pengaruh pengembangan UKM terhadap penyerapan tenaga kerja beserta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya di Indonesia? 2. Bagaimana peranan UKM terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh pengembangan UKM terhadap penyerapan tenaga kerja beserta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya di Indonesia. 2. Menganalisis peranan UKM terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini memberikan gambaran mengenai keadaan UKM di Indonesia dalam rentang waktu 11 tahun. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah dalam mengembangkan UKM sehingga pada akhirnya dapat memberikan kontribusi yang besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini juga diharapkan dapat berguna sebagai bahan pustaka untuk penelitian selanjutnya. Sedangkan bagi Penulis, penelitian ini sangat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang sudah diperoleh selama pendidikan ini. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup sektor UKM pada semua sektor di Indonesia. Data yang digunakan dimulai pada tahun 1996 sampai tahun 2006. Penelitian ini bertujuan untuk

meneliti pengaruh pengembangan UKM dari aspek finansial berupa Kredit Usaha Kecil yang terdiri dari kredit modal kerja dan kredit investasi terhadap penyerapan tenaga kerja. Selain itu juga terdapat faktor-faktor yang juga mempengaruhi penyerapan tenaga kerja seperti jumlah usaha UKM di Indonesia, pendapatan per kapita dan PDB sektor UKM. Sedangkan dalam menganalisis pertumbuhan ekonomi UKM digunakan faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu investasi, tenaga kerja, ekspor dan jumlah usaha UKM.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi dan Ruang Lingkup UKM Pengertian mengenai Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan. Dalam konsep tersebut mencakup sedikitnya dua aspek yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam kelompok perusahaan tersebut. Usaha kecil dioperasikan dan dimiliki secara independent, tidak dominan dalam daerahnya dan tidak menggunakan praktek-praktek inovatif. Tapi usaha yang bersifat kewirusahaan adalah usaha yang pada awalnya bertujuan untuk tumbuh dan menguntungkan serta dapat dikarakteristikkan dengan praktekpraktek inovasi strategis. Pengertian usaha kecil dan menengah di Indonesia masih sangat beragam. Sebelum dikeluarkannya UU No.9/1995, setidaknya ada lima instansi yang merumuskan usaha kecil dengan caranya masing-masing. Kelima instansi itu adalah Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian, Bank Indonesia, Departemen Perdagangan serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin). Pada kelima instansi itu, kecuali BPS, usaha kecil pada umumnya dirumuskan dengan menggunakan pendekatan finansial. Biro Pusat Statistik (BPS) Indonesia manggambarkan bahwa perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang digolongkan sebagai industri kerajinan dan rumah tangga, perusahaan dengan tenaga kerja 5-19 orang sebagai industri kecil, perusahaan dengan tenaga kerja 20-99 orang sebagai industri sedang atau

15 menengah, dan perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang sebagai industri besar. Mengacu Undang-Undang No 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah: (1) memiliki kekayaan bersih paling banyak 200 Juta Rupiah (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau (2) memiliki hasil penjualan paling banyak 1 Milyar Rupiah per tahun. Sedangkan untuk kriteria usaha menengah : (1) untuk sektor industri, memiliki total aset paling banyak 5 Milyar Rupiah per tahun, dan (2) untuk sektor nonindustri, memiliki kekayaan bersih paling banyak 600 Juta Rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 3 Milyar Rupiah per tahun. INPRES No. 10 Tahun 1999 mendefinisikan usaha menengah adalah unit kegiatan yang memiliki kekayan bersih lebih besar dari 200 Juta Rupiah sampai maksimal 10 Milyar Rupiah. Departemen Perindustrian memalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 286/M/SK/10/1989 dan Bank Indonesia, mendefinisikan usaha kecil berdasarkan nilai asetnya. Menurut kedua instansi ini, yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang asetnya (tidak termasuk tanah dan bangunannya), bernilai kurang dari 600 Juta Rupiah. Departemen Perdagangan membatasi usaha kecil berdasarkan modal kerjanya. Menurut Departemen Perdagangan, usaha kecil adalah usaha (dagang) yang modal kerjanya bernilai kurang dari 25 Juta Rupiah. Sedangkan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) terlebih dahulu membedakan usaha kecil menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah yang bergerak dalam bidang perdagangan,

