LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2007 REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009

4. Outlook Perekonomian

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

1. Tinjauan Umum

NOTA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009

NOTA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

Analisis Perkembangan Industri

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

4. Outlook Perekonomian

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi Pendahuluan Ekonomi Global...

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

Kinerja CENTURY PRO FIXED

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

meningkat % (yoy) Feb'15

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

Analisis Perkembangan Industri

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

4. Outlook Perekonomian

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

BERITA RESMI STATISTIK

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

BERITA RESMI STATISTIK

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Kajian Ekonomi Regional Banten

ii Triwulan I 2012

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA

Memasuki pertengahan tahun 2009, momentum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Timur

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

CARLINK PRO FLEXY Dana Investasi Berimbang

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

BERITA RESMI STATISTIK

3. Analisis Eksternal

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Transkripsi:

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2007 REPUBLIK INDONESIA

Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... i iii iv BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2007... Pendahuluan... Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I Tahun 2007... Pertumbuhan Ekonomi... Laju Inflasi... Nilai Tukar Rupiah... Suku Bunga SBI 3 Bulan... Harga Minyak Mentah Internasional... Neraca Pembayaran... Neraca Transaksi Berjalan (Current Account)... Neraca Lalu Lintas Modal... Prognosis Ekonomi Indonesia Semester II Tahun 2007... Pertumbuhan Ekonomi... Pertumbuhan PDB Menurut Permintaan Agregat... Konsumsi... Investasi... Ekspor Barang dan Jasa... Pertumbuhan PDB per Sektoral... Inflasi... Nilai Tukar... Suku Bunga SBI 3 Bulan... Harga Minyak Internasional... Neraca Pembayaran... Prospek Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2007... I-1 I-1 I-2 I-2 I-6 I-7 I-8 I-9 I-9 I-10 I-10 I-12 I-12 I-12 I-12 I-13 I-13 I-14 I-15 I-16 I-16 I-16 I-16 I-18 i

Daftar Isi Halaman BAB II ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA... Pendahuluan... Pendapatan Negara dan Hibah... Penerimaan Dalam Negeri... Penerimaan Perpajakan... Penerimaan Negara Bukan Pajak... Hibah... Belanja Negara... Belanja Pemerintah Pusat... Menurut Jenis... Menurut Organisasi... Menurut Fungsi... Belanja ke Daerah... Dana Perimbangan... Dana Bagi Hasil... Dana Alokasi Umum... Dana Alokasi Khusus... Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian... Dana Otonomi Khusus... Dana Penyesuaian... Defisit Anggaran... Pembiayaan Anggaran... Prognosis APBN dalam Semester II Tahun 2007... II-1 II-1 II-3 II-4 II-4 II-10 II-15 II-15 II-16 II-17 II-23 II-24 II-27 II-27 II-28 II-29 II-30 II-30 II-30 II-31 II-32 II-32 II-36 ii

Daftar Tabel DAFTAR TABEL Halaman Tabel I.1 Perkembangan Asumsi Makro, 2006 2007... Tabel I.2 Proyeksi PDB Tahun 2006-2007 Menurut Pengeluaran... Tabel I.3 Proyeksi PDB Tahun 2006-2007 Menurut Sektor... Tabel I.4 Ringkasan Neraca Pembayaran Indonesia, 2005 2007... Tabel II.1 Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Semester I Tahun 2006-2007... Tabel II.2 Pendapatan Negara dan Hibah Semester I Tahun 2006-2007... Tabel II.3 Belanja Pemerintah Pusat Menurut Jenis Semester I Tahun 2006-2007... Tabel II.4 Belanja Pemerintah Pusat Menurut Organisasi Semester I Tahun 2006-2007... Tabel II.5 Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi Semester I Tahun 2006-2007... Tabel II.6 Belanja ke Daerah, Semester I Tahun 2006-2007... Tabel II.7 Pembiayaan Anggaran Semester I Tahun 2006-2007... Tabel II.8 Prognosis APBN 2007... I-2 I-13 I-15 I-18 II-3 II-16 II-23 II-25 II-27 II-32 II-36 II-38 iii

Daftar Grafik DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik I.1 Pertumbuhan dan Penjualan Mobil dan Motor... Grafik I.2 Pertumbuhan dan Penjualan Listrik... Grafik I.3 Pertumbuhan Kredit Investasi dan Modal Kerja... Grafik I.4 Perkembangan Ekspor Impor... Grafik I.5 Perkembangan Inflasi... Grafik I.6 Perkembangan Harga Beras dan Gula Pasir... Grafik I.7 Perkembangan Inflasi Kumulatif Jan-Mei 2007 Berdasarkan Kelompok Pengeluaran... Grafik I.8 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat Grafik I.9 Perkembangan SBI 3 Bulan dan BI Rate... Grafik I.10 Perkembangan Suku Bunga Kredit... Grafik I.11 Perkembangan Harga Minyak Mentah Internasional... Grafik I.12 Net Buying Non-Resident (SUN, SBI, dan PM)... I-3 I-3 I-4 I-4 I-6 I-7 I-7 I-8 I-8 I-8 I-9 I-11 iv

Perkembangan Ekonomi Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2007 Bab I BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2007 Pendahuluan Terpeliharanya stabilitas ekonomi makro telah menjadi salah satu pendorong membaiknya kinerja perekonomian Indonesia dalam tahun 2007, yang didukung oleh faktor-faktor eksternal dan internal. Dari sisi eksternal, meskipun perekonomian global diperkirakan tumbuh sedikit melambat dan harga komoditas dunia baik migas maupun nonmigas tidak sekuat tahun sebelumnya, namun masih memberikan peluang yang kondusif bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Sementara dari sisi internal, kecenderungan menurunnya suku bunga, menurunnya laju inflasi, dan terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah berdampak positif terhadap perekonomian nasional. Dukungan terhadap perbaikan kinerja ekonomi ini semakin kuat seiring dengan bauran kebijakan (policy mix) yang ditempuh pemerintah dan otoritas moneter di bidang fiskal, moneter, dan sektor riil. Membaiknya perekonomian nasional ini tercermin pada perkiraan menurunnya laju inflasi (y-o-y) pada semester I tahun 2007 hingga mencapai 6,1 persen dan stabilnya nilai tukar rupiah dengan kecenderungan menguat pada level sekitar Rp9.050 per US$, serta menurunnya suku bunga BI Rate hingga mencapai 8,0 persen pada akhir semester I tahun 2007. Perbaikan juga terjadi pada daya beli masyarakat yang tercermin dari meningkatnya pertumbuhan penjualan mobil dan sepeda motor, serta kredit konsumsi. Semakin kondusifnya perekonomian nasional, telah mendorong meningkatnya kepercayaan investor, yang tercermin pada meningkatnya indeks harga saham gabungan (IHSG) hingga menembus level 2.152 pada 21 Juni 2007, menurunnya premi swap, dan yield curve untuk surat berharga negara (SBN). Meskipun beberapa indikator ekonomi menunjukkan peningkatan, namun relatif masih cukup tingginya harga minyak dan suku bunga internasional perlu dicermati, sehingga dampaknya dapat segera diantisipasi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam tahun 2007 antara lain ditopang oleh pertumbuhan sektor produksi yang banyak menyerap tenaga kerja, seperti industri pengolahan, sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Semakin kuatnya pertumbuhan sektor-sektor produksi yang juga diimbangi dengan meningkatnya kapasitas produksi diharapkan dapat mengurangi tingkat pengangguran. Penurunan tingkat pengangguran yang didukung oleh kuatnya pertumbuhan ekonomi ini diharapkan dapat memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan pada gilirannya mengurangi jumlah penduduk miskin. Sampai dengan akhir tahun 2007, perbaikan kinerja ekonomi tersebut diperkirakan akan terus berlanjut, sehingga besaran-besaran asumsi yang ditetapkan dalam APBN 2007 diharapkan dapat dicapai. Laporan Semester I Tahun 2007 I-1

