ANALISIS ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PERUSAHAAN TAHU TEMPE VIRA. Sudarto Usuli *)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam

Prosiding Manajemen ISSN:

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA CV. ABADI JASA. Latifa Tri Utami Jurusan Akuntansi Politeknik PalComTech Palembang.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat di indonesia, pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

BAB IV PENUTUP. bermanfaat bagi perusahaan jika perusahaan menerapkan metode EOQ pada

B I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE EOQ PADA UD. ADI MABEL

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

JURNAL EKONOMI Volume 21, Nomor 3 September 2013 INVENTORY CONTROL DAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUKSI ROTI PADA PABRIK ROTI BOBO PEKANBARU

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dipengaruhi oleh pengendalian persediaan (inventory), karena hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ARTIKEL ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY EOQ PADA PERUSAHAAN KECAP MURNI JAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

bagi perekonomian karena menyumbang 60% dari PDB dan menampung 97% tenaga kerja. Tetapi akses ke lembaga keuangan sangat terbatas, baru 25% atau

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Tauco di Perusahaan Kecap Manalagi Kota Denpasar Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tidak sedikit industri konveksi/industri pakaian jadi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai kegiatan usaha, baik usaha jasa, dagang maupun. industri/manufaktur tujuan utama yang ingin dicapai perusahaan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

Volume I No.02, Februari 2016 ISSN : ANALISIS BIAYA PRODUKSI PADA PABRIK SELANG AIR DI PT. MASPION IV SURABAYA

ORDER QUAANTITY (EOQ).

MANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Perhitungan Harga Pokok Produksi Pada Jamu Singkir Angin (Studi Kasus Pada PT. Nyonya Meneer Semarang) Oleh

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Proudly present. Manajemen Persediaan. Budi W. Mahardhika Dosen Pengampu MK.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Persediaan Jahe Gajah di PT XYX Lembang Jawa Barat

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding Manajemen ISSN:

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS HARGA POKOK PENJUALAN BERAS PADA PT BAROKAH MAKMUR, KEC. SAMBOJA, KAB. KUTAI KARTANEGARA. Oleh :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam penelitian ini. Bagian ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan

Studi Kelayakan Bisnis (Aspek Teknis dan Operasi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERHITUNGAN COST OF PRODUCTION DENGAN METODE BIAYA PENUH PADA USAHA KECIL MENENGAH (STUDI KASUS UKM TAHU ECO)

Akuntansi Biaya. Bahan Baku: Pengendalian, Perhitungan Biaya, dan Perencanaan. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke:

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap laba yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dagang selalu mengadakan persediaan (inventory).

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

BAB I PENDAHULUAN. yang sering mengalami kemacetan. Awal mula masuknya sepeda ke Indonesia

JURNAL ANALISIS PENENTU RE-ORDER POINT (ROP) KEDELAI UNTUK KELANCARAN PROSES PRODUKSI TEMPE PADA RAJA TEMPE DI NGANJUK TAHUN 2015

Fakultas Ekonomi Universitas Darul Ulum

ANALISIS PERPUTARAN PIUTANG USAHA TERHADAP HUTANG USAHA PADA PT. BINTANG AGROKIMIA UTAMA MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dalam keseharian masyarakat Indonesia. BPS mencatat terdapat

ANALISIS PEMANFAATAN SCRAP UNTUK MENINGKATKAN LABA PERUSAHAAN (Studi Kasus Pada Pabrik Tahu AL, Sumedang dan Super di Kota Padang)

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan peradaban manusia menimbulkan adanya perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, termasuk dalam bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI KARTU UNDANGAN DAN AMPLOP DINAS PADA CV. KARUNIA INDAH

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN KEMEJA POLOSHIRT MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DI PT BINA BUSANA INTERNUSA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT. Aceh Rubber Industries Kabupaten Aceh Tamiang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGENDALIAAN PERSEDIAAN KERTAS ART PAPER MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY UNTUK MENDAPATKAN EFISIENSI BIAYA DI UD DALLAS KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

yang bersifat variabel maupun tetap. Sedangkan pada metode variabel costing biaya produksi yang diperhitungkan hanyalah yang bersifat variabel saja. D

Analisis Manajemen Persediaan Bahan Baku pada Perusahaan Base Camp Clothing dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity ( EOQ)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

Perhitungan Harga Pokok Produksi þÿ P a d a P a b r i k T a h u B u G i t o D e n Metode Process Costing

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia

INVENTORY CONTROL. Slide prepare By; Iman P. Hidayat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kursi Lipat dengan Menggunakan Metode Economic Order (Eoq) pada PT. Chitose Tbk Cimahi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menjawab rumusan masalah adalah sebagai berikut:

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

Analisis Biaya Menurut Variable Costing Untuk Pengambilan Keputusan Menerima Atau Menolak Pesanan Khusus Pada Perusahaan Kue Bangket Tokin.

