TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika Barat, merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai

ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CPO (CRUDE PALM OIL) DI PABRIK KELAPA SAWIT TAMIANG PT. PADANG PALMA PERMAI

ANALISIS KONSISTENSI MUTU DAN RENDEMEN CRUDE PALM OIL (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT TANJUNG SEUMANTOH PTPN I NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit ( E. guineensis Jacq) diusahakan secara komersil di Afrika, Amerika

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1848, dibawa dari Mauritius dan Amsterdam oleh seorang warga Belanda.

Model Penilaian Cepat untuk Kinerja Industri Kelapa Sawit (Rapid Appraisal for Palm Oil Industrial Performance)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, Mei 2011

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di kebun raya Bogor. Tanaman kelapa sawit

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

TUGAS AKHIR WINDA WAHYUNI SILITONGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. serta genus Elaeis dengan spesies Elaeis guineensis Jacq. 8 m ke dalam tanah dan 16 m tumbuh ke samping (PANECO, dkk., 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. standar (Montgomery, 1990). Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. hutan Brazil dibanding dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGELOLAAN TENAGA KERJA PANEN DAN SISTEM PENGANGKUTAN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat yang

ANALISIS KEHILANGAN MINYAK PADA CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL

II.TINJAUAN PUSTAKA. Proses ini sangat penting karena akan berpengaruh pada proses-proses selanjutnya. Proses

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS (ALB) DAN KADAR AIR PADA PALM KERNEL OIL (PKO) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV (PERSERO) PABATU KARYA ILMIAH

PEMBAHASAN Penetapan Target

TI JAUA PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

TUGAS AKHIR MESTIKA Y. D. OPPUSUNGGU

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pemerintah sedang menggalakkan produksi non-migas,

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

EFEKTIVITAS PROSES PEMBUANGAN UDARA MELALUI PIPA CONDENSATE PADA STASIUN REBUSAN (STYLIZER) DI PABRIK KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

KELAPA SAWIT dan MANFAATNYA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Pengendalian Kualitas Kadar Air Produk Kerupuk Udang Berbasis SNI Menggunakan Statistical Quality Control Method

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) adalah

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

Kata kunci: Daya Saing, Peningkatan Kualitas yang Berkesinambungan, Kualitas Produk, Kapabilitas Proses (Cp), Indeks Kinerja Kane (Cpk)

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

KARYA ILMIAH DARWIS SYARIFUDDIN HUTAPEA

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENERAPAN TEKNOLOGI

BAB I LATAR BELAKANG

PEMBAHASAN (A) (B) (C) (D) Gambar 13. TBS Yang Tidak Sehat (A) Buah Mentah dan Abnormal, (B) Buah Sakit, (C) Buah Batu dan (D) Buah Matang Normal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur diluar daerah asalnya. Bagi Indonesia tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batag bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien hallet dan budidaya yang dilakukan diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya perkebunan di Indonesia. Sejak saat ini perkebunan di Indonesia mulai berkembang (Fauzi, dkk, 2006). Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi Kelas Ordo Famli Subfamili Genus : Embryophyta Siphonagama : Angiospermae : Monocotyledonae : Arecaceae : Cocoideae : Elaeis

Spesies : 1. Elaeis guineensis Jacq 2. Elaeis oleifera (Pahan, 2008). 3. Elaeis odora Secara anatomi, buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian pertama adalah perikaprium yang terdiri dari epikaprium dan mesokarpium, sedangkan yang kedua adalah biji, yang terdiri dari endokaprium, endosperm dan lembaga atau embrio. Epikaprium adalah kulit buah yang keras dan licin, sedangkan mesokaprium yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak dengan rendemen paling tinggi. Endokaprium merupakan tempurung berwarna hitam dan keras. Endosperm atau disebut juga kernel merupakan penghasil minyak inti sawit, sedangkan lembaga atau embrio merupakan bakal tanaman (Fauzi, dkk, 2006). Berdasarkan tebal tipisnya cangkang, dikenal tipe-tipe kelapa sawit sebagai berikut : a. Dura Tipe ini memiliki ciri-ciri daging buah (mesocarp) tipis, cangkang tebal (2-8 mm), inti (endosperm) besar. Persentase daging buah 35% - 60% dengan rendemen minyak 17% - 18%. b. Pisifera Tipe ini memiliki ciri-ciri daging buahnya tebal, tidak mempunyai cangkang. Intinya kecil sekali bila dibandingkan tipe dura ataupun tenera. Perbandingan daging buah terhadap buahnya tinggi dan kandungan minyaknya tinggi.

c.tenera Tipe ini merupakan hasil silang antara tipe dura dan pisifera. Sifat tipe tenera merupakan kombinasi sifat khas dari kedua induknya. Tipe ini mempunyai tebal cangkang 0,5-4 mm. Perbandingan daging buah terhadap buah 60%-90%, rendemen minyak 22%-24% (Setyamidjaja, 2006). Dalam manajemen kebun, produksi adalah jumlah berat tandan buah segar (TBS) ton/ha yang dihasilkan, yang selanjutnya diolah menjadi minyak kelapa sawit (CPO) ton/ha, dan minyak inti sawit (PKO) ton/ha, dan hasil samping antara lain bungkil inti, cangkang dan tandan kosong, serta limbah cair (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Panen dan Pasca Panen Panen merupakan titik awal dari produksi dan terkait dengan kegiatan budidaya, khususnya pemeliharaan tanaman. Suatu areal tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat berubah menjadi tanaman menghasilkan dan mulai dapat dilakukan panen apabila 60% buah atau lebih telah matang panen. Hasil panen kelapa sawit adalah TBS, produksinya berbentuk minyak sawit kasar (crude palm oil) dan inti (kernel). Panen dilakukan pada saat yang tepat karena pemanenan akan menentukan tercapainya kualitas dan kuantitas minyak sawit yang dihasilkan. Saat panen yang tepat berhubungan dengan proses pembentukan minyak di dalam buah. Buah yang lewat masak, sebagian kandungan minyaknya akan berubah menjadi asam lemak bebas (free fatty acid ) yang akan menurunkan mutu minyak kelapa sawit (Setyamidjaja, 2006).

Koordinasi panen, angkut dan olah (PAO) dewasa ini mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga tingkat produktivitas. Operasi panen, angkut dan olah adalah subsistem dari satu sistem operasi PAO. Maka hambatan yang terjadi pada setiap subsistem akan saling mempengaruhi satu sama lain. Ketiga subsistem operasi tersebut waktu dan kegiatannya berbeda-beda dan setiap subsistem punya tujuan sendiri-sendiri. Sistem panen dimaksudkan untuk mencapai produksi TBS/ha yang optimal dengan menghindarkan pemotongan buah mentah, menghindarkan buah matang ketinggalan tidak terpanen dan harus mengutip brondolan secara bersih. Sistem angkut dimaksudkan untuk mencapai kapasitas angkut dan mengirim semua buah pada hari itu juga sehingga pabrik tidak mengalami stagnasi kekurangan buah untuk diolah. Selanjutnya sistem olah dimaksudkan untuk mencapai kapasitas yang optimal dan mengekstraksi minyak semaksimal mungkin dengan rendemen yang tinggi dan mutu yang baik serta menjaga angka kehilangan produksi (losses) minyak serendah mungkin. Sasaran akhir dari sistem koordinasi PAO adalah mencapai produktivitas minyak sawit dan inti sawit per hektar yang tinggi dengan mutu yang sesuai dengan permintaan pasar dengan biaya produksi yang rendah (Risza, 1994). Mutu CPO Karakteristik mutu CPO adalah : 1. Asam lemak bebas (ALB), yaitu asam yang dibebaskan pada hidrolisis lemak. ALB tinggi menunjukkan suatu ukuran tentang ketidakberesan dalam panen dan pengolahan.

2. Kadar air (KA), yaitu bahan yang menguap yang terdapat dalam minyak sawit pada pemanasan 105 C. Kadar air tinggi di atas 0,1% membantu hidrolisis. (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Kualitas minyak kelapa sawit ditentukan oleh kadar asam lemak bebas (ALB), kandungan air, dan mudah tidaknya minyak tersebut dijernikan. Minyak kelapa sawit yang baik adalah minyak yang memiliki kadar ALB, air dan bahan-bahan kotoran lainnya rendah. Minyak sawit mentah harus memenuhi standard mutu pabrik dengan persyaratan: ALB maksimal 3,5%, kandungan air maksimal 0,15%, kadar kotoran maksimal 0,0156. Standard mutu pabrik harus lebih baik dari pada standard mutu internasional karena semakin baik mutu yang dihasilkan pabrik akan memberikan kemungkinan lebih baik pula sesampainya di tempat tujuan negara pengimpor. Adapun persyaratan perdagangan internasional adalah: ALB maksimal 5%, kadar air 0,5%. Tabel 1. Kandungan bahan yang merusak kualitas minyak kelapa sawit Bahan Sangat Rendah Sedang Tinggi Sangat rendah tinggi (%) (%) (%) (%) (%) ALB < 2,0 2,0 2,7 2,8 3,7 3,8 5,0 > 5,0 Kadar air < 0,1 0,1 0,19 0,2 0,39 0,4 0,6 > 0,6 Kadar < 0,005 0,005 0,001 0,01 0,025 0,026 0,05 > 0,05 kotoran (Setyamidjaja, 2006). Pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu yang akan diperoleh sangat ditentukan faktor ini. Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan ALB minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah

belum matang, selain kadar ALB nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah (Fauzi, dkk, 2006). Dengan terpenuhinya persyaratan kematangan buah, diharapkan produk minyak dan inti sawit memiliki kualitas yang baik. Sebagai acuan untuk mengetahui kualitas produksi yang dihasilkan, perlu ditetapkan standard kualitas minyak dan inti sawit. Tabel 2. Standard kualitas minyak sawit No Karakteristik Batasan 1 Kadar asam lemak bebas (%) < 3,50 2 Kadar air (%) < 0,10 3 Kadar kotoran (%) < 0,01 4 DOBI (Deterioritation of Bleachability index) > 2,40 (Pahan, 2008). Kadar ALB yang tinggi membutuhkan biaya yang lebih tinggi dalam proses pemucatan. Dalam perdagangan internasional apabila kadar ALB 5% penjual akan kena denda, meskipun dari kebun, tandan yang dipanen bermutu baik tetapi apabila transportasi kurang baik, terlalu lama diperjalanan dan lama tertumpuk di pabrik otomatis akan menaikan ALB (Lubis, 2008). Tingkat mutu minyak sawit yang dihasilkan sebagian besar ditentukan di lapangan oleh mutu TBS dan panen yang masuk di pabrik. Oleh karena itu perlu diadakan pengawasan mutu tandan dan mutu panen. Pengawasan atas mutu TBS dan mutu panen meliputi bidang-bidang pembuahan, pemanenan, pengumpulan dan pengangkutan panen. Dalam masing-masing bidang terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan minyak dalam kutipan. Selain mempengaruhi mutu minyak, mutu panen dan mutu TBS sangat menentukan besarnya kehilangan dan rendemen minyak (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain : 1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu 2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah 3. Penumpukan buah yang terlalu lama 4. Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik (Tim Penulis PS, 2000). Rendemen CPO Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik dipengaruhi perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah dan tingkat kecepatan pengangkutan buah ke pabrik. Tabel 3. Hasil rendemen dan ALB akibat lamanya penginapan brondolan Lama penginapan Rendemen minyak ALB (hari) terhadap buah (%) (%) 0 50,44 3,9 1 50,60 5,01 2 50,73 6,09 3 48,66 6,90 (Fauzi,dkk, 2006) Minyak kelapa sawit adalah minyak yang diperoleh dari proses pengempaan daging buah tanaman kelapa sawit. Minyak kelapa sawit digolongkan dalam satu jenis mutu dengan nama Sumatera palm oil Tabel 4. Standard nasional Indonesia minyak kelapa sawit No Karakteristik Syarat Cara pengujian 1 Warna Kuning jingga sampai kemerahmerahan Visual

2 Asam lemak bebas(sebagai 5,00 BS 684-1958 asam palmitat) %(bobot/bobot),maks 3 Kadar kotoran%(bobot/bobot),maks 0,05 SNI 01-3184- 1992 4 Kadar air %(bobot/bobot),maks 0,45 BS 684-1958 (Badan Standardisasi Nasional, 1992). Tabel 5. Rendemen, kadar ALB minyak dengan derajat kematangan Fraksi Rendemen minyak ALB buah 0 16,0 1,6 1 21,4 1,7 2 22,1 1,8 3 22,2 2,1 4 22,2 2,6 5 21,9 3,8 (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Dapat dikatakan bahwa tandan yang dikehendaki adalah dari fraksi 2 dan 3, yaitu rendemennya tinggi, sedangkan ALB cukup rendah. Fraksi 1 menghasilkan ALB dan rendemen yang rendah, dapat dikatakan bahwa buah kurang matang. Fraksi 0 tidak disukai karena buah mentah. Fraksi 4 dan 5 adalah lewat matang, walaupun rendemennya tinggi, namun ALB juga tinggi (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003). Pengolahan Minyak Kelapa Sawit Pengolahan kelapa sawit bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa sawit mentah dan inti yang kualitasnya baik. Untuk mencapai hal ini, pabrik pengolahan harus dipersiapkan dengan baik, demikian pula halnya tandan buah segar yang akan diolah. Buah kelapa sawit yang sudah matang dan masih segar hanya mengandung 0,1% asam lemak bebas. Tetapi buah yang sudah memar/pecah dapat mengandung ALB sampai 50% hanya dalam hitungan beberapa jam saja, dan dalam waktu 24 jam kandungan ALB dapat mencapa 67%.

Untuk membatasi terbentuknya asam lemak bebas kelapa sawit harus segera dipanasi dengan suhu antara 90 0 C 100 0 C menggunakan panas uap air (Setyamidjaja, 2006). Proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit untuk dijadikan minyak sawit dan inti sawit merupakan masalah yang cukup rumit, sehingga perlu dapat penanganan khusus oleh tenaga-tenaga yang memiliki keahlian dan keterampilan tinggi. Selain itu, perlu instalasi yang baik dan memadai untuk memperoleh minyak sawit dan inti sawit yang bermutu baik (Sunarko, 2007). Untuk memperkuat daya saing minyak sawit di pasaran internasional, produsen melakukan peningkatan produktivitas dan kualitas serta meningkatkan efisiensi pengolahan sehingga biaya produksi per satuan hasil atau harga pokok penjualan dapat ditekan. Dalam upaya penekanan biaya harga pokok, secara khusus perlu dilakukan pengkajian terhadap struktur biaya produksi untuk landasan efisiensi usaha. Efisiensi teknis teknologis didefinisikan sebagai efektivitas dan produktivitas dalam pengoperasian suatu pabrik. Suatu pabrik dikatakan kurang efisien jika angka kehilangan, kualitas, ekstraksi minyak dan inti sawit, serta kapasitas produksi tidak sesuai dengan norma standard. Hal ini dapat diketahui dari kapasitas olah yang tidak sesuai dengan kapasitas desain, losses yang tinggi, dan kualitas yang rendah. Agar pengoperasian pabrik dapat diarahkan kepada pencapaian efisiensi dan produktivitas sesuai dengan yang diinginkan maka perlu dibuat standard yang meliputi kinerja pabrik, parameter kualitas minyak, kehilangan minyak dan inti, serta angka kerja pengolahan. Selain standard pabrik, perlu juga dibuat standard untuk kematangan buah karena

kematangan buah mempunyai kontribusi terhadap efektivitas pengolahan di pabrik. Tabel 6. Standard pengolahan kelapa sawit No Karakteristik Batasan 1 Tekanan rebusan (kg/cm2) 2,8 2 Waktu perebusan sistem triple peak (menit) 80-90 3 Waktu perebusan sistem double peak (menit) 90-100 4 Temperatur steam pemipilan ( C) 100-105 5 Tekanan kerja pengempaan (bar) 50-75 6 Temperatur pada seluruh unit di stasiun pemurnian ( C) 85-95 7 Tekanan vacuum dryer (torr) 50 8 Temperatur hot water tank ( C) 50-90 9 Pemakaian air pengencer di pengempaan (%TBS) 14 10 Pemakaian air di vibrating screen (%TBS) 14 11 Pemakaian air di sludge separator (%TBS) 28 12 Temperatur di bagian atas nut silo ( C) 70 13 Temperatur di bagian tengah nut silo ( C) 60 14 Temperatur di bagian bawah nut silo ( C) 50 15 Temperatur di bagian atas pengering kernel ( C) 80 16 Temperatur di bagian tengah pengering kernel ( C) 70 17 Temperatur di bagian bawah pengering kernel ( C) 60 (Pahan, 2008). Selain kondisi proses pabrik, tingkat efektivitas dan efisiensi pengolahan kelapa sawit juga dipengaruhi oleh derajat kematangan buah yang dapat diketahui melalui sortir buah sebelum diolah. Agar proses di pabrik dapat berjalan dengan efektif dan efisien maka perlu ditetapkan standard kematangan buah yang dipanen Tabel 7. Standard kematangan buah No Fraksi Buah Persyaratan Sifat Fraksi Jumlah Brondolan 1 Fraksi 00 (F-00) 0,00% Sangat mentah Tidak ada 2 Fraksi 0 (F-0) < 5,00% Mentah 1-12,5% buah luar 3 Fraksi 1 (F-1) 0,00% Kurang mentah 12,5-25% buah luar 4 Fraksi 2 (F-2) > 90,00% Matang 25-50% buah luar 5 Fraksi 3 (F-3) 0,00% Matang 50-75% buah luar 6 Fraksi 4 (F-4) < 3,00% Lewat matang 75-100% buah

luar 7 Fraksi 5 (F-5) < 2,00% Terlalu matang Buah dalam ikut memberondol 8 Brondolan 9,50% 9 Tandan Kosong 0,00% 10 Panjang Tangkai TBS < 2,5 cm (Pahan, 2008). Proses pengolahan menjadi minyak dapat dilakukan dengan cara yang sederhana dan dapat pula dengan teknologi tinggi yang sudah biasa digunakan oleh perkebunan-perkebunan besar yang menghasilkan minyak sawit mentah dengan kualitas ekspor. Sebuah pabrik pengolahan kelapa sawit harus mempunyai bagian-bagian sebagai berikut : 1. Penerimaan buah 2. Sterilisasi tandan 3. Pembrondolan tandan 4. Pengadukan dan peremasan buah sawit 5. Ekstraksi 6. Penjernihan minyak 7. Pemisahan serabut dan biji sawit 8. Pengeringan biji 9. Grading biji sawit dan pemecah biji sawit 10. Pemisahan inti sawit dari tempurungnya 11. Pengeringan inti sawit dan pengarungannya (Risza, 1994). Pendekatan Sistem Disebabkan pemikiran sistem selalu mencari keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh, maka diperlukan suatu kerangka berpikir baru

yang dikenal sebagai pendekatan sistem. Pendekatan sistem adalah merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan sehingga dapat dihasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Pada prinsipnya, alat utama penyelesaian masalah adalah suatu prosedur untuk mendapatkan suatu solusi dengan mempergunakan teknik-teknik ilmiah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada tujuh langkah yang perlu diambil dalam usaha memecahkan masalah dengan mempergunakan alat utama ilmiah, langkahlangkah itu adalah : 1. Mengetahui inti daripada persoalan yang dihadapi dengan perkataan lain mendefinisikan perihal yang dihadapi itu dengan setepat-tepatnya 2. Mengumpulkan fakta dan data yang relevan 3. Mengolah fakta dan data tersebut 4. Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh 5. Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah dengan matang 6. Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan 7. Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan yang telah diambil (Eriyatno, 2003). Dalam melakukan pendekatan sistem dapat digunakan dengan komputer atau tanpa menggunakan komputer. Akan tetapi adanya fasilitas komputer memudahkan penggunaan model dan teknik simulasi dalam sistem, terutama bila

