BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotion, salep, dan krim.

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sediaan Topikal. Sediaan topikal adalah sediaan yang penggunaannya pada kulit dengan tujuan

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. batang, benang sari kuning kehijauan, kelopak hijau, mahkota lonjong berwarna

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

KONSEP PEMBERIAN OBAT TOPIKAL

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini

PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk obat atau kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

Di sampaikan Oleh: Azis Ikhsanudin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

PEMBAHASAN. I. Definisi

Sediaan Setengah Padat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis.

Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

DEFINISI Ketombe (juga disebut sindap dan kelemumur; dengan nama ilmiah Pityriasis capitis) adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau diagnosis suatu penyakit, kelainan fisik, atau gejala-gejalanya pada manusia

EVALUASI MUTU KRIM BETAMETASON 0,1 % PRODUKSI PT. KIMIA FARMA ( PERSERO ) Tbk. TUGAS AKHIR. Oleh : MUHARNI SAPUTRI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan reaksi oksidasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

Hidrokinon dalam Kosmetik

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

II.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Nangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lobak mulai dikenal bangsa China sekitar tahun 500 SM. Lobak sering

KATA PENGANTAR. Ilham Niawan

HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI DAN ANALISIS KUALITAS SEDIAAN SALEP MATA DENGAN BAHAN AKTIF CIPROFLOXACIN. Atikah Afiifah, Dapid Caniago, Rahmah Restiya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Written by Administrator Sunday, 07 August :30 - Last Updated Wednesday, 07 September :03

PEMBUATAN SALEP ANTI JERAWAT DARI EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

Proses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

BAB 1. Di Indonesia, sebagian besar masyarakatnya mempunyai tingkat pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

DESAIN SEDIAAN FARMASI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obat Kulit Topikal Kortikosteroid Sediaan topikal adalah sediaan yang penggunaannya pada kulit dengan tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotion, salep, dan krim. Obat kulit yang umum digunakan mengandung obat-obat golongan antibiotika, kortikosteroid, antiseptik lokal, antifungi dan lain-lain. Obat topikal kulit dapat berupa salep, krim, pasta dan obat cair. Pemilihan bentuk obat kulit topikal dipengaruhi jenis kerusakan kulit, daya kerja yang dikehendaki, kondisi si penderita, dan daerah kulit yang diobati (Anief, 1997). Obat kulit topikal mengandung obat yang bekerja secara lokal. Tapi pada beberapa keadaan, dapat juga bekerja pada lapisan kulit yang lebih dalam, misalnya pada pengobatan penyakit kulit kronik dengan obat kulit topikal yang mengandung kortikosteroid. Kortikosteroid mencegah reaksi, mengurangi peradangan, dan menghambat pembelahan sel epidermis. Kortikosteroid secara topikal dapat mengganggu pertahanan kulit alami terhadap infeksi sehingga dikombinasikan obat antibiotika. Obat kulit digunakan untuk mengatasi gangguan fungsi dan struktur kulit. Gangguan fungsi struktur kulit dapat dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu : 1. Kerusakan kulit akut : kerusakan yang masih baru dengan tanda bengkak, berdarah, melepuh, dan gatal. 2. Kerusakan kulit sub akut : gangguan fungsi dan struktur kulit, yang telah terjadi antara 7-30 hari, dengan tanda-tanda antara lain bengkak yang makin parah dan sudah mempengaruhi daerah sekelilingnya. 3

3. Kerusakan kulit kronik : kerusakan yang telah lama terjadi dan hilang serta timbul kembali, dan beberapa bulan sampai bertahun-tahun. Biasanya kulit menjadi tebal, keras, dan retak-retak (Sartono, 1996). Obat kulit topikal antibotika tersedia dalam bentuk salep, krim, dan obat cair. Umumnya digunakan untuk mengatasi infeksi pada permukaan kulit. Karena sebagian besar infeksi terjadi di bawah permukaan kulit, sebetulnya pengobatan dengan obat antibiotika secara sistemik, akan lebih efektif dan menjadi pilihan untuk kerusakan kulit yang serius (Sartono, 1996). Obat kulit topikal antibiotika dapat mengandung obat antibiotika tunggal, atau dikombinasikan dengan : a. Obat Antibotika lain Obat kombinasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan obat dengan spektrum kerja yang luas, dan mengurangi kemungkinan terjadinya resistensi bakteri. b. Obat Kortikosteroid Obat kombinasi ini digunakan sebagai obat antiradang dan mengatasi infeksi bakteri. c. Obat Antifungi dan Obat Kortikosteroid Obat kombinasi ini digunakan sebagai obat antiradang dan juga untuk mengatasi infeksi bakteri dan fungi. Meskipun dapat digunakan untuk pengobatan terhadap infeksi bakteri dan fungi serta sebagai antiradang, obat kulit topikal yang mengandung antibiotika terbatas penggunaannya, karena kemungkinan terjadinya sensitisasi silang dengan obat antibiotika lain (Sartono, 1996). Obat Kortikosteroid mempunyai daya kerja antialergi dan antiradang. Penggunaan obat Kortikosteroid dalam obat kulit topikal, kadang-kadang kurang 4