Analisis Penilaian Kinerja Keuangan...Ida Ayu Nursanti dan Endang Hendrawati 100

PERANCANGAN SISTEM PEMESANAN SEMBAKO BAGI KARYAWAN PADA PT. CV. TIKI MEDAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRI MINYAK ATSIRI DAUN CENGKEH DI KABUPATEN PURWOREJO

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi pengertian sistem dalam buku Sistem Akuntansi. yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.

ANALISIS PERHITUNGAN ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN

PERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perusahaan dagang dan industri, persediaan merupakan aktiva lancar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

ANALISIS ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) PADA PERUSAHAAN TAHU TEMPE VIRA Sudarto Usuli *) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pengadaan bahan baku yang paling ekonomis pada perusahaan tahu tempe VIRA di kabupaten Poso. Jenis penelitian ini adalah bersifat Deskriptif Kuantitatif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran tentang suatu keadaan di usaha tahu tempe VIRA secara objektif. Tehnik analisis data dalam penelitian menggunakan Economi Order Quantity (Analisis manajemen persediaan). Hasil penelitian menunjukan bahwa pabrik tahu tempe VIRA membeli jumlah persedian bahan baku yang paling ekonomis, sesuai dengan metode Economi Order Quantity (EOQ) yaitu sebesar 1.461 Kg. bukan 3.500 Kg, dalam setiap 1 kali pemesanan dengan jumlah pembelian bahan baku sebanyak 28 kali dalam setahun. Kata Kunci : Economic Order Quantity *) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sintuwu Maroso PENDAHULUAN Usaha industri kecil yang ada di pedesaan maupun di tempat-tempat lain, biasanya mengalami berbagai hambatan dalam menghasilkan volume produksi, sehingga pendapatan dari industri kecil juga menjadi rendah. Disamping itu industri kecil harus bersaing dengan industri lainnya yang berskala besar maupun menengah. Hal ini menyebabkan terjadinya suatu persaingan yang tidak sehat. Pembinaan terhadap pengusaha industri kecil juga diarahkan pada masalah harga dan peningkatan kualitas produksi. Salah satu bentuk pembinaannya berupa Konsultasi Peningkatan Mutu yang mencakup beberapa aspek dalam kegiatan dalam kegiatan produksi antara lain proses produksi, pemasaran, permodalan, kualitas perhitungan harga pokok serta administrasi pembukuan sederhana. Input merupakan jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu perusahaan. Semakin banyak input yang dihasilkan berarti semakin besar pula perusahaan tersebut. Input dapat berpengaruh terhadap produksi suatu barang atau jasa. Selain itu besarnya jumlah input yang dihasilkan akan berdampak pada input bahan baku yang dibutuhkan. Semakin besar input produksi yang dihasilkan maka input bahan baku yang dibutuhkan juga semakin banyak. Besarnya jumlah kapasitas produksi juga tidak lepas dari bahan bakar yang digunakan dalam proses produksi, hal ini semakin banyak kapasitas produksinya tentunya membutuhkan bahan bakar untuk proses produksi yang tidak sedikit dan dalam proses produksi juga tidak lepas dari jumlah tenaga kerja yang digunakan. 47

