BAB I PENDAHULUAN. evaluasi kebijakan organisasi adalah Sumber Daya Manusia (SDM) di dalamnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pelaksanaan Good Governance yakni pemerintahan yang baik. Hal

BAB I PENDAHULUAN. unsur pelaksanaan / penyelenggara tugas tugas / pekerjaan guna pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka meningkatkan kualitas dirinya. Pepatah mengatakan: tuntutlah. bersaing dengan orang lain bahkan dengan negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab

BAB I PENDAHULUAN. Peran aparat pengawasan di daerah yang tidak efektif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Arahan Presiden RI Rakornas Pengawasan Intern Pemerintah Tahun 2015 Jakarta, 13 Mei 2015

Nomor 61 Berita Daerah Kota Yogyakarta Tahun 2010 WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 61 TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui

PENINGKATAN KOMPETENSI AUDITOR

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai implementasi kebijakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma administrasi publik dari public administration

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Pemerintahan pusat maupun pemerintah daerah melaksanakan amanat

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup, dan batasan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 34 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi di Indonesia didesain agar bisa menciptakan birokrasi

BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA STAF AHLI BUPATI LOMBOK BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. publik diindonesia pada umumnya berkaitan dengan kinerja manajemen dan

BAB I PENDAHULUAN. menemukan temuan yang memuat permasalahan, yang meliputi

BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN LOMBOK BARAT

TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah; 3. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola. penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGAWASAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan dari pembahasan peneliti yang berisi latar

PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN, DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

Pendahuluan. Penguatan Pengawasan. Lemahnya Sistem Pengawasan. Perilaku koruptif ASN dan Pejabat Negara. Penyimpangan Birokrasi

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN PENINGKATAN KAPABILITAS APIP

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

BAB I PENDAHULUAN. karena karena terjadinya krisis ekonomi di Indonesia serta maraknya tingkat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 6 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara/daerah yang modern, menuntut peran Aparat Pengawasan Intern

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BPKP NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS MONITORING KAPABILITAS APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN. simpulan berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis. Pertama, auditor

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 118 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PASURUAN

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Penyelenggaraan organisasi pemerintahan haruslah selaras dengan tujuan

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 26 TAHUN 2007 TENTANG TAMBAHAN PENGHASILAN TAHUN ANGGARAN 2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG,

PEMERINTAH KOTA DUMAI

URAIAN KEGIATAN DAN PELAPORAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2013

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA dan KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

MEMBEDAH STANDAR AUDIT INTERN PEMERINTAH INDONESIA. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut salah satunya adalah sumber daya manusia. Tumbuh lebih baik, bahkan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) yang mengarah pada

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan menguraikan mengenai hal-hal yang melatar

BPKP. Auditor. Jabatan fungsional. Perpindahan Jabatan. Perlakukan Khusus. Pengangkatan.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menuntut adanya profesionalisme dalam bekerja.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BUPATI TULANG BAWANG BARAT PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TULANG BAWANG BARAT NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

Dinas Penerangan Jalan & Pengelolaan Reklame. Rumah Sakit Umum Daerah. Dinas Tata Kota & Perumahan. Uraian Dinas Pendidikan Dinas Kesehatan Kota

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN Penelitian dilakukan berangkat dari adanya suatu permasalahan. Masalah dapat muncul pada ruang (tempat) dan waktu tertentu. Pendahuluan akan membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. 1.1. Latar Belakang Sumber daya aparatur mempunyai peran penting dalam mengembangkan tatanan pemerintahan. Penggerak dari sistem organisasi pemerintahan adalah manusia yang ada di dalamnya, yaitu pegawai yang bekerja dalam kerangka tugas, fungsi dan tanggung jawabnya. Sarana prasarana dalam kegiatan organisasi menjadi media bagi sumber daya aparatur untuk menunjang pekerjaannya. Sedangkan yang menentukan langkah strategis formulasi, implementasi hingga evaluasi kebijakan organisasi adalah Sumber Daya Manusia (SDM) di dalamnya. Peningkatan SDM dalam berbagai kegiatan, pendidikan, pelatihan dan lain sebagainya, merupakan upaya pemerintah dalam mengembangkan kualitas dan kompetensi untuk meningkatkan kinerja SDM yang berkualitas dan professional. Pemerintah terus berupaya melakukan langkah-langkah konkret dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas SDM aparatur negara. Hayat (2014) menyatakan meningkatnya kualitas SDM mampu memengaruhi gerak sistem tatanan organisasi pemerintahan. Peningkatan SDM harus didukung oleh adanya ketentuan hukum yang memberikan ruang bagi aparatur negara dalam