Bab I Perkembangan Ekonomi Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2007 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I Tahun 2007 Dalam semester I tahun 2007 beberapa besaran indikator ekonomi makro menunjukkan kinerja yang membaik. Rupiah relatif stabil dengan kecenderungan menguat, laju inflasi menurun, dan daya beli masyarakat meningkat. Peningkatan daya beli masyarakat tersebut antara lain diindikasikan oleh meningkatnya penjualan sepeda motor dan mobil, serta kredit konsumsi. Selain itu, peningkatan daya beli juga ditunjukkan oleh meningkatnya kegiatan ekonomi yang tercermin pada (i) meningkatnya pertumbuhan penerimaan perpajakan, baik PPN maupun PPh, dan (ii) perbaikan kinerja investasi yang diindikasikan oleh meningkatnya kredit investasi dan kredit modal kerja, serta meningkatnya realisasi investasi PMA dan PMDN. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi pada semester I tahun 2007 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Perkembangan asumsi dasar ekonomi makro pada semester I tahun 2007 secara rinci dapat dilihat pada Tabel I.1. Tabel I.1 Asumsi Ekonomi Makro, 2006-2007 2006 2007 * Sem I Sem II Total Sem I Sem II Total Pertumbuhan Ekonomi (%, y-o-y) 4,97 5,98 5,48 5,87 6,61 6,3 Inflasi (%, y-o-y) 15,53 6,6 6,6 6,1 6,5 6,5 Nilai Tukar Rupiah (Rp/US$) 9.200 9.129 9.164 9.050 9.150 9.100 SBI 3 bulan (%) 12,6 10,9 11,7 8,0 8,0 8,0 Harga Minyak Mentah Int (US$/barel) 63,12 64,48 63,8 61,4 58,6 60,0 Lifting minyak Indonesia (MBCD) 0,959 0,959 0,959 0,95 0,95 0,95 * Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dalam Semester I tahun 2007 diperkirakan mencapai 5,87 persen (y-o-y), yang berarti lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama tahun 2006 sebesar 4,97 persen. Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi tersebut dapat diindikasikan melalui perbaikan kinerja konsumsi masyarakat dan pemerintah, investasi, serta ekspor barang dan jasa. Akselerasi pertumbuhan ekonomi ini terjadi seiring dengan meningkatnya kegiatan investasi dan konsumsi, terkait dengan kenaikan gaji PNS/TNI dan upah minimum provinsi (UMP). Sedangkan kegiatan ekspor barang dan jasa diperkirakan cenderung melambat akibat pertumbuhan ekonomi dunia yang tidak sekuat tahun 2006. Sementara itu, kegiatan impor barang dan jasa diperkirakan akan mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya permintaan domestik. Kegiatan konsumsi dalam semester I tahun 2007 diperkirakan ditopang antara lain oleh meningkatnya konsumsi masyarakat yang tercermin pada meningkatnya pertumbuhan penjualan mobil, kendaraan bermotor dan meningkatnya pertumbuhan kredit konsumsi. Perkembangan pertumbuhan penjualan I-2 Laporan Semester I Tahun 2007

Perkembangan Ekonomi Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2007 Bab I mobil sampai dengan Mei 2007 memberikan gambaran yang menggembirakan yakni tumbuh sebesar 26,48 persen (y-o-y) dari minus 49,25 persen (y-o-y) pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan pertumbuhan penjualan kendaraan bermotor mencapai 19,02 persen (yo-y) sampai dengan Mei 2007 dari semula minus 25,83 persen (y-o-y). Sejalan dengan perkiraan meningkatnya daya beli masyarakat, penjualan listrik dan kredit konsumsi dalam semester I tahun 2007 diperkirakan juga mengalami peningkatan. Konsumsi listrik juga mengalami pertumbuhan 5,6 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,4 persen. Sementara itu, kredit konsumsi selama Januari - April 2007 meningkat menjadi 4,5 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan periode yang sama tahun 2006 yang mencapai 0,6 persen. Perkembangan penjualan mobil dan motor serta perkembangan penjualan listrik dapat dilihat pada Grafik I.1 dan Grafik I.2. Dengan indikasi semakin meningkatnya daya Grafik I.2 Pertumbuhan dan Penjualan Listrik beli masyarakat serta realisasi pertumbuhan konsumsi pada triwulan I tahun 2007 yang mencapai 4,5 persen, pertumbuhan konsumsi masyarakat dalam semester I tahun 2007 diperkirakan mencapai 4,7 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada semester I tahun 2006 yang mencapai 3,0 persen. Di sisi investasi, beberapa indikator menunjukkan adanya perbaikan kinerja investasi yang diindikasikan oleh kecenderungan meningkatnya realisasi penanaman modal semenjak triwulan III tahun 2006. Tren positif tersebut diperkirakan terus berlangsung dalam semester I tahun 2007 sejalan dengan terus membaiknya kondisi perekonomian. Membaiknya kinerja investasi tersebut juga tercermin pada meningkatnya realisasi investasi pada triwulan I tahun 2007 yang mencapai 7,5 persen, yang ditandai dengan meningkatnya realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar 60,25 persen dan naiknya realisasi penanaman modal asing (PMA) sebesar 15,04 persen. Kondisi ini mencerminkan terus meningkatnya kepercayaan investor dalam dan luar negeri atas perkembangan ekonomi makro dan penurunan tingkat risiko investasi, serta kebijakan pemerintah yang diambil selama ini, sehingga investor tertarik untuk melakukan investasi. Penerapan paket kebijakan investasi, pembenahan sektor jasa keuangan, dan percepatan pembangunan infrastruktur diharapkan akan mendongkrak kegiatan investasi nasional. Selain itu, peningkatan investasi juga didukung oleh pemanfaatan besarnya peluang dari daya tarik kinerja ekonomi Asia dan ASEAN yang merupakan prioritas utama bagi investor besar di dunia untuk menanamkan modalnya. Membaiknya prospek kegiatan investasi di tahun 2007 juga terlihat pada peningkatan laba bersih sektor korporasi termasuk BUMN di tahun 2006. Peningkatan laba bersih akan meningkatkan jumlah laba 600 500 400 300 200 100 Juta kwh 0. Jan 10000 9800 9600 9400 9200 9000 8800 8600 8400 8200 Feb Jan Mar Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Penjualan (juta Kwh) Grafik I.1 Penjualan Mobil dan Motor Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei 2006 2007 Penjualan Motor (ribu) Penjualan Mobil (ribu) 2006 2007 Pertumbuhan Listrik (YoY,%) 45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 10 8 6 4 2 0 Laporan Semester I Tahun 2007 I-3