Pada proses pemilihan kedelai sebagai bahan baku utama pembuatan tahu tempe, maka kita juga perlu memperhatikan masalah kualitasnya. Meskipun kedelai impor, namun kita tetap juga harus melakukan pemeriksaan apakah kedelai tersebut masih dalam keadaan utuh, atau apakah kedelai tersebut terkena hama bubuk atau tidak, cara yang cukup mudah untuk membedakannya adalah jika kedelai tersebut direndam dalam air. Jika kedelai tersebut banyak mengambang, maka kualitasnya jelek. Selain kedelai, komponen produksi tempe yang lain adalah bahan bakar (minyak tanah/kayu). Permasalahannya adalah harga bahan bakar mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan, sedangkan harga jual tempe di pasar relatif tidak berubah atau sulit di naikkan. Kedelai yang digunakan pada umumnya adalah kedelai import yang harganya berfluktuatif, tergantung dari nilai tukar dollar terhadap rupiah. Harga kedelai sekarang ini sekitar Rp 7.000-an/kg. Akibatnya banyak pengusaha/pengrajin tempe (terutama yang pemula) yang berimprovisasi pada tahapan proses pembuatan untuk menekan biaya produksi. Tetapi mungkin karena ketidaktahuan mereka, justru improvisasi yang mereka lakukan akan menghasilkan produk tempe yang berkualitas rendah dan bahkan bisa jadi bersifat antigizi. Berdasarkan pengamatan di Pasar Sentral Poso ditemukan kenaikan harga kedelai yang merupakan bahan baku industri tahu dan tempe, yang semula Rp.4.000/Kg sekarang naik menjadi Rp.7.000/Kg sementara harga jual tempe mencapai Rp.9.000/Kg hingga Rp.10.000/Kg atau Rp.100.000/tong. Industri-industri kecil pembuat tempe di Kabupaten Poso rata-rata membeli kedelai untuk memproduksi tempe sebanyak 50 Kg/hari dengan mengeluarkan modal untuk membeli bahan baku sebesar Rp.350.000, sementara hanya bisa menjual tempe matang seharga Rp.10.000/Kg sehingga apabila memproduksi 50 Kg hanya memperoleh penghasilan dari penjualan sebesar Rp 500.000. Industri kecil pembuat tempe hanya mendapatkan keuntungan sebesar RP.150.000 setiap memproduksi 50 kg. Selain itu biaya upah pekerja sebesar Rp.10.000/Kg juga menjadi beban yang harus di bayar pengusaha tempe. Pengusaha tempe juga mulai resah dengan adanya kenaikan harga bahan dasar produksi yaitu kenaikan harga kedelai. Masyarakat berharap tempe yang merupakan bahan makanan yang dijadikan sebagian besar masyarakat sebagai lauk pauk harganya tidak terlalu tinggi dan masih terjangkau oleh masyarakat. Pabrik Tahu Tempe Vira, adalah salah satu pabrik kecil (industri perumahan) yang bergerak dalam bidang produksi tahu tempe, pengadaan bahan baku untuk pembuatan tahu tempe yang dilaksanakan oleh Pabrik Tahu Tempe Vira adalah pengadaan secara langsung atau pembelian secara langsung di pasar sentral Poso. Hal 48

tersebut dilakukan demi kelangsungan usaha tahu tempe agar dapat beroperasi dan apabila harga bahan pokok mengalami kenaikan maka upaya yang dilakukan adalah menaikkan harga jual tahu tempe, karena apabila harga jualnya tidak dinaikkan maka biaya operasional tidak dapat terpenuhi apalagi laba. Dari latar belakang dan permasalahan diatas, maka penulis mencoba untuk mengemukakan judul Analisis EOQ (Economic Order Quantity) Pada Perusahaan Tahu Tempe VIRA. TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Bahan Baku a. Pengertian bahan baku Menurut Shousen (2001), bahan baku adalah barang-barang yang dibeli untuk digunakan dalam proses produksi. Berdasarkan pengertian bahan baku diatas, dapat disimpulkan bahan baku merupakan barang-barang yang digunakan untuk diperoses yang kemudian menjadi produk, baik produk jadi maupun produk setengah jadi. Bahan baku tersebut harus benar-benar berkualitas sehingga produk yang dihasilkan bermutu tinggi. b. Pembelian bahan baku 1) Prosedur pembelian bahan baku Bagian pembelian dalam melakukan aktivitasnya haruslah sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pimpinan perusahaan antara lain mengenai kualitas yang dibeli, harga, batas maksimum jumlah pembelian dan juga kebijaksanaan dalam pembayaran. Setelah kebijaksanaan itu ditetapkan dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan pembelian dengan melalui prosedur yang telah ditetapkan. 2) Tujuan dasar dari pengendalian bahan baku Tujuan dari pengendalian bahan baku menurut Carter Usry (2002) adalah kemampuan untuk melakukan pemesanan tepat waktu yang sesuai dengan sumber terbaik untuk memperoleh jumlah yang tepat pada harga dan kualitas yang tepat. Pengendalian bahan baku harus memenuhi dua kebutuhan yang saling berlawanan, yaitu : a) Menjaga persediaan dalam jumlah dan variasi yang mencukupi untuk operasi secara efisien. 49