16 pertanian dan industri. Kelompok kedua adalah bergerak dalam bidang konstruksi. Menurut Kadin yang dimaksud dengan usaha kecil untuk kelompok pertama adalah yang memiliki modal kerja kurang dari 600 Juta Rupiah. Adapun untuk kelompok kedua yang dimaksud dengan usaha kecil adalah yang memiliki modal kerja kurang dari 250 Juta Rupiah dan memiliki nilai usaha kurang dari 1 Milyar Rupiah. Selain itu, pengelompokan atau kategorisasi usaha-usaha di suatu negara mempunyai tujuan strategis, antara lain dikaitkan dengan standar kuantitatif tertentu, serta seberapa jauh dapat dimasukkan kedalam jenis-jenis usaha atau bisnis. Tujuan pengelompokan usaha dapat disebutkan beragam dan pada intinya mencakup empat macam tujuan, yaitu sebgai berikut. 1. untuk keperluan analisis yang dikaitkan dengan ilmu pengetahuan (teoritis). 2. untuk keperluan penentuan kebijakan-kebijakan pemerintah. 3. untuk meyakinkan pemilik modal atau pengusaha tentang posisi perusahaannya. 4. untuk pertimbangan badan tertentu berkaitan dengan antisipasi kinerja perusahaan (Partomo dan Soejodono, 2004). 2.2. Karakteristik UKM Suatu komite untuk pengembangan ekonomi mengajukan konsep tentang usaha kecil dan menengah dengan lebih menekankan pada kualitas atau mutu daripada kriteria kuantitatif untuk membedakan perusahaan usaha kecil, menengah dan besar. Ada empat aspek yang dipergunakan dalam konsep UKM

17 tersebut, yaitu pertama, kepemilikan; kedua, operasinya terbatas pada lingkungan atau kumpulan pemodal; ketiga, wilayah operasinya terbatas pada lingkungan sekitar, meskipun pemasaran dapat melampaui wilayah lokalnya; keempat, ukuran dari perusahaan lainnya dalam bidang usaha yang sama. Ukuran yang dimaksud bisa jumlah pekerja atau karyawan atau satuan lainnya yang signifikan (Partomo dan Soejodono, 2004) Dari suatu penelitian Balton (1971) dalam Partomo dan Soejodono (2004), menyatakan bahwa pimpinan atau pengurus perusahaan skala kecil, menengah pada umumnya kurang atau tidak mengenyam pendidikan formal atau mempunyai pendapat yang lemah terhadap perlunya pendidikan dalam pelatihan. Diantara usaha kecil menengah tersebut terdapat jenis kegiatan yang disebut kerajinan yang bisa dibedakan yaitu kerajinan yang bermutu tinggi dan yang bermutu rendah. Kerajinan yang bermutu tinggi mempunyai nilai seni yang tinggi dan pembelinya dari kalangan tertentu, sedangkan yang bermutu rendah untuk dijual lokal dengan harga yang relatif murah. Disamping itu, terdapat pula karakteristik UKM ditinjau dari aspek permodalan dan sumber daya manusia UKM. 2.2.1. Aspek Permodalan UKM Salah satu hambatan bagi pengembangan kesempatan kerja disektor UKM adalah terbatasnya modal yang dimiliki produsen sektor ini. Modal adalah sumber-sumber ekonomi yang diciptakan manusia dalam bentuk nilai uang atau barang. Modal dalam bentuk uang dapat digunakan oleh sektor produksi untuk membeli sektor produksi untuk membeli modal baru dalam bentuk barang baru

18 lagi (Cahyono, 1983). Salah satu bentuk permodalan bagi suatu usaha yaitu dalam bentuk kredit. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (BI, 2005). Mengacu pada pengertian kredit menurut Ronohadiwirjo (1969), Mubyarto (1989) dan Baker (1968) dalam Kuncoro (1996), bahwa kredit mempunyai peranan sangat penting dalam memacu perkembangan usaha, terutama dalam pembentukan modal (capital formation). Kredit juga sangat penting untuk meningkatkan likuiditas usaha walaupun dapat menimbulkan resiko apabila usaha itu gagal memberikan penerimaan lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan tujuan penggunaannya, Bank Indonesia (1999) membedakan kredit menjadi : a. kredit konsumtif merupakan jenis kredit yang diberikan misalnya untuk membeli kendaraan, peralatan, dan lain-lain yang sifatnya untuk tujuan konsumtif. Kredit ini digunakan untuk konsumsi secara pribadi dan dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. b. kredit modal kerja yaitu kredit yang digunakan untuk menambah modal kerja untuk membiayai seperti pembelian bahan baku, biaya-biaya produksi, biaya pemasaran dan lain-lain dalam jangka waktu pendek biasanya satu tahun. Kredit ini digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.

