Ruang Lingkup Pelatihan

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNIK SEVEN JUMP. Yunia Hastami Siti Munawaroh FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2015

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNIN (PBL) DALAM KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

PEMBELAJARAN AKTIF DALAM TUTORIAL

BUKU PANDUAN MAHASISWA BLOK 4.3 ELEKTIF TOPIK 3B KESEHATAN KERJA

PEDOMAN TUTORIAL A. TUGAS PESERTA DISKUSI KELOMPOK (TUTORIAL)

Contoh Pendidikan Karakter Dalam Mata Kuliah: Sikap Mental Etika Profesi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

Problem-based learning (PBL) berbasis teknologi informasi (ICT)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Standard Operating Procedure. FASILITATOR PBL (Problem Based Learning)

BAB I. PENDAHULUAN BAB. II PANDUAN CRITICAL BOOK REVIEW / REPORT

Gambaran Pelaksanaan Problem-Based Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN. Isu globalisasi saat ini menuntut sumberdaya manusia yang berkualitas dan

PANDUAN PELAKSANAAN PENUGASAN CRITICAL BOOK REPORT

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di

Pembelajaran Kelas Besar

Manual Prosedur. Pembelajaran Metode Problem Based Learning PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

Kemampuan Mendengarkan dan Kepemimpinan. Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan

PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME PARADIGMA BARU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH. Oleh :

Seven Jump. Blok 1.1 Introduksi KBK 2016 TA 2016/2017 September Fuad Khadafianto, dr. M.Med.Ed Medical Education Unit FK UII

BAB I PENDAHULUAN. manajemen waktu dapat dilakukan dengan metode Problem Based. pendekatan SCL adalah metode pembelajaran dengan Problem Based

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu

BAB V PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas hasil temuan-temuan dari masing-masing tempat

MENGENAL PEMBELAJARAN MODEL MIND MAPPING

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan Pembelajaran berbasis masalah mata kuliah mikrobiologi ternyata dapat

MODUL-1 LUKA / TRAUMA

Pembelajaran Matematika Sekolah dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik

MUDAH LAPAR DAN HAUS

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang

Pembelajaran Matematika yang Berbasis Pendekatan Problem Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SLTP

PEMERIKSAAN ORGAN DALAM

Prosiding Seminar Nasional Prodi Teknik Busana PTBB FT UNY Tahun 2005 PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKSTIL

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PERKULIAHAAN ALJABAR DAN TRIGONOMETRI

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I-1

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menyentuh segala aspek kehidupan dan melahirkan

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?

II. KAJIAN PUSTAKA. anak-anak diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan. yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

KULIT MENGHITAM MODUL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MAHASISWA SISTEM ENDOKRIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN MUTU DAN BENCHMARKING PERGURUAN TINGGI

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BUKU PANDUAN MAHASISWA BLOK 4.3 MODUL 3B. KESEHATAN KERJA

BAB IV PENERAPAN TEORI INSIGHT IN LEARNING PRESPEKTIF WOLFGANG KOHLER DALAM PEMBELAJARAN FIQIH

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

HUBUNGAN PRIOR KNOWLEDGE TERHADAP KEEFEKTIFAN KELOMPOK PADA METODE BELAJAR PROBLEM BASED LEARNING DI PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN STIK IMMANUEL

BAB III METODE PENELITIAN

Studi kasus (Case study)

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa dalam kehidupan manusia menduduki fungsi yang utama. sebagai alat komunikasi. Bahasa dapat meningkatkan potensi diri manusia

BEHAVIORAL EVENT INTERVIEW. Materi Pelatihan B.E.I. di Jakarta (Peserta: Ir. Benny Waluyo, M.M.)

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah (problem solving skill) serta berfokus pada mahasiswa

MENUJU GURU YANG PROFESIONAL MELALUI LESSON STUDY A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 berbasis teks, bahasa

METODE STRATEGI PEMBELAJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

BUKU PANDUAN MAHASISWA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. kesimpulan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pencarian Bilangan Pecahan

Evaluasi. Metoda Evaluasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

PENERAPAN MODEL RECIPROCAL TEACHING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VII SMPN 13 BIMA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu krisis terhadap masalah, sehingga peserta didik (mahasiswa) mampu merasakan

Inductive Teaching Methods. Buku petunjuk praktikum ini memuat hal-hal. dan merumuskan hipotesis. Kajian pustaka dilakukan untuk menyusun hipotesis

Mengapa Problem Based Learning?

Refreshing the 7-Jump Steps

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. 1. Karakteristik Responden Penelitian. a. Umur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : Terima kasih!