menghadapi masalah yang cukup luas dan kompleks dimana banyak sekali peubah, data dan interaksi-interaksi yang mempengaruhi. Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem. Dalam melakukan analisis kebutuhan ini dinyatakan kebutuhan-kebutuhan yang ada, setelah itu dilakukan tahap pengembangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan. Analisis kebutuhan selalu menyangkut interaksi antara respon yang timbul dari seseorang pengambil keputusan terhadap jalannya sistem. Analisis ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli, diskusi, observasi lapangan dan sebagainya (Eriyatno, 2003). Teknik Kendali Mutu Dalam kendali mutu sebaiknya terlebih dahulu kita mengetahui apakah sebenarnya yang dimaksud dengan mutu tersebut. Mutu suatu produk adalah keadaan fisik, dan sifat suatu produk bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan (Feigenbaum, 1989). Melaksanakan kendali mutu adalah mengembangkan, mendesain, memproduksi, dan memberikan jasa produk bermutu yang paling ekonomis, paling berguna dan selalu memuaskan bagi konsumen. Kendali mutu dilakukan dengan tujuan mewujudkan mutu yang sesuai dengan syarat-syarat yang dituntut oleh konsumen. Langkah pertama dalam kendali mutu adalah mengetahui apakah sebenarnya yang dimaksudkan oleh konsep tersebut. Adalah benar bahwa standard produksi dan analisis data serta sejenisnya sangat penting dalam kendali mutu. Tetapi orang-orang memang mengumpulkan data dengan ceroboh. Metode pertama berdasarkan pengalaman adalah bersikap skeptis terhadap semua data.

Ringkasnya, ketiga langkah berikut harus diikuti. Langkah-langkah penting dalam pelaksanaan kendali mutu adalah: 1. Pahami karakteristik mutu sebenarnya 2. Tentukan metode pengukuran dan pengujian karakteristik mutu sebenarnya 3. Tentukan karakteristik mutu pengganti, dan memiliki pemahaman yang benar tentang hubungan antara karakteristik mutu sebenarnya dan karakteristik mutu pengganti (Ishikawa, 1992). Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan untuk memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola, dan memperbaiki produk dan proses menggunakan metode-metode statistik. Pengendalian kualitas statistik (statistical quality control) sering disebut sebagai pengendalian proses statistik (statistical process control). Pengendalian kualitas statistik dan pengendalian proses statistik memang dua istilah yang saling dipertukarkan, yang apabila dilakukan bersama-sama maka pemakai akan melihat gambaran kinerja proses masa kini dan masa mendatang. Hal ini disebabkan pengendalian proses statistik dikenal sebagai alat pengendalian kualitas statistik menyediakan alat-alat offline untuk mendukung analisis dan pembuatan keputusan yang membantu menentukan apakah proses dalam keadaan stabil dan dapat diprediksi setiap tahapannya, hari demi hari, dan dari pemasok ke pemasok (Ariani, 2004).

Peta Pengendali Peta pengendali (control chart) pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart dari Amerika Serikat tahun 1924 dengan maksud untuk menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab khusus dari variasi yang disebabkan oleh variasi umum. Peta pengendali merupakan salah satu perangkat yang digunakan untuk pengendalian proses statistika yang dapat membantu dalam menetapkan kemampuan proses dengan melakukan pengukuran terhadap variasi produk yang dihasilkan atau kualitas pelayanan sepanjang waktu. Secara grafis pengendalian proses statistika menyajikan variasi yang terjadi yang memungkinkan untuk menetapkan apakah sebuah proses di dalam kontrol (incontrol) atau berada di luar kontrol (out control). Batas kontrol atau garis pusat (control limit atau CL) yang meliputi batas atas (upper control limit atau UCL) dan batas bawah (lower control limit atau LCL) dapat membantu kita untuk menggambarkan performansi yang diharapkan dari suatu proses yang menunjukkan bahwa proses tersebut berada dalam pengendalian (Indranata, 2008). Teknik statistik untuk gugus kendali mutu dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu : 1. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data Bilamana masalah atau proyek telah dipilih, maka para anggota perlu mengumpulkan data untuk menemukan sampai dimana pentingnya masalah tersebut. Data masa lalu sangatlah berguna, namun kadangkadang membingungkan atau tidak ada.

2. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data Bilamana data telah dikumpulkan, para anggota gugus perlu menganalisis secara cermat sehingga kreativitas dan daya pikir didorong untuk digunakan secara efektif dan dengan demikian dapat ditemukan pemecahan untuk memecahkan masalah tersebut. 3. Teknik maju untuk penggunaan di kemudian hari Teknik ini terutama bermanfaat untuk menganalisis masalah yang lebih rumit (Ingle, 1989). Batas pengendalian atas Garis pusat Batas pengendalian bawah Waktu Gambar 1. Diagram kontrol (control chart) Indeks kinerja Kane (cpk) adalah nilai yang mewakili kemampuan sesungguhnya dari suatu proses. Nilai cpk diformulasikan dengan : CpK = min(cpl,cpu) dimana :

Keterangan : LSL USL CPL CPU = Lower spesification limit = Upper spesification limit = Capability process lower = Capability process upper Menurut Ariani (2004) nilai cpk layak dihitung apabila proses berada dalam pengendalian statistik (in statistical control). Sedangkan Montgomery (1998) menganjurkan bahwa batas minimal cpk yang dianjurkan untuk produk yang berhubungan dengan keamanan, kekuatan, atau parameter kritis (satu sisi) adalah 1,50. Dalam kasus ini, batas spesifikasinya hanya satu, maka digunakan spesifikasi satu sisi. Analisis dengan menggunakan control chart, dikenal adanya peta kontrol individual I dan MR (Moving Range). Teknik ini diterapkan pada proses yang menghasilkan produk yang relatif homogen. Pada dasarnya peta-peta kontrol dipergunakan untuk: 1. Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian. Dengan demikian peta-peta kontrol digunakan untuk mencapai suatu keadaan terkendali, dimana semua nilai rata-rata dan range dari sub-sub kelompok contoh berada dalam batas-batas pengendalian (control limits), maka variasi penyebab khusus menjadi tidak ada lagi dalam proses 2. Memantau proses secara terus-menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil secara statistikal dan hanya mengandung variasi penyebab umum

3. Menentukan kemampuan proses (process capability). Setelah proses berada dalam pengendalian, batas-batas dari variasi proses dapat ditentukan (Gaspersz, 2001). Diagram Tulang Ikan Diagram sebab akibat dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun 1943, sehingga sering disebut dengan diagram Ishikawa. Diagram sebab akibat menggambarkan garis dan simbol-simbol yang menunjukkan hubungan antara akibat dan penyebab suatu masalah. Untuk mencari berbagai penyebab tersebut dapat digunakan teknik brainstorming dari seluruh personil yang terlibat. Diagram sebab akibat sering juga disebut dengan diagram tulang ikan (fishbone diagram) (Ariani, 2004). Salah satu teknik yang digunakan dalam menganalisis data adalah diagram sebab akibat. Menurut Ingle (1989) penggunaan analisis sebab akibat, yaitu: 1. Untuk mengenal penyebab yang penting 2. Untuk menemukan pemecahan yang tepat 3. Untuk memecahkan hal apa yang harus dilakukan Langkah-langkah membuat diagram sebab akibat : 1. Gambarlah sebuah garis horizontal dengan suatu tanda panah pada ujung sebelah kanan dan suatu kotak di depannya. Akibat atau masalah yang ingin dianalisis ditempatkan di dalam kotak tersebut. Akibat

2. Tulislah penyebab utama (manusia, bahan, mesin dan metode) dalam kotak yang ditempatkan sejajar dan agak jauh dari garis panah utama. Hubungkan kotak tersebut dengan garis panah yang miring ke arah garis panah utama. Kadang-kadang mungkin, atau mungkin diperlukan untuk menambahkan lebih dari empat macam penyebab utama. Mesin Bahan Baku Akibat Manusia Metode 3. Tulislah penyebab kecil pada diagram tersebut di sekitar penyebab utama, yang penyebab kecil tersebut mempunyai pengaruh terhadap penyebab utama. Hubungkan penyebab kecil tersebut dengan sebuah garis panah dari penyebab utama yang bersangkutan. Mesin Bahan Baku Akibat Manusia Metode (Ingle, 1989). Gambar 2. Diagram tulang ikan (fishbone diagram)