LIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK:

dokumen-dokumen yang mirip
Hidup dan Sumber Daya Alam

Kertas Posisi Lima Tahun Pemberlakukan UU KIP di bidang LH SDA, April 2015.

Tata Kelola Hutan Yang Baik Membutuhkan Informasi Kehutanan Yang Baik

Policy Brief Tata Kelola Kehutanan

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015

Tata Kelola Yang Tak Kunjung Membaik: Penilaian Masyarakat Sipil Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Hutan Dan Lahan Di 16 Kabupaten

Evaluasi Tata Kelola Sektor Kehutanan melalui GNPSDA (Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam) Tama S. Langkun

Hasil Evaluasi Pelaksanaan Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

Jakarta, 28 Agustus 2016 Evaluasi Implementasi Parlemen Modern: Komitmen Transparansi DPR Patut Diragukan

Pemantauan Pelaksanaan KIP di Institusi Polri

Transparansi merupakan komponen kunci

Menggali Kehancuran di Sunda Kecil

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

LAPORAN KOMISI INFORMASI PROVINSI JAWA BARAT Tahun 2012

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA

LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Tahun 2016

Perkembangan Penelitian Terpadu Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan dalam Revisi RTRWP

Tata kelola hutan yang baik tidak dapat

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

Undang-undang Keterbukaan Infomasi

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

INDIKASI KERUGIAN NEGARA AKIBAT DEFORESTASI HUTAN. Tim Penulis: Egi Primayogha Firdaus Ilyas Siti Juliantari Rachman

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL LAPORAN TAHUNAN PENGELOLAAN DAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

LAPORAN PERMOHONAN INFORMASI

BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL LAPORAN TAHUNAN PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA

RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI)

PENERAPAN KEBIJAKAN PERTAMBANGAN DI DAERAH, TATA KELOLA PEMERINTAH DAERAH DALAM PRAKTEK LAPANGAN

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

FORMULIR 3 RENCANA KERJA KEMENTERIAN/LEMBAGA (RENJA-KL) TAHUN ANGGARAN 2016

PROYEKSI PERKEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL DI SUMATERA SELATAN

2011, No Menetapkan Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5149); 3. Peraturan Menteri