jelas daya kerjanya. Tapi yang jelas, obat kulit topikal Kortikosteroid sangat efektif terhadap penyakit eksem (Sartono, 1996). Pada pengobatan terhadap eksem, Kortikosteroid bekerja dengan cara mencegah reaksi alergi, mengurangi peradangan, dan menghambat pembelahan sel epidermis (Sartono, 1996). Obat kulit topikal Kortikosteroid yang terdapat dalam Daftar Obat Wajib Apotek No. 1 meliputi obat-obat yang mengandung Hydrocortison, Flupredniliden, Triamsinolon, Betametason, Fluokortolon dan Desoksimetason. Sedangkan yang terdapat dalam Daftar Obat Wajib Apotek No 2 meliputi obatobat yang mengandung Dexametason, Flumetason, Hydrocortison butirat, Metil prednisolon, dan Prednisolon (Sartono, 1996). Kortikosteroid merupakan derivat dari hormon kortikosteroid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Kortikosteroid topikal adalah obat yang digunakan di kulit pada tempat tertentu. Merupakan terapi topikal yang memberi pilihan untuk para ahli dengan menyediakan banyak pilihan efek pengobatan yang diinginkan, diantaranya termasuk melembabkan kulit, melicinkan, atau mendinginkan area yang dirawat (Widjajanti, 1988). 2.2 Krim 2.2.1 Definisi Krim Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam- 5

asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air (Anief, 1994). Krim merupakan obat yang digunakan sebagai obat luar yang dioleskan ke bagian kulit badan. Obat luar adalah obat yang pemakaiannya tidak melalui mulut, kerongkongan, dan kearah lambung. Menurut definisi tersebut yang termauk obat luar adalah obat luka, obat kulit, obat hidung, obat mata, obat tetes telinga, obat wasir dan sebagainya (Anief, 1994). Menurut FI ed. III, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air tidak kurang dari 60%, dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Adapun menurut FI ed. IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Widodo,2013). Sebagai obat luar, krim harus memenuhi beberapa persyaratan berikut : 1) Stabil selama masih dipakai untuk mengobati. Oleh karena itu, krim harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar, dan kelembaban yang ada di dalam kamar. 2) Lunak. Semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak serta homogen. 3) Mudah dipakai. Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit. 4) Terdistribusi secara merata. Obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan. 2.2.2 Penggolongan Krim 6

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asamasam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air,yang dapat dicuci dengan air serta lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetik dan estetika. Krim digolongkan menjadi dua tipe, yakni: a. Tipe a/m, yaitu airterdispersi dalam minyak. Contohnya, cold cream. Cold cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai krim pembersih,berwarna putih, dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar. b. Tipe m/a, yaitu minyak terdispersi dalam air. Contohnya, vanishing cream. Vanishing cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untukmembersihkan, melembabkan, dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing) akan meninggalkan lapisan berminyak pada kulit (Widodo, 2013). 2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Krim Sama seperti sediaan bentuk lain, krim juga memiliki keuntungan dan kerugiaan dalam penggunaannya. a. Keuntungan Penggunaan Krim Beberapa keuntungan dari penggunaan sediaan krim, antara lain : 1) Mudah menyebar rata 2) Praktis 3) Mudah dibersihkan atau dicuci 4) Cara kerja berlangsung pada jaringan setempat 5) Tidak lengket, terutama tipe m/a 6) Memberikan rasa dingin (misalnya cold cream), terutama tipe a/m 7

7) Digunakan sebagai kosmetik dan 8) Bahan untuk pemakaian topikal, jumlah yang diabsorpsi tidak cukup beracun. b. Kerugian Penggunaan Krim Adapun kerugian dari penggunaan sediaan krim, antara lain : 1) Menyebabkan iritasi pada kulit 2) Mudah hilang karena melekat pada pakaian 3) Hanya untuk penggunaan luar dan tidak dapat digunakan disekitar mata 2.2.4 Basis Krim Seperti salep, krim juga mengandung basis atau bahan dasar tertentu. Ada beberapa bahan dasar yang sering digunakan dalam pembuatan krim, diantaranya sebagai berikut : a. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak dan bersifat asam. Contohnya, asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya. b. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air dan bersifat basa. Contohnya, Na tetraborat, NaOH, KOH dan sebagainya. c. Pengemulsi. Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat atau dikehendaki. Misalnya, emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol dan sebagainya. 8

