BAB II KERANGKA TEORI. menjaga kelangsungan hidup usaha tersebut dimasa yang akan datang dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan

BAB II URAIAN TEORITIS. judul Analisis Pengaruh Efektivitas Modal Kerja dan Operating Assets Turnover

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan makin

BAB II LANDASAN TEORI. siklus akuntansi melalui hasil penjualan produksinya. benar-benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Dengan tersedianya modal kerja

BAB II URAIAN TEORITIS. Kerja Terhadap Profitabilitas pada perusahaan rokok GO-Public di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada

BAB IV MODAL KERJA A. Pengertian Modal Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu lembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja dalam Meningkatkan Profitabilitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen keuangan dalam banyak hal berkaitan dengan pembuatan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan untuk memperoleh keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aktiva,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam era persaingan bisnis sekarang ini, modal merupakan salah satu faktor

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

II. LANDASAN TEORI. Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti misalnya untuk memberi uang muka pada pembelian bahan baku atau

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan diproksikan melalui dimensi profitabilitas perusahaan. komposisi utang perusahaan (Harmono, 2011: ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Spradley (1980) dalam Sugiyono (2012; 244) menyatakan bahwa:

BAB II TELAAH PUSTAKA. perkembangan perusahaan tergantung dari cara pengelolaannya. Pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada

BAB II KERANGKA TEORI. digunakan untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan. Modal kerja

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat-surat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan. Menurut Kasmir (2011) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Optimalisasi Modal Kerja pada CV. Dharma Utama Batu. Metode

Bab 4 Manajemen Modal Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. dalamnya kas, sekuritas, piutang, persedian, dan dan dalam beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGOLAHAN MODAL KERJA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa pengertian atau definisi dari struktur modal oleh beberapa ahli

Manajemen Modal Kerja Bagian 1. Sumber : Syafarudin Alwi Bambang Riyanto

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN MODAL KERJA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menjamin kelangsungan operasi perusahaan sehari-hari. Modal kerja sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. bahwa Modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal kerja di KPRI Kota Semarang. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUTAKA. Kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:849) pengaruh adalah daya

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA PADA PT. SURYA PUTRA SUMETERA II PASIR PENGARAIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk

BAB II LANDASAN TEORITIS. Ketatnya persaingan dalam bidang perekonomian dan bidang bisnis

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha menciptakan laba yang memadai bagi terjaminnya. komunitas perusahaan. Oleh karena itu, permasalahan dalam perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanggung jawab atas jalannya perusahaan atau organisasi. Definisi

MANAJEMEN MODAL KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Profitabilitas 2.1.1 Pengertian Profitabilitas Tujuan utama suatu usaha adalah untuk memaksimalkan nilai usaha dan menjaga kelangsungan hidup usaha tersebut dimasa yang akan datang dan memaksimalkan keuntungan (profitability). Salah satu tujuan memaksimalkan profitability tadi dapat diartikan sebagai kemampuan suatu usaha agar dapat memperoleh laba. Banyak usaha yang berjalan pada awalnya tidak memiliki kemampuan ini, sehingga ditengah perjalanan akan mengalami kesulitan keuangan yang berujung pada kerugian. Untuk itu, bagaimanapun kondisinya, suatu usaha harus memiliki profitabilityyang bagus atau menjaga kestabilan usaha agar tetap bertahan dan mampu menghadapi persaingan. Profitabilitas merupakan kemampuan suatu usaha dalam mendapatkan laba atau keuntungan. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan suatu usaha dalam mencari keuntungan (Kasmir,2008 : 196). Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu usaha.hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laba rugi.pengukuran dapat dilakukan untuk

