Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

dokumen-dokumen yang mirip
SYARAT SYARAT FUNGSI DI RUANG METRIK AGAR RUANG METRIKNYA MEMILIKI ATSUJI COMPLETION

SYARAT-SYARAT FUNGSI DAN BARISAN DI RUANG METRIK AGAR RUANG METRIKNYA MEMILIKI ATSUJI COMPLETION SKRIPSI AZKI NURIL ILMIYAH

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

BAB III KEKONVERGENAN LEMAH

ITERASI TIGA LANGKAH PADA PEMETAAN ASIMTOTIK NON- EKSPANSIF

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, KONSEP FUNGSI SEMIKONTINU. Malahayati 1

Konvergensi Barisan dan Teorema Titik Tetap

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

KEKONVERGENAN LEMAH PADA RUANG HILBERT

TITIK TETAP NADLR FUNGSI MULTI NILAI KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK ( ) Rinurwati Jurusan Matematika FMIPA-ITS Jl. Arif Rahman Hakim Surabaya 60111

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ

Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach

FUNGSI COMPUTABLE. Abstrak

Teorema Titik Tetap di Ruang Norm-2 Standar

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga SIFAT JARAK PADA RUANG METRIK SKRIPSI SITI MAISYAROH

ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

Kelengkapan Ruang l pada Ruang Norm-n

BAB II KAJIAN TEORI. memahami sifat-sifat dari barisan fungsi. Pada bab ini akan diuraikan materimateri

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3 No. 2, KONSEP DASAR RUANG METRIK CONE. Yogyakarta

BAB III INTEGRAL LEBESGUE. Pada bab sebelumnya telah disebutkan bahwa ruang dibangun oleh

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert

KEKONVERGENAN BARISAN DI RUANG HILBERT PADA PEMETAAN TIPE-NONSPREADING DAN NONEXPANSIVE

PROYEKSI ORTHOGONAL PADA RUANG HILBERT. ROSMAN SIREGAR Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Matematika Universitas Sumatera Utara

Ruang Norm-n Berdimensi Hingga

Keterbatasan Lokal Suatu Operator Superposisi Pada Ruang Barisan Real. Lina Nurhayati, Universitas Sanggabuana

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada

Kajian Fungsi Metrik Preserving

ANALISIS KEKONVERGENAN PADA BARISAN FUNGSI

Teorema Titik Tetap Pada Ruang Ultrametrik Diskrit

DASAR-DASAR TEORI RUANG HILBERT

5. Sifat Kelengkapan Bilangan Real

BAB III FUNGSI UJI DAN DISTRIBUSI

II. TINJAUAN PUSATAKA

F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

ANALISIS TITIK TETAP SET- VALUED FUNCTION MENGGUNAKAN METRIK HAUSDORFF TESIS

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. September 12, Dosen FMIPA - ITB

KEKUATAN KONVERGENSI DALAM PROBABILITAS DAN KONVERGENSI ALMOST SURELY

KONVERGENSI DAN KELENGKAPAN PADA RUANG QUASI METRIK

Penerapan Aproksimasi Fejer dalam Membuktikan Teorema Weierstrass

BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert

1. PENDAHULUAN 2. METODE PENELITIAN 3. HASIL DAN PEMBAHASAN. Abstrak

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG ULTRAMETRIK DISKRIT

ANALISIS REAL 2 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

VARIABEL KOMPLEKS SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

Integral Baire-1 Stieltjes, Henstock-Stieltjes dan Riemann-Stieltjes. The Stieltjes Integrals of Baire-1, Henstock and Riemann

TRANSFORMASI LINIER PADA RUANG BANACH

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN: DUA TIPE PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE

CARA LAIN PEMBUKTIAN TEOEMA ARZELA-ASCOLI DAN HUBUNGANNYA DENGAN EKSISTENSI PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL (SUATU KAJIAN TEORITIS)

TEOREMA TITIK TETAP PADA RUANG BERNORMA CONE BERNILAI-

BAB I PENDAHULUAN. Integral Lebesgue merupakan suatu perluasan dari integral Riemann.

Sifat-sifat Ruang Banach

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

Karakteristik Operator Positif Pada Ruang Hilbert

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

BEBERAPA TEOREMA TITIK TETAP UNTUK PEMETAAN NONSELF. Kata kunci : pemetaan nonexpansive, pemetaan condensing, pemetaan kompak.

16. BARISAN FUNGSI Barisan Fungsi dan Kekonvergenan Titik Demi Titik

Volume 9 Nomor 2 Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KEKONVERGENAN NET DAN SUBNET PADA RUANG TOPOLOGIS. Oleh : FATKHAN YUDI RIANSA J2A Skripsi

SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL

BAB III FUNGSI TERUKUR LEBESGUE. Setelah dibahas mengenai ukuran Lebesgue dan beberapa sifatnya pada

ABSTRAK 1 PENDAHULUAN

II. LANDASAN TEORI ( ) =

EKSISTENSI SUPREMUM DAN INFIMUM DENGAN TEOREMA CANTOR DEDEKIND. Nursiya Bito. Staf Dosen Jurusan Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo

Himpunan dan Fungsi. Modul 1 PENDAHULUAN

Ruang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik

BAB I PENDAHULUAN. Misalkan diberikan suatu ruang vektor atas lapangan R atau C. Jika

BAB I PENDAHULUAN. : k N} dan A(m) menyatakan banyaknya m suku pertama (x n ) yang menjadi suku (x nk ), maka A(m)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

BAB 3 KONDISI SPECTRUM. Pada bab ini akan diperlihatkan hasil utama dari penelitian ini. Hasil utama yang

SIFAT-SIFAT TOPOLOGI RUANG LINEAR. Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo. Abstrak

Ekuivalensi Norm-n dalam Ruang R d

MA3231 Analisis Real

Eksistensi Dan Ketunggalan Titik Tetap Untuk Pemetaan Kontraktif Pada Ruang Metrik-G Komplit

HUKUM ITERASI LOGARITMA. TUGAS AKHIR untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana sains SORTA PURNAWANTI NIM.

