Seminar Dewinta G34063443 Dewinta, Achmad Farajallah, dan Yusli Wardiatno. 2010. Pola Distribusi Geografis pada Udang Mantis di Pantai Jawa Berdasarkan Genom Mitokondria. Seminar disampaikan tanggal 11 September 2010, Departemen Biologi FMIPA IPB. PENDAHULUAN Latar Belakang Udang mantis atau udang ronggeng merupakan anggota Filum Arthropoda, Subfilum Crustacea, Ordo Stomatopoda, yang terdiri atas empat famili, yaitu Odontodactylidae, Lysiosquillidae, Harpiosquillidae dan Squilidae. Sebagaimana udang pada umumnya, kelompok udang ini dicirikan dengan tubuh yang bersegmen, di belakang kepala terdapat karapas pendek, kaki beruas-ruas, ukuran tubuh yang besar dan mata seringkali berbentuk T (Carpenter dan Niem 1998). Habitat sebagian besar udang mantis adalah pantai, senang hidup di dasar air terutama pasir berlumpur. Cara hidup udang mantis dengan menggali dan bersembunyi di dasar air untuk berburu mangsa. Salah satu udang mantis yang bernilai ekonomi tinggi adalah Harpiosquilla harpax dari Famili Harpiosquillidae. Udang ini diekploitasi untuk diperdagangkan sebagai makanan eksotik. Jenis udang mantis lain yang sering diperdagangkan adalah Lysiosquillina maculata, Squilla empusa, dan S.mantis (Moosa 1997). Karakteristik dari stomatopoda sebagai hewan pemangsa memiliki dua metode untuk menangkap mangsa. Kedua metode inilah yang kemudian akan membedakan kelompok fungsional stomatopoda yang sangat luas, yaitu smashers (galak) dan spearers (sangat baik). H. Harpax sendiri tergolong kedalam spearers (Ahyong 1997). H. harpax banyak ditemukan di Pantai Utara Pulau Jawa, Selat Malaka sampai ke Laut Pasifik (Ahyong et al. 2008). Ciri-ciri H. harpax adalah tubuh terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, thoraks dan abdomen, karapas dengan median carina, distal page 1 / 286
segmen dari uropod memiliki garis tengah warna putih atau sedikit hitam, carina intermediat tidak terlalu tajam, rostal dilengkapi dengan projeksi anterior, panjang total mencapai 30 cm, mata sangat besar dan berbentuk T, telson berduri dan median carina pada telson memiliki dua bintik hitam (Carpenter dan Niem 1998). Udang betina mampu menelurkan 50.000 hingga 1 juta telur, yang akan menetas setelah 24 jam menjadi larva nauplius (Choi dan Hong 2001). Tahap perkembangan larva pada udang mantis terdiri dari empat fase. Fase pertama yaitu nauplius, larva nauplius tidak dapat berenang sehingga terbawa arus kemana saja arus bergerak, terutama arus sejajar garis pantai, bermetamorfosis dalam enam stages berkisar selama dua hari. Fase ke dua yaitu protozoea, mempunyai tujuh pasang anggota tubuh, bermetamorfosis dalam tiga stages berkisar selama tujuh hari. Fase ketiga yaitu mysis bermetamorfosis dalam tiga stages berkisar selama tujuh hari. Fase terakhir yaitu postlarva, pada fase ini udang mulai memiliki karakteristik udang dewasa, dilanjuti menjadi juvenil dan udang dewasa (Choi, 2001). Pergerakkan arus ini bergantung kepada arah/sudut gelombang yang datang. Pada kawasan pantai yang diterjang gelombang menyudut, terhadap garis pantai, arus yang dominan terjadi adalah arus sejajar pantai. Pergerakan arus sejajar dengan garis pantai inilah yang menyebabkan pola penyebaran terus mengikuti garis pantai. Persebaran larva yang hanyut terikut arus terus mengalami persebaran yang sangat luas bahkan antar samudera (Barber et al. 2002). Dalam penelitian ini populasi