PENGATURAN RISIKO HUJAN DALAM KONTRAK SERTA DAMPAK DAN KENDALANYA PADAPROYEK KONSTRUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FREKUENSI, DAMPAK, DAN JENIS KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Analisa dengan menggunakan Theory Of Constraint (TOC) atau disebut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. rapat internal mingguan proyek konstruksi dan hal yang dibahas dalam rapat

ANALISA FREKUENSI DAN BESARAN NILAI CHANGE ORDER SERTA FAKTOR PENYEBAB NYA PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA BANGUNAN TINGGI DI SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

SURVEI AWAL KESIAPAN KONTRAKTOR DI SURABAYA DALAM MENERAPKAN TIME IMPACT ANALYSIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PANDANGAN KONTRAKTOR DAN PEMILIK TERHADAP PERAN PEMILIK DALAM KESELAMATAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian mengenai analisis faktor-faktor penyebab keterlambatan pada

MONITORING PENJADWALAN PROYEK & EVALUASI JUMLAH TOWER CRANE PADA PROYEK CONDOMINIUM & PODIUM SEBUAH PLAZA DI TENGAH KOTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengelolaan risiko..., Budi Suanda, FT UI, 2008

INSPEKSI PROSES PELAKSANAAN DAN CACAT PADA DINDING PANEL PRACETAK SUATU PROYEK APARTEMEN

JENIS-JENIS PEKERJAAN YANG BERESIKO TINGGI MENIMBULKAN KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN. Patricia 1, David 2 and Andi 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Frekuensi risiko yang paling dominan terjadi dalam pembangunan proyekproyek. konstruksi di Yogyakarta, yaitu:

STUDI PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KLAIM PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

TINGKAT KEPENTINGAN FAKTOR FAKTOR PRODUKTIVITAS PEKERJA BERDASARKAN TINGKAT PENGARUH DAN TINGKAT FREKUENSI

PANDANGAN KONTRAKTOR TERHADAP KLAUSUL-KLAUSUL KONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI Theodorus Bryan 1, Yosua S. Sidarta 2, Andi 3

STUDI TENTANG HARGA SATUAN UPAH PADA PROYEK KONSTRUKSI

IDENTIFIKASI DAN ALOKASI RISIKO-RISIKO PADA PROYEK SUPERBLOK DI SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Manager dan Tukang/ Pekerja Proyek yang berkedudukan sebagai perusahaan

PROJECT PLANNING AND CONTROLLING GEDUNG RUSUNAWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MS.PROJECT

STUDI MENGENAI MODEL ESTIMASI DURASI KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pada pelaksanaan proyek biasanya terjadi berbagai kendala, baik kendala

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGERJAAN ULANG (REWORK) YANG BERKAITAN DENGAN MANAJERIAL PADA PROYEK KONTRUKSI JALAN DI KABUPATEN ROKAN HULU

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

STUDI KASUS PENERAPAN METODE COLLAPSED AS-BUILT TERHADAP SEBUAH BANGUNAN PERKULIAHAN DI SURABAYA

PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR PILE CAP, KOLOM, BALOK & PLAT LANTAI PADA PROYEK PENGEMBANGAN GEDUNG RSUD BUDHI ASIH. Yusti prabowo

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rincian pada bab IV, maka pada bab V ini dapat disimpulkan

STUDI AWAL PENERAPAN GREEN SPECIFICATION DI INDONESIA

ANALISA REWORK PADA KONSTRUKSI GEDUNG DI KABUPATEN BONDOWOSO

Analisa Risiko Pelaksanaan Proyek Apartemen Puncak Kertajaya Surabaya

EVALUASI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RS.