b) Menjaga tingkat persediaan yang menguntungkan secara financial. 3) Unsur-unsur pengendalian intern pembelian bahan baku Unsur-unsur pengendalian intern yang merupakan pokok dari pengendalian intern terdiri dari organisasi, system otorisasi dan prosedur pencatatan, dan praktek yang sehat (Mulyadi, 2001) 2. Economi Order Quantity (EOQ) Menurut Gitosudarmo (2002), EOQ sebenarnya adalah merupakan volume atau jumlah pembelian yang paling ekonomis untuk dilaksanakan pada setiap kali pembelian. Untuk memenuhi kebutuhan itu maka dapat diperhitungkan pemenuhan kebutuhan (pembeliannya) yang paling ekonomis yaitu sejumlah barang yang akan dapat diperoleh dengan pembelian dengan menggunakan biaya yang minimal. 3. Pengertian Laba Menurut Zaki Baridwan (2004) dalam bukunya Intermediate Accounting (2000), mengemukakan bahwa : Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik. Menurut Harnanto (2003) berpendapat bahwa : Laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi. METODOLOGI PENELITIAN Metode analisa data dalam penelitian ini, menggunakan system Economi Order Quantity (analisis manajemen persediaan). Biaya pemesan variabel dan biaya penyimpanan variabel mempunyai hubungan terbalik, yaitu semakin tinggi frekuensi pemesanan, maka semakin rendah biaya penyimpanan variabel. Agar biaya pemesanan variabel dan biaya penyimpanan variabel dapat ditekan serendah mungkin, maka perlu dicari jumlah pembelian yang paling ekonomis, yaitu dengan rumus : (Hansen dan Mowen, 2005). Keterangan : EOQ 2DS H EOQ Economic Order Quantity D Total kebutuhan bahan baku 50

S H Biaya pemesanan setiap kali pemesanan Biaya Penyimpanan Bahan Baku perunit 1. Distribusi Kebutuhan Bahan Baku HASIL DAN PEMBAHASAN Pabrik tahu tempe Vira melakukan pembelian bahan baku tahu tempe dari supplier di daerah Kabupaten Poso atau pembelian secara langsung pada Pasar Sentral Poso. No. Tabel 4.1. Kebutuhan Bahan Baku Kedelai (dalam Kg) Tahun 2012 Jumlah (Kg.) Bulan Pembelian 1. Januari 4.000 2. Februari 3.000 3. Maret 3.000 4. April 3.000 5. Mei 3.000 6. Juni 3.000 7. Juli 4.000 8. Agustus 5.000 9. September 3.000 10. Oktober 3.000 11. November 3.000 12. Desember 5.000 Jumlah 42.000 Sumber : Pabrik Tahu Tempe VIRA Berdasarkan Tabel 4.1. menunjukkan bahwa pembelian bahan baku dalam setiap bulannya adalah 3.000 Kg hingga 5.000 Kg (3 ton hingga 5 ton) dan dalam satu tahun sebanyak 42.000 Kg (42 ton). 2. Pembelian Rata-Rata Bahan Baku Kedelai Untuk menentukan jumlah pembelian bahan baku kedelai pada Pabrik Tahu Tempe Vira dapat dihitung sebagai berikut : Total Kebutuhan Bahan Baku Frekuensi Pemesanan Dalam Satu Tahun 42.000 Kg 12 Kali 3.500 Kg 3.500 Kg. Jadi rata-rata jumlah pembelian bahan baku setiap pemesanan adalah sebesar Biaya Pemesanan Biaya pemesanan terkait di Pabrik Tahu Tempe Vira adalah sebagai berikut: 51

a. Biaya telepon b. Biaya administrasi Tabel 4.2. Data Pemesanan Bahan Baku Kedelai Tahun 2012 No. Biaya Biaya Jumlah 1. Biaya Telepon 2.500.000,- 2. Biaya Administrasi Transportasi Pembelian plastic tempe Bahan Bakar Mesin diesel 2.000.000,- 200.000,- 1.000.000,- Jumlah 5.700.000,- Sumber : Pabrik Tahu Tempe VIRA Untuk menghitung besarnya biaya pemesanan sekali pesan, maka dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Rp. 475.000,- Total Biaya Pesanan Frekuensi Pemesanan Dalam Satu Tahun Rp. 5.700.000 12 Kali Rp. 475.000,- Jadi besarnya biaya 1 kali pesan pada Pabrik Tahu Tempe Vira adalah Biaya Penyimpanan Biaya biaya yang dikeluarkan karena Pabrik melakukan penyimpanan dan pengadaan persediaan bahan baku. Perincian biaya penyimpanan pada Pabrik Tahu Tempe Vira adalah : Biaya listrik dan Biaya tenaga kerja. Karena Pabrik tidak menanggung biaya lain lain dalam penyimpanan bahan baku selain biaya tersebut. Tabel 4.3. Data Penyimpanan Bahan Baku Kedelai Tahun 2012 No. Biaya Biaya Jumlah 1. Biaya Listrik 5.500.000,- 2. Biaya Tenaga Kerja 5 orang 23.000.000,- Jumlah 28.500.000,- 52