ANALISIS REAL 1. Perkuliahan ini dimaksudkan memberikan

MA5031 Analisis Real Lanjut Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN

Penerapan Aproksimasi Fejer dalam Membuktikan Teorema Weierstrass

SUATU KAJIAN TITIK TETAP PEMETAAN k-pseudononspreading SEJATI DI RUANG HILBERT

RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN Kode Mata Kuliah : MAA 526 Nama Mata Kuliah : Analisis Fungsional

0. Pendahuluan. 0.1 Notasi dan istilah, bilangan kompleks

Muhafzan FUNGSI KONTINU. Muhafzan, Ph.D

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas beberapa konsep mendasar meliputi ruang vektor,

BAB I PENDAHULUAN ( )

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

ANALISIS REAL. (Semester I Tahun ) Hendra Gunawan. August 18, Dosen FMIPA - ITB

HUBUNGAN LIMIT FUNGSI DAN LIMIT BARISAN PADA TOPOLOGI REAL

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGANTAR ANALISIS REAL

URAIAN POKOK-POKOK PERKULIAHAN

KAJIAN KONSEP RUANG NORMA-2 DENGAN DOMAIN PEMETAAN BERUPA RUANG BERDIMENSI HINGGA

Transkripsi:

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji Hendy Fergus A. Hura 1, Nora Hariadi 2, Suarsih Utama 3 1 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia 2 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia 3 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia 1 hendy.fergus@ui.ac.id, 2 nora.hariadi@sci.ui.ac.id, 3 suarsih.utama@sci.ui.ac.id Abstrak Suatu ruang metrik disebut sebagai ruang Atsuji jika untuk setiap fungsi kontinu dan bernilai real di ruang metrik tersebut adalah fungsi kontinu seragam. Ruang metrik dikatakan memiliki Atsuji completion jika completion dari ruang metrik tersebut adalah ruang Atsuji. Dalam skripsi ini, dipelajari sifat barisan subhimpunan tutup di ruang metrik yang completion-nya adalah ruang Atsuji, menggunakan salah satu karakteristik fungsional khususnya. Fungsi dan barisan yang ditinjau merupakan fungsi yang Cauchy-sequentially regular (CS-regular) dan barisan yang tidak memiliki subbarisan Cauchy. Properties of Closed Subset Sequences in a Metric Space that Has an Atsuji Completion Abstract A metric space is called an Atsuji space if every real-valued continuous function defined on it, is a uniformly continuous function. A metric space is called to have an Atsuji completion if its completion is an Atsuji space. In this skripsi, the properties of closed subset sequences in a metric space that has an Atsuji completion will be studied based on one of its special functional characteristic. The function and sequence that will be considered are Cauchy-sequentially regular function, and sequence that has no Cauchy subsequence. Keywords : Atsuji space, Cauchy sequence, Cauchy-sequentially regular function Pendahuluan Kekontinuan adalah salah satu konsep klasik dalam ilmu matematika, tetapi konsep ini salah satu hal yang penting dalam mempelajari segala hal yang berhubungan dengan analisis dan salah satunya adalah analisis fungsional. Salah satu cabang dari matematika abstrak ini berawal dari analisis mengenai fungsional. Bukan hanya fungsional saja, namun juga mencakup pembahasan memgenai operator linier, ruang Banach, dan ruang Hilbert dan berbagai topik-topik lainnya. Di dalam analisis fungsional, dibangun beberapa konsep yang diperumum dari konsep-konsep yang telah ada sebelumnya, salah satunya adalah ruang metrik. Ruang metrik sendiri

merupakan abstraksi konsep jarak pada suatu himpunan tak kosong dengan menggunakan fungsi metrik, yaitu fungsi bernilai real yang memenuhi beberapa sifat tertentu. Fungsi metrik membangun konsep topologi himpunan-himpunan, konvergensi barisan, barisan Cauchy, fungsi kontinu, fungsi kontinu seragam, dan fungsi Cauchy-sequentially regular (CS-regular) yaitu fungsi yang memetakan barisan Cauchy menjadi barisan Cauchy juga) di ruang metrik. Untuk kasus di ruang metrik, sifat lengkap di himpunan bilangan real, yaitu setiap barisan Cauchy-nya adalah barisan konvergen, merupakan salah satu contoh yang tidak selalu berlaku di ruang metrik lainnya. Meskipun demikian, setiap ruang metrik dapat dibuat lengkap. Ruang metrik yang telah lengkap disebut dengan completion. Pengetahuan mengenai ruang metrik ini kemudian digali lebih lanjut sehingga diperkenalkanlah ruang Atsuji. Ruang Atsuji adalah ruang metrik yang bersifat, untuk setiap fungsi bernilai real dan kontinu pada ruang metrik tersebut, adalah fungsi kontinu seragam. Dimulai dari Nagata di tahun 1950 yang mempelajari ruang Atsuji. Kemudian di tahun 1951, Monteiro dan Peixoto mengembangkan empat karakteristik ekuivalensi dari ruang tersebut. Lalu Beer adalah orang pertama yang menyebut ruang tersebut dengan ruang Atsuji dan pada tulisannya yang lain disebut sebagai ruang UC (Uniformly Continuous). (Jain & Kundu, 2005) Ruang metrik yang completion-nya adalah ruang Atsuji sendiri memiliki karakteristik fungsional khusus, yaitu setiap fungsi yang CS-regular dan bernilai real terdapat bilangan bulat positif sedemikian sehingga untuk setiap titik dari himpunan = \ (, ), terisolasi di ruang metrik tersebut dan infimum jarak titik-titik tersebut ke ruang metriknya bernilai positif. (Jain & Kundu, 2005) Dalam skripsi ini dibahas sifat barisan subhimpunan tutup dan barisan subhimpunan lengkap di ruang metrik yang completion-nya adalah ruang Atsuji. Sifat ini digali dari fungsi CSregular dan hal tersebut menjadi fokus utama di pembahasan skripsi ini. Tinjauan Teoritis Pada bagian ini, diberikan beberapa teori dasar mengenai ruang metrik beserta sifat-sifatnya, barisan di ruang metrik, fungsi di ruang metrik dan completion dari ruang metrik.