Bab I Perkembangan Ekonomi Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2007 ditahan dunia usaha yang dialokasikan untuk investasi. Indikator lainnya yang menunjukkan perkembangan investasi yang semakin membaik adalah meningkatnya kredit investasi perbankan sebesar 15,6 persen dan kredit modal kerja sebesar 20,3 persen pada April 2007, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit pada periode yang sama tahun 2006 yang masing-masing tumbuh 8,35 persen dan 16,44 persen. Perkembangan indikator investasi tersebut memberikan sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Upaya BI melakukan relaksasi aturan pinjaman bank dan pengukuran risiko juga menjadi salah satu faktor yang dapat ikut mendorong investasi. Dengan arah perkembangan tersebut, investasi diperkirakan akan terus meningkat sehingga pertumbuhan investasi selama semester I-2007 diperkirakan mencapai 9,9 persen atau lebih tinggi daripada semester I tahun 2006 yang mencapai 1,1 persen. Grafik I.4 Perkembangan Ekspor Impor Meskipun terdapat kecenderungan harga 30% internasional lebih rendah dibanding tahun 2006, kegiatan ekspor barang dan jasa dalam semester 20% I tahun 2007 diperkirakan akan mengalami 10% peningkatan meskipun melambat, mengingat 0% cukup kuatnya permintaan dunia, terutama dari -10% Cina dan India. Sampai dengan triwulan I, realisasi Me Jn Jl Ag Se Ok No De Ja Fe Ma Ap Me Jn Jl Ag Se Ok No De Ja Fe Ma Ap Me ekspor tumbuh 8,95 persen, lebih rendah 2005 2006 2007 dibandingkan dengan periode yang sama tahun Pert. Ekspor Pert. Impor sebelumnya sebesar 11,6 persen. Melambatnya pertumbuhan ekspor ini terkait dengan turunnya harga minyak pada awal tahun 2007 sehingga ekspor migas cenderung menurun. Bencana banjir juga menghambat kelancaran kegiatan ekspor. Dengan gambaran tersebut, dalam semester I tahun 2007 pertumbuhan ekspor barang dan jasa diperkirakan mencapai 9,3 persen lebih rendah dibanding semester yang sama tahun sebelumnya yakni 11,4 persen. Indikasi pertumbuhan ini ditunjukkan pula oleh melambatnya pertumbuhan nilai ekspor barang hingga Mei 2007 yang dikarenakan oleh menurunnya harga minyak dunia. Sementara itu, kegiatan impor barang menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Perkembangan ekspor-impor barang dapat dilihat pada grafik I.4. Sampai dengan semester I tahun 2007 secara keseluruhan, impor barang dan jasa diperkirakan tumbuh sebesar 12,3 persen atau lebih tinggi dibanding pertumbuhan impor barang dan jasa 2006 sebesar 5,2 persen. Perkiraan tersebut didasarkan pada realisasi pertumbuhan impor triwulan I tahun 2007 yang mencapai 8,5 persen. Peningkatan impor tersebut antara lain bersumber dari meningkatnya impor barang konsumsi dan bahan baku/penolong. Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi dalam tahun 2007 ditopang oleh kinerja semua sektor produksi yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahun 2006. Sektor yang diperkirakan meningkat cukup signifikan adalah sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air minum, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. I-4 Laporan Semester I Tahun 2007 Pertumbuhan (y-o-y) Pertumbuhan (kumulatif/y-o-y) 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 40% Jan. Grafik I.3 Pertumbuhan Kredit Investasi dan Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Modal Kerja Feb. Mar. Apr. Mei. Jun. Jul. Agt Sep. Okt Nov. Des. Jan. Feb. Mar. Apr. Mei. Jun. Jul. Agt Sep. Okt Nov. Des. Jan. Feb. Mar. Apr. 2005 2006 2007

Perkembangan Ekonomi Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2007 Bab I Pada semester I tahun 2007, sektor industri pengolahan diperkirakan tumbuh sebesar 5,8 persen, lebih tinggi dibandingkan semester I tahun 2006 yang mencapai 3,3 persen. Hal ini sejalan dengan perkiraan semakin membaiknya permintaan domestik. Pertumbuhan yang tinggi diperkirakan terjadi pada sejumlah subsektor, diantaranya industri alat angkutan, industri makanan, minuman dan tembakau, industri kimia, serta industri logam dasar besi dan baja. Demikian pula, pertumbuhan subsektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) diperkirakan semakin membaik seiring dengan adanya dukungan pemerintah melalui pemberian subsidi bunga kredit dan diskon pembelian mesin baru dalam program restrukturisasi permesinan TPT. Kinerja sektor industri diharapkan akan semakin membaik sejalan dengan berbagai dukungan yang diberikan pemerintah melalui penyempurnaan insentif/fasilitas pajak terhadap 15 sektor usaha dan daerah yang memiliki kelompok industri tertentu (Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007), serta pembebasan pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN) atas impor dan/atau penyerahan barang kena pajak tertentu yang bersifat strategis (Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2007). Meningkatnya pertumbuhan sektor industri pada semester I tahun 2007 didukung pula oleh realisasi pertumbuhan sektor industri pada triwulan I tahun 2007 yang mencapai 5,4 persen dan terutama terjadi pada industri pengilangan minyak bumi dan industri kertas dan barang cetakan. Sektor listrik, gas, dan air minum pada semester I tahun 2007 diperkirakan tumbuh 7,0 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,8 persen. Hal ini didorong oleh realisasi pada triwulan I tahun 2007 yang mencapai 8,2 persen karena adanya ekspansi produksi gas di beberapa sumber produksi. Sektor perdagangan, hotel dan restoran dalam semester I tahun 2007 diperkirakan akan tumbuh 7,3 persen, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2006 yang mencapai 4,9 persen. Peningkatan pertumbuhan sektor ini juga didorong oleh perbaikan citra pariwisata Indonesia yang diharapkan dapat mendukung pencapaian target jumlah turis asing yang berkunjung ke Indonesia dalam tahun 2007 sebanyak 6 juta orang. Pada triwulan I tahun 2007, sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh sebesar 8,5 persen. Sementara itu, sektor pertanian dalam semester I tahun 2007 diperkirakan tumbuh sekitar 1,9 persen, lebih rendah dari pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2006. Melambatnya pertumbuhan sektor pertanian tersebut sebagai dampak rendahnya pertumbuhan pada triwulan I tahun 2007 sebesar minus 0,5 persen, yang dikarenakan oleh bergesernya pola tanam akibat kemarau panjang sehingga panen raya bergeser ke bulan April - Mei 2007. Selain itu, produksi padi diperkirakan belum dapat melebihi produksi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan produksi ini akibat berkurangnya luas sawah dan banjir di beberapa daerah yang menyebabkan rusaknya areal persawahan. Peningkatan pertumbuhan diperkirakan juga terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi, yaitu 12,1 persen dalam semester I tahun 2007. Hal ini terutama didukung oleh meningkatnya aktivitas angkutan barang di sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, serta semakin maraknya perkembangan teknologi dan berbagai inovasi di bidang komunikasi. Pada triwulan I tahun 2007 sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan paling tinggi yaitu sebesar 11,1 persen, yang antara lain didukung oleh semakin tingginya mobilitas masyarakat dan inovasi di bidang komunikasi. Sebaliknya subsektor pengangkutan mengalami pertumbuhan negatif 0,36 persen, yang terkait dengan banyaknya kecelakaan transportasi, sehingga mengurangi minat masyarakat menggunakan moda transportasi. Laporan Semester I Tahun 2007 I-5