EVALUASI DAN ANALISA JADWAL PADA PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS PROYEK X )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGERJAAN PROYEK KONSTRUKSI DI PROVINSI JATENG DAN DIY

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR

STUDI KETERLAMBATAN PENYELESAIAN PROYEK KONSTRUKSI (STUDY OF DELAY IN THE COMPLETION OF CONSTRUCTION PROJECTS)

Penerapan Prinsip Prinsip Constructability pada proyek konstruksi di surabaya

STUDI KASUS PEKERJAAN PRODUKSI DAN PEMASANGAN DINDING PRECAST PADA PROYEK APARTEMEN

Optimasi (Equal) Site Layout Menggunakan Multi Objectives Function Pada Proyek The Samator Surabaya

Analisa Risiko pada Proyek Pembangunan. Underpass di simpang Dewa Ruci Kuta

PENILAIAN INDIKATOR K3L PADA PENGGUNAAN TOWER CRANE

DAFTAR PUSTAKA. 3. Diphohusodo, Istimawan., (1996), Manajemen Proyek Konstruksi, Jilid 1 & 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, Indonesia.

PENENTUAN KOEFISIEN PRODUKTIFITAS PEKERJAAN BEKISTING DAN PEMBESIAN PADA PROYEK GRHA WIDYA MARANATHA

PERENCANAAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI GEDUNG RUSUNAWA ITB JATINANGOR

BAB I PENDAHULUAN. Metode pelaksanaan pekerjaan sub struktur yang umum atau sering digunakan adalah

LAPORAN KERJA PRAKTIK. PELAKSANAAN KONSTRUKSI PC WALL DAN PILE CAP PADA PROYEK GEDUNG St. CAROLUS TAHAP II, JAKARTA-PUSAT

STUDI HARGA SATUAN UPAH UNTUK PROYEK BANGUNAN TINGGI Michael Purnomo 1, Elvin Laynardo 2, Indriani Santoso 3, Budiman Proboyo 4

KAJIAN AWAL MENGENAI PERFORMANCE INTENSITY (MOMENTUM MANAGEMENT) UNTUK MENGUKUR KINERJA WAKTU PROYEK KONSTRUKSI

LAPORAN KERJA PRAKTEK PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL PADA PROYEK BRANZ SIMATUPANG APARTMENT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PRODUKTIVITAS CONCRETE PUMP PADA PROYEK BANGUNAN TINGGI

Asraf Ali Hamidi JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan mengenai

ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

FAKTOR KRITIS KESUKSESAN ANTARA KONTRAKTOR DAN OWNER PADA PROYEK PAKUWON CITY SURABAYA

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

PERBANDINGAN BIAYA DAN WAKTU PENGERJAAN PONDASI PADA PROYEK YANG MENGGUNAKAN UP DOWN CONSTRUCTION DENGAN MENGGUNAKAN METODA KONVENSIONAL

PEMICU DAN PENGARUH SERTA ANTISIPASI KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI JAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. CPM memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik dari sisi kontraktor maupun

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil analisis penelitian ini terhadap faktor-faktor penyebab, jenis

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : c. Podium 5 lantai, dengan 1 lantai semi basement

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pekerjaan proyek konstruksi, waktu (time) adalah salah satu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO DALAM MASA PEMELIHARAAN PROYEK PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA SURAKARTA

BAB V PENUTUP. Tabel 5.1. Indikator resiko dengan dampak tertinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. Crane konstruksi pertama kali diciptakan oleh orang Yunani kuno dan didukung

STUDI PENERAPAN MANAJEMEN RANTAI PASOK PENGADAAN MATERIAL PROYEK KONSTRUKSI

LAPORAN KERJA PRAKTIK METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN STP & GWT PEMBANGUNAN MIXED USE KEBAYORAN ICON JL. CILEDUG NO.

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.

FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI MENURUT PRESEPSI KONTRAKTOR

TUGAS AKHIR. Ditulis sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Sarjana Sains Terapan. Oleh: TUA M. LBN. TORUAN NIM :

PERANAN KONTRAKTOR DALAM PEKERJAAN GALIAN TANAH BASEMENT TERHADAP ASPEK LINGKUNGAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 1 Agustus 2015

PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS ALAT HYDRAULIC HAMMER DAN JACK IN PILE DI SURABAYA

ANALISIS KINERJA WAKTU PROYEK SEKOLAH X DENGAN METODE PERFORMANCE INTENSITY

BAB I PENDAHULUAN. proyek yang berhasil adalah penggunaan biaya yang efisien. Material adalah salah

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menangani proyek konstruksi di kawasan Daerah Kabupaten Badung, dapat diperoleh

LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE BEKISTING ALLUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PLAT LANTAI PROYEK PEMBANGUNAN MENTENG PARK APARTEMEN

SKRIPSI KAJIAN FAKTOR KETERLAMBATAN PADA PROYEK BANGUNAN AIR BERSIH ( STUDI KASUS ) DI KABUPATEN MANATUTU TIMOR LESTE

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK. didasarkan pada karakteristik dan kondisi proyek itu sendiri. Ditinjau dari sudut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Oleh : Taufiq Junaedi ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. ditentukan atau mempunyai jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Manokwari adalah Ibu Kota Provinsi Papua Barat, Indonesia. Sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian mengenai construction waste yang telah dilakukan melalui

BAB II DATA PROYEK. Proyek INDONESIA 1 adalah proyek dengan pemilik China Sonangol Media

Faktor-faktor Penentu dalam Pemilihan Jenis Kontrak Untuk Proyek Pembangunan Gedung Pertokoan. M. Ikhsan Setiawan, ST, MT

Transkripsi:

PENGATURAN RISIKO HUJAN DALAM KONTRAK SERTA DAMPAK DAN KENDALANYA PADAPROYEK KONSTRUKSI Fendy 1, Joshua Reinaldo Handoko 2 and Andi 3 ABSTRAK : Risiko hujan menimbulkan kendala pada proyek konstruksi yang dapat menyebabkan adanya kehilangan waktu kerja. Pada umumnya, klausul kontrak memberikan kompensasi berupa perpanjangan waktu untuk kondisi cuaca yang tidak normal dan tidak dapat diantisipasi sebelumnya. Meskipun demikian, hal tersebut tidak menghalangi kontraktor untuk menjadikan kehilangan waktu kerja akibat hujan sebagai salah satu penyebab keterlambatan proyek untuk memperoleh perpanjangan waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketentuan kontrak tentang risiko hujan, dampak risiko hujan terhadap pekerjaan konstruksi, dan kendala yang disebabkan oleh hujan pada proyek kontruksi. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada pemilik dan kontraktor yang berada di Surabaya. Hasil yang diperoleh diolah dengan Microsoft Excel. Hasil penelitian menunjukkan di dalam kontrak jarang terdapat klausul khusus yang mengatur tentang risiko hujan. dan pemilik proyek telah mengetahui adanya risiko hujan dari tahap perencanaan. memiliki persiapan agar pelaksanaan proyek tidak terganggu oleh adanya kehilangan waktu kerja akibat hujan. dan pemilik proyek menyatakan bahwa pekerjaan dengan dampak risiko hujan yang besar adalah pekerjaan basement dan kendala akibat hujan yang paling sering terjadi adalah berkurangnya produktiitas tenaga kerja. Dengan demikian, pengaturan risiko hujan dalam kontrak dapat diterapkan pada jenis proyek yang memiliki dampak risiko hujan yang besar untuk menghindari perselisihan kontraktor dengan pemilik proyek. KATA KUNCI: hujan, kontrak, proyek konstruksi 1. PENDAHULUAN Proyek konstruksi dilaksanakan pada area atau tempat yang terbuka sehingga produktiitas dari pekerjaan konstruksi dipengaruhi oleh kondisi cuaca, terutama hujan. Keterlambatan proyek akibat kehilangan waktu kerja akibat hujan menimbulkan kerugian bagi pihak kontraktor dan pemilik proyek dimana keuntungan kontraktor berkurang dan pemilik mengalami kerugian dari mundurnya waktu operasional proyek (Ismael, 2013). Meskipun demikian, risiko hujan masih kurang dipertimbangkan dalam menentukan durasi proyek dan jadwal pelaksanaannya. Hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman antara pemilik proyek dan kontraktor. Penelitian ini berusaha untuk mengetahui bagaimana risiko akibat cuaca hujan diatur dalam ketentuan kontrak. Penelitian ini juga berusaha untuk mengetahui besarnya dampak hujan terhadap pekerjaan-pekerjaan konstruksi dan kendalakendala yang disebabkan hujan pada pelaksanaan konstruksi. 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Uniersitas Kristen Petra, m21411027@john.petra.ac.id 2 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Uniersitas Kristen Petra. m21411045@john.petra.ac.id 3 Dosen Program Studi Teknik Sipil Uniersitas Kristen Petra, andi@petra.ac.id