Definisi 2.1 Ruang metrik adalah pasangan,, dengan adalah himpunan tak kosong dan adalah metrik di, yaitu fungsi yang didefinisikan di sedemikian sehingga untuk setiap,, berlaku: 1. adalah fungsi bernilai real, hingga, dan tak negatif, 2., = 0 jika dan hanya jika =, 3., =,, (simetri) 4.,, +,. (ketaksamaan segitiga) (Kreyszig, 1989, hal. 3) Selanjutnya, subhimpunan dari suatu ruang metrik yang mewarisi metrik yang sama disebut sebagai subruang metrik. (Kreyszig, 1989) Contoh 2.2 Himpunan bilangan real R dengan metrik standar, = adalah salah satu contoh ruang metrik. Fungsi sendiri merupakan fungsi bernilai real, hingga, dan tak negatif. Untuk = 0 berlaku jika dan hanya jika =. Kemudian sifat simetri dan ketaksamaan segitiga juga berlaku untuk harga mutlak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa R, adalah ruang metrik. Setelah definisi ruang metrik, dijelaskan beberapa teori dasar di ruang metrik. Diawali dengan penjelasan mengenai definisi lingkungan dari suatu titik. Definisi 2.3 Misalkan, adalah ruang metrik dan dan > 0. Lingkungan- (disebut juga bola buka) dari adalah himpunan, yang didefinisikan sebagai:, = ;, <. Lingkungan dari adalah subhimpunan dari yang memuat suatu lingkungan- dari (Kreyszig, 1989, hal. 18) Contoh 2.4 Interval buka =, + adalah lingkungan- atau bola buka dari R dengan metrik standar. Menggunakan pengertian lingkungan dari suatu titik di ruang metrik, maka definisi dari titik akumulasi dapat dijelaskan. Berikut ini adalah definisi dari titik akumulasi.

Definisi 2.5 Misalkan, adalah ruang metrik dan. Titik adalah titik akumulasi dari jika setiap lingkungan dari mengandung paling tidak satu titik di yang berbeda dari. (Kreyszig, 1989, hal. 22) Selanjutnya diberikan definisi himpunan buka dan himpunan tutup di ruang metrik. Definisi 2.6 Misalkan, adalah ruang metrik dengan dan > 0. Himpunan disebut himpunan buka di jika untuk semua terdapat bola buka, sedemikian sehingga,. Himpunan dikatakan himpunan tutup di jika himpunan komplemen dari, =, adalah himpunan buka di. (Kreyszig, 1989, hal. 18) Ada satu konsep yang berhubungan langsung dengan himpunan tutup di ruang metrik yang dijelaskan pada definisi berikut ini. Definisi 2.7 Misalkan, adalah ruang metrik dan. atau cl(c) disebut closure dari jika =, dengan adalah himpunan titik-titik akumulasi dari. Himpunan dikatakan himpunan tutup jika dan hanya jika =. Lebih lanjut, closure dari suatu himpunan adalah himpunan tutup terkecil yang memuat himpunan tersebut. (Kreyszig, 1989, hal. 21) Definisi 2.8 Misalkan, adalah ruang metrik dengan dan. Didefinisikan, (, ), jarak titik ke suatu subhimpunan di,, = inf{, : }. (Armstrong, 1983, hal. 39) Definisi 2.9 Misalkan, adalah ruang metrik dengan,. Didefinisikan, (, ) jarak antara dua subhimpunan dan,, = inf{(, ):, }. (Armstrong, 1983, hal. 41) Definisi 2.10 Misalkan, adalah ruang metrik dan. Derajat isolasi adalah, =, = inf, :. = 0 jika dan hanya jika adalah titik tidak terisolasi (non-isolated) yang artinya adalah titik akumulasi. (Jain & Kundu, 2005, hal. 32)

Untuk lebih jelasnya, diberikan beberapa contoh berikut untuk menjelaskan definisi diatas. Contoh 2.11 Misalkan, = ( 1,2,. ). Derajat isolasi dari {1} di, adalah, 1 = 1, 1,2 = inf 1, : 1,2 = 0, yang diperoleh dari sifat kepadatan pada himpunan bilangan real. Contoh 2.12 Himpunan bilangan bulat dengan fungsi metriknya adalah nilai mutlak, Z,, membentuk ruang metrik. Misalkan Z. =, Z = inf, : Z = 1, karena jarak ke anggota terdekat di sekitarnya adalah satu. Selanjutnya diberikan definisi dari lingkungan dari suatu subhimpunan yang dijelaskan pada Definisi 2.13. Definisi 2.13 Misalkan, adalah ruang metrik dan. Didefinisikan, (, ), lingkungan dari suatu subhimpunan di,, = :, < = (, ). (Jain & Kundu, 2005, hal. 32) Definisi 2.14 Misalkan adalah subhimpunan dari ruang metrik,. dikatakan subhimpunan yang padat di jika =. (Kreyszig, 1989, hal. 21) Barisan di Ruang Metrik Dengan menggunakan konsep jarak yang telah dibahas sebelumnya, maka konsep konvergensi barisan di ruang metrik dapat didefinisikan. Definisi 2.15 Barisan di ruang metrik, dikatakan konvergen jika terdapat sedemikian sehingga lim, = 0. Titik disebut limit dari dan dituliskan sebagailim = atau secara sederhana. (Kreyszig, 1989, hal. 25)

Definisi barisan konvergen menjelaskan bahwa titik limit dari sebuah barisan konvergen harus berada di himpunan dimana barisan tersebut berada. Untuk beberapa hal yang berhubungan dengan sifat konvergensi barisan akan diulas lebih lanjut. Berikut penjelasannya. Lemma 2.16 Misalkan, adalah ruang metrik dan. Jika titik adalah titik akumulasi dari, maka terdapat barisan di yang berbeda dari x dan konvergen ke. Teorema selanjutnya menyatakan hubungan antara konvergensi barisan dengan titik di himpunan closure. Teorema 2.17 Misalkan adalah subhimpunan tak kosong dari ruang metrik, dan adalah closure dari. Maka jika dan hanya jika terdapat sebuah barisan di A sedemikian sehingga konvergen ke x. (Kreyszig, 1989, hal. 30) Definisi 2.18 Misalkan, adalah ruang metrik. Didefinisikan diameter dari suatu subhimpunan tak kosong di ruang metrik, = sup, (, ). Sebuah subhimpunan tak kosong dikatakan himpunan terbatas jika diameternya terbatas yaitu, = sup, (, ) < (Kreyszig, 1989, hal. 26) Selanjutnya dapat didefinisikan barisan terbatas. Definisi 2.19 Misalkan, adalah ruang metrik. Barisan ( ) di adalah barisan terbatas jika himpunan = { = 1,2,3.. } adalah himpunan terbatas. (Kreyszig, hal. 26) Lemma 2.20 Misalkan, adalah ruang metrik. Maka barisan ( ) yang konvergen di adalah terbatas dan limitnya tunggal. (Kreyszig, hal. 26) Berikutnya diberikan definisi dari barisan Cauchy.

Definisi 2.21 Misalkan, adalah ruang metrik. Barisan di dikatakan barisan Cauchy di, jika untuk setiap > 0 terdapat bilangan asli sedemikian sehingga, <,,. (Kreyszig, 1989, hal. 28) Setelah mengetahui definisi barisan Cauchy, akan ditunjukkan bahwa setiap barisan yang konvergen adalah barisan Cauchy. Teorema 2.22 Setiap barisan yang konvergen di ruang metrik adalah barisan Cauchy. (Kreyszig, 1989, hal. 29) Dengan adanya hubungan antara barisan Cauchy dengan barisan konvergen, dapat didefinisikan suatu ruang metrik yang lengkap, berikut adalah definisinya. Definisi 2.23 Misalkan, adalah ruang metrik. Ruang (, ) disebut ruang metrik lengkap jika untuk semua barisan Cauchy di konvergen ke suatu. (Kreyszig, 1989, hal.28) Satu lagi jenis barisan yang terdapat di dalam ruang metrik, yaitu barisan asimtotik yang menunjukkan kedekatan antara dua barisan. Berikut ini adalah definisinya. Definisi 2.24 Misalkan, adalah ruang metrik, barisan dan adalah barisan di. Barisan dan disebut asimtotik, ditulis, jika > 0, terdapat N sedemikian sehingga untuk setiap > berlaku, <. (Jain & Kundu, 2005, hal. 30) Fungsi di Ruang Metrik Selanjutnya, akan ditinjau beberapa teori yang berlaku di ruang metrik yang diawali dengan definisi fungsi kontinu di ruang metrik. Definisi 2.25 Misalkan =, dan =, adalah ruang metrik. Pemetaan : dikatakan kontinu di titik 0 jika untuk setiap > 0 terdapat > 0 sedemikian sehingga (), ( 0 ) < untuk semua yang memenuhi, 0 <. Jika kontinu di setiap titik di, pemetaan : dikatakan kontinu di.

(Kreyszig, 1989, hal. 20) Contoh 2.26 Misalkan untuk ruang metrik (R,. ), =, = R, > 0. Jika diberikan > 0, dapat diplih, = inf, untuk setiap sedemikian sehingga jika <,, maka 136). Dengan kata lain, fungsi g kontinu di. <. (Bartle & Sherbert, 2000, hal. Contoh 2.27 Misalkan untuk ruang metrik (R,. ), = 3, R. Ambil > 0, pilih =, sehingga untuk setiap R, jika < maka = 3 < 3 =. Dengan kata lain, fungsi kontinu di Pada Contoh 2.26, pemilihan bergantung pada dan. Berbeda halnya pada Contoh 2.27, pemilihan hanya bergantung terhadap saja dan tidak bergantung terhadap. Dengan memandang cara pemilihan yang berbeda, hal ini memberikan ide tentang konsep kontinu yang lebih kuat, yaitu kontinu seragam. Definisi 2.28 Misalkan, dan, adalah ruang metrik. Pemetaan : dikatakan kontinu seragam di, jika untuk setiap > 0 terdapat > 0 sedemikian sehingga berlaku 1, ( 0 ) < untuk semua, yang memenuhi, <. (Munkres, 1975, hal. 176) Berhubungan dengan fungsi kontinu, berikut diberikan sifat fungsi kontinu di subhimpunan yang padat. Teorema 2.29 Misalkan, dan, adalah ruang metrik. Misalkan pula adalah subhimpunan yang padat. Jika : fungsi kontinu dan : kontinu dengan =, maka =. Dengan kata lain, nilai dari fungsi kontinu : ditentukan oleh nilai dari pada sebuah subhimpunan yang padat, yaitu. (Engelking, 1989, hal. 76) Kekontinuan fungsi di suatu titik berhubungan dengan kekonvergenan dari suatu barisan di daerah asal yang konvergen ke titik tersebut. Berikut adalah teorema yang menjelaskan hal tersebut.

