Identifikasi Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Jeruk. Identification of Citrus Basal Stem Rot Disease

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Penyebab Berdasarkan Karakter Morfologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI PENYEBAB BUSUK PANGKAL BATANG JERUK (Citrus spp.) SERTA UJI ANTAGONISME in vitro DENGAN Trichoderma harzianum DAN Gliocladium virens

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

Pengaruh Waktu Inokulasi dan Jumlah Inokulum Terhadap Patogenisitas Phytophthora nicotianae pada Bibit Tembakau

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

IDENTIFIKASI DAN UJI PATOGENISITAS PENYEBAB BUSUK PANGKAL BATANG PADA JERUK (Citrus spp.) DARI BEBERAPA SENTRA PRODUKSI JERUK DI INDONESIA

PENGENDALIAN PENYAKIT DIPLODIA (Botryodiplodia theobromae Pat) PADA TANAMAN JERUK DENGAN PESTISIDA NABATI (Phymar C) DI SULAWESI TENGGARA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Jeruk

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Jeruk ( Citrus sp.) Jeruk Japanshe Citroen ( Citrus limonia Osbeck)

JENIS TANAMAN INANG DAN MASA INKUBASI PATOGEN BOTRYODIPLODIA THEOBROMAE PAT. PENYEBAB PENYAKIT KULIT DIPLODIA PADA JERUK

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

PENGGUNAAN Trichoderma sp. SEBAGAI AGENSIA PENGENDALIAN TERHADAP Pyricularia oryzae Cav. PENYEBAB BLAS PADA PADI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

Risiko Introduksi Gandum ke Timor Tengah Utara: Penyakit Hawar Daun dan Busuk Batang

Oleh: Gusnawaty HS 1), Mariadi 1) dan Muliana 2) ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

Jurnal HPT Volume 1 Nomor 1 April 2013

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

Tungau Karat Jeruk (Phyllocoptruta oleivora)

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp.

*

Akibat Patik Setitik, Rusaklah Penghasilan Petani

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun ).

TINJAUAN PUSTAKA Nilai Ekonomi Cendawan Botryodiplodia theobromae

PENYAKIT Fusarium spp. PADA TANAMAN KARET. Hilda Syafitri Darwis, SP.MP. dan Ir. Syahnen, MS.

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

BAHAN DAN METODE. Bahan

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

Yuricha Kusumawardani, Liliek Sulistyowati dan Abdul Cholil

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

Karakteristik Empat Cendawan Patogen pada Durian: Phytophthora palmivora, Phytopythium vexans, Pythium cucurbitacearum, dan Pythium sp.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan gandum (Samadi, 1997). Mengacu pada program pemerintah akan

disukai masyarakat luas karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dalam kondisi aseptik secara in vitro (Yusnita, 2010). Pengembangan anggrek

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN (PTN 303) PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh:

KULIAH 2. ILMU PENYAKIT TUMBUHAN DASAR

SUATU MODEL PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN SLIDE CULTURE UNTUK PENGAMATAN STRUKTUR MIKROSKOPIS KAPANG PADA MATAKULIAH MYCOLOGI

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

Uji Daya Hambat Jamur Eksofit terhadap Phytophthora palmivora (Butler) Butler Penyebab Penyakit Busuk Buah Kakao secara In Vitro

BAHAN DAN METODE. Kasa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

HASIL DAN PEMBAHASAN

KONSEP, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI PENYAKIT TANAMAN

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian

TEMUAN PENYAKIT BARU

KEANEKARAGAMAN JAMUR ENDOFIT PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DAN KEMAMPUAN ANTAGONISNYA TERHADAP Phytophthora infestans ABSTRACT

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

Ralstonia solanacearum

(Gambar 1 Gejala serangan Oidium heveae pada pembibitan karet)

