BAB IV GAMBARAN UMUM BALAI PEMASYARAKATAN KELAS I SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN Jalan Veteran No. 11 Jakarta

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT B. KOMPETENSI UMUM C. KOMPETENSI KHUSUS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

1 dari 8 26/09/ :15

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

MODUL PEMBIMBING MASYARAKATAN TAHUN 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN

PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) DALAM PROSES PERADILAN ANAK DI KOTA JAYAPURA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOmor 11 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku tindak pidana tersebut,yang memperoleh pidana penjara

Institute for Criminal Justice Reform

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Balai pemasyarakatan (BAPAS) klas II Gorontalo dibentuk sesuai dengan Keputusan

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN JL. VETERAN NO. 11

Institute for Criminal Justice Reform

[ nama lembaga: Kementerian Hukum dan HAM RI ] 2012

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tent

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 31 TAHUN 1999 (31/1999) TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

Semoga dokumen ini memberikan manfaat bagi peningkatan kinerja Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BAPAS

PERAN KANWIL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM JAWA TENGAH DALAM PEMENUHAN HAM ANAK BERHADAPAN DENGAN HUKUM (ABH)

Bag.I. HUBUNGAN SISTEM PEMASYARAKATAN DENGAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM LAINNYA DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA TERPADU

PENANGANAN PERKARA ANAK PADA BAPAS JAKARTA-TIMUR. PUSANEV_BPHN. Oleh : Ida Rifdiah

Harkristuti Harkrisnowo Direktur Jenderal HAM Kementrian Hukum dan HAM RI

Institute for Criminal Justice Reform

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BALAI PEMASYARAKATAN KLAS II PEKANBARU PROFIL BALAI PEMASYARAKATAN KLAS II

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT B. KOMPETENSI UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia tahun, korban berusia 6 12 tahun sebanyak 757 kasus (26 %)

Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tent

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JURNAL PELAKSANAAN PEMBIMBINGAN TERHADAP ANAK PIDANA YANG MENDAPATKAN PEMBEBASAN BERSYARAT (STUDI LAPANGAN DI BALAI PEMASYARAKATAN KELAS I YOGYAKARTA)

Maksudnya adalah bahwa pembimbing kemasyarakatan yang ada di BAPAS. kerjaannya untuk dapat menyelesaikan persoalan tersebut.

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

PEDOMAN PERLAKUAN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN (BAPAS) BAB I PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.01-PK TAHUN 1999 TENTANG ASIMILASI, PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dan barang bukti, karena keduanya dibutuhkan dalam penyidikkan kasus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daniati, 2013

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR :M.01-PK TAHUN 1999 TENTANG ASIMILASI, PEMBEBASAN BERSYARAT DAN CUTI MENJELANG BEBAS

2016, No Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pem

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

: MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK DAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Balai Pemasyarakatan Klas I Semarang 1. Sejarah Singkat Berdirinya Balai

PELAKSANAAN DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI TINGKAT PENYIDIKAN MENURUT UU NO 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN REGISTER PERKARA ANAK DAN ANAK KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. dijabarkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan :

HUKUM PERLINDUNGAN ANAK

BAB IV TINJAUAN MANAJEMEN ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Perlindungan Hukum terhadap Anak sebagai Pelaku Tindak Pidana (Studi di Kota Pematangsiantar)

P U T U S A N. Nomor : 394/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

elr 24 Sotnuqri f,ole NPM EIALAMA}.{ PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, Tanda Tangan

2018, No bersyarat bagi narapidana dan anak; c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Syarat dan Tata

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBIMBINGAN WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peranan Pembimbing Kemasyarakatan dalam Pengadilan Anak di Pematangsiantar. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan undang-undang Dasar 1945 pasal 28H ayat (1) tentang Hak

BAB V KESIMPULAN. dua cara kerja. Pertama dari prosedur tahapan kerja yang dilakukan BAPAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

: PAS-HM : PKS LPSWX/2015

RUMAH DUTA REVOLUSI MENTAL KOTA SEMARANG. Diversi : Alternatif Proses Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PENGANGKATAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan perlindungan fisik, mental dan spiritual maupun sosial

BAB III PENUTUP. maupun hukum positif, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Bersyarat sudah berjalan cukup baik dan telah berjalan sesuai dengan

