Keyakinan Etis Kesediaan untuk mempertahankan etika

dokumen-dokumen yang mirip
Fraud Risk Management

Sistem Pelaporan Atas Dugaan Penyimpangan atau Pelanggaran (Whistle Blowing System)

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan

PERTEMUAN 5: PENCEGAHAN DAN DETEKSI FRAUD

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20%

Moch.Rangga.B.M (0111U216) Rina Christina (0111u219) Monika K.Suwita (0111u197) Nadya Septia.F (0111U149) Jasmine Azizah (0111U098)

DAFTAR TABEL TABEL 3.1 OPERASI VARIABEL TABEL 3.2 BOBOT PENILAIAN KUESIONER TABEL 3.3 INTERVAL VARIABEL X DAN VARIABEL Y...

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kecurangan akuntansi yang berkembang secara luas menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kesalahan seperti watch dog yang selama ini ada di benak kita sebelumnya.

PEMROSESAN TRANSAKSI DAN PROSES PENGENDALIAN INTERN KONSEP SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

BAB IV PENUTUP. 1. Peran organisasi profesi Notaris dalam melakukan pengawasan terhadap

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fenomena mengenai kualifikasi personel pemeriksaan ini memang

MEMERANGI KECURANGAN (FIGHTING FRAUD) PENCEGAHAN KECURANGAN (PREVENTING FRAUD)

Standar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 250. Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI. mencakup semua cara yang dapat dirancang oleh kecerdasan manusia, yang melalui satu

BAB I PENDAHULUAN. dikuatkan dan diatur oleh perundang-undangan yang berlaku. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis finansial global, diperkirakan telah mempengaruhi pelaku bisnis

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Belakangan ini profesi akuntan publik menjadi bagian dari sorotan

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

2015, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

BAB VII KEBIJAKAN ANTI PENIPUAN, KORUPSI, DAN ANTI SUAP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI

KODE ETIK GLOBAL PERFORMANCE OPTICS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. Profesi audit internal mengalami perkembangan cukup signifikan pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan

Dalam rangka penelitian skripsi yang berjudul Pengaruh Kualitas Sistem Informasi

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

KEBIJAKAN SISTEM PELAPORAN PELANGGARAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) PT PERUSAHAAN PERDAGANGAN INDONESIA (PERSERO)

PROGRAM DAN PROSEDUR ANTI KORUPSI

Fraud adalah tindakan penyimpangan atau pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi Perusahaan atau Unit Syari

Psikologi Konseling. Ketrampilan Wawancara. Tazkia Edelia Sumedi M.Psi. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA. Nomor 002/Munas-I/APPI/08/2006 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas perbankan atau

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya dikarenakan ruang lingkup dan luas perusahaan yang telah meluas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan-persaingan diantara perusahaan, sehingga perlu pemikiran yang makin

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia bisnis yang semakin pesat memunculkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang tahun Lembaga Indonesia Corruption Watch (ICW) merilis bahwa

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. memastikan laporan keuangan tidak mengandung salah saji (misstatement)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

PIAGAM (CHARTER) AUDIT SATUAN PENGAWASAN INTERN PT VIRAMA KARYA (Persero)

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi perusahaan yang semakin kompleks,

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penanganan Kecurangan sebelum Sistem Pelaporan Pelanggaran

Diskusi: Menghadapi F R A U Ddi Lingkungan Kerja

Diklat Penjenjangann. Auditor Utama. Auditor Madya. Auditor Muda. Diklat Pembentukann. Auditor Ahli. Auditor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

SOSIALISASI WHISTLE BLOWING SYSTEM RSUD KELET PROVINSI JAWA TENGAH

Kebijakan Pengungkap Fakta

BAB I PENDAHULUAN. optimal dengan menggunakan atau mengelola sumber daya dan asset yang dimiliki. Untuk

Kode Etik PT Prasmanindo Boga Utama

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

EVALUASI DAN IMPLEMENTASI LANGKAH-LANGKAH DALAM PELAKSANAAN FCP (FRAUD CONTROL PLAN) DI RSST KLATEN.