2. LANDASAN TEORI 2.1. Hujan Hujan adalah curah air yang butir-butirnya lebih besar dari 0,5 mm. Butiran berukuran 0,5-1 mm disebut gerimis. Ukuran butir terbesar adalah 6 mm, jika lebih besar daripada itu akan terpecah menjadi butiran-butiran yang lebih kecil. Intensitas hujan adalah jumlah hujan dalam satuan waktu. Besarnya intensitas curah hujan dan keadaan curah hujannya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Keadaan Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan Keadaan Curah Hujan Intensitas Curah Hujan (mm) 1 jam 24 jam Hujan Sangat Ringan < 1 < 5 Hujan Ringan 1-5 5 20 Hujan rmal 5-20 20 50 Hujan Lebat 10-20 50 100 Hujan Sangat Lebat > 20 > 100 Sumber : Diktat Kuliah Rekayasa Hidrologi Uniersitas Kristen Petra, 2013 2.2. Risiko Hujan dalam Kontrak Kondisi cuaca (hujan) dapat ditetapkan sebagai keterlambatan yang dapat dimaafkan, apabila : (1) sesuai persyaratan kontrak, (2) tidak dapat diramalkan / diketahui sebelumnya dan (3) mempengaruhi lintasan kritis (Nguyen, 2010). Perpanjangan waktu tidak diberikan untuk keterlambatan akibat kondisi cuaca (hujan) normal. FIDIC (1999) menyebutkan bahwa kontraktor berhak mengajukan perpanjangan waktu apabila keterlambatan disebabkan salah satunya oleh exceptionally aderse climatic conditions. Meskipun demikian, kontraktor masih meminta perpanjangan waktu dengan menjadikan kondisi cuaca (hujan) yang normal sebagai alasan terjadinya keterlambatan (Bramble dan Callahan, 2000). Pernyataan dalam kontrak yang menjelaskan perbedaan kondisi cuaca (hujan) yang normal dan abnormal sangatlah penting untuk menghindari penyalahartian (Hinze dan Couey, 1989). 2.3. Jenis Pekerjaan Konstruksi yang Dipengaruhi Hujan Beberapa pekerjaan konstruksi tetap dapat dilaksanakan pada kondisi cuaca (hujan) seperti pekerjaan pemasangan dinding pada interior bangunan dan pekerjaan mekanikal-elektrikal. Sebaliknya, ada pula pekerjaan konstruksi tertentu yang sensitif terhadap kondisi cuaca (hujan) (Attanasi et al., 1973). Jenis pekerjaan konstruksi dan literaturnya dapat dilihat pada Tabel 2. 2.4. Kendala Akibat Hujan pada Proyek Konstruksi Tidak dapat dipungkiri bahwa hujan merupakan salah satu penyebab masalah yang cukup signifikan dalam semua jenis pekerjaan konstruksi (Apipattanais et al., 2010). Hujan menyebabkan kemungkinan terjadinya berbagai kendala dalam proyek konstruksi yang terdapat pada Tabel 3. beserta sumber literaturnya.

