KEBIJAKAN GULA UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
YOGYAKARTA, 9 SEPTEMBER 2017 FGD "P3GI" 2017

PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS GULA

STRATEGI BISNIS DALAM MENGHADAPI PELEMAHAN EKONOMI DUNIA 2017 CORPORATE ENTREPRENEURSHIP

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Gula Tahun Periode

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

STABILISASI HARGA GULA MENUJU SWASEMBADA GULA NASIONAL

I Ketut Ardana, Hendriadi A, Suci Wulandari, Nur Khoiriyah A, Try Zulchi, Deden Indra T M, Sulis Nurhidayati

Upaya Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula dalam Perspektif Perusahaan Perkebunan Negara

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

V. GAMBARAN UMUM KONDISI PERGULAAN NASIONAL, LAMPUNG DAN LAMPUNG UTARA

21 Januari 2017 PENYEDIAAN LAHAN UNTUK PERTANIAN BERKELANJUTAN

Ketahanan Pangan. Laporan Komisi ke Menko Perekonomian KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.

LAND AVAILABILITY FOR FOOD ESTATE. Oleh : MENTERI KEHUTANAN RI ZULKIFLI HASAN, SE, MM

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

LAPORAN AKHIR KAJIAN KEBIJAKAN DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDUSTRI GULA UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PENATAAN RUANG DALAM PERSPEKTIF PERTANAHAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

Boks.1 UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI

KEBIJAKAN PERGUDANGAN DI INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN PERDAGANGAN

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia gula merupakan komoditas terpenting nomor dua setelah

BAB I PENDAHULUAN. yang putih dan terasa manis. Dalam bahasa Inggris, tebu disebut sugar cane. Tebu

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

ANALISIS PERKEMBANGAN HARGA GULA

LAPORAN AKHIR REVITALISASI SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS GULA

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

BAB 1 PENDAHULUAN. di Pulau Jawa. Sementara pabrik gula rafinasi 1 yang ada (8 pabrik) belum

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERKEBUNAN STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

I. PENDAHULUAN. Kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi gula akan berimplikasi pada

Rencana Strategis. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Tahun Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Pertanian di Indonesia Tahun Pertanian ** Pertanian. Tenaga Kerja (Orang)

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN

KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA. Ketahanan Pangan. Dalam Kerangka Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Kehutanan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH

REGULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBERIAN HAK ATAS TANAH UNTUK PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. tebu, tembakau, karet, kelapa sawit, perkebunan buah-buahan dan sebagainya. merupakan sumber bahan baku untuk pembuatan gula.

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

Kualitas Gizi Faktor Penting Pembangunan

Oleh: Tim Analisa BPK Biro Analisa APBN & Iman Sugema

ARAHAN MENTERI PERTANIAN PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL 2015

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

PAPARAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

Penggunaan Lahan Pertanian dan Arah Pengembangan ke Depan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN. Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan

I. INVESTOR SWASTA. BISNIS: Adalah Semua Aktifitas Dan Usaha Untuk Mencari Keuntungan Dengan

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN KEBIJAKAN GULA UNTUK KETAHANAN PANGAN NASIONAL KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN 28 Oktober 2013

1. KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL 2

Ketersediaan dan keterjangkauan harga pangan adalah hidup mati sebuah bangsa! Slide 3

LANDASAN HUKUM UU No.18/2012 tentang Pangan pemenuhan konsumsi pangan harus mengutamakan produksi dalam negeri dengan memanfaatkan sumber daya dan kearifan lokal secara optimal. UU No. 41/ 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, dengan tujuan antara lain: melindungi dan menjamin kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan; mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan. 4 UU No. 26/2007 tentang Penataan

PRIORITAS NASIONAL KETAHANAN PANGAN Penyediaan pangan terutama dari produksi dalam negeri; Distribusi dan aksesibilitas untuk stabilisasi harga pangan yang terjangkau; Peningkatan kualitas konsumsi untuk mendukung diversifikasi pangan; Peningkatan kesejahteraan petani dan nelayan. 5 Slide 5