BAB I PENDAHULUAN. penerapannya yang semakin luas ke berbagai bidang tak terkecuali dalam

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Pertemuan Ke : II /Siklus 1

gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini

Masyarakat yang Setara

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2014 PENYELENGGARAAN PROGRAM PARENTING BERBASIS E-LEARNING D ALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEND ID IK ANAK

Manual Mutu Pengabdian

PENGUNAAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENGEMBANGKAN KOMUNIKASI MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. profesional dalam kegiatan rutinnya sebagai pendidik dan pengajar dengan berpegang teguh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Transkripsi:

Ruang Lingkup Pelatihan Tim Unistaff Indonesia Jakarta, 4-10 September 2006 Surabaya, 6-12 September 2006

Pelatihan Program Pengembangan Unistaff Mengapa? Apa? Bagaimana? Lantas?

Iring-iringaniringan menuju Kota Impian Tujuan (sekaligus impian/future state) Starting point/place (Present state) Jarak yang ditempuh (jarak, kelokan, tanjakan, turunan) Kendaraan (pelatihan dengan segala metodenya) Yang paling penting: Supir dan Penumpang (brainware!)

Kendaraan (Acara, Topik dan Metode) Ceramah, Diskusi, Tugas Individu, Tugas Kelompok, Refleksi, PBL. HELTS (Higher Education Long-term Strategy) Penjaminan Mutu (Quality Assurance) Learning Organization (LO) Change Management (CM) Pengembangan Kurikulum Teaching and Learning: Student-centred Learning, dll.

Pengembangan proses pembelajaran Evaluasi Proses Pembelajaran Disain evaluasi proses pembelajaran Knowledge creation Pemanfaatan & Diseminasi hasil penelitian Research Management

Seven jump LANGKAH 1. KLARIFIKASI KATA/ISTILAH YANG TIDAK PAHAMI Proses yang terjadi pada langkah ini: Semua anggota kelompok diskusi melakukan identifikasi terhadap kata/istilah-istilah yang tidak dimengerti anggota kelompok lainnya mungkin dapat memberikan penjelasan. Semua anggota kelompok mestinya telah merasa aman, hal ini menunjang untuk bersikap jujur tentang apapun yang mereka tidak pahami. Alasan dilakukannya langkah ini: Istilah-istilah yang tidak dipahami akan menjadi penghalang untuk mencapai kesepakatan. Pengklarifikasian terhadap sesuatu yang setengah dimengerti menjadi awal dari proses belajar. Hasil/keluaran dari langkah ini dalam bentuk tertulis: Istilah-istilah atau nama-nama yang belum disepakati seluruh anggota kelompok dibuat daftarnya dan dijadikan sebagai tujuan pembelajaran.

LANGKAH 2. MERUMUSKAN PERMASALAHAN Proses yang terjadi pada langkah ini: Ini adalah sesion dimana anggota kelompok di anjurkan untuk berkontribusi dalam diskusi dengan memberikan pandangan mereka tentang permasalahan yang terdapat dalam skenario. Peran tutor mungkin diperlukan untuk mendorong mereka berkontribusi untuk cepat maju dan melakukan analisa secara luas. Alasan dilakukannya langkah ini: Adalah besar kemungkinannya setiap anggota kelompok diskusi mempunyai perspektif yang berbeda tentang satu permasalahan. Memperbandingkan dan mengumpulkan pendapat dari beragam sudut pandang intelektual, dan merumuskannya adalah merupakan tugas selanjutnya. Hasil/keluaran dari langkah ini dalam bentuk tertulis: Daftar permasalahan yang memerlukan penjelasan.

LANGKAH 3. CURAH PENDAPAT TENTANG HIPOTESA ATAU PENJELASAN YANG MUNGKIN Proses yang terjadi pada langkah ini: Sebagai kelanjutan dari langkah ke 2, melakukan curah pendapat dan mencoba: merumuskan berbagai hipotesa dari setiap permasalahan yang telah disepakati pada langkah ke 2. Diskusi hanya dengan menggunakan prior knowledge. Kelompok mencoba menyepakati hipotesa-hipotesa atau penjelasan yang logis sebagai jawaban/penjelasan sementara dari permasalahan-permasalahan yang dirumuskan pada langkah ke 2. Tutor akan berperan menjaga agar diskusi berjalan tetap pada taraf hipotetis dan tidak terlalu cepat menggali hal-hal yang detail. Alasan dilakukannya langkah ini: Langkah ini adalah langkah yang penting sekali, yang tepat untuk mengelaborasi pengetahuan dan ingatan sebelumnya (prior knowledge), dan membiarkan peserta untuk menyampaikan pemahamannya masingmasing dan menguji pemahaman tersebut satu sama lain. Jika langkah ini dilakukan secara baik oleh tutor dan peserta, akan mampu mencapai tingkat pemahaman yang lebih dalam daripada sekedar mengetahui fakta dan dangkal. Hasil/keluaran dari langkah ini dalam bentuk tertulis: Daftar hipotesa atau penjelasan