Bab I Perkembangan Ekonomi Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2007 Sektor pertambangan dan galian diperkirakan tumbuh sebesar 3,9 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan periode yang sama tahun 2006 sebesar 3,3 persen. Peningkatan pertumbuhan sektor pertambangan tersebut antara lain didukung oleh peningkatan produksi pada subsektor pertambangan, seperti nikel, batubara, tembaga, dan batubara. Selain itu, perbaikan pertumbuhan sektor ini juga didorong oleh program pemerintah tentang percepatan pengembangan 11 proyek tambang yang selama ini terhambat oleh aturan kehutanan. Pertumbuhan sektor pertambangan dan galian pada semester I tersebut sudah mempertimbangkan realisasi pertumbuhan pada triwulan I tahun 2007 yang mencapai 5,6 persen, yang antara lain didukung oleh tingginya pertumbuhan subsektor pertambangan bukan migas. Sektor bangunan dalam semester I tahun 2007 diperkirakan tumbuh sebesar 8,7 persen, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada semester I tahun 2006, yaitu sebesar 8,1 persen. Pada triwulan I tahun 2007, sektor bangunan mengalami pertumbuhan tertinggi kedua setelah sektor pengangkutan yaitu sebesar 9,3 persen. Banyaknya pembangunan infrastruktur dan properti, seperti jalan tol, jalan layang, perkantoran dan perumahan, serta lahan industri menjadikan kinerja sektor bangunan maju pesat. Hal ini juga didukung dengan menurunnya suku bunga perbankan. Sementara itu, menurunnya suku bunga perbankan dan meningkatnya kegiatan ekonomi dalam tahun 2007 diperkirakan akan mendorong pertumbuhan sektor keuangan. Dalam semester I tahun 2007, sektor keuangan diperkirakan tumbuh sebesar 6,1 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan semester I tahun 2006 sebesar 5,5 persen. Pada triwulan I tahun 2007 sektor keuangan tumbuh 7,1 persen. Laju Inflasi Peningkatan permintaan sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih dapat diimbangi dengan perbaikan yang terjadi pada sisi penawaran, sehingga tidak banyak memberikan tekanan terhadap inflasi inti. Selain itu, tidak adanya rencana Pemerintah untuk menaikkan harga kelompok barang-barang strategis, khususnya BBM dan TDL, menyebabkan rendahnya tekanan inflasi komponen barang-barang yang harganya ditetapkan pemerintah (administered goods). Grafik I.5 Perkembangan Inflasi (%) Memasuki tahun 2007, terjadi banjir di beberapa daerah yang menyebabkan arus distribusi barang menjadi sedikit terhambat. Hal tersebut telah menyebabkan beberapa harga kebutuhan pokok, seperti beras dan gula pasir mengalami peningkatan. Harga beras yang pada akhir tahun 2006 hanya sekitar Rp4.832/kg meningkat menjadi Rp5.383/kg pada Februari 2007, namun dalam bulan Maret kembali menurun hingga mencapai sekitar Rp5.334/ kg. Hal tersebut menyebabkan inflasi pada bulan Januari dan Februari cukup tinggi, yaitu sebesar 1,04 persen dan 0,62 persen. Dengan mulainya panen dan adanya operasi pasar di beberapa daerah menyebabkan harga beras secara bertahap mulai turun menjadi Rp5.032/kg, sehingga tekanan inflasi 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Jan Feb Mar y-o-y Administered Core Volatile Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei 2006 2007 I-6 Laporan Semester I Tahun 2007

Perkembangan Ekonomi Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2007 Bab I pada semester I tahun 2007 semakin menurun. Sampai dengan Mei 2007 inflasi y-o-y mencapai 6,01 persen, lebih rendah dari inflasi periode yang sama tahun 2006 sebesar 15,59 persen. Sementara itu, inflasi inti pada periode tersebut mencapai 5,62 persen, inflasi barang-barang yang harganya diatur pemerintah (administered goods) mencapai 2,55 persen, dan inflasi barang-barang yang harganya bergejolak (volatile food) sebesar 11,79 persen. Dilihat dari kelompok pengeluaran, inflasi kumulatif tertinggi sampai dengan Mei 2007 terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman dan rokok (2,76 persen); kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (2,44 persen); kelompok bahan makanan (1,97 persen); kelompok kesehatan (1,89 persen); kelompok sandang (1,55 persen); kelompok transpor dan komunikasi (0,56 persen); dan kelompok pendidikan (0,33 persen). Sementara itu, dilihat dari inflasi kota, dari 45 kota yang disurvei, inflasi tertinggi terjadi di Jayapura (5,53 persen), sementara deflasi terbesar terjadi di Bengkulu Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Kesehatan Pendidikan Transpor & Kom Grafik I.7 Inflasi Kumulatif Jan-Mei 2007 Berdasarkan Kelompok Pengeluaran 0,33 0,56 (1,21 persen). Perkembangan laju inflasi, perkembangan harga beras dan gulapasir, serta inflasi kumulatif dapat dilihat masing-masing pada Grafik I.5, grafik I.6, dan Grafik 1.7. Dengan mencermati perkembangan yang terjadi dan relatif terkendali tingkat harga-harga barang kebutuhan masyarakat, serta tidak adanya kenaikan dalam administered goods diharapkan inflasi dalam semester I tahun 2007 akan mencapai 6,1 persen (y-o-y) atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai 15,53 persen. Rp/kg 7000 6500 6000 5500 5000 4500 4000 Jan Feb Sandang Mar Grafik I.6 Perkembangan Harga Beras dan Gula Pasir Beras Apr May Jun Gula Pasir Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun 2006 2007 1,55 1,97 1,89 2,76 2,44 0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 persen Nilai Tukar Rupiah Apresiasi nilai tukar rupiah sejak semester II tahun 2006 terus berlanjut dalam tahun 2007. Dalam semester I tahun 2007 nilai tukar rupiah secara rata-rata diperkirakan mencapai Rp9.050 per US$, menguat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang rata-rata mencapai Rp9.200 per US$. Rupiah yang sampai dengan awal Mei masih diperdagangkan pada kisaran di atas Rp9.000 per US$, memasuki minggu kedua bulan Mei mengalami apresiasi, bahkan pernah menembus level Rp8.672 per US$ pada 23 Mei 2007. Apresiasi nilai tukar rupiah ini terutama didukung oleh faktor-faktor fundamental, yang antara lain tercermin pada masih tingginya surplus neraca pembayaran yang bersumber dari suplus Laporan Semester I Tahun 2007 I-7