beberapa periode operasi.tujuannya adalah agar terlihat perkembangan usaha dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. 2.1.2 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas Menurut Kasmir (2008:197), tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi suatu usaha ataupun bagi pihak luar, yaitu : 1. Untuk menghitung atau mengukur laba yang diperoleh dalam satu periode tertentu. 2. Untuk menilai posisi laba tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. 6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. 7. Dan tujuan lainnya. Sementara itu manfaat yang diperoleh dari penggunaan rasio profitabilitas adalah untuk : 1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh dalam satu periode. 2. Mengetahui posisi laba tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. 2.1.3 Jenis-jenis Rasio Profitabilitas Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan. Menurut Agus Sartono (2005 : 123) terdapat beberapa rasio untuk mengukur seberapa besar efektivitas manajemen mengelola assets dan equityuntuk menghasilkan laba, yaitu : 1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Gross Profit Margin= Atau = Contoh Sebagai contoh, ringkasan kinerja PT Astra Agro Lestari, Tbk (AALI). Berdasarkan ringkasan kinerja PT Astra Agro Lestari, Tbk (AALI) per 31 Januari 2013, GROSS PROFIT MARGIN AALI tahun 2008 2012 adalah sebagai berikut:

Keterangan 2008 2009 2010 2011 2012 Gross Profit 3,803,399 3,101,785 3,609,349 3,934,908 4,357,482 Sales Revenue 8,161,217 7,424,283 8,843,721 10,772,582 11,564,319 GPM (%) 46.60 41.78 40.81 36.53 37.68 Sumber : Laporan Keuangan IDX Semakin tinggi profitabilitasnya berarti semakin baik.tetapi perlu diperhatikan bahwa gross profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit marginakan menurun begitu pula sebaliknya. 2. Margin Laba bersih (Net profit Margin) Net profit Margin= Apabila gross profit margin selama satu periode tidak berubah sedangkan net profit margin mengalami penurunan maka berarti bahwa biaya meningkat relatif lebih besar daripada peningkatan penjualan. Contoh : Total Laba bersih setelah pajak : 217,588,779 (3 bulan) Total penjualan : 2,823,170,138 (3 bulan) Untuk menghitung NPM, karena jangka waktu net income dan total sales samasama 3 bulan, maka tidak perlu disetahunkan.

NPM =,,,,, x 100 % = 7,71% Artinya, setiap penjualan Rp 1 maka akan menghasilkan laba bersih sebesar Rp 7,71. 3. Return on Investment ( ROI) ROI = Return on Investment atau return on assets menunjukkan kemampuan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Contoh: Total Laba bersih setelah pajak : 217,588,779 (3 bulan) Total Aktiva : 11,082,197,952 Untuk menghitung ROI, Net Income perlu disetahunkan terlebih dahulu dengan dikalikan 4. Net Income menjadi 870,355,116 (disetahunkan) ROI =,,,,, x 100 % = 7,85 % Artinya, setiap rupiah dari total aktiva menghasilkan laba sebesar Rp 7,85.

4. Return on Equity (ROE) ROE = Return on equity mengukur kemampuan usaha memperoleh laba yang tersedia. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Contoh : Total Laba bersih setelah pajak : 217,588,779 (3 bulan) Total Modal : 2,625,968,648 Untuk menghitung ROE, Laba bersih perlu disetahunkan terlebih dahulu dengan dikalikan 4. Laba bersih : 870,355,116 (disetahunkan) ROE = 870,355,116 x 100 % 2,625,968,648 = 33,14 % Artinya, setiap rupiah dari modal akan menghasilkan laba sebesar Rp 33,14. 5. Earning Power Earning power= x

Earning power merupakan tolok ukur kemampuan suatu usaha dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang digunakan. Rasio ini menunjukkan pula tingkat efisiensi investasi yang nampak pada tingkat perputaran aktiva. Apabila tingkat perputaran aktiva meningkat dan net profit margin tetap maka earning power juga kan meningkat. Contoh: Total Penjualan : 2,823,170,138 Laba bersih setelah pajak : 870,355,116 Total Aktiva : 11,082,197,952 Earning Power = 2,823,170,138 x 870,355,116 11,082,197,952 2,823,170,138 = 0,25 x 0,31 = 0,0775 = 7,75 % Artinya, setiap rupiah dari total aktiva dan penjualan akan menghasilkan laba Rp 7,75.