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

BAB IV GAMBARAN UMUM BALAI PEMASYARAKATAN KELAS I SEMARANG 1.1. Sejarah Berdirinya Balai Pemasyarakatan Kelas I Semarang Dalam laporan penelitian John Howard tahun 1977 yang berjudul The State Of Prison digambarkan secara kongkrit tentang kondisi penjara di Eropa yang pada umumnya sangat mengerikan dan memprihatinkan, baik dari kondisi bangunan, sanitasi, tempat hunian maupun sistem perlakuan terhadap narapidana (BAPAS, 2010: 1). Penelitian yang dilakukan, pada akhirnya membawa momen penting yang pada tahun 1926 berkembang ilmu aliran Penology yang sangat peduli akan perlunya perubahan dan pembaharuan dalam perlakuan terhadap terpidana dimana ada pemikiran baru bahwa Pidana Penjara sebagai alat pencegah dan pembinaan terhadap pelanggar hukum dinilai sudah tidak efektif lagi, dan mulai diterapkan dan dikembangkan di Eropa Pidana Percobaan atau Bersyarat (Probation dalam sistem Anglosaxon) dan Pembebasan Bersyarat (Parole) yang selanjutnya ditiru oleh Pemerintah Belanda pada tahun 1927 dengan memperlakukan Pidana Percobaan dengan sistem continental dan Pembebasan Bersyarat atau disebut PAROLE (BAPAS, 2010: 1). Pada 10 September 1921 Mr HIJMANS mengusulkan kepada Direktur Raad Van Justice untuk membentuk Jawatan REKLASERING, 52

53 sebagai Jawatan yang mengatur penanganan Pidana Bersyarat dan Pembebasan Bersyarat, serta JAWATAN PENDIDIKAN PAKSA sebagai Jawatan yang mengatur Penanganan Anak Negara dan Anak Sipil di dalam Lembaga Anak Negara dan pada tahun 1927 resmi disahkan keberadaannya di Indonesia sebagai CIKAL BAKAL Lembaga Pembinaan Klien diluar Lembaga Pemasyarakatan yang kemudian bernama BALAI BISPA (Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan Pengentasan Anak) (BAPAS, 2010: 2). Pada tanggal 03 November 1966 dibentuk Direktorat BISPA pada Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Pada tahun 1970 didirikan BALAI BISPA Perubahan BALAI BISPA menjadi BAPAS terjadi tahun 1997 berdasarkan Kep.Men Keh RI No.M.01.PR.07.03 tanggal 12 Februari 1997 dan ditindaklanjuti SK Dirjen Pemasyarakatan tanggal 07 Maret 1997 No.E.PR.07.03-17 tentang Perubahan Nama/Nomenklatur BALAI BISPA menjadi BAPAS (BAPAS, 2010: 2). 1.2. Visi, Misi, dan Fungsi Balai Pemasyarakatan Kelas I Semarang 1.2.1. Visi Terpercaya dalam melakukan pelayanan, penegakan hukum, perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia dalam rangka menjadikan klien pemasyarakatan sebagai manusia mandiri. 1.2.2. Misi 1. Memberikan pelayanan hukum, perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia klien pemasyarakatan. 2. Melaksanakan penelitian kemasyarakatan

54 3. Melakukan pengawasan terhadap klien pemasyarakatan dalam rangka perlindungan hak asasi manusia, penegakan hukum dan pencegahan kejahatan. 4. Melakukan pembimbingan dan pendampingan terhadap klien pemasyarakatan. 1.2.3. Tugas Pokok dan Fungsi Sesuai Kep.MenKeh RI No. M.01.KP.09.05 tahun 1991 tanggal 26 Maret 1991 bahwa Tugas Pokok dan Fungsi BAPAS adalah: Menyelenggarakan Program Pembimbingan Klien Pemasyarakatan, melakukan pengawasan terhadap orangtua asuh, anak asuh atau badan sosial dan orang tua atau wali serta menyiapkan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) agar dapat berintegrasi secara sehat dengan masyarakat yang bebas dan bertanggung jawab (BAPAS, 2010: 6). Balai Pemasyarakatan (BAPAS) adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang menangani pembimbingan terhadap Klien Pemasyarakatan seperti tertuang dalam pasal 1 ayat 4 UU No.12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang berbunyi : Balai Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut BAPAS adalah pranata untuk melaksanakan bimbingan Klien Pemasyarakatan Bimbingan yang dimaksud adalah terhadap klien anak maupun klien dewasa. Dalam proses peradilan, klien anak akan mendapatkan

55 perlakuan khusus dengan dilibatkannya petugas Pembimbing Kemasyarakatan (PK) Balai Pemasyarakatan (BAPAS) dalam proses hukumnya mulai dari proses penyidikan di Kepolisian, penuntutan oleh Jaksa dan Putusan/vonis dalam persidangan oleh Hakim Pengadilan Negeri (Undang-undang no.3 tahun 1997 tentang pengadilan Anak Jo Undang-undang no 11 tahun 2012 ) (Laporan Bulanan, 2014: 1). Atmowiloto berpendapat bahwa Balai Pemasyarakatan (Bapas) sangat vital dalam mewujudkan proses reintegrasi sosial yang sudah dimulai sejak pra-adjudikasi. Demikian pula pendapat Reksodiputro yang mengatakan bahwa pemasyarakatan merupakan instansi yang melakukan pemenuhan dan perlindungan hak-hak asasi tersangka (di tahap pra-adjudikasi), terdakwa (tahap adjudikasi), dan terpidana (di tahap post adjudikasi) (Laporan Bulanan, 2014: 1). Memperhatikan keterangan dan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa Balai Pemasyarakatan memiliki posisi strategis dan dapat diharapkan peranannya dalam System Peradilan Pidana Anak. Sedangkan Pembimbing Kemasyarakatan merupakan Pejabat fungsional penegak hukum yang keberadaan sangat sentral dalam menjalankan fungsi dan tugas serta peran Balai Pemasyarakatan. Peranan Pembimbing Kemasyarakatan akan bertambah manakala Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan pidana Anak diberlakukan. Undang-undang tersebut menuntut

56 kemampuan Pembimbing Kemasyarakatan untuk lebih professional dengan adanya paradigma baru berupa penerapan keadilan restorative dan diversi yakni menyelesaikan permasalahan Anak yang berhadapan dengan Hukum di Luar sistem Peradilan Anak dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat dan keluarga korban/pelaku tindak pidana (Laporan Bulanan, 2014: 2). 1.3. Proses Bimbingan Klien Balai Pemasyarakatan Kelas I Semarang A. Bimbingan Tahap Awal Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi : 1. Filling berkas yang menyertai 2. Identifikasi masalah a. Masalah dari dalam (Individu) b. Masalah dari luar (faktor lingkungan) 3. Pemilihan masalah yang disandang klien 4. Pembuatan laporan penelitian kemasyarakatan (LITMAS) 5. Penyusunan rencana program bimbingan yang diberikan 6. Pelaksanaan program bimbingan 7. Penilaian atau evaluasi pelaksanaan program bimbingan tahap berikutnya (Laporan Bulanan, 2014: 13). B. Bimbingan Tahap Lanjutan Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi : 1. Diagnosa faktor-faktor yang mempengaruhi :

57 a. Faktor Individu: (gangguan kejiwaan, broken home, disharmonisasi, mental spiritual, IPOLEKSOSBUD) b. Faktor lingkungan: (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat) 2. Bimbingan / terapi yang dibutuhkan: (bimbingan agama, bimbingan mental, bimbingan psikiatric, bimbingan latihan kerja, bimbingan social, bimbingan perseorangan, bimbingan kelompok, bimbingan pendidikan formal / informal) 3. Pemanfaatan sumber daya yang ada 4. Pelaksanaan program bimbingan 5. Penilaian / evaluasi pelaksanaan program bimbingan tahap lanjutan 6. Penyusunan pelaksanaan program bimbingan tahap berikutnya (tahap akhir (Laporan Bulanan, 2014: 13). C. Bimbingan Tahap Akhir Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi : 1. Pelaksanaan program bimbingan 2. Meliputi peluang pemberian bimbingan sesuai situasi kondisi klien 3. Masalah-masalah yang dihadapi dalam bimbingan 4. Mengamati sejauh mana perkembangan dan hasil bimbingan yang dihadapi klien 5. Meneliti sejauh mana perkembangan dan hasil pelaksanaan program bimbingan.

58 6. Mempersiapkan klien untuk mengakhirkan bimbingan dan kemungkinan pelayanan bimbingan tambahan 7. Mempersiapkan berkas / surat akhir masa bimbingan 8. Pengakhiran / penutupan masa bimbingan (Laporan Bulanan, 2014: 13). 1.4. Struktur Organisasi Balai Pemasyarakatan Kelas I Semarang KEPALA BUDI YULIARNO, Bc.IP, SH, M.Si KA. SIE. BIMB. KLIEN. DEWASA Dra. PRAPTI RAHAYU D KA. SUB. SIE REGISTRASI KUS EDI RIYANTO, SH, MH KA. SUB. SIE BIMKEMAS BUDI PRANOTO, S.Pd KA. SUB BIMKER Dra. TRIMURYATI KA. SIE. BIMB. KLIEN. ANAK GIYANTO, S. IP KA. SUB. SIE. REGISTRASI SUDIASTUTI RAHAYU KA. SUB. SIE BIMKEMAS WAHYU BUDI H, Amd. IP, SH KA. SUB. SIE BIMKER FALIKHA ARDIYANI Z, AKS, MH KA. SUB. BAG. TATA USAHA CATUR YULIWIRANTO, S.ST, MSW KA. URS. KEPEGAWAIAN HADI PRASETYO H, AKS KA. URS. KEUANGAN SAPTO WENI, SH KA. URS. UMUM SUSILO EDDY,

59