Menyoal Transparansi Pengelolaan Pajak Negara, antara markus dan gayus

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Keterbukan Infomasi Pintu Perbaikan Tata Kelola Hutan

`````````````````` LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) PEMBANTU PELAKSANA

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA TOR & RAB. : Optimalisasi Peran Pemerintah Daerah Dalam Mendukung Sekretariat Komisi Informasi

PENGELOLAAN PNBP SDA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA. Biro Keuangan Kementerian ESDM

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

Hasil Penilaian PROPER 2015

CATATANKEBIJAKAN. Peta Jalan Menuju EITI Sektor Kehutanan. No. 02, Memperkuat Perubahan Kebijakan Progresif Berlandaskan Bukti.

-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19

HASIL SURVEI PERTAMBANGAN KABUPATEN DAN PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi.

LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi.

KATA PENGANTAR. Mataram, Januari 2015 KOMISI INFORMASI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT. Ketua, Ir. Drs. Muhammad Syauqie, MM. Laporan Tahunan 2014 (iii)

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Disampaikan pada acara :

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

Rasionalisasi. Anggaran Prioritas Untuk Perbaikan Tata Kelola Hutan dan Lahan di Provinsi Riau Tahun Anggaran 2016

LAPORAN PPID BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK

2. Tujuan dilahirkannya UU. No. 14 Tahun 2008 adalah: menjamin hak warga negara utk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan

LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013

CAPAIAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN JANUARI DIREKTORAT JENDERAL PENEGAKAN HUKUM

DATA DAN INFORMASI KEHUTANAN

Berita buruk bagi lingkungan: berkomplotnya mafia peradilan dengan korporasi perusak hutan! ---Analisis terhadap putusan-putusan Kallista Alam---

LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

INDEKS TATAKELOLA PEMERINTAHAN PROVINSI RIAU

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BULELENG PETUNJUK TEKNIS PEMANTAU PEMILIHAN, LEMBAGA SURVEI ATAU JAJAK PENDAPAT DAN PENGHITUNGAN CEPAT

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Oleh : DR. TGH. M. ZAINUL MAJDI GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

INTEGRITAS SEKTOR PUBLIK INDONESIA TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

Yang Terhormat: Sulawesi Tengah

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor P

Perjuangan Belum Sampai Harapan

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKALIS

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI ( PPID ) KABUPATEN SAMPANG

LAPORAN TAHUNAN PELAYANAN INFORMASI PEJABAT PENGELOLA INFORMASI DAN DOKUMENTASI (PPID) PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016

PENJELASAN ATAS PERATURAN KOMISI INFORMASI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PROSEDUR PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK

OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA DALAM RAPBNP 2011

Inception Report. Pelaporan EITI Indonesia KAP Heliantono & Rekan

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK ATAS DOKUMEN PERIZINAN INVESTASI BERBASIS HUTAN DAN LAHAN

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG

Peran ORI dalam penyelesaian laporan/pengaduan dan pengawasan implementasi UU Pelayanan Publik

Oleh : Giorgio Budi Indrarto 1

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN NOMOR 70 TAHUN 2011 TENTANG TATA KELOLA LAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

LAPORAN TAHUNAN KOMISI INFORMASI KOTA CIREBON Sekretariat ; Jl. ARAFURU (Komplek TNI-AL Dewa Ruci) Tlp/Fax. (0231) , Kota Cirebon 45131

TUGAS DAN FUNGSI BIRO, BAGIAN, DAN SUBBAGIAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA. No BIRO BAGIAN SUB-BAGIAN

PEMBINAAN KELEMBAGAAN KOPERASI

Koalisi Masyarakat Sipil untuk Transparansi dan Akuntabilitas Tata Kelola Sumberdaya Ekstraktif

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN Daerah Istimewa Yogyakarta

Laporan Pelayanan Informasi KPU Sumatera Barat

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID PEMBANTU BKPMPT PROVINSI BANTEN TAHUN 2014

Transkripsi:

Kertas Posisi LIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK: Buka Informasi, Selamatkan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam! Disusun oleh: ICEL, Seknas FITRA, IPC, JARI Kalteng, JARI Borneo, WALHI Sumatera Selatan, FITRA Riau, FITRA Sumatera Selatan, MaTA Aceh, GERAK Aceh, KH2 Institute, SAMPAN, PWYP Indonesia, FWI, ICW, JATAM Kaltim, GEMA ALAM, FOINI LIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK 1