TIGA PILAR KETAHANAN PANGAN Pilar I Pilar II Pilar III AVAILABILITY (Ketersediaan) ACCESSIBILITY (Keterjangkauan fisik & ekonomi) STABILITY (Stabilitas pasokan & harga) HARUS TERWUJUD SETIAP SAAT, TEMPAT DAN RUMAH TANGGA 6 Slide 6

2. PRODUKSI DAN KEBUTUHAN GULA NASIONAL 7 7

PERKEMBANGAN LUAS AREAL GILING, PRODUKSI TEBU, RENDEMEN, DAN PRODUKSI GULA TAHUN 2003-2013 NO. TAHUN LUAS TEBU RENDEMAN GULA PRODUKSI PRODUKTIVTAS PRODUKSI PRODUKTIVTAS (Ha) (%) (Ton) (Ton/Ha) (Ton) (Ton/Ha) 1 2003 335.725 22.631.108 67,41 7,21 1.631.919 4,86 2 2004 344.793 26.743.179 77,56 7,67 2.051.644 5,95 3 2005 381.786 31.142.268 81,57 7,20 2.241.742 5,87 4 2006 396.440 29.179.399 73,60 7,90 2.303.758 5,81 5 2007 428.401 33.286.453 77,70 7,35 2.448.143 5,71 6 2008 436.517 32.960.164 75,51 8,10 2.668.428 6,11 7 2009 422.935 30.256.778 71,54 7,60 2.299.504 5,44 8 2010 432.714 35.458.159 81,94 6,08 2.290.117 5,29 9 2011 450.298 30.323.228 67,34 7,29 2.228.259 4,95 10 2012 451.191 31.888.927 72,10 8,13 2.591.687 5,86 11 2013 460.496 35.378.805 76,80 7,20 2.390.000 5,53 % Peningkatan th. 2013 thd 2003 137 156 114 100 146 114 Sumber : Statistik Ditjen Perkebunan Tahun 2012 dan DGI Tahun 2013

LUAS PANEN, PRODUKTIVITAS, RENDEMEN, DAN PRODUKSI GULA 2009-2013 Luas Panen dan produktivitas tebu tahun 2013 naik dibanding tahun 2012. Rendemen tahun 2013 turun dibanding tahun 2012, sedangkan pada tahun sebelumnya naik. Produksi gula tahun 2013 sebesar 2,39 juta ton (turun sebesar 7,72% dibandingkan tahun 2012). 9 Slide 9

KEBUTUHAN DAN PEMENUHAN GULA NASIONAL 2013*) No. Perincian Gula (ton) 1 Perkiraan Produksi Gula Nasional Tahun 2013 2.390.000 2.390.000 2 Kebutuhan Gula Nasional 2013 6.250.442 a. Konsumsi langsung 2.877.294 b. Konsumsi Industri Mamin 3.048.148 c. Konsumsi Industri MSG 300.000 d. Konsumsi industri khusus (susu dan obat2an) 25.000 3 Kekurangan Gula Nasional 2013 3.855.442 3.886.442 *) Angka sementara dari sumber : Sekretariat Dewan Gula Indonesia 10

KEBUTUHAN DAN PRODUKSI GKP 2013 PER WILAYAH No. Pulau Jumlah Penduduk 2013 (Jiwa) Kebutuhan GKP 2013 (Ton) Perkiraan Produksi Gula 2013 (Ton) 1 Sumatera 52.909.161 634.909 837.134 2 Jawa 142.757.343 1.610.372 1.483.830 3 Bali dan Nusa Tenggara 13.663.120 163.957 4 Kalimantan 14.408.239 172.899 5 Sulawesi 18.153.457 217.841 69.036 6 Maluku dan Papua 6.442.819 77.316 Total 248.334.139 2.877.294 2.390.000 11