19 c. kredit investasi merupakan kredit jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal beserta jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi, modernisasi, maupun eksapansi proyek yang sudah ada atau pendirian proyek baru. 2.2.1. Aspek Sumber Daya Manusia UKM Pasar tenaga kerja di Indonesia dapat dibedakan atas sektor informal dan formal. Sektor formal atau sektor modern mencakup perusahaan-perusahaan yang mempunyai status hukum, pengakuan dan izin resmi serta umumnya berskala besar. Sebaliknya, sektor informal merupakan sektor yang memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) Kegiatan usaha umumnya sederhana; (2) Skala usaha relatif kecil; (3) Usaha sektor informal umumnya tidak memiliki izin usaha; (4) Untuk bekerja di sektor informal biasanya lebih mudah daripada di sektor formal; (5) Tingkat penghasilan umumnya rendah; (6) Keterkaitan antar sektor informal dengan usaha lain sangat kecil; (7) Usaha sektor informal sangat beraneka ragam. Dalam hal ini sektor informal merupakan indikasi dari UKM (Cahyono, 1983). Tenaga kerja sektor informal memiliki karakteristik tertentu antara lain : (1) tenaga kerja sektor informal mudah keluar masuk pasar; (2) tidak memiliki keterampilan yang memadai; (3) biasanya tidak atau memiliki sedikit pendidikan formal; (4) biasanya tenaga kerja kerja dirangkap produsen dengan dibantu tenaga kerja keluarga (Cahyono, 1983). Penyerapan tenaga kerja diturunkan dari fungsi produksi suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input atau masukan (faktor

20 produksi) kedalam output atau keluaran. Mankiw (2003) mengasumsikan bahwa suatu proses produksi hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan modal (K), maka fungsi produksinya adalah : Qt=f (Lt,Kt) (1) Sedangkan persamaan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan menurut Model Neoklasik adalah sebagai berikut : Dimana : Πt=TR-TC (2) TR=PT.QT (3) Dalam menganalisa penentuan penyerapan tenaga kerja, diasumsikan bahwa hanya ada dua input yang digunakan, yaitu Kapital (K) dan Tenaga kerja (L). Bellante (1990) mengasumsikan tenaga kerja (L) diukur dengan tingkat upah yang diberikan kepada pekerja (w) sedangkan untuk kapital diukur dengan tingkat suku bunga (r). TC=rtKt+wtLt (4) Dengan mensubstitusikan persamaan (1), (3), (4) ke persamaan (2) maka diperoleh : Πt=pt.Qt-rt.Kt-wtLt (5) Jika ingin mendapatkan keuntungan maksimum, maka turunan pertama fungsi keuntungan diatas harus sama dengan nol (π =0), sehingga didapatkan : Wt Lt=pt. f(lt,kt)-r1kt (6) Lt=pt. f(lt,kt)-r1kt/wt (7)

21 Dimana : Lt = Permintaan Tenaga Kerja wt = Upah Tenaga Kerja pt = Harga Jual Barang per unit Kt = Kapital (Investasi) rt = Tingkat Suku Bunga Qt = Output (PDB) Berdasarkan persamaan diatas, dapat diketahui bahwa permintaan tenaga kerja (Lt) merupakan fungsi dari kapital (Investasi), Output (pendapatan), tingkat suku bunga (r) dan tingkat upah (w). 2.3. Peranan UKM terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, UKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan yang penting karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik itu disektor tradisional maupun modern. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan yang dikelola oleh dua departemen, yaitu (1) Departemen Perindustrian dan Perdagangan; (2) Departemen Koperasi dan UKM. Namun demikian, usaha pengembangan yang telah dilaksanakan masih belum memuaskan hasilnya, karena pada kenyataanya kemajuan UKM sangat kecil dibandingkan dengan kemajuan yang sudah dicapai usaha besar. Dalam analisis makroekonomi pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai tingkat pertambahan dari pendapatan per kapita. Pertumbuhan ekonomi ini digunakan untuk menggambarkan bahwa suatu perekonomian telah mengalami perkembangan dan mencapai taraf kemakmuran yang lebih tinggi. Pertumbuhan

