2013, No

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR BUBUK TABUR GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2011, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 t

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PRODUK SUPLEMENTASI GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

Apa dan Mengapa Tentang

2013, No.710 6

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGUJIAN BAHAN PANGAN

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan

Lampiran 1. Checklist Survei Pencantuman Label pada Produk Susu Formula dan Makanan Bayi

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

GAMBARAN UMUM PROYEK KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT (PKGBM) UNTUK MENCEGAH STUNTING

2011, No BAB 9 FORMAT

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2013 TENTANG ANGKA KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN BAGI BANGSA INDONESIA

LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Lembaga Pemberi Kode Halal Asing yang Disahkan Oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:HK TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PERTUMBUHAN

CERDAS PILiH MAKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN

SPESIFIKASI PENGADAAN BARANG PROYEK PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011 UNTUK BALITA KURANG GIZI

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

Menimbang : Mengingat :

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

Grup I- Label Pangan

A. Latar Belakang Masalah

INFORMASI NILAI GIZI

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

Panduan Manajemen Pemberian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR TABLET TAMBAH DARAH BAGI WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Logo Tara. Kode. Kemasan Pangan.

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI )

PETUNJUK PENGISIAN KATEGORISASI TINGKAT RISIKO PENILAIAN DAN PENDAFTARAN ULANG

PERATURAN KEMASAN DAN PEDOMAN UMUM PELABELAN. 31 Oktober

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan air panas. Susu kedelai berwarna putih seperti susu sapi dan

SUSU EVAPORASI, SUSU KENTAL, SUSU BUBUK

Yoghurt Sinbiotik - Minuman Fungsional Kaya Serat Berbasis Tepung Pisang

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sosis ikan SNI 7755:2013

Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah

PERSYARATAN KEAMANAN, MUTU DAN GIZI FORMULA LANJUTAN. 1.1 Ketentuan ini berlaku untuk Formula Lanjutan dalam bentuk cair atau bubuk.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mendapatkan energi, membantu pertumbuhan badan dan otak.

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

8.9 VITAMIN, MINERAL DAN ZAT GIZI LAIN

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

- Beri tanda (X) pada pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat. - Pertanyaan berupa isian, harap dijawab dengan singkat dan jelas

MENTERI PERTANIAN. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 41/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

a. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan adalah terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Ikl

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Propinsi Gorontalo terdiri dari 1 Kota dan 5 Kabupaten dalam luas wilayah

Lampiran 1. Decision tree kelompok pelanggaran umum. A. Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penggunaan Kata-Kata atau Ilustrasi yang Berlebihan

II. METODELOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

PELABELAN DAN IKLAN PANGAN

Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.345, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Cemaran Radioaktif. Pangan. Batas Maksimum.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

UJI COLIFORM FECAL PADA IKAN LELE (Clarias batracus) DAN IKAN KAKAP. (Lates calcarifer) DI WARUNG TENDA SEA FOOD SEKITAR KAMPUS

PENENTUAN JENIS DAN KOMPOSISI PRODUK

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAN PELABELAN KEMASAN PANGAN. Disampaikan dalam : Diklat Teknis Desain Kemasan Produk Pangan bagi Penyuluh Perindustrian 2

Air mineral SNI 3553:2015

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

MODUL 3 PENGOLAHAN IKAN TERI ASIN

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air.

Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

Transkripsi:

4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR BUBUK TABUR GIZI STANDAR BUBUK TABUR GIZI I. Pendahuluan a. Latar Belakang Masa balita merupakan masa yang paling penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada masa ini diperlukan vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan kecerdasan, serta daya tahan tubuh terhadap penyakit. Kekurangan vitamin dan mineral pada balita akan mengakibatkan balita mudah sakit, terhambat tumbuh, serta terganggu perkembangan otak dan kecerdasannya. Pada kondisi kekurangan vitamin dan mineral tingkat berat, risiko kematian akan meningkat. Untuk mencegah terjadinya kekurangan vitamin dan mineral pada balita, pemerintah menyelenggarakan kegiatan pemberian vitamin dan mineral dalam bentuk bubuk tabur gizi yang disebut Taburia. Taburia diberikan pada balita dengan cara menambahkannya pada makan pagi yang disiapkan di rumah. b. Maksud dan Tujuan Penyusunan Standar Taburia dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi Pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota serta semua pihak yang akan menyelenggarakan/melaksanakan pengadaan Taburia, adapun tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya kekurangan vitamin dan mineral pada balita usia 6-59 bulan dengan prioritas pada balita usia 6-24 bulan.