Teorema 2.30 Misalkan (, ) dan (, ) adalah ruang metrik. Fungsi : kontinu di titik jika dan hanya jika untuk setiap barisan mengakibatkan ( ) ( ). (Kreyszig,1989, hal. 30) Dari Teorema 2.30, jika sebuah fungsi kontinu di domainnya, maka untuk sembarang barisan konvergen di domain, mengakibatkan peta dari barisan yang konvergen tersebut juga merupakan barisan yang konvergen di kodomainnya, dan berlaku sebaliknya. Hal ini dirangkum dalam teorema berikut. Teorema 2.31 Misalkan (, ) dan (, ) adalah ruang metrik. Fungsi : dikatakan kontinu di jika dan hanya jika untuk setiap barisan di dengan "# = mengakibatkan "# = (). (Aliprantis & Burkinshaw, 1998, hal. 38) Teorema 2.31 menjelasakan bahwa setiap fungsi yang kontinu akan mengawetkan barisan konvergen. Setelah fungsi kontinu, terdapat pula fungsi isometrik, yaitu fungsi yang mempertahankan jarak antara dua buah titik. Berikut definisinya. Definisi 2.32 Misalkan, dan, adalah ruang metrik. Maka: (a) : disebut isometrik atau sebuah isometri jika mengawetkan jarak, yaitu untuk setiap, berlaku ", " =,, dimana Tx dan Ty masing-masing adalah peta dari x dan y. (b) Ruang X disebut isometrik dengan ruang Y jika terdapat isometri yang bijektif dari X ke Y. Ruang X dan Y kemudian disebut sebagai ruang-ruang isometrik.

Ruang yang isometrik dapat merupakan himpunan yang berbeda elemennya, namun dilihat dari sudut pandang jarak sebenarnya kedua himpunan tersebut tidak berbeda. (Kreyszig, 1989, hal. 41) Completion Dalam himpunan bilangan real, telah diketahui bahwa suatu barisan akan konvergen jika dan hanya jika barisan tersebut adalah barisan Cauchy. Namun, dalam ruang metrik secara umum tidak berlaku demikian. Satu hal yang berlaku di ruang metrik adalah jika suatu barisan konvergen, maka barisan tersebut merupakan barisan Cauchy. Suatu ruang metrik disebut ruang metrik yang lengkap apabila setiap barisan Cauchy-nya adalah barisan konvergen. Berikut ini adalah contoh ruang metrik yang tidak lengkap. Contoh 2.33 Interval 0,1 R dengan metrik standar adalah ruang metrik yang tidak lengkap karena terdapat barisan Cauchy, di (0,1) yang tidak konvergen di 0,1. Walaupun tidak semua ruang metrik adalah lengkap, setiap ruang metrik dapat dibuat lengkap. Ruang metrik yang sudah dilengkapi disebut completion. Lebih jauh, completion ruang metrik adalah tunggal jika dipandang dari segi isometrinya. Berikut diberikan Definisi 2.34 mengenai completion dan Teorema 2.35 yang menjamin bahwa setiap ruang metrik memiliki completion yang tunggal secara isometri. Definisi 2.34 Misalkan, adalah ruang metrik. Ruang, disebut completion dari, jika, adalah ruang metrik yang lengkap dan terdapat subruang yang padat dari yang isometrik dengan. (Kreyszig, 1989, hal. 41) Teorema 2.35 Untuk setiap ruang metrik,, terdapat ruang metrik lengkap, yang memiliki sebagai subhimpunan yang padat di dan isometrik dengan. Himpunan tunggal secara isometri, yaitu jika (, ) adalah sebarang ruang metrik lengkap yang memiliki sebagai subhimpunan yang padat di dan isometrik dengan, maka dan isometrik. (Kreyszig, 1989, hal. 41)

Pembuktian Teorema 2.35 dapat dilihat di buku Kreyzig yang berjudul: Introductory Functional Analysis with Application di halaman 42-45. Contoh 2.36 Interval 0,1 R dengan metrik standar adalah completion dari interval 0,1. Interval 0,1 adalah ruang metrik lengkap dan terdapat 0,1 0,1 dengan 0,1 = 0,1 dan 0,1 isometrik dengan 0,1. Setelah semua teori yang berkaitan mengenai ruang metrik dalam penulisan skripsi ini telah dibahas, selanjutnya didefinisikan ruang Atsuji. Definisi 2.37 Misalkan, ruang metrik. Jika untuk setiap : R kontinu mengakibatkan kontinu seragam, maka, disebut ruang Atsuji. (Jain & Kundu, 2005, hal. 33) Selanjutnya, ruang metrik yang completion-nya adalah ruang Atsuji disebut memiliki Atsuji completion. Contoh 2.38 Misalkan, = 2,2, dan : 2,2 R kontinu. Telah diketahui bahwa fungsi kontinu yang didefinisikan di interval tutup terbatas akan kontinu seragam (Bartle & Shebert, 2000, Introduction to Real Analysis, Teorema 5.43, hal. 138). Oleh karena itu, ruang metrik 2,2, adalah ruang Atsuji. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur. Pembahasan Sebelum masuk ke pembahasan utama, perhatikan definisi berikut ini, yaitu definisi yang menjelaskan fungsi Cauchy-sequentially regular (CS-regular).. Definisi 3.1 Misalkan f: X, d Y, ρ adalah fungsi antara dua ruang metrik X dan Y. Jika untuk setiap barisan Cauchy (x ) di X, d, (f x ) juga barisan Cauchy di Y, ρ, maka f disebut fungsi Cauchy-sequentially regular (CS-regular). (Jain & Kundu, 2005, hal. 31)

