Menyontek Bikin Untung Atau Buntung? Sugiyatno SPd Dosen BK FIP UNY



dokumen-dokumen yang mirip
Membuka Diri Dalam Interaksi Sugiyatno. SPd Dosen BK FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan. Keberhasilan

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENURUNAN KECURANGAN AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan memiliki budi pekerti

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SD NEGERI TEGALSARI 01 KANDEMAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku menyontek atau cheating merupakan salah satu fenomena dalam

BAB I PENDAHULUAN. Prilaku menyontek atau cheating adalah salah satu fenomena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perbuatan curang dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

HUBUNGAN ANTARA PERSAINGAN MERAIH NILAI TINGGI DENGAN INTENSITAS PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA MENENGAH KEJURUAN SKRIPSI.

PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMA NEGERI 1 WIROSARI. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dimana kunci suksesnya terletak pada dunia pendidikan.

BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selalu muncul menyertai aktivitas proses belajar mengajar sehari hari tetapi jarang

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar, membahas soal bersama-sama, atau bahkan ada yang berbuat

BAB I PENDAHULUAN. disebarkan tersebut hanya bila menguasai bahasa yang dipergunakan dengan baik, dan demikian

Peran Guru dalam Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab Anak pada Pendidikan Anak Usia Dini Yanuarita Niken P. I Pendahuluan Pendidikan Anak

Bimbingan Dan Konseling (Guidance & Counseling) Sugiyatno, M.Pd

KODE ETIK AKADEMIK SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH SYEKH MUHAMMAD NAFIS TABALONG

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

PPKn. Dosen PJMK : Mohammad Adib. Artikel Ilmiah Populer/Essay Bebas. Pendidikan Anti Korupsi. Kelas D

BAB I PENDAHULUAN. dari segi budaya, social maupun ekonomi. Sekolah menjadi suatu organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN KESISWAAN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI MAK AL-HIKMAH 2 BENDA SIRAMPOG BREBES

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi sebagai seorang mahasiswa.mahasiswa dalam menyelesaikan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. belajar baik di sekolah maupun di kampus. Hasil survey Litbang Media Group

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terus membangun dan meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia merupakan individu ciptaan Tuhan Yang

HUBUNGAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK DI RA/BA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010 / 2011 SKRIPSI

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan hidupnya, prestasi, kesuksesan dan juga penghargaan. Tanpa didukung oleh

(PTK pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Mondokan Sragen)

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

Juara 1 Lomba Essay LSP FKIP UNS dalam rangka Hari Pendidikan Nasional 2015

1. Peraturan Tata Tertib Kehidupan Kampus Dalam rangka menjaga ketertiban kampus, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan mahasiswa di lingkungan

Kuesioner A. PROKRASTINASI AKADEMIK

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. mental sehingga menghasilkan perubahan-perubahan dalam bersikap (Ihsan,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Nasional, anak usia dini adalah anak usia 0 (Sejak Lahir) sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ujian Nasional merupakan gerbang dari sebuah keinginan besar bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kelas adalah sebuah proses dimana siswa bisa menguasai bahan-bahan pelajaran sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena pendidikan mendorong memaksimalkan potensi siswa. Potensi

TATA TERTIB PESERTA PRAKTIKUM PENGENDALIAN DAN PENJAMINAN MUTU

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian seperti telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dapat

ABSTRAK. Oleh: Budi Hermawan, Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Slamet Riyadi, Surakarta.

ETIKA AKADEMIK JURUSAN FARMASI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER JURUSAN FARMASI FMIPA UNIVERSITAS UDAYANA

ATURAN, ETIKA AKADEMIK, TUGAS DAN KEWAJIBAN DOSEN PEMBIMBING, KETUA SIDANG DAN PENGUJI DALAM PENYELESAIAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yang berdaya guna dimaksudkan untuk mencapai tujuan pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

SILABUS PERKULIAHAN. Materi Ajar Indikator Metode Pembelajaran Prinsip Dasar. Ceramah dan Tanya jawab Aturan-Aturan Permainan

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti, bahkan dalam skala global masih jauh dibawah negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

KODE ETIK MAHASISWA STIKOM DINAMIKA BANGSA

JADUAL PELAKSANAAN DAN RINCIAN BIAYA PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam waktu 6 (enam) bulan, dengan tahapan

Lampiran 1: Pedoman Observasi PEDOMAN OBSERVASI

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Bangsa dalam. Proses Pembelajaran Menurut Kurikulum 2013 di SD Negeri 01

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikann Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS SUMATERA UTARA NOMOR: 1177/H5.1.R/SK/KMS/2008

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR: KEP-09A/MBU/2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 13 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 15 TAHUN 2007