5 2013, No.916 II. Komposisi Per Gram Taburia NO NAMA VITAMIN DAN MINERAL JENIS YANG DIGUNAKAN SATUA N KANDUNGAN MINIMAL 1 Vitamin A (Retinol) Retinyl Acetate mcg* 417 2 Vitamin B1 (Thiamine) Thiamine Mononitrate mg 0.5 3 Vitamin B2 (Riboflavin) - mg 0.5 4 Vitamin B3 (Niacinamide) - mg 5 5 Vitamin B6 (Pyridoxine) Pyridoxine HCL mg 0.5 6 Vitamin B12 (Cyanocobalamin) - mcg 1 7 Asam Folat (Folic Acid) - mcg 150 8 Vitamin C (Ascorbic Acid) - mg 30 9 Asam Pantotenat (Pantothenic Acid) D-Calcium- Pantothenate mg 3 10 Vitamin D3 (Cholecalciferol) - mcg 5 11 Vitamin E (Tocopherol) DL-Alpha- Tocopheryl Acetate USP, FCC mg 6 12 Vitamin K1 (Phytomenadione) - mcg 20 13 Iodium (I) Potassium Iodate mcg 50 14 Zat Besi (Fe) Ferrous Fummarate 15 Seng (Zn) Zinc Gluconate, USP 16 Selenium (Se) Sodium Selenite atau Selenomethionine mg 10 mg 5 mcg 20 17 Maltodextrin - Sampai menjadi 1000 mg

6 Catatan: * 1 mcg = 1 Retinol Equivalen (RE) Ketentuan: 1. Fe-Fumarate yang digunakan harus dienkapsulasi untuk mencegah reaksi dengan senyawa lain dan untuk mengurangi warna, rasa, dan bau yang diakibatkannya. 2. Taburia harus mempunyai daya tahan simpan minimal 12 bulan. 3. Harus ada sertifikat/laporan hasil analisis produk akhir (Certificate of Analysis/CoA) dari produsen Taburia tentang kandungan vitamin dan mineral serta kandungan mikroorganisme. 4. Taburia tidak mengubah warna dan rasa makanan serta tidak menimbulkan bau. III. Kebersihan Dan Keamanan Selama Pengemasan 1. Taburia merupakan bahan makanan yang rawan terhadap kerusakan fisik maupun mutu zat gizi yang dikandungnya, rawan tercemar mikroorganisme patogen maupun non patogen, serta rawan tercemar bahan kimia berbahaya lainnya, sehingga penanganan selama pengemasan harus mengacu kepada quality control dan quality assurance untuk produk bayi dan anak. 2. Perekat (sealed) bahan pengemas harus rapih dan tidak mudah terbuka selama penyimpanan dengan kondisi yang sesuai dengan aturan baku. IV. Syarat Kemasan 1. Bahan pengemas terbuat dari bahan OPP 25/ALU 7/CPP 25 dengan rancangan gambar dan tulisan sesuai dengan yang telah ditetapkan Direktorat Bina Gizi Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan. 2. Kemasan per sachet atau bungkus kecil dapat menampung 0,92-1,08 gram Taburia, dengan dimensi 4,5 cm x 6 cm. 3. Setiap 15 sachet atau bungkus kecil Taburia dikemas dalam kantong plastic zip-lock, dan setiap 2 kemasan kantong tersebut dikemas dalam kotak terbuat dari karton manila dengan ukuran panjang 10,0 cm, lebar 4,5 cm, dan tinggi 6,5 cm; Kotak dilengkapi dengan petunjuk aturan pemakaian, penyimpanan seperti pada kemasan sachet. Selanjutnya setiap 100 kotak Taburia dikemas lagi dengan kardus kedap air (tidak bergelombang) berwarna putih dengan ukuran panjang 41 cm, lebar 24 cm dan tinggi 34 cm. 4. Pada setiap kemasan tercantum keterangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.