LANGKAH 4. PENATAAN HIPOTESIS Proses yang terjadi pada langkah ini: Kelompok diharapkan telah menghasilkan banyak pemikiran dan penjelasan yang beragam tentang apa yang terjadi dalam skenario Dilakukan review terhadap permasalahan dan diperbandingkan dengan hipotesis dan penjelasan-penjelasan yang dibuat untuk melihat apakah sudah cocok dan apakah masih diperlukan eksplorasi lebih lanjut. Langkah ini merupakan awal dari merumuskan tujuan pembelajaran, namun tidak dianjurkan untuk menuliskannya dalam catatan terlalu cepat. Alasan dilakukannya langkah ini: Langkah ini merupakan proses aktif, membangun struktur pengetahuan dan menemukan kesenjangan-kesenjangan pemahaman. Menuliskan tujuan pembelajaran terlalu cepat meniadakan proses pikir dan terjadi hubungan pendek dalam proses intelektual, menghasilkaan pemikiran yang kabur dan dangkal. Hasil/keluaran dari langkah ini dalam bentuk tertulis: Berupa tatanan penjelasan-penjelasan dari semua permasalahan yang disepakati pada langkah ke 2, menuliskannya dalam bentuk skema, mencoba menghubungkan ide-ide satu sama lain dengan dasar pengetahuan yang dipunyai dan konteks yang berbeda-beda (restrukturisasi). Proses ini akan menghasilkan visual output hubungan dari potongan-potongan informasi dan hal ini memfasilitasi penyimpanan informasi (ingatan) untuk jangka panjang.

LANGKAH 5. PENETAPAN TUJUAN PEMBELAJARAN Proses yang terjadi pada langkah ini: Kelompok mencoba menyepakati seperangkat tujuan inti pembelajaran yang akan dijadikan tujuan pembelajaran. Tutor menghimbau mereka untuk fokus dan tidak terlalu melebar atau dangkal dan mencapainya dalam waktu yang telah ditetapkan. Tutor sebaiknya memastikan bahwa tujuan pembelajaran ini telah fokus, bersifat komprehensif, tercapai dan tepat. Alasan dilakukannya langkah ini: Proses konsensus akan menyenangkan bagi keseluruhan kelompok (dan tutor) untuk mensintesa hasil diskusi menjadi rumusan yang tepat dan dapat mencapai tujuan pembelajaran. Langkah ini tidak hanya sekedar merumuskan tujuan pembelajaran, tetapi juga bertujuan menarik seluruh anggota kelompok dan membuat konklusi diskusi bersama. Hasil/keluaran dari langkah ini dalam bentuk tertulis: Tujuan pembelajaran-ini merupakan hasil utama dari diskusi tutorial tahap I. Tujuan pembelajaran ini seyogyanya sesuai dengan jenis permasalahan yang ditimbulkan pertanyaan-pertanyaan spesifik atau hipotesis yang dibuat.

LANGKAH 6. PENGUMPULAN INFORMASI DAN BELAJAR MANDIRI/BELAJAR BEBAS Proses yang terjadi pada langkah ini: Mencari materi dalam buku teks, internet, konsultasi dengan para pakar atau apapun yang akan membantu dalam pengumpulan informasi.yang berkaitan dengan masing-masing tujuan pembelajaran. Alasan dilakukannya langkah ini: Sudah sangat jelas bahwa bagian penting dari proses belajar adalah mencari dan mengambil informasi dimana peserta melakukannya sendiri dengan cara mereka masing-masing. Hasil/keluaran dari langkah ini dalam bentuk tertulis: Catatan-catatan pribadi peserta.

LANGKAH 7. BERBAGI INFORMASI DAN DISKUSI HASIL BELAJAR MANDIRI Proses yang terjadi pada langkah ini: Langkah ini dilakukan beberapa hari setelah tutorial tahap I. Kembali berkumpul untuk menyampaikan daftar hasil pembelajaran masingmasing. Pertama-tama mengidentifikasi sumber informasi masingmasing. Kemudian mengumpulkan informasi-informasi tersebut dan mencoba memahaminya satu persatu secara bersama. Mengidentifikasi area-area yang masih dirasakan sulit untuk pembelajaran lebih lanjut (meminta bantuan penjelasan pakar). Selanjutnya membuat dan menghasilkan suatu hasil analisis permasalahan yang komplit. Alasan dilakukannya langkah ini: Di langkah ini kelompok melakukan sintesa pekerjaan kelompok, mengidentifikasi area yang belum jelas benar, yang barangkali masih memerlukan pembelajaran lebih lanjut. Pembelajaran tidak selalu komplit dan bersifat terbuka, dan suatu saat akan kembali ketopik bila permasalahan yang menjadi trigger dalam skenario dijumpai dalam keadaan nyata kelak. Hasil/keluaran dari langkah ini dalam bentuk tertulis: Catatan-catatan pribadi peserta.

Lantas? What's next?

Akhirnya It s not the end or the target but the journey itself