berikut : Sumber : Pabrik Tahu Tempe VIRA Besarnya biaya penyimpanan per unit dapat dihitung dengan rumus sebagai Total Biaya Penyimpanan Total Kebutuhan Bahan Baku Rp. 28.500.000 42.000 Rp.67.857,- Total biaya persediaan, dapat dihitung sebagai berikut : a. Total kebutuhan bahanbaku (D) : 42.000 Kg b. Pembelian rata-rata bahan baku (Q) : 3.500 Kg c. Biaya pesan sekali pesan (S) : 475.000 d. Biaya penyimpanan bahan baku per unit (H) : 67.857 Perhitungan totak biaya persediaan : D Q TIC S + H Q 2 42.000 3.500 TIC x 475.000 + x 67.857 3.500 2 TIC Rp. 5.700.000 + 118.749 TIC Rp.5.818.749 Jadi total biaya persediaan yang harus ditanggung oleh Pabrik adalah Rp. 5.818.749 Analisis Metode EOQ Bahan baku yang ada sebagian besar digunakan untuk proses produksi dan sebagian disimpan untuk cadangan produksi berikutnya maupun sebagai cadangan apabla sewaktu-waktu kesulitan bahan baku di pasaran. a. Pembelian bahan baku yang ekonomis Pembelian bahan yang ekonomis dengan berdasarkan pada : 1) Biaya penyimanan bahan baku per unit (H) Rp. 67.857 2) Total kebutuhan bahan baku (D) 42.000 Kg 3) Biaya pesan sekali pesan (S) Rp. 475.000 Maka besarnya pembelian bahan baku yang ekonomis dapat diperhitungkan dengan metode EOQ sebagai berikut : 2DS 53

EOQ H 2(42.000) (475.000) 67.857 992.000 67.857 1.461 Kg b. Frekuensi pemesanan bahan baku Frekuensi pemesanan (F) menurut metode EOQ dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : F D Q 42.000 F 1.461 F 28 Kali c. Total biaya persediaan Untuk memperhitungkan total biaya persediaan, telah diketahui sebagai berikut : 1) Total kebutuhan bahan baku (D) 42.000 Kg 2) Biaya pesan 1 kali pesan (S) Rp. 475.000 3) Biaya penyimpanan bahan baku per unit (H) Rp. 67.857 4) Pembelian bahan baku yang ekonomis (Q) 1.461 Kg Perhitungan Total Biaya Persediaan (TIC) Total Instrumental Cost adalah sebagai berikut : D Q TIC S + H Q 2 42.000 1.461 TIC x 475.000 + x 67.857 1.461 2 TIC Rp.13.655 + 49.569 TIC Rp. 63.224 Jadi total biaya persediaan yang telah dihitung dengan menggunakan metode EOQ adalah Rp.63.224/ Kg. 54

A. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan pada Pabrik Tahu Tempe Vira, maka dapat disimpulkan bahwa : 1) Jumlah pembelian yang paling ekonomis sekali pesan bahan baku adalah sebesar 1.461 Kg. 2) Total biaya persediaan adalah Rp.63.224 3) Frekuensi pemesanan bahan baku dalam setahun adalah 28 kali. 4) Perusahaan tahu tempe belum optimal dalam mengelolah persediaan B. Saran 1) Sebaiknya pemilik pabrik tahu tempe dalam mengadakan Jumlah pembelian bahan baku yang paling ekonomis yaitu sebesar 1.461 Kg. Bukan 3500 Kg 2) Membangun kerjasama dengan pihak petani kedelai, Sehingga memperpendek distribusi yang pada akhirnya lebih mempermurah harga kedelai dan memperlancar kegiatan produksi tahu tempe. DAFTAR PUSTAKA Carter Usry, 2002. Cost Accounting, Buku 1, Edisi 3, Alih Bahasa : Krista, Salemba Empat, Jakarta Gitosudarmo, 2002. Manajemen Keuangan Edisi 4, BPFE, Yogyakarta. Hansen dan Mowen, 2005. Management Accounting, Buku 2 Edisi ke 7, Salemba Empat, Jakarta Harnanto, 2003. Akuntansi Perpajakan, BPFE, Yogyakarta Mulyadi, 2001. Sistem Akuntasi, Edisi Ketiga, Salemba, Jakarta Shousen, 2001. Akuntansi Keuangan, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta Zaki Baridwan, 2004. Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan, BPFE, Yogyakarta 55