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD DAN DAMPAKNYA PADA KINERJA PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu entitas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 32 /SEOJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN TERBUKA

HUKUM Integritas. Oleh: Agung Budilaksono Widyaiswara Pusdiklat Bea dancukai

PT Indosat Tbk. (didirikan di Republik Indonesia sebagai perseroan terbatas) Kode Etik

Etika Profesi. Mia Fitriawati, M.Kom. 17/03/2016. Konsep. Etika Profesi merupakan pedoman nilai berperilaku yang disepakati pada tatanan suatu profesi

ETIKA PROFESI PART 3

Menimbang. Mengingat. Menetapkan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Seleksi Penutupan Calon Nasabah atau Pemohon Asuransi

BAB I PENDAHULUAN. Kasus audit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat. kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit menurun.

Pesan CEO. Rekan kerja yang terhormat,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BAB IV PEMBAHASAN. fungsi penjualan pada PT.APTT. Dalam melaksanakan audit kecurangan, dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STANDAR UMUM DAFTAR I SI. 201 Sifat Standar Umum Tanggal Berlaku Efektif 02

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P e d o m a n. Whistle Blowing System (WBS)

PERATURAN BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN

Lampiran 1 Kuisioner Internal Control atas Integritas dan Nilai Etika

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki

Transkripsi:

Chapter 3 : Pernyataan Perang terhadap Kecurangan Kecurangan adalah tindakan yang membawa kerugian yang tidak sedikit bagi suatu organisasi. Untuk itu, perusahaan harus mengupayakan suatu tindakan untuk mencegah terjadinya tindak kecurangan. Ada 4 tindakan yang bisa dilakukan oleh perusahaan yaitu : - Pencegahan kecurangan - Pendeteksian kecurangan - Investigasi kecurangan - Tindak lanjut secara hukum dan upaya penyelesaiannya Investigasi kecurangan dan tindak lanjut secara hukum merupakan tindakan yang memerlukan biaya lebih tinggi dibandingkan dengan pencegahan dan pendeteksian kecurangan. a. Pencegahan Kecurangan Merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi kerugian akibat kecurangan. Organisasi harus bertindak tegas terhadap para pelaku kecurangan sehingga orang lain tidak akan berani untuk melakukan kecurangan lagi. Usaha pencegahan selain mengurangi tindak kecurangan juga memberikan keuntungan yang besar bagi perusahaan itu sendiri. Faktor-faktor yang ada dalam segitiga kecurangan terkadang sangat kuat untuk memotivasi seseorang melakukan kecurangan, bahkan tindakan pencegahan yang dilakukan perusahaan terlihat seperti tidak bermanfaat. Ada dua aktivitas dasar dalam pencegahan tindakan kecurangan Menciptakan budaya jujur dan beretika. Mengandung 5 elemen penting. - Keteladanan perilaku manajemen puncak. Manajemen harus memperkuat pegawainya melalui sanksi tegas ketika perilaku yang tidak etis terjadi dalam organisasi dan tidak lagi bisa ditoleransi. Penelitian menyatakan bahwa orang yang berbohong memiliki 4 alasan yang mendasari, karena takut terhadap sanksi yang buruk, ketakutan tersebut kemudian menyebabkan seseorang untuk terus berbohong, karena melihat contoh-contoh yang tidak baik mengenai kebohongan karena mereka berpikir bahwa dengan kejujuran mereka tidak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. - Mempekerjakan pegawai yang tepat. Tidak semua orang berbuat jujur atau memiliki kode etik yang baik. Menurut hasil pnelitian, mayoritas orang memilih untuk berbohong supaya tidak mendapatkan hasil yang buruk. Prosedur untuk melakukan seleksi pegawai bisa dimulai dari investigasi latar belakang calon pegawai, cek referensi yang ditunjukkan oleh calon pegawai, menguji kejujuran pegawai, dan Kepemimpinan lain-lain. Etis Model pengembangan etik berikut adalah penjelasan mengenai Membantu mengapa orang lain seseorang agar menjadi berbuat etis tidak etis Keyakinan Etis Kesediaan untuk mempertahankan etika Penerapan Etika dalam Situasi Bisnis Praktik kecurangan, konirmasi yang menyesatkan, dan ketidakwajaran Pemahaman Etis secara Pribadi Benar/salah, keadilan, kejujuran, integritas pribadi, rasa hormat pada orang lain