Tabel 2. Jenis Pekerjaan Konstruksi dan Sumber Literaturnya Sumber Literatur Jenis Pekerjaan Konstruksi Apipattanais (2010) Marsada (2009) 1 Pekerjaan Persiapan Lahan 2 Pengiriman dan Penyimpanan Material 3 Pekerjaan Galian 4 Pekerjaan Leelling / Perataan Site 5 Pekerjaan Basement 6 Pekerjaan Pemancangan 7 Pekerjaan Bored Pile 8 Pekerjaan Pemasangan dan Pembongkaran Scaffolding 9 Pekerjaan Pemasangan dan Pembongkaran Bekisting 10 Pekerjaan Fabrikasi Besi Beton 11 Pekerjaan Penulangan 12 Pekerjaan Pengecoran 13 Pekerjaan Urug Kembali 14 Pekerjaan Mekanikal Elektrikal 15 Pekerjaan Dinding Luar 16 Pekerjaan Finishing 17 Pekerjaan Maintenance 18 Pekerjaan Konstruksi Baja Tabel 3. Kendala dalam Proyek Konstruksi dan Sumber Literaturnya Kendala yang dihadapi Apipattanais (2010) Sumber Literatur Assaf (2006) Mulholland (1999) 1 Genangan yang menghambat akses jalan di dalam area proyek 2 Genangan pada lubang galian ataupun permukaan rendah lainnya 3 Kenaikan muka air tanah 4 Kerusakan material sebelum digunakan 5 Ketidaksesuaian kualitas pekerjaan akibat hujan 6 Kerusakan alat berat akibat hujan 7 Penghentian operasi alat berat serice crane / tower crane 8 Berkurangnya produktiitas tenaga kerja 9 Tenaga kerja sakit 10 Kecelakaan kerja akibat hujan 11 12 13 Keterlambatan pengiriman material ke lokasi proyek karena dampak cuaca terhadap kondisi di luar lokasi proyek (misal : kemacetan) Pengoperasian fasilitas penunjang pekerjaan konstruksi (penerangan, genset, air, dsb) tidak maksimal Metode pelaksanaan yang diterapkan menjadi kurang efektif 3. METODOLOGI PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu studi literatur, pembuatan kuesioner, pilot study, distribusi kuesioner, analisa data. Studi literatur dilakukan untuk memperoleh

informasi tentang adanya ketentuan kontrak yang mengatur tentang risiko hujan, jenis-jenis pekerjaan konstruksi yang dipengaruhi oleh hujan dan kendala akibat hujan pada proyek konstruksi yang sudah dijelaskan pada Bab 2. Informasi-informasi ini akan digunakan dalam pembuatan kuesioner untuk penelitian ini. Komposisi penyusunan kuesioner yang akan disebarkan untuk penelitian ini dibagi menjadi 4 bagian yaitu: data pribadi responden, kuesioner tentang ketentuan kontrak yang mengatur risiko hujan, kuesioner tentang dampak risiko hujan pada pekerjaan konstruksi, dan kuesioner untuk kendala akibat risiko hujan pada proyek konstruksi. Hasil dari kuesioner tentang ketentuan kontrak yang mengatur risiko hujan ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram. Uji statistik chi-square dengan tingkat kepercayaan 95 persen menggunakan Pearson Test digunakan jika terdapat perbedan jawaban terbanyak yang dipilih responden kontraktor dan pemilik proyek. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pandangan yang signifikan antara responden kontraktor dan pemilik proyek terhadap pertanyaan yang diberikan. Pada kuesioner tentang dampak hujan pada pekerjaan konstruksi dan kendala akibat hujan pada proyek konstruksi, responden diminta untuk memberikan nilai dampak / frekuensi kendala menurut pengalaman responden dengan skala 0 (tidak ada / tidak pernah) hingga 5 (sangat besar/selalu terjadi). Hasilnya kemudian diolah dengan analisa mean untuk mengukur besarnya dampak dari setiap pekerjaan konstruksi ataupun besarnya frekuensi dari setiap kendala akibat hujan pada proyek konstruksi. Setelah didapatkan nilai rata-rata mean dari setiap pekerjaan dan kendala yang dihadapi, selanjutnya nilai-nilai tersebut diurutkan berdasarkan mean tertinggi sampai mean terendah dengan metode fractional sehingga nilai-nilai data yang sama akan mendapatkan nomor peringkat sebesar nilai rata-rata dari nomor-nomor peringkat ordinal dari nilai-nilai yang sama. 4. ANALISA DATA PENELITIAN Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 2 bulan. Obyek penelitian terdiri dari kontraktor, pemilik proyek, serta terdapat pihak lain seperti konsultan pengawas dan deeloper yang dapat berperan sebagai wakil dari pemilik proyek (owner). Total kuesioner yang berhasil dikumpulkan adalah sebanyak 97 kuesioner, 54 responden adalah pihak kontraktor dan 43 responden adalah pihak pemilik proyek. Mayoritas responden kontraktor (41 %) dan pemilik proyek (37 %) menyatakan bahwa pekerjaan konstruksi terhenti pada kondisi hujan lebat dan hujan sangat lebat (Tabel 4). Menurut salah satu responden, kondisi hujan tersebut umumnya disertai angin yang kencang yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja sehingga pekerjaan terpaksa dihentikan. Tabel 4. Kondisi Hujan yang Dapat Menimbulkan Terhentinya Pekerjaan Konstruksi Menurut Pengalaman dan Pemilik Proyek Pilihan Pemilik Proyek frekuensi persentase frekuensi persentase A. Semua kondisi hujan 3 6 % 7 16 % B. Hujan Ringan, Hujan rmal, Hujan Lebat, Hujan Sangat Lebat 6 11 % 3 7 % C. Hujan rmal, Hujan Lebat, Hujan Sangat Lebat 12 22 % 15 35 % D. Hujan Lebat dan Hujan Sangat Lebat 22 41 % 16 37 % E. Hujan Sangat Lebat saja 11 20 % 2 5 % Pada pertanyaan tentang termasuknya kehilangan waktu akibat hujan dalam durasi proyek, sebanyak 63 persen responden kontraktor dan 70 persen responden pemilik proyek menyatakan bahwa durasi