PENYAKIT TANAMAN KOPI DAN PENGENDALIANNYA Oleh : Abd. Muis, SP

PERKEMBANGANJamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus) TANAMAN KARET TRIWULAN IV 2014 di WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA Oleh : Endang Hidayanti, SP

V. PEMBAHASAN Penyakit gugur buah kelapa dan busuk buah kakao merupakan penyakit penting secara ekonomi dan dipandang sebagai ancaman utama pada

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.2

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tanaman jagung di Indonesia mencapai lebih dari 3,8 juta hektar, sementara produksi

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Wawancara Pengamatan dan Pengambilan Contoh

Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

Transkripsi:

ISSN: 0215-7950 Volume 10, Nomor 3, Juni 2014 Halaman 93 97 DOI: 10.14692/jfi.10.3.93 Identifikasi Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Jeruk Identification of Citrus Basal Stem Rot Disease Eka Retnosari, Julinda Bendalina Dengga Henuk, Meity Suradji Sinaga* Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680 ABSTRAK Penyakit busuk pangkal batang (BPB) menjadi kendala utama dan faktor pembatas produksi jeruk nasional. Penelitian bertujuan mengidentifikasi penyebab BPB pada tanaman jeruk dari 11 daerah produksi jeruk di Indonesia. Metode identifikasi patogen dilakukan melalui pengamatan karakter morfologi secara makroskopi dan mikroskopi. Uji Postulat Koch dilakukan untuk meyakinkan penyebab penyakit. Dua jenis patogen, yaitu Botryodiplodia theobromae, dan Phytophthora citrophthora terbukti sebagai penyebab penyakit BPB. B. theobromae ditemukan dari semua sampel tanaman, sedangkan P. citrophthora hanya ditemukan dari sampel tanaman asal Soe (Nusa Tenggara Timur). Uji Postulat Koch membuktikan bahwa dua spesies cendawan tersebut menyebabkan gejala penyakit busuk pangkal batang pada tanaman jeruk yang diinokulasi. Kata kunci: Botryodiplodia theobromae, karakter morfologi, Phytophthora citrophthora, Postulat Koch ABSTRACT One major disease of citrus is basal stem rot which may cause significant constraint on citrus production in Indonesia. Research was initiated to identify the causal agent of basal stem rot disease from 11 citrus growing areas in Indonesia. Identification of fungal pathogens was based on macroscopic and microscopic observation of morphological characters. Koch Postulate was conducted to confirm the causal agent of the disease. Two fungal pathogens, Botryodiplodia theobromae, and Phytophthora citrophthora were found associated with basal stem rot disease. B. theobromaewere isolated from all plant samples, whereas P. citrophthorawas only isolated on samples from Soe (East Nusa Tenggara). Characteristic symptoms of basal stem rot disease was developed on plants inoculated with B. theobromae and P. citrophthora; this confirmed that two fungal isolates was the causal agent of basal stem rot disease. Key words: Botryodiplodia theobromae, Koch postulate, morphological character, Phytophthora citrophthora PENDAHULUAN Jeruk merupakan salah satu komoditas hortikultura penting dan bernilai ekonomi tinggi. Salah satu kendala utama produksi jeruk ialah gangguan hama dan penyakit. Sejak tahun 1970 kondisi pertanaman jeruk di Indonesia mengalami degradasi dan hampir mengalami kehancuran karena terserang penyakit yang sangat membahayakan, yaitu penyakit citrus vein phloem degeneration (CVPD) dan Tristeza. Penyakit CVPD *Alamat penulis korespondensi: Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor Jalan Kamper, Kampus Darmaga IPB, Bogor 16680 Tel: 0251-8629364, Faks: 0251-8629362, Surel: mssinaga@yahoo.com 93