Bab I Perkembangan Ekonomi Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2007 pada transaksi berjalan terkait dengan meningkatnya ekspor, serta surplus neraca modal dan sektor finansial yang bersumber dari meningkatnya arus modal masuk investasi langsung atau foreign direct investment (FDI) dan investasi portofolio seperti SBN, SBI dan saham. Grafik I.8 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS 9.400 Jumlah cadangan devisa sampai dengan akhir Mei 9.600 2007 mencapai US$50,1 miliar, atau meningkat US$7,5 miliar dibandingkan dengan posisi 9.800 cadangan devisa akhir tahun 2006 sebesar 10.000 US$42,6 miliar. Selain itu, penguatan rupiah juga didorong oleh masih menariknya tingkat imbal hasil rupiah dibandingkan dengan imbal hasil mata uang kawasan regional. Tetap terjaganya imbal hasil rupiah ini tercermin pada relatif stabilnya yield spread, serta menurunnya premi swap. 8.600 8.800 9.000 9.200 2006 2007 Suku Bunga SBI 3 Bulan Dengan tetap terjaganya tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah, suku bunga SBI 3 bulan dalam semester I tahun 2007 terus menurun dari 9,5 persen akhir tahun 2006 menjadi 7,83 persen pada Juni 2007. Dengan perkembangan tersebut, dalam semester I tahun 2007 rata-rata suku bunga SBI 3 bulan mencapai 8,0 persen atau mengalami penurunan yang cukup berarti (460 basis poin) dibandingkan rata-rata dalam periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 12,6 persen. Penurunan suku bunga ini sejalan dengan penurunan BI Rate yang mencapai 8,5 persen pada Juni 2007, dan relaksasi beberapa ketentuan perbankan. Hal ini diharapkan dapat mendorong fungsi intermediasi perbankan dalam mendukung kebangkitan sektor riil. Penurunan suku bunga BI Rate dan SBI ini diikuti pula oleh menurunnya suku bunga deposito 1 bulan, suku bunga kredit investasi, suku bunga kredit modal kerja dan suku bunga kredit konsumsi. Penurunan suku bunga ini diikuti pula oleh membaiknya kinerja perbankan, yang antara lain tercermin pada meningkatnya total aset, jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh perbankan dan jumlah kredit yang disalurkan. persen 18% 17% 16% 15% 14% 14 13 12 11 10 9 8 7 6 Grafik I.9 Perkembangan SBI 3 Bulan dan BI Rate Jan Jan Feb Feb Mar BI Rate SBI 3 Bulan Apr Mei jun Jul Agst Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei 2006 2007 Grafik I.10 Perkembangan Suku Bunga Kredit Mar KK KI KMK Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar 2006 2007 Apr I-8 Laporan Semester I Tahun 2007

Perkembangan Ekonomi Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2007 Bab I Total aset industri perbankan pada April 2007 mencapai Rp1.713,1 triliun, atau 1,16 persen lebih tinggi dari total aset tahun 2006. Sementara itu, kredit bermasalah (non-performing loan, NPL) menurun dari 7 persen pada akhir 2006 menjadi 6,7 persen pada April 2007. Meskipun suku bunga perbankan mengalami penurunan, namun DPK yang berhasil dihimpun sedikit meningkat hingga mencapai Rp1.299,8 triliun. Peningkatan juga terjadi pada penyaluran kredit perbankan yang meningkat 2,7 persen dari akhir tahun 2006, sehingga menjadi Rp855,4 triliun. Dengan kondisi tersebut, LDR sedikit meningkat, namun masih dibawah harapan dan potensi yang ada. Perkembangan suku bunga SBI dan bunga perbankan dapat dilihat pada Grafik I.9 dan Grafik I.10. Harga Minyak Mentah Internasional Sementara itu, tingkat harga minyak di pasar internasional dalam tahun 2007 diperkirakan masih tetap tinggi meskipun cenderung menurun. Relatif tingginya harga minyak ini terutama dipengaruhi oleh faktor fundamental akibat masih tingginya volume permintaan dibandingkan pasokan. Kondisi ini lebih lanjut mempengaruhi harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian crude oil, ICP). Selama lima bulan pertama 2007, ICP cenderung meningkat dari US$52,81 per barel pada Januari menjadi US$68,6 per barel pada Mei 2007. Dengan Grafik I.11 Perkembangan Harga Minyak Mentah Internasional demikian, rata-rata harga minyak dalam semester I (Desember 2006 Mei 2007) mencapai sebesar US$61,43 per barel. Di lain pihak, realisasi lifting minyak mentah Indonesia dalam tahun 2007 diperkirakan mencapai 0,950 juta barel per hari, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan realisasi lifting minyak tahun 2006. Penurunan ini antara lain dikarenakan sumur-sumur minyak baru diperkirakan akan beroperasi secara optimal pada tahun 2008, sementara sumur-sumur yang ada mengalami natural declining. US$/barel 80 70 60 50 40 Des Jan Feb Mar OPEC ICP Dated Brent WTI Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei 2005 2006 2007 Neraca Pembayaran Perkembangan neraca pembayaran dalam semester I tahun 2007 dilatarbelakangi oleh tetap kuatnya perkembangan perekonomian dunia, relatif masih cukup tingginya volume perdagangan dunia, dan cenderung masih tingginya harga-harga internasional. Selain itu, berbagai kebijakan yang diambil pemerintah juga turut mewarnai perkembangan neraca pembayaran. Kuatnya posisi neraca pembayaran tersebut juga disebabkan kondisi ekonomi makro yang tetap terjaga yang pada gilirannya akan memperkuat stabilitas ekonomi makro. Dalam semester I tahun 2007 realisasi neraca pembayaran diperkirakan mengalami surplus sebesar US$6,9 miliar. Surplus tersebut bersumber dari surplus transaksi berjalan sebesar US$6,5 miliar dan neraca modal sebesar US$0,4 miliar. Surplus neraca berjalan tersebut sedikit meningkat dibanding Laporan Semester I Tahun 2007 I-9

Bab I Perkembangan Ekonomi Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2007 semester yang sama tahun 2006 yang mencapai US$6,8 miliar. Dari sisi neraca modal, penurunan surplus dikarenakan oleh pembayaran utang luar negeri sektor perbankan dan korporasi yang sudah jatuh tempo. Neraca Transaksi Berjalan (Current Account) Realisasi surplus neraca berjalan dalam semester I tahun 2007 diperkirakan meningkat menjadi US$6,5 miliar dibanding surplus periode yang sama tahun lalu sebesar US$4,5 miliar. Peningkatan surplus tersebut bersumber dari peningkatan ekspor, terutama peningkatan ekspor nonmigas. Sementara itu, realisasi impor juga diperkirakan meningkat, terutama impor nonmigas, seiring dengan peningkatan kegiatan perekonomian domestik. Defisit jasa pendapatan investasi dan freight dalam semester I tahun 2007 diperkirakan naik sejalan dengan meningkatnya kegiatan investasi asing baik investasi langsung maupun portofolio (pasar modal). Nilai ekspor dalam semester I tahun 2007 diperkirakan mencapai US$55,2 miliar, meningkat 13,3 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ekspor tersebut bersumber dari peningkatan ekspor nonmigas sebesar 20,3 persen, yakni dari US$37,3 miliar menjadi US$44,9 miliar. Sementara itu, ekspor migas mengalami kontraksi sebesar 9,5 persen menjadi US$10,3 miliar, sebagai dampak harga minyak internasional yang diperkirakan lebih rendah dari tahun sebelumnya. Peningkatan ekspor nonmigas terutama disebabkan oleh kecenderungan meningkatnya harga komoditas internasional, seperti CPO, karet, batu bara, dan kakao. Secara sektoral, ekspor nonmigas masih didominasi oleh ekspor hasil industri yang diikuti oleh sektor pertambangan dan ekspor barang hasil-hasil pertanian. Realisasi impor dalam semester I tahun 2007 diperkirakan mencapai US$38,2 miliar atau naik 8,9 persen dibandingkan realisasinya dalam semester I tahun 2006. Kenaikan impor tersebut bersumber dari kenaikan impor nonmigas sebesar 15,8 persen menjadi US$31,7 miliar, sementara impor migas turun sebesar 15,8 persen menjadi US$6,5 miliar. Peningkatan impor nonmigas bersumber dari meningkatnya impor barang modal dan bahan baku, yang mengindikasikan terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi di dalam negeri, baik kegiatan produksi maupun investasi. Dari sisi transaksi jasa-jasa, upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan sektor kepariwisataan nampak mulai membuahkan hasil. Penerimaan devisa dari jasa-jasa pariwisata diperkirakan meningkat sebesar 10,4 persen. Namun demikian, sektor jasa-jasa masih mengalami defisit US$10,5 miliar, meningkat 14,6 persen dibanding realisasi defisit semester I tahun lalu. Peningkatan defisit bersumber dari naiknya ongkos angkut, dan pendapatan investasi asing, masing-masing sebesar 21,9 persen dan 4,9 persen menjadi US$2,9 miliar dan US$7,2 miliar. Meningkatnya pendapatan investasi pihak asing tersebut terkait dengan meningkatnya investasi asing, baik di pasar modal maupun investasi langsung, sementara peningkatan ongkos angkut sejalan dengan meningkatnya impor barang. Neraca Lalu Lintas Modal Dalam semester I tahun 2007 surplus neraca modal mengalami penurunan dibanding realisasinya dalam semester I tahun sebelumnya. Bila dalam semester I tahun 2006, neraca modal surplus sebesar US$2,3 I-10 Laporan Semester I Tahun 2007

Perkembangan Ekonomi Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2007 Bab I miliar, maka dalam semester I tahun 2007 surplus tersebut lebih rendah menjadi US$0,4 miliar, karena penurunan baik surplus neraca sektor publik maupun swasta. Penurunan surplus di sektor publik diperkirakan terkait dengan masih rendahnya penarikan pinjaman luar negeri, sedangkan realisasi pembayaran kembali cicilan pokok utang diperkirakan cukup tinggi. Dalam semester I tahun 2007 pemerintah juga memutuskan untuk membubarkan consultative group of Indonesia (CGI), mengingat peranan CGI yang tidak lagi dibutuhkan dalam menutup pembiayaan defisit sebagai sumber pembiayaan luar negeri. Meski terjadi kenaikan dalam investasi portofolio, secara keseluruhan lalu lintas modal sektor swasta dalam semester I tahun 2007 mengalami penurunan dibanding semester I tahun 2006, terutama disebabkan meningkatnya kewajiban pembayaran kembali utang luar negeri sektor perbankan dan korporasi. Investasi langsung neto diperkirakan menurun menjadi US$0,639 miliar dari US$1,2 miliar. Hal ini disebabkan besarnya outflow investasi Indonesia. Investasi asing langsung (FDI) mengalami kenaikan dari US$2,4 miliar pada semester I tahun lalu menjadi US$2,6 miliar dalam semester I tahun 2007. Sementara itu, realisasi investasi portofolio diperkirakan meningkat menjadi US$0,2 miliar dalam semester I tahun 2007 dibandingkan defisit US$0,4 miliar dalam semester I tahun 2006. Perbaikan iklim investasi yang semakin nyata dengan telah disahkannya undang-undang penanaman modal yang menggantikan Undang-undang PMA dan PMDN telah memicu kenaikan investasi langsung. Sementara masih bergairahnya investor asing di pasar modal terkait dengan masih cukup besarnya potential gain yang diperoleh para investor asing di pasar modal, telah memicu kenaikan investasi di pasar modal. Dari sisi transaksi surat berharga negara (SBN), terjadi peningkatan yang cukup berarti yang mencerminkan kepercayaan investor terhadap kebijakan fiskal yang diambil pemerintah. Net buying SBN oleh investor asing sampai dengan Mei 2007 menunjukkan angka sebesar Rp27,4 triliun. Kepercayaan masyarakat asing terhadap pasar modal juga relatif stabil, ditunjukkan dengan relatif tingginya transaksi asing dalam pembelian saham. Pemerintah akan terus meningkatkan kepercayaan investor asing di pasar modal, dengan terus menyempurnakan aturan-aturan yang berlaku di pasar modal seperti penerapan good corporate governance yang semakin efektif dan penegakkan hukum yang lebih tegas di pasar modal. Dengan berbagai upaya tersebut, minat investor asing terhadap instrumen investasi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup baik. Setelah net buying oleh pihak asing terhadap saham-saham di BEJ mengalami penurunan di bulan Februari 2006 (turun dari Rp10,7 triliun pada Januari 2006 menjadi Rp2,2 triliun), sejalan dengan perbaikan kondisi ekonomi dalam negeri, nilai tersebut mulai meningkat. Pada bulan April dan Mei 2007 (sampai tanggal 18 Mei), besarnya net buying oleh investor asing masing-masing mencapai Rp3,3 triliun dan Rp5,7 triliun. Tren serupa juga ditunjukan oleh perkembangan net buying oleh investor asing terhadap instrumen surat berharga negara. Selama triwulan I hingga triwulan III tahun 2006, net buying terhadap SBN menunjukkan volatilitas yang cukup besar. Semenjak kuartal IV tahun 2006, volatilitas tersebut semakin kecil dengan tren yang meningkat. Pada bulan Mei 2007, nilai net Laporan Semester I Tahun 2007 I-11

Bab I Perkembangan Ekonomi Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2007 buying SUN mencapai Rp12,1 triliun dengan nilai kumulatif selama Januari hingga Mei 2007 mencapai Rp27,4 triliun. Dalam semester I tahun 2007 diperkirakan nilai kumulatif net buying mencapai Rp21,8 triliun, lebih tinggi 26,2 persen dibanding periode yang sama tahun 2006. Sementara itu, net buying oleh pihak asing terhadap SBI mengalami volatilitas yang masih relatif tinggi dibanding dengan SUN dan pasar modal. Pada semester I tahun 2007, net buying mengalami tren menurun seiring dengan penurunan BI Rate. Dalam perkembangan selanjutnya, net buying terhadap SBI mulai meningkat namun masih dengan volatilitas yang relatif besar. Perkembangan net buying non resident dapat dicermati dalam grafik dibawah ini. Dengan perkembangan tersebut diatas, secara keseluruhan lalu lintas modal sektor swasta dalam semester I tahun 2007 diperkirakan masih mengalami defisit sebesar US$0,6 miliar, lebih rendah dibanding dengan semester I tahun 2006 yang surplus sebesar US$1,1 miliar. Dengan perkembangan tersebut di atas, posisi cadangan devisa dalam semester I 2007 diperkirakan meningkat sebesar US$48,9 miliar, lebih tinggi dibandingkan realisasi posisi cadangan devisa semester I tahun 2006 yang mencapai US$40,1 miliar. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai kegiatan 4,8 bulan impor dan pembayaran cicilan utang luar negeri pemerintah. Prognosis Ekonomi Indonesia Semester II Tahun 2007 Pertumbuhan Ekonomi Dalam semester II tahun 2007, prospek perekonomian Indonesia diperkirakan membaik seiring dengan tetap terjaganya stabilitas ekonomi dan stimulus fiskal dalam rangka mendukung pembiayaan pembangunan proyek-proyek infrastruktur. Sementara itu, dari sisi eksternal, masih tingginya pertumbuhan ekonomi Cina dan India, meningkatnya pertumbuhan ekonomi Jepang, dan masih tingginya ekses likuiditas dunia memberikan peluang bagi peningkatan ekspor dan arus masuk investasi asing. Kondisi tersebut diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dalam semester II tahun 2007 dari realisasi pertumbuhan ekonomi dalam semester yang sama tahun sebelumnya, yakni dari 6,0 persen menjadi 6,6 persen. Dengan kondisi tersebut, asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen pada tahun 2007 diperkirakan akan dapat dicapai. Pertumbuhan PDB menurut Permintaan agregat Konsumsi Dari sisi permintaan, konsumsi masyarakat dalam semester II tahun 2007 diperkirakan menguat dibanding semester II tahun lalu. Hal ini sejalan dengan membaiknya daya beli masyarakat terkait dengan meningkatnya pendapatan riil masyarakat. Peningkatan pendapatan riil masyarakat tersebut sebagai hasil dari terjaganya stabilitas perekonomian, terutama stabilitas harga-harga, menurunnya suku bunga domestik, meningkatnya realisasi belanja pemerintah, meningkatnya UMR, meningkatnya kegiatan investasi dan ekspor, serta berjalannya berbagai program dan proyek pemerintah, seperti program revitalisasi pertanian, perkebunan, kehutanan, dan peternakan. Peningkatan pendapatan masyarakat I-12 Laporan Semester I Tahun 2007