total proyek sudah memperhitungkan adanya kehilangan waktu akibat hujan. Hal ini dikarenakan masalah tentang kehilangan waktu akibat hujan sudah dibicarakan saat aanwijzing. Pemilik proyek menuntut kontraktor untuk menyelesaikan proyek dalam durasi yang sudah disetujui terlepas kesulitan yang dialami dalam durasi tersebut. Oleh karena itu, kontraktor merencanakan durasi proyek dengan menyiapkan percepatan pekerjaan untuk mengantisipasi waktu yang hilang akibat hujan. Tabel 5 menunjukkan sebagian besar responden kontraktor (63 persen) menyatakan kontraktor pernah mendapatkan dispensasi atas kehilangan waktu kerja akibat hujan berupa waktu tambahan. Sementara itu, jumlah responden pemilik proyek yang menyatakan hal yang sama sebanyak 19 orang (44 persen). Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan responden pemilik proyek sebanyak 22 orang (51 persen) yang menyatakan kontraktor tidak mendapatkan waktu tambahan ataupun waktu tambahan disertai biaya tambahan. Untuk mengetahui adanya perbedaan pendapat yang signifikan antara pihak kontraktor dan pemilik proyek, dilakukan uji statistik chi-square dengan Pearson Test (α = 5 %). Hasil uji chi-square mendapatkan nilai chi-square hitung sebesar 3,89 yang dibandingkan dengan Chi-Square tabel sebesar 5,991. Dengan demikian, maka tidak ada perbedaan pendapat yang signifikan antara kontraktor dan pemilik proyek. Tabel 5. Dispensasi yang Pernah Diberikan untuk Kehilangan Waktu Kerja Akibat Hujan Menurut Pengalaman dan Pemilik Proyek Pemilik Proyek Pilihan frekuensi persentase frekuensi persentase A. Ya, waktu 34 63 % 19 44 % B. Ya, waktu + biaya 3 6 % 2 5 % C. Tidak 17 31 % 22 51 % Tabel 6 menunjukkan sebagian besar responden kontraktor (43 persen) menyatakan risiko hujan termasuk di dalam klausul kontrak yang mengatur tentang risiko secara umum. Berbeda dengan kontraktor, sebagian besar responden pemilik proyek (54 persen) menyatakan risiko hujan tidak terdapat di dalam klausul kontrak dan hanya 36 persen yang menyatakan risiko hujan sudah termasuk di dalam klausul kontrak yang mengatur tentang risiko secara umum. Hasil uji statistik chi-square mendapatkan nilai chi-square hitung sebesar 2,13 yang lebih kecil dibandingkan nilai chi-square tabel sebesar 5,991. Dengan demikian, tidak ada perbedaan yang signifikan antara pandangan kontraktor dan pemilik proyek. Tabel 6. Risiko Hujan dalam Klausul Kontrak Menurut Pengalaman dan Pemilik Proyek Pilihan Pemilik Proyek frekuensi persentase frekuensi persentase A. Ya, terdapat dalam klausul khusus risiko hujan 9 17 % 4 10 % B. Ya, terdapat dalam klausul tentang risiko secara umum 23 43 % 15 36 % C. Tidak 21 40 % 22 54 % Sebagian besar responden kontraktor sebanyak 63 persen berpendapat bahwa risiko hujan penting untuk dibahas dalam klausul kontrak. Berbeda dengan kontraktor, sebagian besar responden pemilik proyek sebanyak 44 persen menyatakan risiko hujan kurang penting untuk dibahas dalam klausul kontrak. Setelah dilakukan uji chi-square ternyata terdapat perbedaan pandangan signifikan antara responden kontraktor dengan pemilik proyek (chi-square hitung = 8,31 > chi-square tabel = 7,815).