3. TARGET DAN UPAYA PEMENUHAN GULA 12

UPAYA PEMENUHAN KEKURANGAN GULA 1. Intensifikasi Lahan Existing 450.000 ha : peningkatan produktivitas perkebunan dan rendemen tebu 2. Revitalisasi PG existing : BUMN : target 2,32 juta ton Swasta : 1,25 juta ton 3. Perluasan perkebunan tebu 350.000 500.000 ha 4. Pembangunan Pabrik baru 10-25 PG 2,13 juta ton 13

DUKUNGAN PEMERINTAH PERCEPATAN INVESTASI PERKEBUNAN TEBU 1. Surat Menteri Kehutanan No. 21/Menhut-VII/2010 tanggal 12 Oktober 2010, ttg Edaran ke Gubernur/Bupati agar memprioritaskan pelepasan lahan untuk perkebunan tebu 2. Inpres No. 10 tahun 2011 yang diperpanjang dengan Inpres No. 6 tahun 2013 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut, dikecualikan untuk lahan padi dan tebu 3. PP No. 60/2012 : Perubahan Atas PP No. 10/2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan 4. PP No. 61/2012 : Perubahan Atas PP No. 24/2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan, yang dapat digunakan untuk perkebunan tebu. 14

TARGET SWASEMBADA GULA JANGKA PANJANG JANGKA PENDEK (2020-2025) (S.D 2014) JANGKA MENENGAH (2015-2019) JANGKA PANJANG (2020 2025) Indonesia akan swasembada gula untuk gula konsumsi dan gula industri (kecil& RUMAH TANGGA) peletakan dasar-dasar kebijakan pergulaan (revitalisasi kebun dan PG, pembangunan PG, penelitian dan Pengembangan tebu) Indonesia sudah swasembada secara penuh dengan mutu gula yang lebih baik, serta pengembangan produk gula Indonesia memiliki industri pergulaan yang tangguh dan integratif yang didukung oleh pilar-pilar usaha tani tebu yang cukup, pabrik gula dan lembaga penelitian yang kuat.

KINERJA PENGEMBANGAN TEBU TAHUN 2003 DENGAN TAHUN 2013 1. Lahan tebu tahun 2003 seluas 335.725 ha menjadi 460.496 ha pada tahun 2013 atau meningkat menjadi 137%. 2. Produksi tebu tahun 2003 sebesar 22.631.108 ton menjadi 35.375.156 ton atau meningkat menjadi 156%. 3. Produktivitas tebu tahun 2003 sebesar 67,41 ton/ha menjadi 76,68 ton/ha atau meningkat menjadi 114%. 4. Rendemen tahun 2003 sebesar 7,21% menjadi 7,20% atau tetap. 5. Produksi hablur tahun 2003 sebesar 1.631.969 ton menjadi 2.545.842 ton atau meningkat menjadi 156%. 6. Produktivitas hablur tahun 2003 sebesar 4,86 ton/ha menjadi 5,53 ton/ha atau meningkat menjadi 114%. 16

PENCAPAIAN EKSTENSIFIKASI PERKEBUNAN TEBU I. Pelepasan Ex HPK (Hutan Produksi yang dapat di Konversi) 1. Tahap permohonan : 10 unit seluas 363.244 ha 2. Persetujuan prinsip pelepasan kawasan oleh Menteri Kehutanan : 22 Unit seluas 378.215 Ha. 3. SK Pelepasan oleh Menhut : 5 Unit seluas 147.097 Ha. II. APL (alih fungsi lahan APL) 1. NTB (Dompu) 6.600 ha 2. NTT (Sumba Barat Daya) 25.000 ha 3. Sulawesi Tenggara (Muna) 5.000 ha 4. Jawa Timur (Banyuwangi) : 12.000 ha 5. Jawa Tengah (Blora) : 6.000 ha 6. Potensi Pulau Madura 70.000 ha 17