Perkembangan Ekonomi Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2007 Bab I tersebut sejalan dengan tekad pemerintah dalam upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan secara konsisten dan bertahap. Dengan berbagai faktor positif tersebut, dalam semester II tahun 2007 konsumsi masyarakat diperkirakan tumbuh sebesar 5,6 persen, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan dalam semester yang sama tahun lalu yang mencapai 3,4 persen. Salah satu prasyarat penting untuk meningkatkan konsumsi secara signifikan tersebut adalah meningkatnya penyerapan tenaga kerja, sehingga tingkat pengangguran maupun porsi tenaga kerja, yang bekerja di sektor infomal dapat menurun secara signifikan. Secara keseluruhan, dalam tahun 2007 pertumbuhan konsumsi masyarakat diperkirakan mencapai 5,1 persen, meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar 3,2 persen. Proyeksi PDB tahun 2006-2007 dapat dilihat pada Tabel I.2. Tabel I.2 Proyeksi PDB tahun 2006-2007 menurut Pengeluaran 2006 2007 I II Total I II Total GDP 5,0 6,0 5,5 5,9 6,6 6,3 Konsumsi 4,7 3,2 3,9 4,9 6,3 5,6 Swasta 3,0 3,4 3,2 4,7 5,6 5,1 Pemerintah 20,5 2,0 9,6 6,6 11,1 8,9 PMTB 1,1 4,7 2,9 9,9 14,6 12,3 Ekspor Barang dan Jasa 11,4 7,1 9,2 9,3 10,6 9,9 Impor Barang dan Jasa 5,2 9,9 7,6 12,3 15,9 14,2 Investasi Dalam semester II tahun 2007, kegiatan investasi diperkirakan lebih tinggi dibanding semester yang sama tahun lalu. Kecenderungan penurunan suku bunga, stabilnya nilai tukar rupiah, terkendalinya laju inflasi, pencairan belanja modal pemerintah, dan telah disahkannya Undang-undang Penanaman Modal yang baru (UU Nomor 25 tahun 2007) diperkirakan akan dapat meningkatkan kegiatan investasi. Peningkatan kegiatan investasi tersebut juga didukung oleh percepatan pembangunan infrastruktur yang menjadi tekad pemerintah dalam tahun 2007. Selain itu, membaiknya kegiatan investasi juga sebagai dampak dari makin berperannya fungsi intermediasi perbankan sebagai hasil dari dilaksanakannya program reformasi sektor finansial. Meningkatnya kegiatan investasi tersebut konsisten dengan perkiraan meningkatnya impor barang modal dalam semester II tahun 2007. Mencermati hal-hal tersebut, dalam semester II tahun 2007 pertumbuhan investasi diperkirakan mencapai 14,6 persen, atau lebih tinggi dibandingkan semester II tahun lalu yang mencapai 4,7 persen. Dengan perkembangan tersebut, secara keseluruhan investasi dalam tahun 2007 diperkirakan tumbuh 12,3 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar 2,9 persen. Ekspor Barang dan Jasa Perkembangan harga-harga internasional dalam semester II tahun 2007 diperkirakan lebih rendah dibandingkan semester yang sama tahun lalu, meskipun diperkirakan masih cukup tinggi. Relatif masih Laporan Semester I Tahun 2007 I-13

Bab I Perkembangan Ekonomi Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2007 cukup tingginya harga internasional masih menarik bagi eksportir, terutama CPO, karet, kakao dan beberapa bahan tambang, seperti batubara. Demikian pula dengan masih kuatnya permintaan dunia, terutama dari India dan Cina menyebabkan pertumbuhan volume perdagangan dunia masih cukup tinggi. Sementara itu, pasar ekspor baru semakin terbuka seperti Afrika Selatan, Timur Tengah dan negara- negara bekas Uni Soviet, sehingga para eksportir dalam memasarkan produknya tidak hanya terpaku pada pasar tradisional saja, namun juga mulai melakukan berbagai terobosan ke pasar nontradisional. Dengan perkiraan tersebut, pertumbuhan ekspor barang dan jasa dalam semester II tahun 2007 diperkirakan masih lebih tinggi dibandingkan semester yang sama tahun yang lalu, yakni 10,6 persen dibandingkan dengan 7,1 persen, dan dalam tahun 2007 ekspor barang dan jasa diperkirakan tumbuh sebesar 9,9 persen. Di sisi impor, sebagai implikasi logis dari meningkatnya pendapatan masyarakat, meningkatnya investasi dan ekspor, kebutuhan untuk bahan baku dan barang modal juga semakin meningkat. Impor mengalami pertumbuhan yang cukup berarti dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri atas bahan baku dan barang modal guna kegiatan investasi dan produksi. Pertumbuhan impor tersebut juga didukung oleh stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Dalam semester II tahun 2007 impor barang dan jasa diperkirakan mencapai 15,9 persen atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan semester yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 9,9 persen. Berdasarkan perkembangan tersebut, impor barang dan jasa dalam tahun 2007 diperkirakan tumbuh 14,2 persen. Pertumbuhan PDB per Sektoral Dengan menguatnya kegiatan perekonomian dari sisi demand dan meningkatnya pendapatan riil masyarakat, kegiatan perekonomian dari sisi supply (sektoral) juga diperkirakan meningkat. Dari sisi sektoral terdapat indikasi pertumbuhan sektor manufaktur sudah mulai menjadi pemicu percepatan pertumbuhan perekonomian nasional. Selain itu, pertumbuhan sektor pertanian juga memperlihatkan gambaran yang cukup optimistis. Berbagai kebijakan yang telah, sedang dan akan diambil pemerintah selama ini dalam rangka mendorong kegiatan perekonomian, baik disisi demand maupun supply diharapkan membuahkan hasil yang lebih nyata dalam semester II tahun 2007. Dalam semester II tahun 2007, dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dimotori oleh pertumbuhan sektor pertanian dan manufaktur. Sektor pertanian yang sumbangannya masih cukup tinggi (sekitar 14 persen dari PDB nasional) diperkirakan mencapai pertumbuhan yang cukup berarti, terutama ditopang oleh pertumbuhan di subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan dan subsektor peternakan. Pertumbuhan yang diperkirakan cukup tinggi di subsektor tanaman bahan makanan, terkait dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi makanan, terutama padi sebesar 2 juta ton untuk mengurangi ketergantungan kebutuhan pangan nasional terhadap beras impor. Peningkatan produksi subsektor perkebunan diantaranya diupayakan melalui pemberian subsidi bunga sebesar Rp1 triliun kepada petani plasma yang mengajukan kredit pengembangan energi nabati dan revitalisasi perkebunan kepada perbankan. Sementara itu, peningkatan produksi padi untuk memenuhi target yang ditetapkan akan diupayakan pemerintah melalui perbaikan sarana produksi padi, seperti harga benih yang lebih murah, subsidi bibit untuk 8,2 juta hektar lahan, dan perbaikan saluran irigasi. Dengan perkiraan tersebut pertumbuhan sektor pertanian diharapkan mencapai 3,4 persen lebih tinggi dibandingkan semester yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,1 persen. I-14 Laporan Semester I Tahun 2007