dilaporkan menyebar secara luas di Indonesia dan menyebabkan penurunan produksi jeruk (Taufik et al. 2010). Akhir-akhir ini dilaporkan adanya insidensi penyakit busuk pangkal batang (BPB) di beberapa sentra penanaman jeruk di Indonesia. Penyakit BPB atau disebut juga penyakit blendok menyebar sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian tanaman saat masih di pembibitan maupun tanaman yang sudah berproduksi di lapangan. Tanaman jeruk yang terserang menunjukkan gejala busuk pada pangkal batang disertai terbentuknya blendok (gumosis) dan mengeluarkan aroma asam (Verniere et al. 2004). Savita et al. (2012) melaporkan bahwa Phytophthora parasitica (P. nicotianae ), P. palmivora, dan P. citrophthora merupakan spesies penting yang menginfeksi jeruk. Gejala mirip busuk pangkal batang juga sering ditemukan pada tanaman jeruk di Indonesia. Penyakit kulit batang yang disebabkan oleh Botryodiplodia spp. menyebabkan gejala berupa blendok berwarna kuning yang keluar dari batang atau cabang-cabang besar. Kulit batang yang sakit akan terkelupas, penyakit terus berkembang sehingga pada kulit batang terjadi luka yang tidak teratur, meluas tetapi dangkal. Umumnya infeksi baru diketahui jika daun-daun telah menguning sehingga batang atau cabang yang sakit sudah mengalami kematian (Sado et al. 2008; Gusnawaty dan Mariadi 2013) Sampai saat ini belum ada identifikasi yang tepat mengenai patogen utama BPB di sentra produksi jeruk di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab BPB jeruk dengan metode konvensional berdasarkan karakter morfologi cendawan patogen. Identifikasi penyebab penyakit yang akurat sangat diperlukan sebagai dasar menyusun strategi pengendalian penyakit yang efektif dan efisien. BAHAN DAN METODE Sampel Tanaman Sakit Pengumpulan bahan tanaman sakit dilakukan dari 11 daerah sentra produksi jeruk yang ada di Indonesia, yaitu Garut (Jawa Barat), Jember dan Malang (Jawa Timur), Kintamani (Bali), Soe (Nusa Tenggara Timur), Banjarmasin dan Banjarbaru (Kalimantan Selatan), Berastagi (Sumatera Utara), Kampar (Riau), Muara Jambi (Jambi), dan Tulang Bawang Barat (Lampung). Bahan tanaman sakit berupa batang jeruk yang menunjukkan gejala serta tanah di sekitar pertanaman jeruk yang terserang. Isolasi Patogen dari Bahan Tanaman Sakit Isolasi dari batang dilakukan dengan metode penanaman jaringan. Sampel batang dicuci dengan air mengalir, kemudian dipotong dan didesinfeksi dengan merendamnya dalam kloroks 0.5% selama satu menit. Potongan batang dibilas menggunakan air steril sebanyak tiga kali, kemudian ditanam pada medium agar-agar kentang dekstrosa (ADK). Koloni isolat cendawan yang tumbuh dan menunjukkan ciri koloni Phytophthora spp. dibiakkan pada medium agar-agar V8 untuk merangsang sporulasinya. Isolasi sampel tanah dilakukan dengan metode pengumpanan buah apel. Pengumpanan dilakukan dengan cara melubangi buah apel dengan pembor gabus sedalam ± 1 cm, sebelumnya buah apel diberi perlakuan desinfeksi dengan NaOCl 1%. Sampel tanah dimasukkan ke dalam lubang pada buah apel, kemudian lubang ditutup dengan selotip, dan diinkubasi selama 2 3 hari pada suhu ruang. Jika terlihat gejala bercak yang muncul pada buah, bagian yang bergejala tersebut diambil dan dibiakkan pada medium ADK dan medium selektif agar-agar V8. Identifikasi Patogen Berdasarkan Karakter Morfologi Identifikasi patogen secara makroskopi dilakukan dengan mengamati warna koloni, tipe koloni, dan lama pertumbuhan cendawan pada medium ADK dan agar-agar V8. Identifikasi secara mikroskopi dilakukan untuk menentukan karakter morfologi Phytophthora yang meliputi bentuk dan ukuran sporangium, sporangiofor, papila, septum hifa, dan klamidospora. Karakter 94