Pengantar Masyarakat sipil Indonesia mengapresiasi langkah pemerintah Indonesia yang telah mengesahkan Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP). UU KIP efektif berlaku pada 30 April 2010. Kertas posisi ini disusun untuk mengevaluasi 5 tahun pelaksanaan UU KIP. Tujuannya adalah untuk menyampaikan hasil temuan di lapangan atas pelaksanaan UU KIP dan memberikan rekomendasi atas temuan yang ada untuk memperbaiki pelaksanaan UU KIP dalam rangka mendorong pelaksanaan transparansi yang lebih baik, khususnya di sektor lingkungan hidup dan sumber daya alam. Hasil temuan masyarakat sipil dibangun melalui proses uji instrumen pelaksanaan UU KIP dan pemantauan langsung dilapangan serta melakukan seri diskusi untuk menghasilkan temuan-temuan dan rekomendasi. 2 LIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

Temuan-Temuan Strategis A. Pemerintah Melanggar UU KIP Pasal 64 Ayat (2) UU KIP menyatakan bahwa: Penyusunan dan penetapan Peraturan Pemerintah, petunjuk teknis, sosialisasi, sarana dan prasarana, serta hal-hal lainnya yang terkait dengan persiapan pelaksanaan Undang- Undang ini harus rampung paling lambat 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan. Lima tahun UU KIP berlaku, pelaksanaannya berjalan lambat. Data Ditjen IKP-Kominfo, 11 Februari 2015 menunjukkan bahwa badan publik di seluruh Indonesia yang telah membentuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) hanya 49,14%, dengan rincian: Tabel-1 Rekapitulasi Jumlah PPID Tahun 2015 No Badan Publik Jumlah Telah Menunjuk PPID % 1 Kementerian 34 34 100,00 2 LPNK/LNS/LPP 129 43 33,33 3 Provinsi 34 30 88,24 4 Kabupaten 399 174 43,61 5 Kota 98 60 61,22 TOTAL 694 341 49,14 Data di atas masih sebatas mandat pembentukan PPID dan belum memasukkan mandat penyusunan standar operasional prosedur (SOP) pengelolaan dan pelayanan informasi, penyusunan daftar informasi publik, laporan pelaksanaan UU KIP, dan sebagainya. Apabila keseluruhan mandat ini diakumulasikan, maka dapat dipastikan tingkat ketaatan badan publik dalam melaksanaan UU KIP akan jauh lebih rendah dari tingkat ketaatan untuk membentuk PPID saja. Berdasarkan hasil pemantauan masyarakat sipil pada tujuh provinsi (Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Riau, dan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)), ditemukan fakta bahwa NAD, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Barat memiliki prosentase pembentukan PPID yang bagus. Hal ini dikarenakan adanya peran aktif pemerintah provinsi dan Komisi Informasi provinsi untuk mendorong pembentukan PPID di kabupaten/kota. Dalam konteks NAD, Komisi Informasi Provinsi NAD melakukan pemeringkatan secara berkala ditingkat SKPD provinsi, kabupaten/kota, dan partai politik. Sementara di LIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK 3

Provinsi Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Barat, masyarakat sipil dan pemerintah provinsi menginisiasi pembentukan forum PPID kabupaten/kota se-provinsi sebagai upaya untuk mendorong pembentukan dan koordinasi antar PPID. Tabel-2 Jumlah PPID yang Terbentuk 2015 Provinsi PPID Wajib Terbentuk (Provinsi dan Kab/Kota) PPID yang Terbentuk Sumatera Selatan 18 9 50% Kalimantan Tengah 15 8 53,3% Kalimantan Barat 15 12 80% Kalimantan Utara 6 2 33,3% Kalimantan Timur 11 4 36,3% Riau 13 8 61,5% Nanggroe Aceh Darussalam 24 24 100% Nusa Tenggara Barat 11 11 100% Sumber: Kompilasi Data Masyarakat Sipil, 28 April 2015 % Di sisi lain, masyarakat sipil menemukan 7 (tujuh) provinsi yang belum membentuk Komisi Informasi Provinsi (KI Provinsi). Pasal 60 UU KIP menyatakan bahwa: Komisi Informasi Provinsi harus dibentuk paling lambat 2 (dua) tahun sejak diundangkannya Undang-Undang ini. Ketujuh provinsi tersebut adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi Kalimantan Utara, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara, dan Provinsi Papua Barat. Belum dibentuknya KI Provinsi di tujuh provinsi ini berdampak pada lambatnya pelaksanaan keterbukaan informasi di tujuh provinsi tersebut. B. Badan Publik Sektor LH-SDA Sangat Tertutup Berdasarkan studi Indeks Kelola Hutan dan Lahan (IKHL) yang dilakukan ICEL dan Seknas FITRA, data permintaan informasi di Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Selatan, Riau, dan NAD menunjukkan bahwa badan publik sektor LH-SDA masih tertutup. Dari total 975 dokumen terkait LH-SDA yang diminta masyarakat sipil di 7 provinsi (Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan 4 LIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