Perluasan suatu fungsi dapat dilakukan jika memenuhi beberapa syarat tertentu yang berhubungan dengan domain dan kodomainnya, ataupun sifat dari fungsi itu sendiri. Fungsi CS-regular dengan sifatnya yang mengawetkan barisan Cauchy juga dapat diperluas jika memenuhi syarat tertentu. Berikut ini teoremanya. Teorema 3.2 Misalkan subhimpunan dari ruang metrik (, ) dan (, ) adalah ruang metrik yang lengkap. Jika (, ) (, ) adalah fungsi CS-regular, maka mempunyai perluasan fungsi yang kontinu dan unik pada, yaitu (, ) (, ). (Jain & Kundu, 2005, hal. 32) Bukti dari Teorema 3.2 dapat dilihat di dalam skripsi berikut: Soleman, (2012). Karakteristik Fungsional Pada Ruang Metrik Yang Completionnya Adalah Ruang Atsuji. Depok: Universitas Indonesia. Selanjutnya akan dibuktikan beberapa lemma pendukung yang digunakan untuk proses pembuktian Lemma 3.8. Lemma-lemma ini adalah akibat dari sifat barisan asimtotik, barisan Cauchy, dan barisan konvergen. Lemma 3.3 Misalkan, adalah ruang metrik, dan adalah barisan di yang memenuhi, < 1/, N, maka dan adalah barisan asimtotik. Lemma 3.4 Misalkan, adalah ruang metrik, dan adalah barisan di. Misalkan pula memiliki subbarisan Cauchy ( ). Jika dan memenuhi, < 1/, N, maka terdapat subbarisan Cauchy ( ) dari ( ). Lemma 3.5 Misalkan, adalah ruang metrik, dan adalah barisan di yang asimtotik dimana merupakan subbarisan Cauchy dari. Jika ( ) adalah subbarisan yang konvergen ke, maka ( ) juga konvergen ke. Lemma 3.6 Misalkan, adalah ruang metrik,, dan dengan. Maka berlaku:,,,.

Selanjutnya, pada lemma berikut dijelaskan hubungan antara titik yang dikandung sebuah subhimpunan dengan closure-nya di ruang metrik. Lemma 3.7 Misalkan, adalah ruang metrik, dengan dan adalah closure dari. Misalkan pula. Maka, = 0 jika dan hanya jika. Selanjutnya akan dibuktikan sebuah lemma utama, yaitu Lemma 3.8, yang berhubungan langsung dalam proses pembuktian teorema utama pertama dalam skripsi ini yaitu Teorema 3.13. Berikut ini pernyataanya. Lemma 3.8 Misalkan ( ) adalah sebuah barisan subhimpunan tutup di ruang metrik (, ) sedemikian sehingga untuk beberapa N, adalah subhimpunan tutup yang lengkap di dan =. Jika untuk setiap, 1 ; = 1, 2 3,., dengan tetap, terdapat sedemikian sehingga, < 1/, maka barisan di X tidak memiliki subbarisan Cauchy. Bukti. Lemma 3.8 akan dibuktikan dengan cara kontradiksi. Sesuai premis, untuk setiap N,, < 1/. Sehingga menurut Lemma 3.3, barisan ( ) dan ( ) adalah barisan asimtotik. Andaikan memiliki subbarisan Cauchy ( ), maka menurut Lemma 3.4, terdapat subbarisan Cauchy dari ( ). Perhatikan bahwa ( ) berada di, maka juga berada di. Karena lengkap dan merupakan barisan Cauchy, maka konvergen ke suatu. Lebih lanjut, dan adalah barisan di yang asimtotik dengan dan ( ) masing-masing merupakan subbarisan Cauchy dari dan, serta ( ) adalah barisan yang konvergen ke, sehingga menurut Lemma 3.5, konvergen ke. Perhatikan,, jarak ke subhimpunan sebarang. Menurut Lemma 3.6,,,,, sehingga bisa didapatkan,,, +,. Karena ( ) konvergen ke, maka menurut Definisi 2.15, lim, = 0. Lebih lanjut, karena, 1/, maka, < 1/ 1/ ( adalah indeks subbarisan dan dengan induksi dapat dibuktikan bahwa ) sehingga lim, = 0. Akibatnya,

, = lim, lim, + lim, = 0. Karena jarak tidak mungkin negatif maka haruslah, = 0. Pandang,, = inf, = 0. Karena adalah himpunan tutup, maka menurut menurut Lemma 3.7, dan karena ini berlaku untuk semua N pada, maka. Tetapi hal ini kontradiksi dengan fakta bahwa = Oleh karena itu haruslah barisan tidak memiliki subbarisan Cauchy.. Telah diketahui bahwa setiap barisan Cauchy di ruang metrik yang lengkap adalah barisan konvergen. Dengan sifat tersebut, lemma berikut ini menyatakan salah satu sifat dari suatu fungsi kontinu yang menghubungkan antara dua ruang metrik yang lengkap Lemma 3.9 Misalkan (, ) dan (, ) masing-masing merupakan ruang metrik yang lengkap. Jika : (, ) (, ) adalah fungsi yang kontinu, maka adalah fungsi CS- Regular. Bukti. Misalkan ( ) sembarang barisan Cauchy di (, ). Karena (, ) merupakan ruang metrik lengkap maka menurut Definisi 2.23, ( ) merupakan barisan konvergen. Karena suatu fungsi yang kontinu dan ( ) adalah barisan konvergen, maka menurut Teorema 2.34, ( ) adalah barisan konvergen di (, ). Akibatnya, menurut Teorema 2.22, ( ) merupakan barisan Cauchy di (, ). Karena untuk sembarang barisan Cauchy ( ) di (, ), ( ) merupakan barisan Cauchy di (, ), maka menurut Definisi 3.1, merupakan fungsi CS-regular. Berikut ini adalah sebuah teorema yang menjelaskan perluasan fungsi kontinu bernilai real, dari subhimpunan tutup ke ruang metrik semestanya yang lebih dikenal dengan Teorema Perluasan Fungsi Tietze. Teorema 3.10 Misalkan, adalah ruang metrik, dan adalah subhimpunan tutup di. Fungsi :, (R,. ) adalah fungsi kontinu bernilai real. Maka terdapat fungsi kontinu bernilai real h, h:, (R,. ), sedemikian sehingga h =. (Armstrong, 1989, hal. 40)