morfologi Botryodiplodia atau Diplodia yang diamati meliputi hifa, stroma, piknidium, konidiofor, klamidospora, bentuk dan ukuran konidium. Kunci identifikasi Phytophthora menggunakan Erwin dan Ribeiro (1996) dan Botryodiplodia menggunakan Barnett dan Hunter (1998). Uji Postulat Koch Uji ini dilakukan menggunakan batang planlet dan bibit jeruk varietas Japanese citroen. Batang disemprot dengan air steril, dibersihkan menggunakan kloroks 0.5%, dan dibilas dengan air steril. Permukaan batang dilukai dengan jarum sebanyak 5 kali tusukan. Potongan biakan murni patogen berumur 6 hari ditempelkan pada bagian luka tersebut, kemudian ditutup dengan kapas yang dibasahi air steril dan diselotip. Insidensi penyakit ditentukan berdasarkan gejala yang muncul. HASIL Penyebab Penyakit Botryodiplodia spp. ditemukan dari semua sampel tanaman sakit, sedangkan Phytophthora spp. hanya ditemukan dari sampel asal Kabupaten Soe, Nusa Tenggara Timur. Koloni Botryodiplodia spp. awalnya berwarna putih dan pertumbuhannya aerial, namun setelah hari ke-4 miselium menjadi abu-abu sampai kehitaman dan setelah 7 atau 8 hari menjadi berwarna hitam. Secara umum pertumbuhan Botryodiplodia spp. sangat cepat pada medium ADK. Hifa Botryodiplodia spp. bersekat, hialin dan menjadi kecokelatan sejalan umur. Pembentukan klamidospora secara interkalar. Pertumbuhan piknidium pada medium ADK sangat lambat, yaitu ± 30 hari setelah isolasi. Ketika koloninya dipindahkan ke medium agar-agar air yang diberi potongan jerami padi steril maka piknidium dibentuk pada hari ke-14. Pembentukan piknidium terjadi secara berkelompok dalam stroma. Piknidium berisi banyak konidium muda dan konidium matang, keduanya berbentuk ovoid dan elipsoid. Konidium muda berwarna hialin, dindingnya terdiri atas dua lapisan, berbentuk granular dan tidak bersekat. Konidium matang berwarna cokelat, dinding selnya hanya satu lapisan dan memiliki satu sekat sehingga membentuk dua sel. Ukuran konidium bervariasi dengan panjang 18.8 31.9 μm dan lebar 11.3 18.8 μm (Tabel 1). Berdasarkan karakter morfologi yang diamati secara mikroskopi, isolat tersebut merupakan B. theobromae. Koloni Phytophthora spp. yang dibiakkan pada medium ADK dapat tumbuh memenuhi cawan berdiameter 9 cm pada 12 hari setelah inokulasi; sedangkan pada medium agaragar V8 pertumbuhan koloni lebih cepat, yaitu 10 hari setelah inokulasi. Hifa tidak bersekat, bercabang, hialin, terdapat bagian yang membengkak. Klamidospora membulat Tabel 1 Ukuran konidium Botryodiplodia theobromae Asal isolat Panjang (p) Lebar (l) Rata-rata p x l Nisbah p : l Berastagi 26.3 30.0 13.1 15.0 27.8 x 14.3 2.0 Kampar 26.3 28.1 13.1 16.9 27.4 x 14.6 1.9 Muara Jambi 24.4 28.1 13.1 16.9 26.3 x 15.0 1.8 Tulang Bawang Barat 24.4 28.1 15.0 16.9 26.3 x 15.4 1.7 Garut 26.3 30.0 15.0 16.9 27.8 x 16.1 1.7 Jember 28.1 30.0 15.0 18.8 28.5 x 16.9 1.7 Malang 22.5 26.3 13.1 15.0 24.8 x 14.3 1.7 Kintamani 18.8 24.4 11.3 15.0 21.8 x 13.1 1.7 Soe 18.8 26.3 11.3 22.5 x 11.3 2.0 Banjarbaru 24.4 26.3 15.0 25.5 x 15.0 1.7 Banjarmasin 28.1 31.9 15.0 18.8 29.6 x 16.5 1.8 95