Barat, Riau, Sumatera Selatan, NAD, NTB), hanya 127 yang diberikan. Berdasarkan Grafik-1 menunjukkan bahwa hanya 13 persen dokumen yang diberikan oleh badan publik kepada masyarakat yang meminta informasi. Dari 489 dokumen izin dan AMDAL yang diminta, hanya 35 dokumen (7%) yang dapat diperoleh. Begitu juga dengan dokumen kebijakan dan anggaran pada sektor kehutanan, perkebunan dan pertambangan, hanya 92 dokumen (19%) yang dapat diakses dari 486 dokumen. Periode 2014-2015, terdapat 27 permohonan sengketa informasi sektor LH-SDA ke Komisi Informasi, 18 permohonan dikabulkan oleh Grafik-1 Jumlah Permohonan Informasi Sektor LH - SDA tahun 2014-2015 Permohonan Informasi Dokumen LH-SDA, 2014-2015 600 500 400 489 486 19% 20% 15% 300 10% 200 100 0 7% 92 35 Izin AMDAL Anggaran dan Kebijakan Diminta Diberikan Prosentasi 5% 0% Tabel-3 Sengketa Informasi oleh Masyarakat Sipil Daerah Jumlah Dikabulkan Aceh 6 5 Kalteng 1 1 Kaltim 6 2 Kaltara 4 2 Kalbar 3 3 Sumsel 4 4 Nasional 3 1 Total 27 18 Sumber: Kompilasi Data Masyarakat Sipil, 28 April 2015 Komisi Informasi. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan dokumen publik di sektor LH-SDA, masyarakat sipil harus menempuh upaya penyelesaian sengketa informasi di Komisi Informasi. Meskipun Tabel-3 menunjukkan dikabulkannya permohonan sengketa informasi oleh Komisi Informasi, tetapi pada beberapa kasus di Bulungan, Musi Banyuasin, dan Ogan Komering Ilir, badan publik tidak melaksanakan putusan Komisi Informasi. Selain itu, masih ditemukan inkonsistensi pelaksanaan UU KIP, sebagaimana pada kasus sengketa FWI melawan KLHK. (Lihat Box 1) LIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK 5

Sektor LH-SDA jauh lebih tertutup dibandingkan dengan sektor pelayanan publik. Studi yang dilakukan oleh Seknas FITRA tahun 2011-2012 untuk mengukur kinerja pemerintah daerah dalam pengelolaan pelayanan publik dan sektor LH-SDA menunjukkan bahwa kinerja di sektor LH- SDA jauh lebih rendah dibandingkan sektor pelayanan publik. 1 Indeks (skor) Transparansi dalam LBI mencapai 27,7 dari 100 persen, sedangkan dalam IKHL hanya 11,4 dari 100 persen. Skor 11,4 masuk dalam kategori kurang transparan (0 23,3 persen). Dokumen terkait perizinan masih sangat sulit diakses oleh masyarakat. Dari 410 dokumen yang diminta (uji akses) dalam studi LBI hanya 82 dokumen (20%) yang diperoleh, dengan rincian 73 dokumen diperoleh melalui surat permintaan, dan hanya 9 yang dipublikasikan. Pada studi IKHL, hanya 53 dokumen (17%) yang diperoleh dari 311 dokumen yang diminta. Boks 1 Contoh Inkonsistensi Badan Publik dalam Pelaksanaan UU KIP 2013 2014 2015 1. Yayasan Forest Watch Indonesia vs Kementerian Kehutanan Agustus 2013: Kemenhut tidak menanggapi permohonan informasi September 2013: Kemenhut tidak menanggapi keberatan informasi Januari 2014: Yayasan FWI kalah legal standing ketika menyelesaikan sengketa informasi dengan Kemenhut 2. Individu Forest Watch Indonesia vs Kementerian Kehutanan Februari 2014: Kemenhut tidak menanggapi permohonan informasi Mei 2014: Kemenhut menanggapi keberatan informasi dengan mengajak musyawarah Klarifikasi permohonan informasi Kemenhut akan memberikan informasi yang dimohonkan, namun kesepakatan itu diingkari 3. Perkumpulan Forest Watch Indonesia vs Kementerian Kehutanan Oktober 2014: Kemenhut menanggapi permohonan informasi namun menolak memberi informasi Hingga sekarang: sengketa informasi an. perkumpulan FWI dengan Kemenhut masih dalam proses penyelesaian 1 Local Budget Index mengukur sejauhmana praktik-praktik pengelolaan anggaran daerah dijalankan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola. Sektor yang diuji dalam LBI adalah Pendidikan, Kesehatan dan Pekerjaan Umum/Infrastruktur. Sedangkan sektor yang menjadi fokus Indeks Kelola Hutan dan Lahan adalah kehutanan, perkebunan dan pertambangan. 6 LIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