Perkembangan Ekonomi Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2007 Bab I Sektor manufaktur merupakan sektor terbesar kontribusinya dalam pembentukan PDB. Dalam tahun 2006 sektor tersebut menyumbang sekitar 28,05 persen dari PDB. Dalam semester II tahun 2007, pertumbuhan sektor manufaktur diperkirakan mencapai sekitar 8,6 persen, lebih tinggi dibandingkan semester yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,9 persen. Pertumbuhan sektor manufaktur yang lebih tinggi dibandingkan semester II tahun 2006 yang lalu, tersebut disamping dipicu oleh penurunan biaya produksi karena cenderung menurunnya suku bunga dan terkendalinya tingkat inflasi, juga karena membaiknya daya beli masyarakat akibat meningkatnya pendapatan masyarakat terkait dengan kenaikan gaji dan UMR, sehingga menciptakan penawaran baru barang-barang hasil industri yang dibutuhkan oleh masyarakat. Diluar beberapa sektor utama tersebut, sektor yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan tertinggi dalam semester II adalah sektor transportasi dan komunikasi sebesar 15,1 persen, dengan semakin meningkatnya jumlah penumpang pada berbagai jenis angkutan, dan terkait dengan hari raya Lebaran serta Natal 2007. Sektor konstruksi mengalami pertumbuhan 9,9 persen karena masih stabilnya suku bunga perbankan. Sementara sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta listrik, gas dan air, masing masing tumbuh sebesar 6,7 dan 5,3 persen. Proyeksi PDB tahun 2006-2007 menurut sektor disajikan dalam Tabel I.3. Tabel I.3 Proyeksi PDB tahun 2006-2007 menurut Sektor Uraian 2006 2007 SI SII Total SI SII Total GDP (%,y.o.y) 5,0 6,0 5,5 5,9 6,6 6,3 Pertanian 3,9 2,1 3,0 1,9 3,4 2,7 Pertambangan dan Galian 3,3 1,1 2,2 3,9 1,8 2,9 Manufaktur 3,3 5,9 4,6 5,8 8,6 7,2 Listrik, Gas and Air bersih 4,8 6,9 5,9 7,0 5,3 6,2 Bangunan 8,1 9,8 9,0 8,7 9,9 9,4 Perdagangan, Hotel & Restoran 4,9 7,3 6,1 7,3 6,7 7,0 Transportasi dan Komunikasi 12,4 14,8 13,6 12,1 15,1 13,7 Keuangan 5,5 5,8 5,6 6,1 5,7 6,0 Jasa-jasa 6,0 6,4 6,2 5,3 3,2 4,2 Inflasi Inflasi pada semester II tahun 2007 diperkirakan mencapai 6,5 persen (y-o-y), sedikit meningkat dibandingkan inflasi pada semester sebelumnya. Hal ini terkait dengan meningkatnya biaya pendidikan pada awal semester II, gaji ke-tiga belas pada bulan Juni, dan meningkatnya permintaan bahan kebutuhan pokok masyarakat terkait dengan adanya hari raya keagamaan (Lebaran dan Natal), serta meningkatnya tarif spesifik rokok antara Rp3 Rp7 per batang. Sampai dengan akhir tahun 2007, laju inflasi diperkirakan sekitar 6,5 persen (y-o-y). Laporan Semester I Tahun 2007 I-15

Bab I Perkembangan Ekonomi Semester I dan Prognosis Semester II Tahun 2007 Nilai Tukar Nilai tukar rupiah dalam semester II tahun 2007 diperkirakan sedikit berfluktuasi dengan volatilitas yang rendah. Meningkatnya permintaan valas untuk memenuhi kewajiban pembayaran luar negeri diperkirakan dapat diimbangi oleh meningkatnya ekspor nonmigas dan masuknya modal asing. Dalam semester II tahun 2007, nilai tukar rupiah diperkirakan berada pada kisaran Rp9.150 Rp9.200 per US$, sehingga asumsi nilai tukar rupiah rata-rata Rp9.300 per US$ dalam APBN 2007 optimis dapat dicapai, bahkan dapat lebih rendah dari yang diperkirakan. Suku Bunga SBI 3 bulan Menurunnya ekspektasi inflasi kedepan, relatif stabilnya nilai tukar rupiah, dan membaiknya perkembangan pasar modal yang dicerminkan oleh meningkatnya IHSG, telah mendorong otoritas moneter melonggarkan kebijakan moneternya, melalui penurunan suku bunga BI Rate. BI Rate yang pada bulan Juni 2007 berada pada level 8,5 persen, pada semester II tahun 2007 diperkirakan menurun, walaupun penurunannya relatif kecil, mengingat masih tingginya suku bunga Fed Fund Rate dan meningkatnya suku bunga di Jepang. Penurunan BI Rate ini direfleksikan oleh menurunnya suku bunga SBI 1 bulan dan SBI 3 bulan. Dalam semester II tahun 2007 suku bunga SBI 3 bulan diperkirakan sedikit lebih rendah dari semester I, sehingga selama tahun 2007, rata-rata suku bunga SBI 3 bulan diperkirakan mencapai sekitar 8 persen, atau lebih rendah dari yang diasumsikan dalam APBN sebesar 8,5 persen. Rendahnya suku bunga SBI 3 bulan ini antara lain disebabkan rendahnya minat investor menanamkan modalnya pada SBI 3 bulan, dan semakin jarangnya waktu lelang dari satu bulan sekali menjadi tiga bulan sekali. Ke depan, suku bunga SBI 3 bulan ini akan digantikan oleh surat perbendaharaan negara (SPN). Harga Minyak Internasional Harga minyak diperkirakan masih relatif tinggi terkait dengan masih tingginya permintaan minyak dari Cina dan India disatu sisi, dan di sisi lainnya menurunnya spare capacity produksi minyak dunia diperkirakan masih berpengaruh terhadap tingginya harga minyak dunia. Dalam semester II tahun 2007 harga minyak diperkirakan mencapai sekitar US$58,6 per barel. Lifting minyak mentah Indonesia dalam tahun 2007 diperkirakan sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan sumur-sumur baru belum beroperasi secara optimal, sementara sumursumur yang ada mengalami natural declining. Dengan memperhatikan realisasi sampai dengan semester I dan perkiraan semester II dalam tahun 2007, rata-rata lifting minyak mentah Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 0,950 juta barel per hari. Neraca Pembayaran I-16 Laporan Semester I Tahun 2007