22 ekonomi di suatu negara dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDB. Laju pertumbuhan PDB yang merupakan tingkat output diturunkan dari fungsi produksi suatu barang dan jasa. Fungsi produksi menurut Mankiw (2003) merupakan hubungan antara tingkat output (Y) dengan tingkat input (capital and labour). Turunan pertama fungsi produksi dirumuskan sebagai berikut: Y=f(K,L) (8) Berdasarkan hal tersebut, maka nilai PDB secara langsung dipengaruhi oleh tingkat investasi yang merupakan ΔK (Δ capital) dan angkatan kerja yang merupakan Labour (L) dalam fingsi produksi. Investasi UKM setiap tahunnya terus meningkat hal ini dapat mempertinggi efisiensi ekonomi dalam bentuk barang-barang modal yang sangat penting artinya dalam pertumbuhan ekonomi. Peran usaha kecil dan menengah (UKM) dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari: (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor; (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar; (3) pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat; (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi; serta (5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor. Peran koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah sangat strategis dalam perekonomian nasional, sehingga perlu menjadi fokus pembangunan ekonomi nasional pada masa mendatang (Kuncoro, 2002). Pemberdayaan UKM secara tersktuktur dan berkelanjutan diharapkan akan mampu menyelaraskan struktur perekonomian nasional, mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional di atas 6 persen per tahun. Selain itu juga dapat

23 mengurangi tingkat pengangguran terbuka, menurunkan tingkat kemiskinan, mendinamisasi sektor riil, dan memperbaiki pemerataan pendapatan masyarakat. Pemberdayaan UKM diarahkan pada upaya meningkatkan produktivitas dan daya saingnya, serta secara sistimatis diarahkan pada upaya menumbuhkan wirausaha baru di sektor-sektor yang memiliki produktivitas tinggi yang berbasis pengetahuan, teknologi dan sumberdaya lokal (Gie Kian, K, 2003). Pertumbuhan ekonomi memerlukan dukungan investasi yang memadai. Pada kondisi ekonomi Indonesia saat ini, relatif sulit menarik investasi dalam jumlah yang besar. Untuk itu, keterbatasan investasi perlu diarahkan pada upaya mengembangkan wirausaha mikro, kecil dan menengah, karena memiliki ICOR yang rendah dengan lag waktu yang singkat. Pemberdayaan UKM diharapkan lebih mampu menstimulan pertumbuhan ekonomi nasional yang tinggi dalam jangka waktu yang relatif pendek dan mampu memberikan lapangan kerja yang lebih luas dan lebih banyak, sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran terbuka dan tingkat kemiskinan di Indonesia (Kemenkop, 2004). Pemberdayaan UKM dapat meningkatkan stabilitas ekonomi makro, karena menggunakan bahan baku lokal dan memiliki potensi ekspor, sehingga akan membantu menstabilkan kurs rupiah dan tingkat inflasi. Pemberdayaan UKM akan menggerakkan sektor riil, karena UKM umumnya memiliki keterkaitan industri yang cukup tinggi. Dengan kata lain pemberdayaan UKM akan memberikan perluasan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan sehingga dapat mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi (Kemenkop, 2004).

24 2.4. Kebijakan Pemerintah Kebijakan pemerintah dalam pengembangan UKM dalam jangka panjang bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UKM dalam proses pembangunan nasional. Khususnya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan. Sasaran dan pembinaan usaha kecil adalah meningkatnya jumlah pengusaha menengah dan terwujudnya usaha yang semakin tangguh dan mandiri. Sehingga pelaku ekonomi tersebut dapat berperan dalam perekonomian nasional. Adapun menurut Partomo dan Soejodono (2004), kebijakan pemerintah terkait dengan pengembangan UKM yaitu : 1. pembinaan kewirausahaan. UU RI No. 9 Tahun 1995 menyatakan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan dalam sumber daya manusia. Didalam pola pengembangan tersebut dilakukan dengan pendekatan interaksi antara kemauan, kemampuan dan kesempatan. Kegiatan tersebut meliputi pendidikan dan pelatihan, magang dan studi banding serta pemberian bantuan untuk mandiri. 2. kemitraan usaha. Kemitraan usaha menjamin kemandirian pihak-pihak yang bermitra, karena kemitraan bukan proses merger atau akusisi. Kemitraan usaha berlandaskan tanggung jawab moral dan etika bisnis sesuai dengan demokrasi ekonomi berdasarkan pasal 33 UUD 1945. Proses ini