Sebelum sampai pada pembuktian utama pada skripsi ini, ada beberapa teorema dan lemma yang perlu dibuktikan untuk mendukung pembahasan Teorema 3.13. Berikut ini dibuktikan Teorema 3.11, yang berkaitan dengan perluasan fungsi CS-regular, dengan menggunakan Teorema 3.2, Teorema 3.10, dan Lemma 3.9. Teorema 3.11 Misalkan subhimpunan dari ruang metrik (, ) dan (, ) (R,. ) adalah fungsi CS-regular. Maka terdapat perluasan fungsi, (, ) (R,. ) yang CSregular sedemikian sehingga =. (Jain & Kundu, 2005, hal. 32) Bukti. Untuk setiap ruang metrik,, terdapat ruang metrik lengkap, sebagai completion-nya yang memiliki sebagai subhimpunan yang padat di ( = ) dan isometrik dengan. Karena isometrik dengan, maka terdapat fungsi bijektif isometri :. Sehingga, terdapat fungsi : yang juga bijektif isometri, dengan ( ) =. Oleh karena itu, untuk setiap, maka (), = (). Konstruksi fungsi h () R, dengan h =, maka untuk (), h = ( = (). Akan ditunjukkan bahwa h adalah fungsi CS-regular. Misalkan ( ) sembarang barisan Cauchy di (). Karena bijektif isometri, maka barisan ( ( )) juga barisan Cauchy di. Lalu, karena fungsi CS-regular, maka barisan ( adalah barisan Cauchy di R. Akibatnya barisan h = ( ) adalah barisan Cauchy di R. Karena untuk sembarang barisan Cauchy ( ) di (), h adalah barisan Cauchy di R, maka menurut Definisi 3.1, h adalah fungsi CS-Regular. Karena h R, adalah fungsi CS-Regular dengan (), dan (R,. ) adalah ruang metrik lengkap maka, menurut Teorema 3.2, terdapat perluasan fungsi h yaitu, h : () R yang tunggal dan kontinu dengan h () = h. Lebih lanjut, () juga himpunan tutup di =. Karena h : () R adalah fungsi yang kontinu bernilai real dengan () adalah himpunan tutup di = maka menurut Teorema 3.10, terdapat perluasan fungsi h di = yaitu h:, (R,. ), yang kontinu dan bernilai real sedemikian sehingga h () = h. Lebih lanjut, karena (), maka h (() = h ( = h =. Karena h:, (R,. ) adalah fungsi kontinu dan (, ) serta (R,. ) masing-masing merupakan ruang metrik lengkap, maka menurut Lemma 3.9, h

adalah fungsi CS-regular. Oleh karena itu, restriksi fungsi h di, h :, (R,. ), juga merupakan fungsi CS-Regular. Kemudian konstruksi fungsi : (, ) (R,. ), = h. Akan ditunjukkan bahwa adalah fungsi CS-regular dengan =. Misalkan ( ) sembarang barisan Cauchy di. Karena fungsi bijektif isometri, maka barisan ( ) juga barisan Cauchy di. Lebih lanjut, karena h adalah fungsi CS-Regular, maka barisan (h = ( ) adalah barisan Cauchy di R. Karena untuk sembarang barisan Cauchy ( ) di, ( ) juga barisan Cauchy di R, maka, sesuai Definisi 3.1, fungsi adalah fungsi CS-Regular. Terakhir akan ditunjukkan =. Untuk, = h = h = h = h = (), sehingga =. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adalah fungsi CS-regular sedemikian sehingga =. Jadi teorema terbukti. Lemma berikut ini menjelaskan tentang sifat barisan yang tidak memiliki subbarisan Cauchy di ruang metrik, yang berhubungan langsung dalam proses pembuktian Teorema 3.13. Berikut ini adalah pernyataanya. Lemma 3.12 Misalkan, adalah ruang metrik dan adalah barisan di yang tidak memiliki subbarisan Cauchy, maka terdiri dari titik-titik yang berbeda. Bukti. Misalkan adalah barisan di (, ) yang tidak memiliki subbarisan Cauchy. Karena setiap barisan konvergen adalah barisan Cauchy, maka barisan tidak memiliki subbarisan yang konvergen. Akibatnya, menurut Lemma 2.16, untuk setiap, titik bukanlah suatu titik akumulasi dari X. Lebih lanjut, karena untuk setiap bukan suatu titik akumulasi dari X, maka terdapat > 0 sedemikian sehingga lingkungan dari (, ) = { }. Akibatnya, untuk sembarang,, (, ) +. Oleh karena, (, ) = 0 jika dan hanya jika =, sedangkan (, ) + maka, adalah titik yang berbeda. Karena ini berlaku untuk sembarang anggota barisan ( ), maka terdiri dari titik-titik yang berbeda. Selanjutnya akan dibuktikan Teorema 3.13, yang merupakan pembahasan utama dalam skripsi ini, yaitu tentang sifat irisan subhimpunan tutup pada ruang metrik yang completionnya adalah ruang Atsuji.