Pada klausul khusus tentang risiko hujan, hal terpenting yang perlu dibahas menurut kontraktor adalah kompensasi risiko hujan sedangkan menurut pemilik adalah pembagian tanggung jawab semua pihak. Hasil kuesioner tentang dampak hujan pada pekerjaan konstruksi terdapat pada Tabel 7 yang menunjukkan bahwa Pekerjaan Basement menurut kontraktor dan pemilik proyek memiliki nilai rata-rata tertinggi pada pekerjaan yang mendapatkan pengaruh terhadap hujan, yaitu sebesar 4,09 pada pihak kontraktor dan 4,33 pada pihak pemilik proyek. Hal ini dikarenakan terjadinya hujan saat pekerjaan basement dapat menimbulkan tanah longsor, dan menimbulkan genangan air pada galian basement yang harus dipompa keluar dari galian agar pekerjan basement dapat dilanjutkan. Tabel 7. Peringkat 3 Besar Dampak Hujan pada Pekerjaan Konstruksi Menurut Pengalaman dan Pemilik Proyek Jenis Pekerjaan Konstruksi Pemilik Rata-rata Peringkat Rata-rata Peringkat 1 Pekerjaan Basement 4.09 1 4.33 1 2 Pekerjaan Pengecoran 3.91 2 4.19 2 3 Pekerjaan Galian 3.87 3 3.86 4 4 Pekerjaan Finishing Luar 3.61 5 3.95 3 *) peringkat pekerjaan konstruksi diurutkan berdasarkan kontraktor Sementara itu, Tabel 8 menunjukkan hasil kuesioner tentang kendala akibat hujan pada proyek konstruksi. Berkurangnya Produktiitas Tenaga Kerja menurut kontraktor dan pemilik proyek merupakan kendala yang sering terjadi akibat hujan dengan nilai rata-rata 3,46 pada pihak kontraktor dan 3,67 pada pihak pemilik proyek. Kinerja dari para pekerja saat cuaca hujan tidak sebaik saat cuaca cerah. Salah satu responden juga memiliki pengalaman dimana para tenaga kerja tidak mau bekerja di saat hujan. Pada akhirnya, produktiitas tenaga kerja menjadi lebih rendah dari yang diharapkan. Tabel 8. Peringkat 3 Besar Kendala Akibat Hujan pada Proyek Konstruksi Menurut Pengalaman dan Pemilik Proyek Kendala saat hujan Pemilik Rata-rata Peringkat Rata-rata Peringkat 1 Berkurangnya Produktiitas Tenaga Kerja 3.46 1 3.67 1 2 Genangan pada Lubang Galian atau permukaan rendah lainnya 3.43 2 3.19 3.5 3 Kenaikan Muka Air Tanah 3.22 3 3.19 3.5 4 Penghentian Operasi Alat Berat Serice Crane / Tower Crane 2.98 5.5 3.28 2 *) peringkat kendala diurutkan berdasarkan kontraktor 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengolahan data dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam kontrak tidak terdapat klausul khusus tentang risiko hujan dikarenakan kontraktor dan pemilik proyek sudah mengetahui adanya risiko hujan dari tahap perencanaan. dapat melakukan persiapan agar pelaksanan proyek tidak terganggu kehilangan waktu akibat hujan. 2. mendapatkan dispensasi atas kehilangan waktu akibat hujan dari pemilik proyek berupa waktu tambahan. Sebagian besar kontraktor menilai penambahan klausul kontrak khusus tentang risiko hujan merupakan hal yang penting karena kontraktor mengharapkan klausul khusus kontrak tersebut dapat membahas mengenai kompensasi risiko hujan. 3. Pemilik proyek menyatakan kontraktor tidak mendapatkan dispensasi atas kehilangan waktu akibat hujan. Oleh karena itu, pemilik proyek menilai penambahan klausul khusus tentang risiko