2.2 Modal Kerja 2.2.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja yaitu aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha. (Ridwan Sundjaja,2003 : 187). Jumingan, (2006 : 66) mengemukakan terdapat dua defenisi modal kerja yang lazim dipergunakan yakni sebagai berikut : 1. Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva lancar yang berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri. Defenisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada utang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha di masa mendatang. 2. Modal kerja adalah jumlah aktiva lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto (gross working capital). Defenisi ini bersifat kuantitaif karena menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja akan tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dari unsur-unsur aktiva lancar.

Disamping dua defenisi modal kerja di atas, masih terdapat pengertian modal kerja menurut konsep fungsional. Menurut konsep fungsional, modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (current income) yang sesuai dengan maksud utama didirikannya suatu usaha. Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2003:189) besarnya modal kerja yang dibutuhkan dalam suatu usaha tergantung pada beberapa hal, yaitu : 1. Besar kecilnya skala suatu usaha Kebutuhan modal kerja pada usaha yang besar berbeda dengan usaha kecil. Hal ini terjadi karena perusahaan besar mempunyai keuntungan kare lebih luasnya sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan usaha kecil yang sangat tergantung dengan beberapa sumber saja. 2. Aktivitas usaha Usaha yang bergerak dibidang jasa tidak memiliki persediaan, dan usaha menjual persediaannya secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja suatu usaha. 3. Volume penjualan Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Bila penjualan meningkat maka kebutuhan modal kerja juga akan ikut meningkat demikian pula sebaliknya. 4. Perkembangan teknologi

Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Proses produksi yang lebih cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak agar kapasistas maksimum dapat tercapai. 5. Sikap terhadap likuiditas dan profitabilitas Adanya biaya dari semua dana yang digunakan mengakibatkan jumlah modal kerja yang relatif besar mempunyai kecenderungan untuk mengurangi laba, tetapi dengan menahan kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat usaha lebih mampu untuk membayar transaksitransaksi yang dilakukan dan resiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup. 2.2.2 Elemen Modal Kerja Adapun elemen-elemen modal kerja adalah sebagai berikut : 1. Kas Kas merupakan komponen yang berada dalam aktiva lancar dan merupakan komponen paling likuid. Pengertian kas adalah seluruh uang tunai yang ada di tangan (cash on hand) dan dana yang disimpan di bank dalam bentuk seperti deposito, rekening koran (Agus Sartono,2001 : 415). Pengelolaan kas memiliki nilai strategis dalam hal berkaitan dengan operasional suatu usaha. Apabila kas yang dimiliki terlalu sedikit, maka kegiatan tidak dapat dilakukan dengan baik karena kas tidak cukup untuk membiayai kegiatan suatu usaha.

Tetapi sebaliknya, apabila kas yang dimiliki terlalu banyak maka akan timbul kesan bahwa tidak dapat memanfaatkan kas dengan baik. Oleh karena itu, penentuan jumlah kas harus seimbang, dalam arti cukup untuk memenuhi kebutuhan pembayaran yang timbul dari kegiatan pokok usaha. Pengelolaan kas yang baik akan membuat suatu usaha mampu memenuhi semua kewajibannya kepada pihak ketiga misalnya pemasok atau bank sehingga proses produksi maupun aktivitas penjualan tidak terhambat. (Sundjaja : 2003) 2. Piutang Piutang adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit. (Gitosudarmo Indriyo, 2000:81). Piutang timbul dari aktivitas penjualan yang dilakukan secara kredit dalam rangka mempebesar volume penjualan barang dan jasa mereka.kebijakan penjualan kredit ini merupakan kebijakan yang biasa dilakukan dalam dunia bisnis untuk merangsang minat pelanggan.kebijakan ini dilakukan untuk memperluas pasar dan memperbesar penjualan.tentu saja kebijakan penjualan kredit memiliki risiko dengan tidak tertagihnya sebagian dari piutang tersebut atau bahkan sepenuhnya. Pada waktu jatuh pembayaran piutang terjadi penerimaan kas.istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, maupun organisasi lainnya. (Warren,2006:404)