TATA TERTIB PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN (SKK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang bermakna dan bisa mengaktifkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

IMPLEMENTASI KETAATAN HUKUM PADA SISWA. (Studi Kasus Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah di SMP Muhammadiyah 1. Kartasura Tahun Pelajaran 2012/2013)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia melupakan tugasnya sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG ORIENTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-3 Menampilkan sikap yang sesuai dengan hukum

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan

Transkripsi:

Menyontek Bikin Untung Atau Buntung? Sugiyatno SPd Dosen BK FIP UNY Istilah menyontek bukan hal yang baru bagi para pelajar. Perbuatan menyontek selalu menjadi sorotan para pendidik, terutama ketika kegiatan ujian, atau sejenisnya. Hal ini menjadi point utama yang menjadi larangan dalam tata-tertib yang diberlakukan dalam setiap ujian. Tidak jarang mereka yang ketahuan melakukan tindakan menyontek mendapat sanksi berat, bahkan bisa sampai dikeluarkan atau dinyatakan tidak lulus dalam ujian tersebut. Jika di lihat dari sanksinya memamg cukup berat, tetapi ironisnya budaya menyontek ini masih banyak kita temukan dalam kehidupan para pelajar di sekolah, bahkan mereka mampu menemukan strategi-strategi jitu dalam menyontek yang cukup rapi dan sulit dikatahui oleh guru atau pengawas. Kkemajuan tehnologi, seperti Handphone juga disinyalir memberi kontriburi dalam perilaku menyontek ini. Dengan saling mengirim jawaban lewat SMS, mereka bisa melakukan tukar-menukar jawaban sesama kawan dengan mudah dan leluasa. Pengertian Menyontek menurut Wikipedia Encyclopedia sebagai salah satu tindakan tidak jujur yang dilakukan secara sadar untuk menciptakan kuntungan yang mengabaikan prinsip keadilan. Ini mengindikasikan bahwa telah terjadi pelanggaran aturan main yang 1

ada. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyontek sebagai suatu kegiatan mencontoh/meniru/mengutip tulisan, pekerjaan orang lain sebagaimana aslinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan menyontek adalah segala perbuatan atau trik-trik yang tidak jujur, perilaku tidak terouji, curang yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh keberhasilan dalam menyelesaikan tugastugas akademik terutama yang berkaitan dengan ujian/evaluasi dengan mengabaikan aturan-aturan dan kesepakatan yang ada. Bentuk Perilaku Menyontek Dalam konteks pendidikan atau sekolah, beberapa perbuatan yang termasuk dalam kategori menyontek antara lain : 1. Meniru pekerjaan teman 2. Bertanya langsung pada teman ketika sedang mengerjakan ujian 3. Membawa catatan pada kertas, anggota badan, pakaian atau pada tempat-tempat tertentu saat mengikuti ujian. 4. Menerima dropping jawaban dari pihak luar 5. Mencari bocoran soal ujian 6. Saling tukar jawaban dengan kawan 7. Menyuruh/meminta bantuan dalam mengerjakan ujian. Dalam kasus-kasus yang terjadi di masyarakat, bahkan dalam Ujian Negara (UN) dan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) perilaku menyontek melalui teknologi tinggi semisal Handphone dengan memakai jaringan GSM ataupun Bluetooth. 2

Dalam perkembangannya menyontek dapat ditemukan dalam bentuk perjokian, seperti kasus yang terjadi dalam SPMB/UMPTN. Dengan menggunakan banyak metode seperti pura-pura menjadi peserta dan duduk dekat dengan yang bersangkutan, menggantikan posisi peserta ketika test berlangsung, memberi lilin atau pelumas pada lembar jawaban komputer atau menevabrkan atom magnit dengan maksud agar mesin scanner komputer dapat terkecoh ketika membaca lembar jawaban, sehingga gagal mendeteksi jawaban yang salah atau menganggap semua jawaban benar, dan banyak lagi cara-cara yang sifatnya spekulatif maupun rasional. Apapun bentuknya, tindakan menyontek baik dengan cara sederhana maupun cara-cara yang cangging dengan menggunakan sarana kemajuan teknologi, menyontek tetap dianggap oleh masyarakat umum sebagai perbuatan tercela, tidak jujur, curang untuk dilakukan oleh seorang pelajar. Menyontek Untung Atau Buntung Untuk menyatakan perbuatan menyontek adalah sesuatu yang menguntungkan atau merugikan adalah relatif. Hal ini sangat berkaitan dengan aspek moralitas pada individu bersangkutan. Mereka yang mengabaikan nilai-nilai moral, mungkin mereka akan mengatakan menyontek sebagai sebagai hal yang biasa dan sangat menguntungkan, karena tanpa usaha keras tetapi bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Sebaliknya, bagi mereka yang memegang teguh nilai-nilai moral, mereka akan mengatakan menyontek sebagai suatu perbuatan tercela, tidak terpuji, dan memiliki dampak negatif yang panjang di kemudian hari, apalagi jika dikaitkan dengan nilai-nilai agama yang diyakininya. 3