- Mengomunikasikan ekspektasi dari kejujuran dan integritas meliputi identifikasi dan kodifikasi nilai dan etika yang sesuai, pelatihan kesadaran kecurangan yang membantu pegawai memahami permasalahan yang berpotensi menimbulkan kecurangan dan bagaimana melaporkan atau menyelesaikannya, mengomunikasikan ekspektasi yang konsisten mengenai adanya sanksi atas pelanggaran yang terjadi. Kode etik yang efektif adalah berupa suatu yang tertulis, kemudian dikomunikasikan ke pelanggan, pegawai, dan pemasok, dan harus dikembangkan untuk mendorong manajemen dan pegawai agar bertindak etis. - Menciptakan lingkungan kerja yang positif. - Penanganan atas kecurangan yang terjadi. Kebijakan yang efektif untuk menangani kecurangan adalah harus memastikan bahwa fakta diinvestigasi secara mendalam, kemudian dilakukan tindakan yang tegas dan konsisten terhadap para pelaku, terdapat penilaian dan peningkatan atas resiko dan pengendalian, serta komunikasi dan pelatihan kepada seluruh anggota perusahaan secara terus-menerus. b. Pendeteksian Kecurangan Sebagian kecurangan dimulai dari jumlah kecil yang tidak signifikan, dan jika tidak ketahuan maka akan terus berlanjut ke jumlah yang lebih besar. Kejadian yang membuat pelaku merasa ketakutan atau terancam akan membuatnya menghentikan kecurangan, tapi nantinya kecurangan akan berlanjut lagi jika pelaku merasa keadaan sudah kembali aman. Apabila dalam suatu kasus kecurangan melibatkan manajemen puncak atau owner, pencegahan akan sulit dilakukan sehingga harus dilakukan pendeteksian kecurangan sejak dini. Tidak semua kecurangan dapat dicegah. Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya menerapkan pengendalian preventif untuk mencegah terjadinya kecurangan, maupun pengendalian detektif untuk menghentikan kecurangan yang telah terjadi sebelum erkembang menjadi lebih parah. Cara yang umumnya digunakan untuk mendeteksi kecurangan adalah secara tidak sengaja, menyediakan beberapa alternative untuk orang yang ingin melaporkan bahwa tindakan kecurangan tegah terjadi, dan memeriksa catatan

dan dokumen transaksi untuk menentukan apakah ada kejanggalan yang merujuk pada terjadinya kecurangan. c. Investigasi Kecurangan Tujuan investigasi ini adalah untuk mengetahui kebenaran apakah indicator yang diamati menunjukkan tindak kecurangan atau hanya kesalahan yang tidak disengaja. Akan ada suatu dugaan sebelum seseorang benar-benar tahu apakah kecurangan benar terjadi atau tidak. Dugaan mengacu pada keseluruhan situasi yang akan membuat pegawai meyakini bahwa kecurangan tengah terjadi. Jika investigasi tidak dilakukan dengan benar, amka akan merusak reputasi seseorang dan pelaku sebenarnya tetap bebas melakukan kecurangan. Ada 4 bukti yang bisa diakumulasi dalam investigasi kecurangan, yaitu : - Bukti testimonial - Bukti dokumentasi - Bukti fisik - Pengamatan pribadi Investigasi dilakukan dengan melakukan penyelidikan terhadap elemen-elemen yang ada di segitiga kecurangan. Peneliti akan menemukan adanya tekanan yang dirasakan pelaku, peluang yang dimiliki, dan rasionalisasi bahwa orang lain telah mendengarnya. d. Tindak Lanjut secara Hukum Ada tanda tanya besar ketika terjadi suatu tindakan kecurangan, yaitu mengenai tindakan apa yang seharusnya diambil oleh perusahaan. Ada 3 alternatif tindakan yang biasanya diambil perusahaan dan korban kecurangan. - Tidak mengambil tindakan hukum - Tindakan secara Pidana. Perusahaan harus bekerjasama dengan lembaga penegakan hukum agar pegawai yang melakukan kecurangan bisa dikenai sanksi hukum. Namun, untuk mendapatkan putusan pidana lebih sulit karena bukti yang diperlukan haruslah bukti di luar keragu-raguan yang beralasan bahwa pelaku sengaja mencuri. - Tindakan secara Perdata. Jarang ditemui pada kasus nyata, karena uang yang dicuri pelaku biasanya sudah habis dipakai. Namun, tindakan perdata ini lebih umum dilakukan ketika kecurangan melibatkan organisasi lain. Chapter 4 : Pencegahan Kecurangan Seseorang apabila ditempatkan di lingkungan integritas yang rendah, pengendalian yang buruk, akuntabilitas yang longgar, atau tekanan yang tinggi, maka akan semakin terbuka peluangnya untuk melakukan tindakan yang tidak jujur. Suatu organisasi dapat menciptakan lingkungan dengan tingkat kecurangan yang rendah dan tingkat kecurangan yang tinggi. Untuk menciptakan lingkungan dengan tingkat kecurangan rendah yang baik untuk pencegahan kecurangan, 2 faktor dasar yang diperlukan adalah penyertaan penciptaan budaya kejujuran, keterbukaan, dan dukungan. Yang kedua menyertakan penghapusan kesempatan untuk melakukan