dibentuk secara interkalar. Bentuk sporangium tidak beraturan atau asimetris, dapat dibedakan menjadi 3 jenis (Gambar 1). Sporangium tipe c berukuran lebih besar dibandingkan dengan sporangium tipe a dan b (Tabel 2). Berdasarkan kunci identifikasi Erwin dan Ribeiro (1996), isolat Phytophthora spp. yang berasal dari Kabupaten Soe (NTT) ialah P. citrophthora. Uji Postulat Koch Pada tanaman kontrol tidak terlihat munculnya gejala, sedangkan tanaman yang diinokulasi menunjukkan gejala berupa nekrosis pada titik inokulasi setelah permukaan batang disayat. Planlet Japanese citroen yang diinokulasi menunjukkan gejala klorosis yang berkembang menjadi nekrotik dan membentuk gumosis, akhirnya mengalami kematian. Perkembangan pertumbuhan dan infeksi B. theobromae lebih cepat dibandingkan dengan P. cithrophthora meskipun gejala awal berupa klorosis terbentuk pada waktu yang sama, yaitu 3 hari setelah inokulasi. Gejala pada bibit berupa gejala cekung pada permukaan kulit batang dan mengeluarkan gumosis yang terlihat bening ketika basah dan menjadi cokelat keemasan setelah mengering. Bercak meluas sampai mengelilingi batang dan akar membusuk sehingga bibit mengalami kematian. PEMBAHASAN Penyakit BPB yang menyerang tanaman jeruk tersebar di seluruh dunia dan menyebabkan kehilangan hasil. Penyakit tersebut menyebabkan daun, bunga, dan buah mengering dan rontok pada semua stadium pertumbuhan tanaman di pembibitan maupun di lapangan. Gejala khas penyakit BPB berupa busuk pada batang bawah atau di sekitar mahkota akar dekat dengan permukaan tanah. Busuk batang ditandai oleh jaringan batang dan kambium berwarna cokelat kekuningan. Pada permukaan batang, infeksi sering tampak seperti terlokalisasi atau sering kelihatan tidak meluas walaupun sebenarnya infeksi sudah meluas pada kambium dan menyebabkan jaringan batang retak, hancur dan mengeluarkan gumosis. Pada batang di atas permukaan tanah, gumosis dapat terjadi berlebihan, sedangkan di bawah permukaan tanah pembentukan gumosis berkurang karena biasanya terserap oleh air tanah (Savita et al. 2012). Pengendalian penyakit BPB terutama dilakukan secara kultur teknis dan kimiawi. Efisiensi pestisida nabati dari kulit biji mete untuk menekan penyakit kulit diplodia telah diteliti Gusnawaty dan Mariadi (2013). Pengendalian secara kultur teknis yang a b c Gambar 1 Bentuk asimetri sporangium Phytophthora citrophthora. Tabel 2 Ukuran sporangium Phytophthora citrophthora Tipe sporangium* * Bentuk sporangium P. citrophthora ialah asimetris (distorsi). 96 Panjang (p) Lebar (l) Rata-rata p x l Nisbah p : l a 14.2 19.3 11.3 16.9 18.8 x 15.0 1.3 b 11.3 16.9 9.1 14.2 15.0 x 13.1 1.1 c 24.4 28.1 14.2 19.3 26.3 x 18.8 1.4