2 menjalankan tanggung jawabnya. Upaya pemerintah tersebut pada akhirnya bermuara pada meningkatnya kualitas layanan publik kepada masyarakat. Ekspos hasil survei kepatuhan terhadap Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 yang dilakukan oleh Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Bali pada 24 Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Tabanan pada bulan September sampai dengan Desember 2014 menunjukkan hasil yang disajikan pada Tabel 1.1. 1. Dinas Kesehatan; 2. Dinas Perikanan dan Kelautan; 3. Dinas Peternakan; 4. BPBD; 5. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; 6. Dinas Koperasi, UKM dan Perindag; 7. Kantor KB dan PP; 8. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 9. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura; 10. Badan Kesbang Pol Linmas; 11. Bappeda; 12. Dishutbun; 13. Kantor Perpustakaan dan Arsip; 14. Satpol PP; 15. DKP; 16. KLH; 17. Dinas Sosial; 18. Inspektorat Tabel 1.1. Zonasi Hasil Survei Ombudsman Bali Pada 24 SKPD di Pemerintah Kabupaten Tabanan Zona Merah Zona Kuning Zona Hijau 1. Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi; 2. Dinas Pendapatan. Sumber: Ombudsman RI Provinsi Bali (2015) Keterangan: a. Zona Merah: kepatuhan rendah (nilai 0-500); b. Zona Kuning: kepatuhan sedang (nilai 501-800) c. Zona Hijau: kepatuhan tinggi (801-1000) 1. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil; 2. PDAM; 3. RSUD Tabanan; 4. Badan Penanaman Modal dan Perijinan Daerah.

3 Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa secara umum (75%), kepatuhan terhadap Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik pada 24 SKPD di Kabupaten Tabanan masih rendah. Inspektorat Kabupaten Tabanan yang menangani pengawasan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tabanan masuk kategori zona merah. Hasil pemetaan/assessment kapabilitas Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) oleh BPKP Tahun 2010 s/d 2011 terhadap 331 APIP pusat dan daerah, dengan pendekatan Internal Audit Capability Model (IACM) yang dikembangkan oleh The Institute of Internal Auditor-IIA, atas lima level kapabilitas yang mungkin dicapai oleh APIP, menunjukkan bahwa secara nasional 93,96% APIP masih berada di level 1 (initial), selanjutnya 5,74% berada di level 2 (infrastructure) dan hanya 1 APIP yang berada di level 3 (integrated). Inspektorat Kabupaten Tabanan pada hasil pemetaan tersebut masih berada di level 1 (initial). Kedua fenomena tersebut menunjukkan masih rendahnya kinerja organisasi Inspektorat Kabupaten Tabanan. Kinerja organisasi yang rendah dipicu oleh rendahnya kinerja individu. Hal ini menurut penulis disebabkan karena ada beberapa hal yang memengaruhi, antara lain: pengawasan pimpinan, disiplin pegawai dan kompetensi pegawai. Hal ini menjadi motivasi penulis untuk meneliti kembali pengaruh ketiga variabel yaitu pengawasan pimpinan, disiplin dan kompetensi pegawai pada kinerja pegawai Inspektorat Kabupaten Tabanan. Disamping itu untuk melanjutkan penelitian yang dilakukan Aryasa (2009), yang

4 hanya meneliti pengaruh 2 variabel yaitu: pengawasan pimpinan dan disiplin pegawai pada kinerja pegawai Inspektorat Kabupaten Tabanan. Kata kinerja berasal dari kata performance, yang menurut The Scribner Bantam English Dictionary (dalam Rivai dan Basri, 2005:14) berasal dari akar kata to perform yang mempunyai beberapa masukan (entries), yakni : (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out execute); (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar (to dischange of fulfill; as vow); (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete an understanding); (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is expected of a person machine). Dari masukan tersebut dapat diartikan, kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakan pekerjaan tersebut sesuai dengan tanggung jawabnya sehingga dapat mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Robbins (2006:56) menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah banyaknya upaya yang dikeluarkan individu dalam mencurahkan tenaga sejumlah tertentu pada pekerjaannya. Pengawasan pimpinan menjadi salah satu faktor penunjang dalam mencapai kinerja pegawai. Perkembangan pengawasan melekat (waskat) menjadi Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) menempatkan pimpinan organisasi sebagai penggerak dan penentu tercapainya tujuan organisasi. Lima unsur yang ada dalam SPIP, yakni: lingkungan pengendalian, pengendalian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan pengendalian intern mendorong pimpinan organisasi melakukan pergeseran pengawasan dari hard control ke soft control.

5 Terwujudnya kinerja pegawai suatu organisasi agar dapat meningkatkan kinerja organisasi secara totalitas dapat dilakukan melalui pelaksanaan pengawasan pimpinan secara intens dan sistematis. Pengawasan pimpinan akan dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan kegiatan dan dari hasil pemantauan tersebut dapat digunakan untuk penyempurnaan kegiatan dan pengambilan keputusan oleh pimpinan. Hal yang biasanya terjadi adalah apabila pimpinan tidak ada ditempat atau sedang bertugas keluar daerah, bawahan tidak akan melaksanakan tugas secara optimal. Sehingga pekerjaan tidak dapat diselesaikan tepat waktu sesuai dengan rencana. Karya (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengawasan pimpinan sangat penting dilakukan, untuk menghindari terjadinya kesalahan dan penyimpangan, baik sebelum pelaksanaan pekerjaan maupun setelah pelaksanaan pekerjaan dilakukan serta memperbaiki kesalahan dan penyimpangan tersebut agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja para pegawai dalam suatu instansi pemerintah. Pernyataan tersebut selaras dengan penelitian Brahmasari dan Suprayetno (2008), Sami an dan Aprilian (2013), Suseno (2013), menyatakan bahwa pengawasan pimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai. Faktor penunjang kinerja yang lain adalah disiplin pegawai. Disiplin PNS dalam organisasi merupakan suatu sikap PNS yang selalu mentaati setiap peraturan peraturan perundangan yang berlaku dalam organisasi. Disiplin kerja PNS akan terkait pada tatalaku dan perilaku kerjanya sehari-hari dalam organisasi mulai dari masuk kerja, melaksanakan pekerjaan sampai dengan meninggalkan