Dengan menyontek secara tidak langsung sudah mengabaikan fungsi utama dari evaluasi/ujian tersebut. Artinya bahwa hasil evaluasi sudah tidak bisa lagi mendiskripsikan kemampuan induvidu bersangkutan, atau akan mendapatkan produk evaluasi yang tidak berkaualitas, karena merupakan hasil dari tindakan menyontek. Siapa Yang Salah Ketika seorang siswa melakukan menyontek saat ujian dan kemudian ketahuan oleh guru, kita tidak bisa langsung memarahi, memberi sanksi dan menyalahkan anak tersebut. Kenapa...? Karena dengan langsung memvonis dan menyalahkan anak merupakan suatu tindakan yang tidak adil. Jika guru ingin mengatasi masalah ini atau memberikan pembinaan agar diwaktu kemudian tidak mengulangi lagi, akan lebih baik dan bijaksana bila guru tersebut mencari latar belakangnya, kenapa anak melakukannya perbuatan tersebut? Jika diamati dari teori perkembangan anak, bahwa induvidu tumbuh dan berkembang ditentukan oleh tiga faktor, yaitu : faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat. Artinya bahwa guru harus mengamati kemungkinan-kemungkinan siswa melakukan perbuatan menyontek, faktor penyebebnya adalah ketiga lingkungan tersebut. Mungkin karena pola asuh orang tua dalam kehidupan keluarganya, mungkin metode pembelajaran di sekolah tidak menstimulasi siswa untuk mandiri, guru kurang perhatian pada perilaku siswa, atau mungkin faktor lingkungan dimana dia hidup dan bermasyarakat. 4

Jadi masih merupakan suatu keputusan yang prematur, ketika seorang guru mengetahui siswanya menyontek, kemudian langsung menyalahkan dan memberi suatu hukuman, tanpa memperhatikan latar belakang kenapa siswa melakukan perbuatan tersebut. Secara konsep pendidikan ini juga tidak tepat, karena peran guru dalam membina, membimbing, menyadarkan tidak tampak di situ. Siswa adalah obyek dalam proses pendidikan. Siswa masih membutuhkan pengarahan, pembinaan, tuntunan, dan bimbingan untuk menjadi insan yang berkualitas sebagai mana yang diharapkan guru dan orang tuanya. Perlu disadari bahwa siswa melakukan suatu kesalahan adalah hal yang wajar, karena memang dia sedang belajar dan statusnya sebagai pelajar. Jadi sangatlah tidak mungkin sosok siswa terlepas dari segala bentuk kesalahan-kesalahan dalam berperilaku. Bahkan sosok guru yang katangan digugu dan ditiru terkadang juga masih melakukan kesalahan. Bagaimana Solusinya Menyontek memang merupakan perbuatan yang tercela, tetapi dalam kenyataanya menyontek masih menjadi kebiasaaan para siswa, dan masih berlangsung sampai sekarang. Ada sejumlah solusi yang bisa dilakukan agar siswa tidak menyontek, yaitu : 1. Tumbuhkan niat yang kuat pada diri untuk tidak menyontek 2. Tumbuhkan rasa percaya diri, 3. Arahkan konsep diri kearah yang lebih proporsional, 4. Biasakan berfikir realistik dan tidak ambisius dalam menyelesaikan sesuatu, 5

5. Tumbuhkan kesadaran hati nurani yang mampu mengontrol naluri dan desakan logis rasional jangka pendek yang bermuara pada perilaku. 6. Belajar menerima kegagalan hidup sebagai bagian proses kehidupan yang harus dilewati, 7. Membaca/meneladani tokoh-tokoh besar/kisah-kisah kesuksesan 8. Membuat sistem belajar yang menarik bagi dirinya (peranan guru sangat penting) Tugas guru atau orang tua di sini adalah mengamati dan tetap mematau perkembangan perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran di sekolah/dirumah, agar perilaku yang diharapkan bisa tercapai. 6

Data Penulis : Nama : Sugiyatno, SPd Tempat & Tgl Lahir : Sleman, 27 Desember 1971 Pekerjaan : Dosen Alamat Kantor : Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta Kampus Karangmalang, Yogyakarta 55281 Alamat Rumah; Balong, Pakembinangun, Pakem, Sleman Yogyakarta 55582 ( Jln. Kaliurang Km 18 ) Handphone : 08156009227 7