H. harpax berusaha dipelajari menggunakan penanda genetik genom mitokondria, yaitu ruas genom yang dikenal dengan d-loop atau control region. Genom mitokondria hewan merupakan genom sitoplasmik yang diwariskan secara uniparental, dan tidak mengalami rekombinasi. Genom mitokondria atau mtdna terdiri atas 2 gen penyandi rrna, 22 trna, dan 13 gen penyadi protein yang terlibat dalam rangkaian rantai respirasi selular, dan satu ruas yang berfungsi sebagai pengontrol transkripsi yang dikenal sebagai d-loop. Ruas d-loop dikenal mempunyai laju mutasi yang lebih cepat dibanding ruas-ruas gen lainnya, sehingga sangat cocok untuk digunakan sebagai penanda genetik untuk mempelajari fenomena intraspesifik (Cook 2005). Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaman genetik udang mantis Harpiosquilla harpax di Pantai Jawa, berdasarkan genom mitokondria. page 2 / 286
BAHAN DAN METODE Metode Koleksi Udang dan Identifikasi sampel. Udang mantis H. harpax sebanyak delapan ekor koleksi bapak Dr. Yusli Wardiatno dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan IPB yang dipreservasi dalam etanol. Kepastian spesies udang mantis sebagai Harpiosquilla harpax diidentifikasi berdasarkan kunci identifikasi (Carpenter dan Niem 1998). Ekstraksi dan Isolasi DNA. Isolasi DNA dilakukan dari otot tungkai. Otot tungkai yang disimpan dalam etanol dicuci dengan air destilata dua kali kemudian dihomogenasi dalam bufer STE (NaCl 1M, Tris-HCL 10mM, EDTA 0.1mM, ph 8). Sel-sel otot dilisis menggunakan proteinase K 0,125 mg/ml dan sodium dodesil sulfat 1%. Metode ekstraksi DNA selanjutnya mengikuti petunjuk Genomic DNA mini kit for fresh blood. Amplifikasi dan Visualisasi Fragmen DNA. Bagian d-loop dari mtdna diamplifikasi menggunakan primer yang didesain menggunakan Primer 3 ( http://frodo.wi.mit.edu/primer3/) dengan referensi beberapa mtdna anggota stomatopoda yang ada di Gen Bank ( www.ncbi.nlm.nih.gov). Primer forward AF180berada pada urutan 15102 nt dan primer reverse AF181 berada pada urutan 15127 terhadap mtdna H.harpax, dengan target DNA hasil amplifikasi berukuran 929 bp. Reaksi PCR dilakukan dalam volume 50 μl. Reaksi PCR dilakukan dengan kondisi predenaturasi pada suhu 94oC selama 5 menit, kemudian dilanjutkan 30 siklus yang terdiri atas denaturasi suhu 94oC selama 1 menit, penempelan primer suhu 54oC selama 1 menit, pemanjangan 72oC selama 2.30 menit dan diakhiri pemanjangan akhir suhu 72oC selama 7 menit. Produk PCR diuji menggunakan PAGE 6%, kemudian dilanjutkan dengan pewarnaan sensitif perak (Tegelstrom 1986). Perunutan Produk PCR dan Analisis DNA Sequencing. Produk PCR berupa pita tunggal di atas gel poliakrilamid dan berukuran sesuai desain primer dimurnikan, untuk dijadikan cetakan dalam PCR for sequencing. PCR untuk page 3 / 286
sequencing menggunakan primer yang sama seperti amplifikasi sebelumnya dengan metode big dye terminator cycle sequencing. Runutan nukleotida yang diperoleh kemudian diedit secara manual. Runutan-runutan nukleotida yang telah diedit kemudian saling disejajarkan dengan runutan nukleotida referensi, yaitu H. harpax yang ditangkap dari Pantai Vietnam dengan No akses AY699271 (Miller dan Austin 2006) menggunakan program Clustal W 1.8 yang tertanam dalam program MEGA versi 4.00. Analisis Filogeni. Analisis keragaman nukleotida dan filogenetik dilakukan menggunakan MEGA (Kumar et al. 2008) berdasarkan model subtitusi Kimura-2 -parameter. Analisis kekerabatan antar sampel menggunakan metode neighbour joining (NJ) dengan bootstrap 1000x. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Hasil identifikasi berdasarkan buku identifikasi Carpenter dan Niem (1998) menunjukkan bahwa sampel udang yang digunakan adalah spesies H. harpax. Amplifikasi dan Visualisasi DNA Dari kedelapan sampel yang digunakan, semuanya berhasil diamplifikasi. Amplifikasi menggunakan pasangan primer AF180 dan AF181 menghasilkan pita tunggal berukuran sekitar 1100bp (Gambar 1). page 4 / 286
Gambar 1. Produk PCR berupa pita tunggal yang diuji dengan menggunakan polyacrilamide gel electrophoresis (PAGE) 6%. Keterangan: M = DNA marker 100 bp, No urut sesuai dengan Gambar 2. Perunutan Produk PCR dan Analisis DNA SequencingPanjang basa nukleotida DNA setelah ruas penempelan primer dibuang dan diedit, yakni sekitar 800-an. Setelah disejajarkan, runutan nukleotida yang bisa dilanjutkan dianalisis berada pada posisi 13496 nt sampai 14273 nt berdasarkan referensi mtdna H. harpax (Miller dan Austin 2006) sepanjang 787 nt. Dari 787 nukleotida, sebanyak 645 nt sama untuk semua sampel. Dari 142 nt yang berbeda, sebanyak 9 nt merupakan insersi/delesi yang hanya ditemukan pada satu sampel dan 84 nt substitusi yang hanya ditemukan pada satu sampel sehingga sebanyak 93 nt tidak diikutkan dalam analisis berikutnya karena tidak bersifat parsimoni. Sisanya sebanyak 49 nt yang terdiri dari dua jenis mutasi, yaitu subsitusi dan insersi/delesi kemudian digunakan dalam menghitung keragaman genetik (Gambar 2). Gambar 2. Runutan nukleotida yang saling berbeda antar sampel yang digunakan dalam analisis keragaman genetik dan membangun pohon filogeni. Nomor urut page 5 / 286
nuleotida ditulis secara vertikal (5 baris paling atas) mengacu pada genom mitokondria H. harpax No. akses AY699271. Secara filogeografi H. harpax di Perairan Cirebon terpisah dengan H. harpax di Perairan Vietnam. Hal ini dibuktikkan oleh nilai jarak genetik terjauh adalah antara H. harpax Vietnam dan H. harpax 3 yaitu sebesar 10,5%, sedangkan jarak genetik paling dekat adalah antara H. harpax 1dan 6 (kelompok 1) yaitu sebesar 1,8%. Keragaman genetik H.harpax di Perairan Cirebon berdasarkan ruas d-loop memiliki nilai lebih besar yaitu 5.1% (±0,005) (Tabel 1) bila dibandingkan dengan keragaman genetik Halocyprida sp berdasarkan ruas C01 yaitu sebesar 2,27%. Nilai keragaman genetik d-loop yang lebih besar membuktikkan bahwa ruas d-loop memiliki laju mutasi lebih tinggi dibandingkan ruas-ruas pada mtdna lainnya dan mutasi yang tinggi berbanding lurus dengan tingginya keragaman (Cook 2005). Rata-rata komposisi nukleotida A=41,2% ; T=38,7% ; G=7,9% ; C=12,3%. Persentase A+T (79,9%) lebih besar daripada C+G (20,2%). Banyaknya basa A+T pada genom mitokondria d-loop dibandingkan C+T berkaitan dengan d-loop sebagai promotor titik awal transkripsi bagi utas berat maupun utas ringan (Hoelzoel et al. 1994). Hal lain yang menyebabkan basa AT lebih tinggi disebakan oleh adanya sekuens yang berulang dan panjangnya urutan T (Cook 2005). Analisis Filogeni Topologi pohon filogeni menggunakan metode NJ dengan bootstrap1000x mengelompokkan udang H. Harpax dalam satu percabangan dan H. Harpax Vietnam berada di luar percabangan. Struktur populasi yang digambarkan oleh mtdna ini setidaknya membagi populasi H. harpax di perairan Cirebon menjadi dua yaitu kelompok 1 dan kelompok 2. H. harpax 1,4,6 dan 10 termasuk ke dalam kelompok 1 dan saling berkerabat dekat. H. harpax 2, 3, 5, dan 8 termasuk ke dalam kelompok 2 dan saling berkerabat dekat. Titik nenek moyang (anchestral node) menunjukkan bahwa kekerabatan H. harpax 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8 dan 10 adalah berasal dari satu nenek moyang/indukkan. Sedangkan populasi H harpax dari perairan Cirebon berbeda nenek moyang/indukan dengan H. harpax di perairan Vietnam (Gambar 3). Hal ini disebabkan oleh pola penyebaran udang mantis sangat berkaitan erat dengan arus laut. Arus pada Laut Jawa bergerak ke arah Kalimantan sedangkan arus dari Laut China Selatan bergerak ke Vietnam sehingga pergerakan arus dari Cirebon dan Vietnam tidak searah. Penyebaran udang mantis melalui tingkat larva yang terbawa page 6 / 286
arus dan bergerak mengikuti garis pantai. Teluk Vietnam yang berada di sisi utara dari Laut China Selatan tidak terhubung/ saling terpisah dengan Laut Jawa (Cirebon), sehingga memiliki garis pantai yang tidak berhubungan (McCleave et al. 1984). Hal lain yang menyebabkan H. harpax di Perairan Cirebon berbeda nenek moyang/indukkan dengan H. harpax dari Perairan Vietnam adalah arus dari Indo-Pasifik saling berhubungan karena arus yang datang dari Pasifik menuju lautan Indonesia yang juga melewati Vietnam bergerak bolak-balik, hanya saja dikarenakan adanya bencana alam yang pernah terjadi menyebabkan pola penyebaran H. harpax hanya berkisar ±40km, sehingga menyebabkan keragamannya homogen dan pola penyebaran yang terbatas/tidak luas (Barber et al. 2002). Dari data yang ada, kelompok 1 dan 2 mungkin sebagai spesies yang berbeda dalam genus Harpiosquilla. Hal ini diperkuat dengan adanya beberapa perbedaan yaitu seperti intermediat carina pada bagian thoraks tanpa/ dilengkapi dengan duri, dari segi warna ada yang lebih gelap dan terang, dan segmen distal pada uropod ada yang tidak/ bewarna sedikit hitam (data tidak diperlihatkan). Hal ini juga disebabkan oleh spesies H. harpax yang tertangkap di Perairan Cirebon seringkali tertangkap bersamaan dengan H. raphidae. Gambar 3. Hasil rekontruksi pohon filogeografi pengelompokan sampel H. harpax berdasarkan ruas d-loop mtdna menggunakan metode NJ dengan bootstrap 1000x. page 7 / 286
Tabel 1.Jarak genetik antar sampel (di bawah diagonal) dan standar error (di atas diagonal) berdasarkan model subtitusi K2P dengan bootstrap 1000x. No Sampel 1 H. harpax 1 1 2 3 0.01 0.01 0.00 0 1 6 2 H. harpax 2 4 5 6 7 8 9 0.01 0.00 0.00 0.00 0.01 0 5 9 8 1 0.06 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0. 1 7 9 5 9 5 0 1 3 H. harpax 3 0.08 0.04 0.01 0 1 0 4 H page 8 / 286
page 9 / 286
page 10 / 286
page 11 / 286
page 12 / 286
page 13 / 286
page 14 / 286
page 15 / 286
page 16 / 286
page 17 / 286
page 18 / 286
page 19 / 286
page 20 / 286
page 21 / 286
page 22 / 286
page 23 / 286
page 24 / 286
page 25 / 286
page 26 / 286
page 27 / 286
page 28 / 286
page 29 / 286
page 30 / 286
page 31 / 286
page 32 / 286
page 33 / 286
page 34 / 286
page 35 / 286
page 36 / 286
page 37 / 286
page 38 / 286
page 39 / 286
page 40 / 286
page 41 / 286
page 42 / 286
page 43 / 286
page 44 / 286
page 45 / 286
page 46 / 286
page 47 / 286
page 48 / 286
page 49 / 286
page 50 / 286
page 51 / 286
page 52 / 286
page 53 / 286
page 54 / 286
page 55 / 286
page 56 / 286
page 57 / 286
page 58 / 286
page 59 / 286
page 60 / 286
page 61 / 286
page 62 / 286
page 63 / 286
page 64 / 286
page 65 / 286
page 66 / 286
page 67 / 286
page 68 / 286
page 69 / 286
page 70 / 286
page 71 / 286
page 72 / 286
page 73 / 286
page 74 / 286
page 75 / 286
page 76 / 286
page 77 / 286
page 78 / 286
page 79 / 286
page 80 / 286
page 81 / 286
page 82 / 286
page 83 / 286
page 84 / 286
page 85 / 286
page 86 / 286
page 87 / 286
page 88 / 286
page 89 / 286
page 90 / 286
page 91 / 286
page 92 / 286
page 93 / 286
page 94 / 286
page 95 / 286
page 96 / 286
page 97 / 286
page 98 / 286
page 99 / 286
page 100 / 286
page 101 / 286
page 102 / 286
page 103 / 286
page 104 / 286
page 105 / 286
page 106 / 286
page 107 / 286
page 108 / 286
page 109 / 286
page 110 / 286
page 111 / 286
page 112 / 286
page 113 / 286
page 114 / 286
page 115 / 286
page 116 / 286
page 117 / 286
page 118 / 286
page 119 / 286
page 120 / 286
page 121 / 286
page 122 / 286
page 123 / 286
page 124 / 286
page 125 / 286
page 126 / 286
page 127 / 286
page 128 / 286
page 129 / 286
page 130 / 286
page 131 / 286
page 132 / 286
page 133 / 286
page 134 / 286
page 135 / 286
page 136 / 286
page 137 / 286
page 138 / 286
page 139 / 286
page 140 / 286
page 141 / 286
page 142 / 286
page 143 / 286
page 144 / 286
page 145 / 286
page 146 / 286
page 147 / 286
page 148 / 286
page 149 / 286
page 150 / 286
page 151 / 286
page 152 / 286
page 153 / 286
page 154 / 286
page 155 / 286
page 156 / 286
page 157 / 286
page 158 / 286
page 159 / 286
page 160 / 286
page 161 / 286
page 162 / 286
page 163 / 286
page 164 / 286
page 165 / 286
page 166 / 286
page 167 / 286
page 168 / 286
page 169 / 286
page 170 / 286
page 171 / 286
page 172 / 286
page 173 / 286
page 174 / 286
page 175 / 286
page 176 / 286
page 177 / 286
page 178 / 286
page 179 / 286
page 180 / 286
page 181 / 286
page 182 / 286
page 183 / 286
page 184 / 286
page 185 / 286
page 186 / 286
page 187 / 286
page 188 / 286
page 189 / 286
page 190 / 286
page 191 / 286
page 192 / 286
page 193 / 286
page 194 / 286
page 195 / 286
page 196 / 286
page 197 / 286
page 198 / 286
page 199 / 286
page 200 / 286
page 201 / 286
page 202 / 286
page 203 / 286
page 204 / 286
page 205 / 286
page 206 / 286
page 207 / 286
page 208 / 286
page 209 / 286
page 210 / 286
page 211 / 286
page 212 / 286
page 213 / 286
page 214 / 286
page 215 / 286
page 216 / 286
page 217 / 286
page 218 / 286
page 219 / 286
page 220 / 286
page 221 / 286
page 222 / 286
page 223 / 286
page 224 / 286
page 225 / 286
page 226 / 286
page 227 / 286
page 228 / 286
page 229 / 286
page 230 / 286
page 231 / 286
page 232 / 286
page 233 / 286
page 234 / 286
page 235 / 286
page 236 / 286
page 237 / 286
page 238 / 286
page 239 / 286
page 240 / 286
page 241 / 286
page 242 / 286
page 243 / 286
page 244 / 286
page 245 / 286
page 246 / 286
page 247 / 286
page 248 / 286
page 249 / 286
page 250 / 286
page 251 / 286
page 252 / 286
page 253 / 286
page 254 / 286
page 255 / 286
page 256 / 286
page 257 / 286
page 258 / 286
page 259 / 286
page 260 / 286
page 261 / 286
page 262 / 286
page 263 / 286
page 264 / 286
page 265 / 286
page 266 / 286
page 267 / 286
page 268 / 286
page 269 / 286
page 270 / 286
page 271 / 286
page 272 / 286
page 273 / 286
page 274 / 286
page 275 / 286
page 276 / 286
page 277 / 286
page 278 / 286
page 279 / 286
page 280 / 286
page 281 / 286
page 282 / 286
page 283 / 286
page 284 / 286
page 285 / 286