6 kantor. Kecenderungan terjadi adalah terjadinya keterlambatan PNS dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya, sebagai akibat kurangnya disiplin dari masing-masing pegawai. Hidayat dan Zainal (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa disiplin pegawai berpengaruh positif pada kinerja pegawai. Pernyataan tersebut selaras dengan penelitian Reza (2010), Widyastuti dan Yeni (2010), Amanah dan Dita (2011), dan Robiansyah (2013). Pembinaan pegawai negeri secara individual merupakan upaya untuk menciptakan kinerja pegawai, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan kerja, memotivasi untuk meningkatkan dedikasi dan pengabdian, memperbaiki dan memelihara sikap mental, etos kerja dan integritas. Upaya peningkatan kompetensi pegawai melalui berbagai program dan mekanisme peningkatan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pegawai secara komprehensip. Tanpa mempunyai kemampuan dalam bidang yang ditanganinya pegawai tidak akan dapat mengerjakan tugas dengan maksimal. PNS tidak akan mampu melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan dengan baik, disamping itu juga akan melambatkan pelaksanaan tugas, serta terlambatnya pelayanan terhadap masyarakat. Peningkatan kinerja pegawai dibutuhkan kemampuan dari pucuk pimpinan untuk memperhatikan kecakapan staf atau pegawai dalam melaksanakan tugastugasnya. Segenap aktivitas mengawasi, memeriksa, mencocokkan, mengendalikan segenap kegiatan pegawai yang tentunya akan mengarah kepada pembinaan para pegawai. Pegawai dapat pula memahami tugas dan tanggung

7 jawab masing-masing serta mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan demikian tentunya akan berpengaruh pada peningkatan kinerja pegawai. Inspektorat Kabupaten Tabanan selaku APIP, sebagai perangkat daerah yang membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan fungsi pengawasan SKPD lainnya. Menitik beratkan pada aspek kebijakan perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan, dan penilaian manfaat. Untuk itu Inspektorat Kabupaten Tabanan harus meningkatkan kompetensi pegawainya agar dapat melakukan tugas pembinaan dan pengawasan dengan maksimal. Kompetensi sumber daya manusia terdiri dari pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attitude) Peningkatan kompetensi dapat dilakukan dengan mengikuti diklat fungsional. Saat ini diklat yang telah pernah diikuti oleh pegawai Inspektorat Tabanan adalah diklat sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor (JFA) yang diselenggarakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Diklat sertifikasi Jabatan Fungsional Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah (JFP2UPD) yang diselenggarakan oleh Departemen Dalam Negeri. Pegawai yang telah mengikuti sertifikasi JFA sebanyak 10 orang. Pegawai yang telah mengikuti sertifikasi JFP2UPD sebanyak 10 orang. Ariani dan Badera (2015) menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan dan positif pada kinerja. Pernyataan tersebut selaras dengan penelitian Suwardji dkk (2012) dan Qamariah (2014).

8 1.2. Rumusan Masalah Dari penjelasan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.2.1. Apakah pengawasan pimpinan berpengaruh pada kinerja pegawai Inspektorat Kabupaten Tabanan? 1.2.2. Apakah disiplin pegawai berpengaruh pada kinerja pegawai Inspektorat Kabupaten Tabanan? 1.2.3. Apakah kompetensi berpengaruh pada kinerja pegawai Inspektorat Kabupaten Tabanan? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1.3.1. Mengetahui pengaruh pengawasan pimpinan pada kinerja pegawai Inspektorat Kabupaten Tabanan. 1.3.2. Mengetahui pengaruh disiplin pegawai pada kinerja pegawai Inspektorat Kabupaten Tabanan. 1.3.3. Mengetahui pengaruh kompetensi pada kinerja pegawai Inspektorat Kabupaten Tabanan. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Kabupaten Tabanan pada umumnya, dan Inspektorat pada khususnya mengenai pengaruh pengawasan pimpinan, disiplin dan

9 kompetensi pegawai terhadap kinerja pegawai, sehingga nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam peningkatan kinerja pegawai Inspektorat Kabupaten Tabanan. 1.4.2. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran dan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan secara empiris teori keagenan dengan peningkatan kinerja pegawai dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi penelitian-penelitian terkait, terutama tentang peningkatan kinerja pegawai pada sektor publik atau pemerintahan.