Grafik-2 Perbandingan Indeks Kelola Pelayanan Publik dengan Indeks Kelola LH-SDA Indeks Kelola Pelayanan Publik (LBI) Indeks Kelola LH-SDA (IKHL) Sumber: Data LBI (FITRA 2011) dan IKHL (FITRA ICEL 2012) C. Buruknya Transparansi dan Tata Kelola di Sektor Minerba Menyebabkan Kebocoran Penerimaan Negara Lebih dari 50 kelompok masyarakat sipil di Indonesia yang tergabung dalam Koalisi Anti Mafia Tambang menyatakan bahwa pemerintah menanggung kerugian hingga Rp 4,6 triliun dari kekurangan pembayaran iuran tetap dan royalti perusahaan tambang sepanjang 2010-2013. Hal ini disebabkan oleh tertutupnya informasi tentang perusahaan-perusahaan minerba yang masih memiliki tanggungan hutang dari iuran tetap dan royalti yang seharusnya dibuka oleh pemerintah sehingga masyarakat sipil dapat melakukan pengawasan. Kerugian ini dihitung dari hasil rekapitulasi data Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara di 12 provinsi. 2 Pengalaman di Kalimantan Barat, ketika dokumen izin usaha dan pendukungnya dibuka kepada publik, masyarakat sipil dapat melakukan pemantauan dan pengaduan kepada pemerintah sehingga pemerintah dapat melakukan pencabutan/revisi izin dan penagihan kurang bayar atas iuran PNBP (iuran tetap dan royalti). Hal ini menunjukkan bahwa keterbukaan informasi mendorong upaya penyelamatan sumber daya alam dan kerugian negara. 2 h ttp://www.tempo.co/read/news/2014/12/08/090626953/tiga-tahun-sektor-tambang-rugikan-negara-rp-46-t diakses pada 11 Desember 2014 LIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK 7

D. Buruknya Transparansi Pengelolaan Hutan dan Lahan Diduga Berkontribusi Terhadap Angka Deforestasi Berdasarkan data Forest Watch Indonesia tentang perubahan tutupan hutan tahun 2009-2013, angka deforestasi Kabupaten Berau sebesar 113.233 Ha dan 88.296 Ha untuk Kabupaten Ketapang (FWI: 2014). Berdasarkan studi IKHL yang dilakukan ICEL tahun 2012-2013, indeks transparansi kedua kabupaten tersebut dalam kategori buruk, yaitu 7.07 untuk Kabupaten Berau dan 10.30 untuk Kabupaten Ketapang. Data tersebut mengindikasikan bahwa semakin tidak transparan, maka semakin tinggi angka deforestasinya. Berikut data yang menjelaskan hal di atas: Grafik-3 Transparansi vs. Deforestasi E. Keterbukaan Informasi Terancam oleh UU Ormas dan RUU Rahasia Negara. Belum juga UU KIP dilaksanakan dengan serius, ternyata ancaman terhadap keterbukaan informasi justru muncul dari agenda legislasi yang kontraproduktif dalam pelaksanaan UU KIP. Sejak disahkan pada 22 Juli 2013, UU Ormas secara nyata membatasi hak masyarakat atas informasi, terutama organisasi masyarakat sipil (OMS) di daerah. Hal ini terjadi karena pemerintah daerah salah menafsirkan kewajiban OMS memiliki Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dari Kesbanglinmas. Akibat tanpa SKT tersebut, pemerintah daerah menolak melayani permohonan informasi yang diajukan OMS yang tidak bisa menyertakan SKT. Padahal legalitas OMS tidak hanya 8 LIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

ditentukan oleh SKT, tetapi dapat dilakukan melalui Kemenkum-HAM atau instansi lainnya, tergantung dari bentuk kelembagaan OMS tersebut. Peta dampak UU Ormas terhadap kebebasan akses informasi dapat dilihat pada link berikut ini: http://www.yappika.or.id/(peta Pantauan UU Ormas). Belum selesai dengan UU Ormas, pelaksanaan UU KIP berpotensi terancam juga dengan masuknya RUU Rahasia Negara dalam usulan Prolegnas 2015-2019. Semangat keterbukaan informasi yang diusung UU KIP akan berhadapan dengan semangat ketertutupan yang diusung oleh RUU Rahasia Negara. Padahal pembahasan RUU Rahasia Negara telah dihentikan oleh Pemerintah dan DPR RI pada tanggal 16 September 2009. Bahkan disinyalir RUU ini akan diagendakan juga dalam usulan RPJMN tahun 2015-2019. Jika Pemerintahan Jokowi-JK serius mengagendakan keterbukaan informasi, maka pemerintah harus berani mengoreksi hal ini. Rekomendasi Masyarakat Sipil Indonesia Berdasarkan potret keterbukaan informasi LH-SDA yang telah diuraikan di atas, berikut ini rekomendasi kepada Pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla untuk: 1. Memberikan disinsentif bagi Badan Publik pemerintah di tingkat pusat dan daerah yang belum membentuk Komisi Informasi provinsi, PPID Utama, PPID Pembantu, Sistem Informasi Publik, SOP dan Daftar Informasi Publik. Disinsentif yang dapat diterapkan misalnya: pengurangan Dana Alokasi Umum (DAU) untuk provinsi dan kabupaten/kota, serta mengurangi dana program dukungan manajemen teknis kementerian/ lembaga. 2. Segera mengeluarkan skema kebijakan yang memerintahkan kepada badan publik untuk melaksanakan hasil putusan Komisi Informasi dan Pengadilan. 3. Segera membuat dan mengedarkan panduan dan daftar informasi yang terbuka pada sektor LH-SDA yang berlaku secara nasional dengan memperhatikan usulan masyarakat sipil. Secara khusus mendorong Komisi Informasi Pusat dan provinsi untuk: 1. Mempublikasikan badan publik yang tidak melaksanakan putusan Komisi Informasi dan pengadilan; 2. Membuka dan memperkuat mekanisme pengaduan atas pelanggaran kode etik anggota Komisi Informasi. LIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK 9

Didukung oleh: 10 LIMA TAHUN PEMBERLAKUAN UU KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK