STUDI PENERAPAN METODE ANALISIS DERIVATIF PADA DATA POTENSIAL GRAVITASI

dokumen-dokumen yang mirip
V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

PEMODELAN SINTETIK GRADIEN GAYABERAT UNTUK IDENTIFIKASI SESAR

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

Identifikasi Struktur Patahan Daerah Panas Bumi Menggunakan Metode Gayaberat dengan Metode Euler Deconvolution dan Second Vertical Derivative

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.

BAB III METODE PENELITIAN

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

Unnes Physics Journal

Identifikasi Zona Patahan di Sebelah Barat Gunung Api Seulawah Agam Berdasarkan Nilai Anomali Gravitasi

Analisis dan Pemodelan Inversi 3D Struktur Bawah Permukaan Daerah Panas Bumi Sipoholon Berdasarkan Data Gaya Berat

UNIVERSITAS INDONESIA IDENTIFIKASI BASIN DAN PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA GAYABERAT (STUDI KASUS CEKUNGAN SUMATERA SELATAN)

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

BAB I PENDAHULUAN. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi

GEOMETRI BATUAN DASAR (BASEMENT) DAERAH SERANG BANTEN BERDASARKAN DATA GAYABERAT BASEMENT GEOMETRY OF SERANG BANTEN BASED ON GRAVITY DATA

ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE GRID TERATUR DAN GRID ACAK

Pengaruh Pola Kontur Hasil Kontinuasi Atas Pada Data Geomagnetik Intepretasi Reduksi Kutub

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

Albert Wenanta 1, Piter Lepong 2. Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul Periode Maret 2016, Samarinda, Indonesia ISBN:

Abstrak. Abstract. Kata kunci: Anomali Gravitasi; pemodelan ke depan; pemodelan Inversi

Identifikasi Struktur Lapisan Bawah Permukaan Daerah Potensial Mineral dengan Menggunakan Metode Gravitasi di Lapangan A, Pongkor, Jawa Barat

MODEL SISTEM PANAS BUMI BERDASARKAN DATA GRAVITY PADA DAERAH SONGA - WAYAUA, PULAU BACAN, MALUKU UTARA

BAB III METODE PENELITIAN

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

PEMODELAN ANOMALI GRAVITASI MENGGUNAKAN METODE INVERSI 2D (DUA DIMENSI) PADA AREA PROSPEK PANAS BUMI LAPANGAN A

PENGGUNAAN METODE ANALISIS SINYAL DALAM INTERPRETASI DATA MAGNET DI PERAIRAN SELAT SUNDA UNTUK MENENTUKAN ARAH DAN POSISI PIPA BAWAH LAUT

2014 PROGRAM PEMBUATAN KONTUR ANOMALI GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE MESH POLYGON

STUDI POTENSI ENERGI GEOTHERMAL BLAWAN- IJEN, JAWA TIMUR BERDASARKAN METODE GRAVITY

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH BATUI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SECOND HORIZONTAL DERIVATIVE DAN FORWARD MODELLING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PANTAR, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Metode Geofisika untuk Eksplorasi Panasbumi

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

Identifikasi struktur sesar daerah manifestasi panas bumi X di Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur berdasarkan analisis Horizontal Gradient

PENERAPAN METODA TIE-LINE LEVELLING PADA DATA MAGNET LAPANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI KOREKSI HARIAN

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LOMPIO, KABUPATEN DONGGALA, PROPINSI SULAWESI TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

INTERPRETASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE ANALISIS MULTI ATRIBUT PADA LAPANGAN FIAR

IDENTIFIKASI JALUR SESAR MINOR GRINDULU BERDASARKAN DATA ANOMALI MEDAN MAGNET

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

PEMETAAN SESAR NUSA LAUT BERDASARKAN HIPOSENTER GEMPA BUMI NUSA LAUT AGUSTUS SEPTEMBER 2015 DAN DATA GRAVITASI

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU

ANALISIS STRUKTUR PATAHAN DAERAH PANASBUMI LAHENDONG - TOMPASO SULAWESI UTARA BERDASARKAN DATA SECOND VERTICAL DERIVATIVE (SVD) ANOMALI GAYABERAT

PENGARUH POLA KONTUR HASIL KONTINUASI ATAS PADA DATA GEOMAGNETIK INTEPRETASI REDUKSI KUTUB

APLIKASI FILTER KONTINUASI KEATAS DAN ANALISA SPEKTRAL TERHADAP DATA MEDAN POTENSIAL Oleh: N. Avisena M.Si ABSTRACT

Pengaruh Grid Stasiun Pengukuran Gravitasi Terhadap Kedalaman Penetrasi dan Orde Polinomial Trend Surface Analysis

ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC

PEMODELAN 3D GAYABERAT DAN ANALISIS STRUKTUR DETAIL UNTUK PENGEMBANGAN LAPANGAN PANASBUMI KAMOJANG

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

ANALISIS DISTRIBUSI ANOMALI MEDAN MAGNET TOTAL DI AREA MANIFESTASI PANASBUMI TULEHU

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR...

TESIS PEMODELAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH YAPEN DAN MAMBERAMO, PAPUA BERDASARKAN ANOMALI GRAVITASI

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

Pemisahan Anomali Regional-Residual pada Metode Gravitasi Menggunakan Metode Moving Average, Polynomial dan Inversion

UNIVERSITAS INDONESIA SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains MAULANA SOFYAN

Manifestasi Panas Bumi Gradien Geothermal Eksplorasi Panas Bumi Analisis Geologi

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

Kontinuasi ke Atas Anomali Bawah Permukaan Memanfaatkan Data Magnetik di DAS Bedadung Wilayah Kota Jember

PENGUKURAN GAYA BERAT DI G. BATUR PEBRUARI - MARET 2009

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC (AMT) DI DAERAH PANAS BUMI SAJAU, KABUPATEN BULUNGAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Dua Saudara, Provinsi Sulawesi Utara

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

Survei Magnetotellurik dan Gaya Berat Daerah Panas Bumi Bittuang, Provinsi Sulawesi Selatan

INTERPRETASI DATA SEISMIK PADA CEKUNGAN X : STUDI KASUS EKSPLORASI GEOFISIKA UNTUK MENCARI AREA PROSPEK MIGAS

PENENTUAN TAHANAN JENIS BATUAN ANDESIT MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER (STUDI KASUS DESA POLOSIRI)

Unnes Physics Journal

Transkripsi:

STUDI PENERAPAN METODE ANALISIS DERIVATIF PADA DATA POTENSIAL GRAVITASI Muhammad Amir Zain 1*), Muhammad Fahrur Rozi 1), Anisa Nur Septikasari 1), Muhammad Nuruddianto 2), Supriyanto 1), Ahmad Zarkasyi 3) 1) Laboratorium Geofisika Modeling, Departemen Fisika, FMIPA, Kampus UI Depok, Jawa Barat, 16424 2) Peminatan Geofisika, Departemen Fisika, FMIPA, Kampus UI Depok, Jawa Barat, 16424 3) Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG), Jalan Soekarno Hatta No. 444, Bandung, Jawa Barat, 40254 *) Email: zainnamir@ymail.com Abstrak Dalam suatu eksplorasi panas bumi, metode geofisika merupakan satu diantara metode utama yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan suatu sistem panas bumi. Keberadaan sistem panas bumi dapat diketahui dengan mencari struktur bawah permukaan bumi. Penelitian yang kami kerjakan bertujuan untuk mengidentifikasi struktur bawah permukaan bumi guna untuk mengetahui keberadaan sistem panas bumi. Metode yang akan kami pakai adalah satu diantara metode geofisika yang sering digunakan, yaitu metode gravitasi. Metode gravitasi merupakan metode yang didasarkan pada pengukuran variasi percepatan gravitasi di permukaan bumi. Metode ini mampu mendeteksi struktur geologi di bawah permukaan, seperti adanya struktur patahan, cekungan, graben, ataupun kaldera. Untuk memperjelas keberadaan struktur geologi di bawah permukaan tersebut, maka hasil dari pengolahan data metode gravitasi akan diolah lebih lanjut dengan analisis metode derivatif. Satu metode derivatif yang sering digunakan adalah metode gradien horisontal dan gradien vertikal orde dua. Kedua metode ini mampu mengetahui kontak vertikal antara bodi di bawah permukaan bumi serta dapat mengetahui jenis struktur patahan yang dihasilkan. Hasil akhir yang akan didapat berupa peta kontur anomali gradien horisontal dan peta kontur anomali gradien vertikal orde dua. Kemudian kedua peta ini akan dianalisis serta diintegrasikan dengan data geologi daerah penelitian. Abstract In geothermal exploration, geophysics method is one of main method which is used to detect the existence geothermal system. The existence of geothermal system can be known with searching earth subsurface structure. Our research goal is to identify subsurface structure that can be used to know geothermal system belong. The method that we used is gravity method. Gravity method is method based on gravity acceleration variation on earh surface. This method can detect subsurface geology structure such as fault, basin, graben, and caldera. To imaging subsurface structure geology more clearly, the result of gavity processing will be processed more advance with derivative analysis method. One of derivative metode that is often used, is horizontal gradient method and second order vertical method. Both of them can know vertical contact between subsurface body and know what kind of fault structure. The final result is anomaly horizontal gradient contour map and anomaly secong ordel vertical gradient map. And than both of map will be analyzed and integrated with gelogical data in field research. Keywords: Gravity, stucture, gradient, fault 1. Pendahuluan Sumber energi panas bumi merupakan sumber energi yang berasal dari batuan di bawah permukaan bumi yang sangat panas. Umumnya panas bumi berada pada daerah vulkanik dengan topografi yang tidak merata. Satu diantara metode geofisika yang sering dipakai dalam kegiatan eksplorasi panas bumi adalah metode gravitasi. Metode gravitasi digunakan untuk mendeteksi perbedaan densitas secara lateral pada batuan di bawah permukaan (Mussett dan Kham, 2000). Analis metode derivatif merupakan metode gravitasi yang dapat mengidentifikasi adanya sebuah struktur geologi bawah permukaan dengan jelas. Kedua metode ini mampu mengetahui kontak vertikal antara bodi di bawah permukaan bumi serta dapat mengetahui jenis struktur patahan yang dihasilkan. 2. Metode Penelitian 2.1. Data dan Perangkat Penelitan Data yang akan digunakan merupakan data observasi gravitasi yang berasal dari Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG), Bandung, Jawa Barat. Data yang penulis peroleh berupa data gravitasi relatif SNF2015-IX-65

yang telah mengalami koreksi tidal di setiap titik pengukuran. Jumlah data yang penulis dapat sebanyak kurang lebih 282 data termasuk data base camp. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak Microsoft excel dan Geosoft. Selain itu, dilakukan juga penerapan metode gradien vertikal orde dua (second vertical derivative) dengan cara menurunkan dua kali data gravitasi terhadap arah vertikal (Reynold, 1997). 2.2. Alir Pengolahan Data Pengolahan data awal gravitasi bertujuan untuk memperoleh nilai anomali bouguer lengkap dengan melakukan koreksi lintang, koreksi udara bebas, koreksi bouguer, dan koreksi medan terhadap nilai gravitasi absolut di setiap titiknya. Sebelumnya dilakukan perhitungan densitas batuan rata-rata untuk melakukan perhitungan pada koreksi bouguer dengan menggunakan metode parasnis. Hasil perhitungan nilai densitasnya sebesar 2.226 gr/cm 3. Tahap selanjutnya adalah melakukan pemisahan anomali bouguer lengkap karena pada data tersebut terdapat nilai anomali residual, anomali regional, serta noise sehingga harus dilakukan filterisasi untuk menghasilkan suatu peta kontur yang bersih dari noise. Hal pertama yang dilakukan adalah membuat power spectrum dengan menggunakan transformasi Fourier guna untuk mengubah domain ruang menjadi domain panjang gelombang (Blakely, 1995). Dari tahap tersebut diperoleh power spectrum yang akan terdiri dari zona regional, zona residual, dan noise. Untuk memisahkan zona-zoba tersebut digunakan butterworth filter dan bandpass filter dengan proses coba-coba (trial and error). Butterworth filter digunakan untuk memisahkan antara zona regional dan zona residual. Kemudian, bandpass filter digunakan untuk memotong sinyal noise yang masi terdapat pada zona residual. Setelah mendapatkan peta kontur anomali regional dan anomali residual, maka dilakukan pengolahan data lanjutan. Sebenarnya melalui peta kontur anomali residual kita sudah dapat menginterpretasikan struktur geologi di bawah permukaan bumi. Namun diperlukan pengolahan lanjutan agar memperjelas keberadaan struktur geologi di bawah permukaan bumi dan hasil interpretasi data gravitasi memiliki kesesuaian dengan data geologi. Oleh karena itu, dilakukan penerapan metode gradien horisontal (horizontal gradient) untuk menentukan batas-batas kontras densitas dari data anomali residual. Batas-batas tersebut akan terlihat jelas ketika menggunakan metode ini. Sehingga metode ini dapat digunakan untuk meningkatkan resolusi dari bidang batas tersebut. Penerapan metode ini memakai persamaan sebagai berikut (Cordell and Grauch, 1985). (1) Gambar 1. Peta struktur geologi, geomorfologi, dan stratigrafi pada daerah penelitian (Pusat Sumber Daya Geologi, 2015). (2) Metode ini berfungsi untuk memperjelas resolusi suatu peta kontur anomali agar semakin terlihat perbedaan nilai anomali yang dihasilkan serta dapat menentukan jenis patahan yang terlihat dengan cara mengambil garis slice sesuai dengan arah struktur patahan yang diinginkan. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Tinjauan Geologi Daerah Penelitian Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG), 2006, keberadaan struktur geologi pada daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Pada daerah penelitian ini terdapat beberapa struktur patahan, yaitu struktur patahan Sigayunggayung dan patahan Pulung memiliki struktur patahan berarah timur laut barat daya. Kedua patahan tersebut memiliki arah N 40 60 o E dengan kemiringan > 70 o. Sedangkan pada arah barat laut tenggara terdapat tiga buah patahan, yaitu patahan Bahtopu yang memiliki arah memiliki arah N 320 325 o, serta patahan Bahbotala-1 dan patahan Bahbotala-2 yang memiliki arah N 320 325 o E. Berdasarkan hasil pemetaan geologi daerah penelitian, maka telah berhasil ditemukan tujuh manifestasi panas bumi yang berupa mata air panas. Kenampakan gejala panas bumi ini berupa sumber mata air panas, fumarol dengan hembusan asap, kolam-kolam yang muncul dibeberapa lokasi serta menyebar di sekitar perbukitan Tinggi Raja pada batuan tufa Toba. dimana dan merupakan turunan pertama horisontal gravitasi pada arah x dan y dengan satuan mgal/m. SNF2015-IX-66

3.2. Interpretasi Hasil Penelitian Hasil pengolahan data gravitasi dapat dilihat pada Gambar 2, berupa peta kontur anomali bouguer lengkap. Gambar 3. Peta kontur anomali residual. Gambar 2. Peta kontur anomali bouger lengkap. Berdasarkan peta kontur anomali bouger lengkap dapat dilihat adanya respon nilai anomali gravitasi pada daerah penelitian berkitar 138 mgal sampai 155 mgal. Pada bagian barat peta lebih didominasi nilai gravitasi tinggi, sedangkan dibagian timur peta lebih didominasi nilai gravitasi rendah. Nilai anomali gravitasi yang terlihat pada peta kontur anomali bouger lengkap sulit untuk menginterpretasi dimanakah letak struktur patahannya, hal ini dikarenakan masih terdapat nilai-nilai anomali regional, anomali residual, dan noise. Oleh karena itu, data struktur patahan geologi yang ada pada peta tersebut belum bisa terintegrasi dengan baik oleh data anomali bouger lengkap. Selanjutnya, dalam penelitian kali ini dibuat peta kontur anomali residual yang merupakan hasil pemisahan peta kontur anomali bouguer lengkap. Pemisahan ini dilakukan dengan analisis filterisasi frekuensi utuk mengamati sumber anomali yang berkembang di daerah penelitian. Berikut adalah peta kontur anomali regional dan anomali residualnya. Gambar 4. Peta kontur anomali gradien horisontal. Berdasarkan peta kontur anomali residual pada Gambar 3, terdapat sebuah graben yang ditunjukan oleh kotak berwarna putih. Disekitar daerah tersebut juga teridentifikasi adanya patahan yang sesuai dengan data struktur geologi. Selain itu, lokasi manifestasi juga teridentifikasi berada pada daerah graben. Hasil yang didapat dari peta kontur anomali residual mulai terintegrasi dengan baik oleh hasil data geologi daerah penelitian. Untuk dapat lebih meyakinkan dan mengetahui jenis patahan yang dihasilkan sesuai dengan informasi geologi atau tidak, maka kami akan menganalis peta kontur anomali residual ini dengan metode derivatif. Selanjutnya dilakukan analisis secara terintegrasi. Analisis ini dilakukan dengan mencari korelasi antara hasil data geologi dengan hasil analisis metode derivatif sehingga diharapkan antara hasil data geologi dan data gravitasi terdapat korelasi yang tepat. Dalam melakukan analisis secara terintegrasi, pertama dilakukan analisis gradien horisontal terhadap peta kontur anomali residual guna SNF2015-IX-67

memperjelas keberadaan struktur geologi patahan. Pada Gambar 4, memperlihatkan peta kontur anomali gradien horisontal dengan variasi nilai antara 0.0001 mgal/m hingga 0.0170 mgal/m. Nilai gradien horisontal rendah (berwarna biru) disebabkan karena tidak adanya perubahan nilai anomali residual, sedangkan nilai gradien horisontal tinggi disebabkan oleh perubahan nilai anomali residual secara signifikan. Hasil interpretasi peta kontur anomali gradien horisontal dapat dilihat pada Gambar 4. Garis tebal berwarna putih merupakan hasil interpretasi adanya struktur geologi berupa patahan menurut data gravitasi yang telah dianalisis dengan metode gradien horisontal. Identifikasi ini dilihat pada peta lokasi yang memiliki nilai gradien horisontal yang tinggi. Setidaknya terdapat beberapa struktur patahan yang terdeteksi menurut data gravitasi. Apabila diintegrasikan dengan data geologi, maka hasil interpretasinya ditunjukan dengan lingkaran berwaran putih. Terdapat setidaknya empat buah struktur patahan yang terintegrasi antara data geologi dan data gravitasi. Keempat patahan tersebut adalah struktur patahan di dekat patahan didekat patahan Bahtopu, patahan Bahbotala-1 dan Bahbotala-2, serta patahan Putung. Untuk daerah patahan Sigayung-gayung, belum terdeteksi oleh analisis metode gradien horisontal ini. Hal ini mungkin disebabkan kurang adanya data pengukuran tepat di lokasi patahan tersebut. Kemudian langkah selanjutnya dalam melakukan analisis terintegrasi yaitu melakukan analisis metode gradien vertikal orde dua (second vertical derivative) untuk memastikan adanya keberadaan struktur geologi berupa patahan. Keberadaan struktur patahan pada metode ini dapat diidentifikasi dari adanya perubahan nilai gradien vertikal orde dua yang sangat kontras. Keberadaan struktur geologi berupa patahan menurut peta kontur anomali gradien vertikal orde dua dapat dinterpretasikan berdasarkan hasil survei geologi (garis berwarna hitam), dimana ada beberapa patahan yang tepat berada diperbatasan antara nilai gradien vertikal orde dua yang tinggi dan rendah (Gambar 6). Namun demikian, masih ada beberapa nilai gradien vertikal orde dua yang belum terintegrasi dengan hasil survei geologi. Hal ini mungkin disebabkan terjadi karena tanda-tanda struktur patahan tidak terlihat di permukaan tanah. Interpretasi hasil analisis gradien vertikal orde dua ditunjukan oleh garis berwarna putih, sedangkan hasil integrasi antara gradien vertikal orde dua dengan data hasil survei geologi ditunjukan dengan lingkaran berwarna putih (Gambar 5). Hal penting yang ditunjukan hasil integrasi ini adalah terdapatnya kecocokan beberapa data hasil gradien verikal orde dua dengan data hasil survei geologi, Gambar 5. Peta kontur anomali gradien vertikal orde dua. Gambar 6. Garis slice untuk mentukan jenis patahan berdasarkan peta kontur gradien vertikal orde dua.. meskipun letak patahannya tidak sama, tetapi masih dalam wilayah yang sama. Pada kedua data tersebut berhasil mengidentifikasi adanya sebuah struktur patahan didekat patahan Bahtopu, patahan Bahbotala-2, patahan Sigayung-gayung, serta patahan Putung dibagian barat daya peta. Sedangkan tida terdapat patahan di sekitar patahan Putung dibagian atas dan patahan Bahbotala-1, menurut hasil gradien vertikal orde dua. Letak patahan sesuai interpretasi gradien vertikal orde dua sedikit geser dari hasil geologinya. Untuk patahan Sigayung-gayung, hasil interpretasi gradien vertikal orde duanya hanya terletak di bagian atas patahan tersebut. Untuk bagian bawahnya, hasil gradien vertikal orde dua belum bisa mendeteksinya, meskipun sesuai data geologi terdapat patahan. Selain itu, pada daerah manifestasi berupa mata air panas, juga terdeteksi adanya patahan. Analisis metode gradien vertikal orde dua ini dapat juga mengetahui jenis patahan yang dihasilkan, apakah termasuk patahan turun atau SNF2015-IX-68