7 2013, No.916 5. Pelabelan harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. Pada kemasan kotak harus dicantumkan: a. Nama produk, logo kementerian dan tulisan KEMENKES RI serta tulisan TABURIA. Urutan pencantuman dimulai dengan logo Kemenkes dikuti tulisan KEMENKES RI di bagian kiri atas, pada bagian tengah terdapat tulisan multivitamin dan mineral untuk balita, label halal. Selanjutnya icon taburia, jumlah sachet atau bungkus kecil dan berat bersih. Keseluruhan tulisan tersebut dicantumkan pada bagian utama label dan menggunakan 1/3 bagian permukaan kemasan. b. Nama dan alamat produsen serta nama dan alamat importir dicantumkan pada bagian utama label. c. Pada sisi kiri kotak, terdapat tulisan Cara Pemakaian: 1) taburkan satu bungkus Taburia pada makan pagi balita yang siap dimakan dan harus dihabiskan; 2) taburia diberikan setiap 2 (dua) hari sekali; 3) tidak boleh dicampur dengan makanan yang berair dan minuman seperti sup, susu, teh, dan lain-lain karena akan menggumpal dan tidak larut; 4) tidak boleh dicampur pada makanan yang panas karena beberapa zat gizi akan rusak; dan 5) petunjuk penyiapan dalam bentuk gambar dan tulisan yang jelas dan mudah dimengerti. d. Pada sisi kanan kotak, terdapat tulisan Cara Penyimpanan: 1) simpan Taburia dalam wadah tertutup (kotak, toples) yang bersih, kering, tidak lembab dan aman (bebas dari semut, serangga dan binatang); 2) jauhkan dari jangkauan anak-anak; dan 3) hindarkan dari sinar matahari langsung. e. Pada bagian atas kotak, terdapat tulisan: Taburia dinyatakan rusak apabila: 1) tanggal penggunaan telah melewati masa kadaluwarsa; 2) bungkus berlubang, sobek atau kempis; atau 3) setelah dibuka, isinya menggumpal atau berubah warna. f. Pada bagian belakang kotak, terdapat tulisan: Taburia adalah tambahan multivitamin dan mineral untuk memenuhi kebutuhan gizi dan tumbuh kembang balita umur 6-59 bulan dengan prioritas untuk balita 6-24 bulan; Informasi komposisi gizi dengan kandungan vitamin dan mineral serta bahan pemenuhan (filler). Keterangan tersebut dicantumkan per 1 g, % Anjuran Kecukupan Gizi (AKG)

8 dicantumkan per takaran saji. Format informasi nilai gizi sesuai Pedoman Pencantuman Informasi Nilai gizi (BPOM RI, 2004). g. Tanggal kadaluwarsa: Baik digunakan sebelum tanggal.bulan..tahun.. Penulisan tanggal kedaluarsa harus permanen (tidak bisa dihapus). h. Kode produksi i. Nomor pendaftaran pangan (registrasi)/mencantumkan tulisan nomor ijin edar dari BPOM. V. Syarat Mikrobiologi Cemaran Mikroorganisme NO Jenis Mikro Syarat 1 Total Plate Count (TPC) tidak lebih dari 100.000 koloni/gram. 2 Coliform Most Probable Number (MPN) tidak lebih dari 20 per gram. 3 Escherichia coli negatif. 4 Salmonella negatif dalam 25 gram contoh. 5 Staphylococcus aureus negatif. VI. Hasil Produk Taburia dalam kemasan sachet atau bungkus kecil berisi 1 gram. MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NAFSIAH MBOI