Teorema 3.13 Misalkan, adalah ruang metrik dan, adalah completion-nya. Jika fungsi CS-regular bernilai real di X, dimana terdapat sebuah bilangan bulat positif sedemikian sehingga untuk setiap titik di = \ (, ) adalah titik terisolasi di dan inf{(): } > 0, maka untuk setiap barisan subhimpunan tutup ( ) di dengan sehingga = dan untuk beberapa ℕ, adalah lengkap di X, terdapat > 0 sedemikian, =. (Jain & Kundu, 2005, hal. 33) Bukti. Teorema ini akan dibuktikan dengan kontradiksi. Misalkan ( ) adalah barisan subhimpunan tutup di sedemikian sehingga untuk beberapa ℕ, adalah subhimpunan yang lengkap di dan =. Asumsikan kontradiksinya, yaitu untuk semua > 0 berlaku berlaku untuk semua > 0, dengan memilih = 1/ berlaku,. Karena, 1/ ℕ. Untuk = 1, 2,3, pandang, 1/. Maka, 1/ untuk setiap ℕ. Khususnya, 1/ dengan yang tetap. Oleh karena itu, menurut Definisi 2.13, untuk setiap ℕ, dapat ditemukan sedemikian sehingga, < 1/. Sehingga menurut Lemma 3.8, barisan tidak memiliki subbarisan Cauchy. Lebih lanjut, karena tidak memiliki subbarisan Cauchy, menurut Lemma 3.12, terdiri dari titik-titik yang berbeda. Bentuk himpunan = : ℕ. Definisikan : ℝ sedemikian sehingga =. Diketahui bahwa setiap barisan Cauchy yang dibentuk dari himpunan akan berakhir konstan, sehingga adalah fungsi CS-regular. Karena adalah fungsi CS-regular di dan maka menurut Teorema 3.11, terdapat fungsi yang merupakan perluasan fungsi di, : ℝ, yang juga merupakan fungsi CS-regular. Karena fungsi yang CS-regular di, maka menurut premis, terdapat ℕ sedemikian sehingga untuk setiap titik di = \ (, ) terisolasi di dan inf{(): } > 0. Oleh karena itu, untuk semua dengan, dan inf : inf : > 0 Lebih lanjut, karena =, maka untuk setiap ℕ, terdapat ℕ sedemikian sehingga. Tetapi (3.4), 1/, akibatnya, 1/. Karena

, 1/ maka terdapat, sedemikian sehingga 0 <, < 1/. Karena 0 <, < 1/ berlaku untuk setiap, diperoleh inf : = 0. Hal ini kontradiksi dengan pertidaksamaan (3.4). Oleh karena itu haruslah terdapat N sedemikian sehingga, 1/ =. Jadi, terdapat > 0 sedemikian sehingga, =. Selanjutnya akan dijelaskan hubungan antara himpunan lengkap dengan himpunan tutup di ruang metrik, yang berhubungan langsung dalam proses pembuktian teorema utama kedua dalam skripsi ini. Berikut pernyataannya yang dirangkum dalam lemma. Teorema 3.14 Misalkan, adalah ruang metrik dengan himpunan. Jika lengkap di, maka adalah himpunan tutup di. (Kreyszig, 1989, hal. 30) Bukti. Akan dibuktikan bahwa = dengan menunjukkan bahwa dan. Untuk, sudah jelas sesuai definisi. Kemudian akan ditunjukkan. Misalkan sembarang, maka menurut Teorema 2.17, terdapat barisan ( ) di yang konvergen ke. Akibatnya, ( ) adalah barisan Cauchy di. Karena himpunan lengkap, maka barisan Cauchy ( ) konvergen di. Karena hal ini berlaku untuk sebarang, maka. Oleh karena dan, maka =, sehingga menurut Definisi 2.7, adalah himpunan tutup di. Berikut ini adalah akibat dari Teorema 3.13 yang dinyatakan dalam Teorema 3.15. Akibat 3.15 Jika untuk setiap barisan subhimpunan tutup ( ) di ruang metrik (, ) sedemikian sehingga untuk beberapa N, adalah lengkap di X dan =, terdapat > 0 sedemikian sehingga, =, maka untuk setiap barisan subhimpunan lengkap ( ) di dengan, =. (Jain & Kundu, 2005, hal. 32) =, terdapat > 0 sedemikian sehingga

Bukti. Misalkan ( ) adalah sembarang barisan subhimpunan lengkap di (, ) dengan =. Menurut Lemma 3.14, setiap subhimpunan yang lengkap di adalah himpunan tutup di, maka akibatnya barisan himpunan lengkap ( ) adalah juga barisan himpunan tutup di. Berdasarkan premis terdapat > 0 sedemikian sehingga, =. Kesimpulan Pada skripsi ini telah dipelajari dan dijelaskan sifat-sifat barisan dari subhimpunan tutup di ruang metrik yang completion-nya adalah ruang Atsuji. Sifat-sifat tersebut digali dari salah satu sifat khusus fungsional yaitu: untuk setiap fungsi CS-regular bernilai real di, terdapat sebuah bilangan bulat positif sedemikian sehingga untuk setiap titik dari himpunan = \ (, ) terisolasi di dan inf{(): } > 0. Dari sifat fungsional tersebut diperoleh sifat barisan subhimpunan tutup di ruang metrik (, ) yang completion-nya adalah ruang Atsuji sebagai berikut: 1. Untuk setiap barisan subhimpunan tutup ( ) di (, ) sedemikian sehingga untuk beberapa N, adalah lengkap di dan =, terdapat > 0 sedemikian sehingga, =. Sifat ini dibuktikan pada Teorema 3.13. 2. Untuk setiap barisan subhimpunan lengkap ( ) di (, ) dengan =, terdapat > 0 sedemikian sehingga, =. Sifat kedua ini merupakan akibat dari sifat yang pertama dan dibuktikan pada Akibat 3.15. Daftar Referensi [1] Aliprantis, C. D., & Burkinshaw, O. (1998). Principles of Real Analysis. California: Academic Press.Gallian, Joseph A. (2010). Contemporary Abstract Algebra. California: Cengage Learning. [2] Armstrong, M. A. (1983). Basic Topology. USA: Springer Science Business Media, Inc.Williard, S. (1970). General Topology. Canada: Addison-Wesley Publishing Company. [3] Bartle, R. G., & Sherbert, D. R. (2000). Introduction to Real Analysis. New York: John Wiley & Sons, Inc. [4] Engelking, R. (1989). General Topology. Berlin: Heldermann.

[5] Jain, T., & Kundu, S. (2005). Atsuji Completion: Equivalent characterizations. Topology and its Application, 29-38. [6] Kreyszig, E. (1989). Introductory Functional Analysis with Application. New York: John Wiley & Sons. [7] Munkres, J. R. (1975). Topology (2 ed.). USA: Prentice Hall. [8] Soleman, (2012). Karakteristik Fungsional Pada Ruang Metrik Yang Completionnya Adalah Ruang Atsuji. Depok: Universitas Indonesia.