dianjurkan ialah melalui penanaman jeruk di atas gundukan-gundukan setinggi 20 25 cm, tetapi tanaman tidak dibumbun agar batang atas tidak berhubungan dengan tanah. Benih disarankan menggunakan mata tempel setinggi 30 35 cm dari permukaan tanah untuk mengurangi kemungkinan batang atas yang rentan terinfeksi cendawan tanah. Selama pertumbuhan tanaman harus diupayakan untuk mengurangi kelembapan kebun dan mengatur drainase, memperhatikan sanitasi lingkungan atau kebun. Pelukaan pada akar dan pangkal batang harus dihindari. Apabila ditemui gejala tanaman yang terserang berat harus segera dibongkar dan dibakar. Demikian pula, bagian tanaman yang menunjukkan gejala awal harus dipotong dan dibakar. Setelah dipotong, bagian kulit batang yang sehat di sekitarnya diolesi fungisida karbendazim 6.2% ditambah dengan mankozeb atau tembaga oksiklorida 73.8%. Tindakan pencegahan penyakit secara kimiawi umumnya dilakukan dengan pengolesan ter (Carbolineum plantarum 50%) pada pangkal batang dan akar-akar yang tampak dari luar sampai setinggi 50 cm. Perlakuan tersebut dianjurkan dimulai pada tahun ketiga setelah penanaman dan setiap awal musim hujan (Alvarez et al. 2008; Savita et al. 2012). Hasil identifikasi cendawan membuktikan bahwa B. theobromae merupakan patogen penyebab penyakit BPB di 11 daerah (Garut, Jember, Malang, Kintamani, Soe, Banjarmasin, Banjarbaru, Berastagi, Kampar, Muara Jambi, dan Tulang Bawang Barat) serta P. citrophthora di daerah Soe (Nusa Tenggara Timur. Dari daerah Banjarmasin juga diperoleh isolat Gliocladium sp., tetapi isolat tersebut terbukti bukan penyebab penyakit BPB. Hasil ini merupakan konfirmasi bahwa penyebab utama BPB pada jeruk di Indonesia ialah B. theobromae. DAFTAR PUSTAKA Alvarez LA, Vincent A, De la Reca E, Bascon J, Abad-Campos P, Aremongal J. 2008. Branch cankers on citrus tress in Spain caused by Phytophthora citrophthora. Plant Pathol. 57(1):84 91. DOI: http://dx.doi. org/10.1111/j.1365-3059.2007.01702.x. Barnett HL, Hunter BB. 1998. Ilustrated Genera of Imperfect Fungi. Ed ke-4.minnesota (US): Burgess Publishing Company. Erwin DC, Ribeiro OK. 1996. Phytophthora Diseases Worldwide. Minnesota (US): APS Press. Gusnawaty HS, Mariadi. 2013. Pengendalian penyakit diplodia (Botryodiplodia theobromae Pat.) pada tanaman jeruk dengan pestisida nabati (Phymar C) di Sulawesi Tenggara. Agriplus. 23(2):98 102. Sado F, Yumi I, Keisuke T, Satoshi T, Atsushio, Kazuko T. 2008. Black band of jew s marrow caused by Lasiodiplodia theobromae. J Gen Plant Pathol. 74:91 93. DOI: http://dx.doi.org/10.1007/s10327-00 7-0056-2. Savita, Virk GS, Nagpal A. 2012. Citrus diseases caused by Phytophthora species. GERF Bull Biosci. 3(1):18 27. Taufik M, Kharuni A, Pakki T, Giyanto. 2010. Deteksi keberadaan citrus vein phloem degeneration (CVPD) dengan teknik polymerase chain reaction (PCR) di Sulawesi Tenggara. J HPT Tropika. 10(1):73 79. Verniere C, Cohen S, Raffanel B, Dubois A, Venars P, Panabieres F. 2004. Variability in pathogenicity among Phytophthora spp. isolated from citrus disease in Corsica. J Phytopathol. 152(8 9):476 483. DOI: http://dx.doi.org/10.1111/j.1439-0434. 2004.00878.x. 97