patahan naik. Jenis patahan ini dapat diketahui dengan mengambil data sesuai garis patahan yang ingin diketahui jenisnya (perhatikan Gambar 7 yang bergaris putih, garis ini merupakan slice dari beberapa patahan di dekat patahan Bahtopu, Sigayung-gayung, Bahbotala-2, dan Putung bagian barat daya). Kemudian dibuat sebuah grafik sehingga nantinya akan menghasilkan nilai maksimum dan nilai minimum gradien vertikal orde dua. Nilai ini akan dibandingkan, apabila nilai maksimum lebih besar daripada nilai mutlak minimum, maka patahan yang terdeteksi merupakan patahan turun (normal) Jiaka nilai maksimum lebih kecil daripada nilai mutlak minimum maka termasuk kedalam patahan naik. Gambar 7. Kurva hasil slice pada garis di dekat patahan (a) Bahtopu, (b) Sigayung-gayung, (c) Putung, dan (d) Bahbotala-2. Dari hasil slice yang terlihat pada Gambar 7, maka untuk menentukan jenis patahannya, dapat dengan membandingkan antara nilai maksimum yang dihasilkan kurva dengan nilai minimum yang dihasilkan oleh kurva. Untuk hasil slice garis di dekat patahan Bahtopu teridentifikasi patahan normal, sedangkan untuk hasil slice di dekat patahan Sigayung-Gayung, Putung dan patahan Bahbotala-2 teridentifikasi patahan naik. 4. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan studi penerapan metode derivatif pada data potensial gravitasi adalah bahwa metode derivatif dapat dikatakan sebagai metode yang tepat untuk mengidentifikasi struktur patahan di bawah permukaan bumi. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukan hasil integrasi data yang baik antara data gravitasi dan data geologi. Selain itu, metode gradien vertikal orde dua mampu mengidentifikasi jenis patahan yang dihasilkan, yaitu berupa patahan normal untuk hasil slice di dekat patahan Bahtopu, dan patahan naik untuk hasil slice di dekat patahan Sigayung-gayung, patahan Putung, dan Patahan Bahbotala-2. Ucapan Terimakasih Terimakasih kepada pihak Pusat Sumber Daya Geologi (PSDG), Bandung, Jawa Barat, yang telah mengizinkan kami untuk memakai data gravitasi ini, selain itu terimakasih juga kepada dosen pembimbing, kepada teman-teman yang membantu dalam diskusi, dan lain-lain. Daftar Acuan [1] Blakely, R. J., The Second Vertical Derivative Method of Gravity Interpretation, Cambridge: Cambridge University Press (1996), p. 250-251. SNF2015-IX-69

[2] Cordell, L, and V. J. S. Grauch, Mapping Basement Magnetization Zones from Aeromagnetic Data in San Juan Basin, New Mexico, in Hinze (1985), W. J., Ed., The Utility of Regional Gravity and Magnetic Anomalt Maps, Sot. Explor. Geophysics. 181 & 197. [3] Musset, A. E., and M. A. Kham, Looking Into The Earth: Cambridge, Cambridge University Press (2000). [4] Reynold, J., M., An Introduction to Applied and Environmental Geophysics, Chichester: John Wiley and Sons (1997). [5] Dede Iim, Setiadarma D, Herry Sundhoro, Bangbang Sulaeman, Penyelidikan Geologi dan Geokimia di Daerah Pana Bumi Lapangan X, Proceeding Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan, Bandung (2006), Pusat Sumber Daya Geologi. SNF2015-IX-70