PENCAPAIAN REVITALISASI PG EKSISTING DAN PEMBANGUNAN PG BARU I. Revitalisasi PG eksisting 1. Peningkatan rendemen PG 2. Peningkatan efisiensi bahan bakar di 6 PG BUMN dengan bantuan alat bagasse dryer 3. 10 PG BUMN sudah mendapatkan sertifikan ISO 9001:2008, diantara 32 PG yang telah melakukan Pelatihan Standar Manajemen Mutu II. Pembangunan PG Baru: 1. Sumatera Selatan (OKI ): PG Laju Perdana Indah sudah beroperasi dengan kapasitas 6.000 TCD. (tahun 2012) 2. Jawa Tengah (PG Blora) oleh PT Gending Multi Manis (GMM) dengan kapasitas 4000 tcd yang dapat dikembangkan menjadi 6.000 tcd, akan mulai komisioning bulan Desember 2013. 3. Nusa Tenggara Barat (PG Dompu) oleh PT. Sukses Mantap Sejahtera, dengan kapasitas 10.000 TCD 4. Jawa Timur (Banyuwangi): PG Glenmore 18

4. PERMASALAHAN DAN USULAN KEBIJAKAN 19

PERMASALAHAN UMUM 1. Proses pelepasan lahan masih dipandang kompleks, dan memerlukan waktu yang lama, terdapat sekitar 22 tahapan yang harus dipenuhi sesuai SKB Menhut, Mentan, Kepala BPN No. 364/Kpts-II/90, 519/Kpts/HK.050/7/90, 23-VIII-1990 tgl 25 Juli 1990 dan SK Menhut No. 250/Kpts-II/1996 tgl 3 Juni 1996 2. RTRWP yang belum selesai, menyebabkan proses pelepasan terhambat 3. Pengembangan lahan perkebunan baru, umumnya di wilayah remote dan merupakan pertumbuhan baru, sehingga infrastruktur jalan, pelabuhan, air dll belum memadai. 4. Pengembangan wilayah pertumbuhan baru memerlukan pengembangan pemukiman, sekolah, sarana ibadah, rumah sakit dll.

PERMASALAHAN PERCEPATAN INVESTASI PERKEBUNAN TEBU 1. Pembukaan areal baru, sangat rentan terhadap perkembangnya hama penyakit tanaman dari dalam kawasan contoh yang terjadi di Merauke. 2. Tidak semua lahan memiliki agroklimat yang cocok untuk perkebunan tebu. 3. Memerlukan prakondisi penanaman tebu sampai dengan siap tanam sekitar dua tahun. 4. Minimal luas lahan perkebunan tebu yang available dengan pembangunan pabrik adalah 20.000 ha, sehingga tidak mudah mendapatkan luas lahan yang cukup dan sesuai dengan agroklimat perkebunan tebu.

Lanjutan... 5. Tenaga kerja, diperlukan dalam jumlah dan kemampuan yang cukup. Untuk wilayah yang relatif datar dapat diefektifkan melalui mekanisasi, tetapi wilayah tertentu (contour tidak rata akan sulit ) perlu mobilisasi dan peningkatan kapasitas tenaga kerja untuk perkebunan tebu. 6. Investasi pembangunan PG baru membutuhkan biaya yang sangat besar Rp. 1,5-2 trilyun. Merupakan investasi termahal di sub sektor pekebunan. 7. Pertumbuhan penduduk yang terus melaju, menyebabkan tingginya persaingan penggunaan lahan untuk fungsi lain (komoditi lain, jalan, perumahan, industri dll).

USULAN KEBIJAKAN MEMPERCEPAT INVESTASI PERKEBUNAN TEBU 1. Investasi PG yang sangat besar, perlu diimbangi dengan pemberian insentif antara lain dengan memberikan fasilitas impor raw sugar untuk digiling bersama dengan tebu dalam jangka waktu tertentu (3 tahun), dengan perencanaan yang jelas. 2. Calon investor yang telah memiliki perijinan lahan untuk perkebunan tebu, harus melakukan investasi sesuai peruntukannya, apabila tidak sesuai maka ijinnya akan dialihkan kepada investor tebu yang serius. 3. Pemerintah menyediakan sarana dan prasarana pada lokasi investasi yang sudah mulai dibangun kebun/pg 4. Untuk menjaga keberlanjutan PG rafinasi, perlu dibangun integrasi dengan perkebunan tebu yang ada.

TERIMA KASIH 24