kecurangan dan menciptakan ekspektasi bahwa pihak yang terlibat dalam kasus kecurangan akan mendapatkan sanksi/hukuman. a. Menciptakan budaya kejujuran, keterbukaan, dan memberi dukungan - Mempekerjakan orang yang jujur dan menyediakan pelatihan kesadaran Melakukan penyaringan terhadap pelamar kerja secara efektif, sehingga hanya calon pegaawai jujur yang akan dipekerjakan menjadi isu penting bagi perusahaan. Dengan hukum privat yang ketat saat ini, menjadi penting bagi perusahaan untuk memiliki kebijakan penyaringan tenaga kerja yang baik verifikasi dan sertifikasi resume adalah dua strategi yang sebaiknya dilakukan organisasi untuk mencegah terjadinya kecurangan. Salah satu tanggung jawab yang paling penting dari pemberi kerja adalah perekrutan dan pengelolaan sumber daya tenaga kerja mereka. Pasar saat ini menunjukkan bahwa rotasi tenaga kerja cenderung semakin tinggi dan loyalitas pegawai mungkin menjadi rendah. Beberapa rekomendasi sebagai bagian dari kebijakan dan praktik perekrutan dan pengelolaan sumber daya tenaga kerja yang akan sukses dalam mencegah kecuragan dan klaim kelalaian : pertama, sebelum mempekerjakan pelamar untuk beberapa posisi, terutama posisi pengelolaan yang utama, pemberi kerja sebaiknya memverifikasi semua informasi pada resume dan aplikasi yang diajukan oleh pelamar. Kedua, pemberi kerja sebaiknya mengharuskan semua pelamar untuk memberikan pernyataan bahwa semua informasi yang ada di aplikasi atau resume adalah benar. Ketiga, pemberi kerja sebaiknya memberikan pelatihan pada orang-orang yang terlibat dalam proses perekrutan untuk melakukan wawancara secara lebih terampil dan terperinci. - Menciptakan lingkungan kerja yang positif Organisasi yang sangat rentan terhadap terjadinya kecurangan dapat dibedakan dari organisasi yang kurang rentan dengan membandingkan iklim perusahaan mereka. Tiga elemen yang berkontribusi dalam penciptaan lingkungan kerja yang positif, kemudian membuat organisasi akan kurang rentan terhadap terjadinya kecurangan adalah menciptakan ekspektasi terkait kejujuran melalui kode etik yang cukup baik yang dimiliki organisasi dan kemudian menyampaikan ekspektasi ini ke seluruh bagian dalam organisasi, memiliki kebijakan yang sifatnya terbuka dan mudah diakses, dan memiliki prosedur operasional dan personel yang positif. - Mengimplementasikan program dukungan untuk pegawai (Employee Assistance Programs-EAP) Salah satu dari tiga elemen segitiga kecurangan adalah tekanan yang dirasakan. Sering kali, tekanan yang memotivasi kecurangan adalah apa yang dianggap pelaku sebagai suatu ketidakadilan atau apa yang diyakini tidak memiliki solusi logis yang memungkinkan. Perusahaan yang memberikan