d. Pengawet, yaitu bahan yang digunakan untuk meningkatkan stabilitas sediaan. Bahan pengawet yang sering digunakan umumnya metil paraben (nipagin) 0,12-0,18 % dan propil paraben (nipasol) 0,02-0,05 %. e. Pendapar, yaitu bahan yang digunakan untuk mempertahankan ph sediaan. f. Antioksidan, yaitu bahan yang digunakan untuk mencegah ketengikan akibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh. g. Zat berkhasiat 2.3 Hydrocortisone Hydrocortisone adalah salah satu obat kortikosteroid oles yang termasuk ringan. Obat ini bekerja dengan mengurangi inflamasi, kemerahan, serta gatalgatal pada kulit. Bentuk sediaan : krim dan salep. Indikasi : radang kulit ringan seperti eksem, ruam popok Kontra-indikasi : luka kulit akibat bakteri, jamur atau viral yang tidak diobati. Efek samping : jarang menimbulkan efek samping. Resiko khusus/ peringatan: penggunaan jangka panjang pada bayi dan anak-anak (maksimal seminggu), penggunaan jangka panjang pada wajah, bayi dibawah 1tahun. 2.4 Evaluasi Mutu Agar sistem pengawasan mutu dapat berfungsi dengan efektif, harus dibuatkan kebijaksanaan dan peraturan yang mendasari dan ini harus selalu ditaati. Pertama, tujuan pemeriksaan semata-mata adalah demi mutu obat yang baik. Kedua, setia pelaksanaan harus berpegang teguh pada standar atau spesifikasi dan harus berupaya meningkatkan standart dan spesifikasi yang telah ada (Anief, 1994). 9

Beberapa pengujian yang dilakukan dalam proses evaluasi mutu krim, antara lain organoleptik, homogenitas, ph, keseragaman sediaan, stabilitas, dan uji batas mikroba (Widodo, 2013). a. Uji Organoleptik Uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan pancaindra. Komponen yang dievaluasi meliputi bau, warna, tekstur sediaan, dan konsistensi. Adapun pelaksanaanya menggunakan subjek responden (dengan kriteria tertentu) dengan menetapkan kriteria pengujiannya (macam dan item), menghitung persentase masing-masing kriteria yang diperoleh, serta mengambil keputusan dengan analisis statisik (Widodo, 2013). b. Homogenitas Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses pembuatan krim bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur secara homogen. Persyaratannya harus homogen, sehingga krim yang dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi merata saat penggunaaan pada kulit (Anief, 1994). Alat yang digunakan untuk pengujian homogenitas adalah roller mill, colloid mill, homogenizer tipe katup. Dispersi yang seragam dari obat yang tak larut dalam basis maupun pengecilan ukuran agregat lemak dilakukan dengan melalui homogenizer atau mill pada temperatur 30-40 C. Krim harus tahan terhadap gaya gesek yang timbul akibat pemindahan produk maupun akibat aksi dari alat pengisi (Anief, 1994). 10

c. Stabilitas Stabilitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan,sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat (DitjenPOM, 1995). Tujuan pemeriksaan kestabilan obat adalah untuk menjamin bahwa setiap batch obat yang didistribusikan tetap memenuhi persyaratan yang ditetapkan meskipun sudah cukup lama dalam penyimpanan. Pemeriksaan kestabilan digunakan sebagai dasar penentuan batas kadaluarsa, cara-cara penyimpanan yang perlu dicantumkan dalam label (Lachman, 1994). Ketidakstabilan formulasi dapat dideteksi dengan pengamatan pada perubahan penampilan fisik, warna, bau, rasa, dan tekstur dari formulasi tersebut, sedangkan perubahan kimia yang terjadi hanya dapat dipastikan melalui analisis kimia (Anshel, 1989). d. ph Harga ph merupakan harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (ph meter) yang sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur harga ph sampai 0,02 unit ph menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap aktifitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda pembanding yang sesuai seperti elektroda kalomel atau elektroda perak-perak klorida. Pengukuran dilakukan pada suhu 25º ± 2º, kecuali dinyatakan lain dalam masingmasing monografi (Ditjen POM, 1995). 11

e. Keseragaman Sediaan Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan menggunakan dua metode, yaitu keseragaman bobot dan keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan yang mengandung suatu zat aktif dan sedian yang mengandung dua atau lebih zat aktif. Persyaratan keseragaman bobot diterapkan pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot satuan sediaan. Keseragaman dari zat aktif lain, jika dalam jumlah kecil ditetapkan dengan persyaratan keseragaman kandungan (DitjenPOM, 1995). f. Uji Batas Mikroba Uji batas mikroba dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba viabel di dalam semua jenis perbekalan farmasi mulai ari bahan baku sampai sediaan jadi, untuk menyatakan perbekalan farmasi tersebut bebas dari spesies mikroba tertentu. Otomatis dapat digunakan sebagai pengganti uji yang akan disajikan, dengan ketentuan bahwa cara tersebut sudah divalidasi sedemikian rupa hingga menunjukkan hasil yang sama atau lebih baik. Selama menyiapkan dan melakukan pengujian, spesimen harus ditangani secara aseptik. g. Penandaan Penandaan berisi informasi yang lengkap dan objektif yang dapat menjamin penggunaan obat secara tepat, rasional dan aman. Penandaan adalah keterangan yang lengkap mengenai obat jadi, khasiat, keamanan serta cara penggunaanya, tanggal kadaluarsa bila ada, yang dicantumkan pada etiket, brosur dan kotak yang disediakan pada obat jadi. Seperti tanggal kadaluarsa merupakan waktu yang menunjukkan batas terakhir obat masih memenuhi syarat baku dan dinyatakan dalam bulan dan tahun (Anief, 1997). 12