3. Persediaan Persediaan adalah barang-barang atau bahan yang masih tersisa pada tanggal neraca, atau barang-barang yang akan segera dijual, digunakan atau diproses dalam periode normal suatu usaha (Agus Sartono, 2001:443). Persediaan meliputi semua barang atau bahan yang diperlukan dalam proses produksi dan distribusi yang menunggu untuk diproses lebih lanjut atau dijual. Persediaan mempunyai peran yang penting karena erat hubungannya dengan produksi dan penjualan. Produksi tidak akan berjalan lancar apabila persediaan bahan baku kurang, demikian pula halnya penjualan tidak akan berhasil apabila persediaan barang jadi kurang. Ada beberapa alasan mengapa perlu menyimpan bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi sebagai persediaan antara lain sebagai berikut : 1. Penyimpanan barang diperlukan agar suatu usaha dapat memenuhi pesanan pembeli dalam waktu yang cepat. Jika tidak memiliki persediaan barang dan tidak dapat memenuhi pesanan pembeli pada saat yang tepat, maka kemungkinan pembeli akan berpindah ke pesaing. 2. Untuk berjaga-jaga pada saat barang di pasar sukar diperoleh. 3. Untuk menekan harga pokok per unit barang. Melakukan proses produksi dalam jumlah yang besar untuk memanfaatkan apa yang disebut dengan economics of scale. Konsekuensinya adalah usaha tersebut akan menyimpan persediaan barang dalam jumlah yang cukup besar.

2.2.3 Pentingnya Modal Kerja yang Cukup Gambar 2.1 Siklus Operasi / Putaran modal kerja Bahan baku / upah Kas Barang jadi Piutang Sumber: Munawir (2007 :116) Menurut Munawir (2007 :116) modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkin perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutupi kerugian-kerugian dan dapat mengatasi krisis atau darurat tanpa membahayakan keadaan keuangan perusahaan. Modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan.

Djarwanto (2004:89) memaparkan manfaat dari tersedianya modal kerja yang cukup, yaitu : 1. Melindungi usaha dari akibat buruk berupa turunnya nilai aset lancar, misalnya adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot. 2. Memungkinkan usaha untuk memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya tepat pada waktunya. 3. Memungkinkan untuk dapat membeli barang secara tunai sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga. 4. Menjamin suatu usaha memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga seperti adanya kebakaran, pencurian, dan sebagainya. 5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayanai permintaan konsumennya. 6. Memungkinkan untuk dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada para pelanggan. 7. Memungkinkan untuk dapat beroperasi lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan supplies yang dibutuhkan. 8. Memungkinkan untuk mampu bertahan dalam periode resesi maupun depresi.

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja Djarwanyo (2004:91) mengemukakan adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja pada suatu usaha adalah sebagai berikut : 1. Sifat umum atau tipe perusahaan. Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa relatif rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadi kas relatif cepat. Perusahaan industri atau dagang memerlukan modal kerja yang cukup besar yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. 2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual dan harga per satuan barang tersebut. Jumlah modal kerja berkaitan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada pelanggan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang maka makin besar kebutuhan akan modal. 3. Syarat Pembelian dan Penjualan Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya bila pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi

lebih besar. Disamping itu modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat penjualan kredit. Semakin lunak kredit (jangka waktu kredit lebih panjang) yang diberikan kepada pelanggan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang ditanam didalam piutang. 4. Tingkat Perputaran Persediaan Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan untuk persediaan akan semakin rendah. Karena hal ini akan mengurangi resiko penurunan harga barang, perubahan permintaan maupun mode, juga menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan. 5. Tingkat Perputaran Piutang Bila piutang terkumpul dalam jangka waktu yang pendek berarti kebutuhan kan modal kerja menjadi semakin rendah / kecil. 6. Pengaruh Konjungtur (business cycle) Pada periode makmur aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung membeli barang lebih banyak, memanfaatkan harga yang masih rendah. Ini berarti perusahaan memperbesar tingkat persediaan. Peningkatan jumlah persediaan membutuhkan modal kerja yang lebih banyak. Sebaliknya pada periode depresiasi volume perdagangan menurun, perusahaan cepat-cepat menjual barang-barangnya dan menarik piutangnya. Uang yang diperoleh digunakan untuk membeli surat-surat berharga, melunasi utang-utang atau untuk menutupi kerugian.

7. Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aset jangka pendek. Menurunnya nilai rill dibandingkan harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang, dan piutang akan menurunkan modal kerja untuk mebayar bunga atau untuk melunasi utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo. Untuk melindungi diri dari hal yang tidak terduga dibutuhkan modal kerja yang relatif besar dalam bentuk kas atau surat-surat berharga. 8. Pengaruh musim. Banyak perusahaan dimana penjualannya hanya terpusat beberapa bulan saja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan modal pinjaman jangka pendek bagi perusahaan merupakan sumber penting dari aset lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat, atau kebutuhan jangka pendek lainnya. 9. Kredit dari supplier atau trade creditor. Salah satu modal kerja yang penting adalah kredit yang diberikan oleh supplier.

2.2.5 Kebijakan Modal Kerja Menurut Syahyunan (2004:41), terdapat 3 kebijakan modal kerja yang dapat dipilih oleh perusahaan, yaitu: 1. Kebijakan Moderat Untuk membiayai kebutuhan aset tetap dan aset lancar permanen dengan menggunakan sumber dana jangka panjang, baik dari utang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) maupun modal sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari risiko perusahaan apabila sumber dana yang digunakan adalah sumber dana jangka pendek, maka pada saat jatuh tempo, perusahaan tidak dapat membayar kembali. 2. Kebijakan Konservatif Untuk membiayai kebutuhan aset tetap dan aset lancar permanen serta sebagian aset lancar yang berfluktuasi dengan menggunakan sumber dana utang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) atau modal sendiri. Proporsi kewajiban lancar dengan demikian akan lebih kecil dibandingkan dengan kebijakan modal kerja moderat. Keputusan ini dimaksudkan untuk memperkecil risiko meskipun akan memperkecil keuntungan yang diharapkan yang tersedia karena biaya utang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) pada umumnya lebih besar daripada kewajiban lancar.

3. Kebijakan Agresif Untuk membiayai kebutuhan aset tetap dan sebagian aset lancar permanen dengan sumber dana dari utang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) dan sebagian aset lancar permanen lainnya dan semua aset lancar variabel dengan utang jangka pendek. Oleh karena itu, perusahaan yang menggunakan kebijakan agresif menangggung pengembalian utang yang lebih besar sehingga resiko fluktuasi bunga kewajiban lancar juga semakin besar tetapi dengan harapan bahwa laba yang diperoleh juga akan semakin besar. 2.2.6 Perputaran Modal Kerja Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam suatu usaha selama usaha tersebut masih berjalan. Perputaran modal kerja dimulai pada saat arus keluar dana diinvestasikan ke dalam unsur-unsur modal kerja sampai masuk kembali ke kas berikutnya. Periode perputaran modal kerja adalah rata-rata dana terikat dalam modal kerja selama satu proses produksi. Periode terikatnya modal kerja tergantung tingkat perputaran modal kerja dan periode perputaran modal kerja merupakan salah satu faktor untuk menentukan besarnya kebutuhan modal kerja. Semakin pendek waktu perputaran modal kerja berarti semakin cepat perputaran modal kerja. Sebaliknya semakin panjang waktu perputaran modal kerja berarti semakin lambat perputaran modal kerja. Untuk menghitung perputaran modal kerja digunakan rumus :

Perputaran Modal kerja Contoh : Pada tahun 2013 total penjualan PT. Niaga Lestari adalah Rp278,000,000 dan jumlah modal kerja bersih perusahaan tersebut adalah Rp126,000,000. Maka perputaran modal kerja dari perusahaan tersebut adalah : Perputaran modal kerja = Penjualan / Modal kerja bersih =,,,, = 2,20 = 2 kali Artinya, selama satu periode akuntansi modal kerja berputar sebanyak 2 kali.dalam 1 tahun ada 365 hari, itu berarti perputaran sekali modal kerja membutuhkan waktu 182 hari. Perputaran elemen-elemen modal kerja: Perputaran Kas = Perputaran Piutang =

Perputaran Persediaan = Contoh : Keterangan 2012 (Rp) 2013 (Rp) Kas 200.000 400.000 Piutang 500.000 600.000 Persediaan 700.000 800.000 Penjualan 20.000.000 Perputaran Kas = Penjualan / Rata-rata Kas = 20.000.000 / ((200.000+400.000)/2) = 20.000.000 / 300.000 = 66,67 = 67 kali Artinya, selama satu periode akuntansi perputaran kas terjadi sebanyak 67 kali.dalam 1 tahun ada 365 hari, itu berarti setiap kas yang tersedia membutuhkan waktu 5 hari untuk setiap putaran. Perputaran Piutang = Penjualan / Rata-Rata Piutang = 20.000.000 / ((500.000+600.000)/2)) = 20.000.000 / 550.000 = 36,36 = 37 kali

Artinya, selama satu periode akuntansi perputaran piutang terjadi sebanyak 37 kali.dalam 1 tahun ada 365 hari, itu berarti setiap piutang yang ada membutuhkan waktu 9 hari untuk setiap putaran.atau dalam waktu 9 hari, piutang sudah dapat tertagih. Perputaran Persediaan = Penjualan / rata-rata Persediaan = 20.000.000 / ((700.000+800.000/2)) = 20.000.000 / 750.000 = 26,67 = 27 kali Artinya, selama satu periode akuntansi perputaran persediaan terjadi sebanyak 27 kali.dalam 1 tahun ada 365 hari, itu berarti setiap persediaan barang yang tersedia membutuhkan waktu 13 hari untuk setiap putaran. 2.3 Pengaruh Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas Seperti yang telah dijelaskan pada teori diatas bahwa tujuan utama suatu usaha adalah untuk mendapatkan keuntungan. Kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan tersebut adalah kinerja operasional dan konsisten dari pemilik usaha. Efisiensi penggunaan modal kerja sangat penting untuk keberhasilan suatu usaha. Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk membiayai kegiatan jangka pendek. Sesuai dengan pengertian aktiva jangka pendek maka modal kerja dapat diartikan sebagai aktiva lancar. Dengan terpenuhinya modal kerja, suatu usaha

dapat memaksimalkan labanya. Sehingga modal kerja yang tinggi dapat meningkatkan profitabilitas. Efisiensi modal kerja dapat dinilai dengan menggunakan rasio antara total penjualan dengan jumlah modal kerja rata-rata yang sering disebut workingcapital turnover (perputaran modal kerja). Rasio ini menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja. Perputaran modal kerja akan berpengaruh kepada tingkat profitabilitas. Tingkat profitabilitas yang rendah bila dihubungkan dengan modal kerja dapat menunjukkan kemungkinan rendahnya volume penjualan dibanding dengan ongkos yang digunakan. Sehingga untuk menghindari itu, diharapkan adanya pengelolaan modal kerja yang tepat di dalam perusahaan. Perusahaan yang dikatakan memiliki tingkat profitabilitas tinggi berarti tinggi pula efisiensi penggunaan modal kerja yang digunakan perusahaan tersebut. (Munawir : 2007) Analisis rasio keuangan yang akan digunakan untuk mengukur profitabilitas yang dimaksud ialah Return On Investment (ROI). Return On Investment (ROI) merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan mengelola aktiva lancar untuk memperoleh keuntungan (laba).rasio untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan berbagai income (Agnes Sawir, 2005:32).Rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.semakin besar rasio ini semakin baik.hal ini berarti bahwa

aktiva dapat lebih cepat berputar memperoleh laba (Bambang Riayanto, 2001:331).