hujan di dalam kontrak kurang penting. Sebagian besar pemilik proyek menyatakan klausul kontrak khusus tentang risiko hujan perlu membahas mengenai pembagian tanggung jawab dari pihak-pihak yang terlibat 4. Pekerjaan dengan dampak hujan terbesar adalah pekerjaan basement. Pekerjaan konstruksi lain dengan dampak hujan yang cukup besar adalah pekerjaan pengecoran, pekerjaan galian dan pekerjaan finishing luar. 5. Berkurangnya produktiitas tenaga kerja merupakan kendala yang paling sering terjadi akibat hujan pada proyek konstruksi. Menurut pemilik proyek, penghentian operasi alat berat serice crane / tower crane merupakan kendala lain yang sering terjadi akibat hujan. Genangan pada lubang galian ataupun permukaan rendah lainnya dan kenaikan muka air tanah juga dirasakan kontraktor dan pemilik proyek sebagai kendala yang sering terjadi akibat hujan pada proyek konstruksi. Pengaturan tentang risiko hujan dalam klausul kontrak dapat menyatakan dengan jelas perbedaan kondisi hujan yang normal dan abnormal. dan pemilik proyek dapat membahas hal ini dalam kontrak untuk jenis proyek yang mendapatkan pengaruh besar dari keadaan curah hujan. Hal ini dapat memperkecil terjadinya perselisihan kontraktor dan pemilik proyek di kemudian hari. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengamati dan membandingkan risiko hujan pada jenis proyek konstruksi yang berbeda-beda. 6. DAFTAR REFERENSI Apipattanais, et al. (2010). Integrated Framework for Quantifying and Predicting Weather-Related Highway Construction Delays. Journal of Construction Engineering and Management. ASCE. Vol. 136,. 11, 1160-1168. Assaf, S.A. and Al-Hejji, S. (2006). Causes of Delays in Large Construction Projects. International Journal of Project Management. Vol. 24, 349-357. Attanasi, E.D., Johnson, S.R., LeDuc S., and McQuigg, J.D. (1973). Forecasting Work Conditions for Road Construction Actiities : An Application of Alternatie Probability Models. Mon. Weather Re., Vol. 101,. 3, 223-230. Bramble, B.B. and Callahan, M.T. (2000). Construction Delay Claims, 3rd Ed., Aspen Law & Business, New York. Djajadi, R. (2013). Diktat Kuliah Rekayasa Hidrologi Uniersitas Kristen Petra. FIDIC. (1999). Conditions for Contract for Construction. Hinze, J. and Couey, J. (1989). Weather in Construction Contracts. Journal of Construction Engineering and Management. ASCE. Vol. 115,. 2, 270-283. Ismael, I. (2013). Keterlambatan Proyek Konstruksi Gedung Faktor Penyebab dan Tindakan Pencegahannya. Jurnal Momentum, Vol. 14,. 1, Februari 2013. Marsada, I. (2009). Jenis-Jenis Pekerjaan yang Beresiko Tinggi Menimbulkan Kecelakaan Kerja pada Proyek Konstruksi. Unpublished undergraduate thesis, Uniersitas Atma Jaya. Yogyakarta. Mulholland, B., Christian, J. (1999). Risk assessment in construction schedules. Journal of Construction Engineering and Management. ASCE. Vol. 125,. 1, 8 15. Nguyen, et al. (2010). Analysis of Aderse Weather for Excusable Delays. Journal of Construction Engineering and Management. ASCE. Vol. 136,. 12, 1258-1267.