pelatihan mengenai cara yang efektif untuk menangani tekanan pribadi para pegawainya akan mengeliminasi banyak potensi kecurangan. Metode yang paling umum dalam membantu pegawai mengatasi tekanan adalah dengan mengimplementasikan EAP formal. b. Mengeliminasi kesempatan terjadinya kecurangan Lima metode dalam mengeliminasi kesempatan kecurangan : - Memiliki pengendalian internal yang baik. Lingkungan pengendaian merupakan fondasi untuk semua komponen pengendalian internal yang memberikan keteraturan dan struktur pengendalian yang baik. Factor lingkungan pengendalian meliputi integritas, nilai etis, dan kompetensi orang-orang yang ada di dalam entitas, filosofi manajemen, dan gaya operasional manajemen. Tidak ada struktur pengendalian internal yang benar-benar efektif tanpa memperhatikan ketelitian pada desain dan implementasinya. - Memperkecil kerjasama di antara pegawai dan pelanggan atau pemasok dan menginformasikan secara jelas kepada pemasok dan pihak lain di luar perusahaan mengenai kebijakan perusahaan terkait kecurangan. Dua isu terbaru dalam bisnis telah meningkatkan jumlah kecurangan secara kolusif. Yang pertama adalah meningkatnya kompleksitas bisnis.dalam lingkungan yang kompleks, pegawai yang dipercaya mungkin akan melakukan kegiatan operasional di lingkungan khusus atau terpisah dari individu lain. Yang kedua, meningkatnya frekuensi aliansi pemasok, dimana perjanjian lisan menggantikan dokumentasi secara tertulis dan terjalin hubungan yang lebih dekat antara pembeli dan pemasok. - Mengawasi pegawai dan menyediakan sistem Whistle Blowing. Supaya sistem wistle blowing berfungsi secara efektif, harus ada elemen-elemen seperti anonimitas, independensi, akses, dan tindak lanjut. - Membuat ekspektasi hukuman. Kebijakan penuntutan yang tegas dan sesuai untuk dipublikasikan membuat pegawai tahu bahwa hukuman yang tegas akan dikenakan terhadap pelaku tidak etis. Seperti kode etik yang baik mnyampaikan ekspektasi, kebijakan yang kuat mengenai hukuman membantu mengeliminasi rasionalisasi. - Melakukan tahapan auditing secara proaktif. Organisasi yang melakukan audit kecurangan secara proaktif meningkatkan kesadaran di antara pegawai bahwa tindakan mereka selalu ditinjau. Dengan meningkatnya ketakutan akan ketahuan dan tertangkap, auditing secara proaktif mengurangi perilaku kecurangan. Kemajuan teknologi saat ini sangat membantu pendeteksian kecurangan secara proaktif. Setiap metode ini mengurangi kesempatan yang sebenarnya atau kesempatan yang dirasakan untuk melakukan kecurangan, dan semua itu bersamaan dengan factor budaya yang telah dijelaskan sebelumnya untuk memberikan program pencegahan kecurangan yang komprehensif.

Catatan/komentar kritis Tindakan pencegahan yang telah dilakukan suatu perusahaan terkadang masih tidak begitu berpengaruh. Karyawan yang melakukan kecurangan mungkin saja mempunyai motivasi yang lebih kuat meskipun dia tahu tindakannya mengandung resiko besar. Perusahaan dalam menghadapi kerugian atas kecurangan tentunya harus bertindak lebih tegas lagi. Tidak perlu ada toleransi untuk perilaku yang tidak etis yang mengindikasikan kecurangan di perusahaan, juga penanganan di bidang hukum harus dilaksanakan supaya para pelaku mendapatkan sanksi yang setimpal. Sanksi yang setimpal ini adalah bahwa pelaku harus bisa mengembalikan semua kerugian yang ditimbulkannya kepada perusahaan dan dia harus memperbaiki sistem apabila mungkin terjadi kerugian-kerugian lainnya yang menyusul. Menurut saya tindak lanjut secara perdata akan lebih menguntungkan karena perusahaan paling tidak bisa mengusahakan untuk mendapatkan ganti rugi. Di Indonesia sendiri saya melihat tindakan pencegahan korupsi sudah begitu baik dengan kinerja KPK, namun hukuman yang dijatuhkan kepada tersangka seringkali tidak sepadan dengan seberapa besar tindakan yang dilakukannya. Mungkin hal tersebut yang membuat Indonesia terus menerus mendapatkan peringkat yang tinggi dalam hal korupsi. Pemerintah sudah bisa tegas dalam menghukum para pengedar narkoba, mengapa tidak sekalian para pelaku korupsi diberi tindakan tegas?