25 menciptakan keterkaitan antara usaha yang kukuh tanpa harus melakukan integrasi vertikal atau konglomerasi. 3. bantuan permodalan. Pada umumnya permodalan UKM masih lemah, hal ini turut mementukan keberhasilan strategi pembinaan dan pengembangan di bidang permodalan, termasuk bagaimana pemerintah dan masyarakat melaksanakan konsep permodalan untuk membantu UKM. Dengan diberlakukannya UU No:23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, kegiatan yang dilakukan oleh BI dalam membantu pengembangan usaha kecil salah satunya yaitu Kredit Usaha Kecil (KUK). 2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Azrin (2004) mengungkapkan bahwa dengan alat analisis tabel I-O diketahui pengembangan UKM dapat memberikan kontribusi untuk menekan terjadinya kebocoran wilayah yang ditimbulkan oleh sektor-sektor lain. Kebocoran wilayah ini terjadi karena tingginya keterkaitan kebelakang sedang keterkaitan ke depannya cenderung rendah. Selain itu juga berkaitan dengan rendahnya dampak pengganda karena nilai tambah yang semestinya dapat ditangkap wilayah tersebut justru manfaatnya diambil wilayah lain. Pengembangan UKM di Kota Bogor memberikan dampak positif bagi pengembangan wilayah, peningkatan lapangan pekerjaan dan penyerapan tenaga kerja hal ini terkait dengan struktur perekonomian wilayah. Penelitian tentang pengembangan UKM juga telah dilakukan oleh Lamadlau (2006). Dalam penelitian tersebut ditentukan faktor-faktor yang mempengaruhi

26 pengembangan UKM yaitu terdapat 4 faktor dominan di Kabupaten Bogor yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan UKM agroindustri di Kabupaten Bogor. Faktor tersebut yaitu : (1) Kebijakan pemerintah, (2) kemampuan teknologi, (3) pemasaran, (4) akses permodalan. Dengan menggunakan penilaian pendapat gabungan dari responden ahli, keempat faktor dominan ini teridentifikasi bahwa keseluruhan kebijakan pemerintah merupakan faktor yang paling berpengaruh (0,519) disusul dengan akses permodalan (0,251), pemasaran (0,195) dan kemampuan teknologi (0,071). Hal ini berjalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofyar (2004) bahwa kebijakan pemerintah adalah faktor yang paling berpengaruh. Selain dari pada itu, hasil ini juga menunjukan bahwa pendapat para responden ahli serta urutan prioritas tersebut sejalan dengan keadaan serta gambaran kondisi aktual pelaku usaha UKM di Kabupaten Bogor. Disamping itu akses untuk mendapatkan bantuan permodalan dari lembaga keuangan juga sangat dibutuhkan mengingat selama ini sumber permodalan dan keuangan kebanyakan UKM berasal ari sumber-sumber permodalan konvensional seperti kredit dari pemasok atau pinjaman dari keluarga sehingga berpengaruh terhadap akselerasi perkembangan skala usaha UKM. Penelitian tentang penyerapan tenaga kerja juga dilakukan oleh Prihartanti (2007). Berdasarkan hasil pembahasan menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja seperti Upah Riil, Investasi Riil, PDRB Riil, Jumlah Unit Usaha serta Dummy Krisis telah memberikan pengaruh yang nyata pada taraf 5 persen. Berdasarkan pengujian faktor yang paling

27 mempengaruhi penyerapan tenaga kerja adalah jumlah unit usaha. Semakin besar jumlah perusahaan-perusahaan baru pada sektor industri di Kota Bogor maka semakin besar pula tenaga kerja yang diserap pada sektor tersebut. Dengan demikian sektor industri memiliki peran penting dalam rangka mengurangi pengangguran di Kota Bogor. Semakin berkembangnya sektor industri khususnya dalam peyerapan tenaga kerja, sehingga pengangguran semakin berkurang. Menurut Polman (2000) dalam Azrin (2004) didalam upaya pengembangan UKM perlu adanya kebijakan yang benar-benar mendukung iklim usaha dan konsisten dalam penerapannya (faktor eksternal). Selain itu, kebijakan UKM tersebut juga harus mencakup pemecahan masalah keuangan yang dihadapi UKM. Selain faktor eksternal, faktor internal juga perlu dipertimbangkan dalam rangka pengembangan UKM, antara lain perlu adanya perumusan indikator untuk memonitor dan mengevaluasi produktivitas UKM. 2.6. Kerangka Pemikiran Pembangunan sektor perekonomian di Indonesia melalui pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan hal utama yang perlu diprioritaskan agar membuat UKM menjadi sektor yang unggul dan menjadi tumpuan bagi pembangunan. UKM sendiri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan maupun badan uaha dengan tujuan untuk memproduksi barang atau jasa guna diperniagakan secara komersial. UKM sebagai kegiatan ekonomi dan sekaligus bagian integral dunia usaha regional maupun nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam