Seminar Dewinta G

dokumen-dokumen yang mirip
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

DEWINTA DEPARTEMEN BOGOR 20100

The Origin of Madura Cattle

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

PENGGUNAAN DNA BARCODE SEBAGAI ALTERNATIF IDENTIFIKASI SPESIES UDANG MANTIS RAISA AULIANE SYAFRINA

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-)

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

Kolokium Liliani Isna Devi G

Kolokium Liliani Isna Devi G

Gambar 2.1 udang mantis (hak cipta Erwin Kodiat)

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

Seminar Ajeng Siti Fatimah G

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tahapan Analisis DNA S. incertulas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman Genetika Ikan Lais Cryptopterus spp. dari Propinsi Riau Berdasarkan Sitokrom-b DNA Mitokondria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udang adalah hewan kecil tak bertulang belakang (invertebrata) yang

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

Kryptopterus spp. dan Ompok spp.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Komposisi nukleotida pada gen sitokrom-b parsial DNA mitokondria Cryptopterus spp.

4 Hasil dan Pembahasan

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau

1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI DAN PROSPEK EKONOMIS UDANG MANTIS DI INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. masyarakat terhadap konsumsi susu semakin meningkat sehingga menjadikan

BAHAN DAN METODE. Analisis Kekerabatan Rayap Tanah M. gilvus dengan Pendekatan Perilaku

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH GI MACRO II

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Klasifikasi

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

HASIL Amplifikasi Ruas Target Pemotongan dengan enzim restriksi PCR-RFLP Sekuensing Produk PCR ruas target Analisis Nukleotida

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M

Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

MATERI DAN METODE. Materi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

ASAL USUL SAPI MADURA BERDASARKAN PENANDA DNA MITOKONDRIA

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

3. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. dua lembar plastik transparansi dan semua sisinya direkatkan hingga rapat.

APPLICATION OF DNA BARCODE IN DETERMINATION OF SHRIMP SPECIES OF FRESH WATER FROM THE PROVINCE OF JAMBI

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

BAB I PENDAHULUAN. (FAO, 2016a) dan produksi dua jenis udang yaitu Litopenaeus vannamei dan Penaeus

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

3 Metodologi Penelitian

4. POLIMORFISME GEN Pituitary Positive Transcription Factor -1 (Pit-1) PADA AYAM LOKAL DI INDONESIA ABSTRAK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA KEKERABATAN 14 SPESIES PRIMATA DENGAN PROGRAM MEGA 4. Abdul Rahman Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dari empat primer yang

TINJAUAN PUSTAKA. Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : Curculionidae) Kumbang ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola), yakni

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

PEMBAHASAN Variasi Gen COI dan Gen COII S. incertulas di Jawa dan Bali

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

DAFTAR ISI DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

DIFERENSIASI GENETIK POPULASI UDANG JERBUNG

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

Transkripsi:

Seminar Dewinta G34063443 Dewinta, Achmad Farajallah, dan Yusli Wardiatno. 2010. Pola Distribusi Geografis pada Udang Mantis di Pantai Jawa Berdasarkan Genom Mitokondria. Seminar disampaikan tanggal 11 September 2010, Departemen Biologi FMIPA IPB. PENDAHULUAN Latar Belakang Udang mantis atau udang ronggeng merupakan anggota Filum Arthropoda, Subfilum Crustacea, Ordo Stomatopoda, yang terdiri atas empat famili, yaitu Odontodactylidae, Lysiosquillidae, Harpiosquillidae dan Squilidae. Sebagaimana udang pada umumnya, kelompok udang ini dicirikan dengan tubuh yang bersegmen, di belakang kepala terdapat karapas pendek, kaki beruas-ruas, ukuran tubuh yang besar dan mata seringkali berbentuk T (Carpenter dan Niem 1998). Habitat sebagian besar udang mantis adalah pantai, senang hidup di dasar air terutama pasir berlumpur. Cara hidup udang mantis dengan menggali dan bersembunyi di dasar air untuk berburu mangsa. Salah satu udang mantis yang bernilai ekonomi tinggi adalah Harpiosquilla harpax dari Famili Harpiosquillidae. Udang ini diekploitasi untuk diperdagangkan sebagai makanan eksotik. Jenis udang mantis lain yang sering diperdagangkan adalah Lysiosquillina maculata, Squilla empusa, dan S.mantis (Moosa 1997). Karakteristik dari stomatopoda sebagai hewan pemangsa memiliki dua metode untuk menangkap mangsa. Kedua metode inilah yang kemudian akan membedakan kelompok fungsional stomatopoda yang sangat luas, yaitu smashers (galak) dan spearers (sangat baik). H. Harpax sendiri tergolong kedalam spearers (Ahyong 1997). H. harpax banyak ditemukan di Pantai Utara Pulau Jawa, Selat Malaka sampai ke Laut Pasifik (Ahyong et al. 2008). Ciri-ciri H. harpax adalah tubuh terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, thoraks dan abdomen, karapas dengan median carina, distal page 1 / 286

segmen dari uropod memiliki garis tengah warna putih atau sedikit hitam, carina intermediat tidak terlalu tajam, rostal dilengkapi dengan projeksi anterior, panjang total mencapai 30 cm, mata sangat besar dan berbentuk T, telson berduri dan median carina pada telson memiliki dua bintik hitam (Carpenter dan Niem 1998). Udang betina mampu menelurkan 50.000 hingga 1 juta telur, yang akan menetas setelah 24 jam menjadi larva nauplius (Choi dan Hong 2001). Tahap perkembangan larva pada udang mantis terdiri dari empat fase. Fase pertama yaitu nauplius, larva nauplius tidak dapat berenang sehingga terbawa arus kemana saja arus bergerak, terutama arus sejajar garis pantai, bermetamorfosis dalam enam stages berkisar selama dua hari. Fase ke dua yaitu protozoea, mempunyai tujuh pasang anggota tubuh, bermetamorfosis dalam tiga stages berkisar selama tujuh hari. Fase ketiga yaitu mysis bermetamorfosis dalam tiga stages berkisar selama tujuh hari. Fase terakhir yaitu postlarva, pada fase ini udang mulai memiliki karakteristik udang dewasa, dilanjuti menjadi juvenil dan udang dewasa (Choi, 2001). Pergerakkan arus ini bergantung kepada arah/sudut gelombang yang datang. Pada kawasan pantai yang diterjang gelombang menyudut, terhadap garis pantai, arus yang dominan terjadi adalah arus sejajar pantai. Pergerakan arus sejajar dengan garis pantai inilah yang menyebabkan pola penyebaran terus mengikuti garis pantai. Persebaran larva yang hanyut terikut arus terus mengalami persebaran yang sangat luas bahkan antar samudera (Barber et al. 2002). Dalam penelitian ini populasi H. harpax berusaha dipelajari menggunakan penanda genetik genom mitokondria, yaitu ruas genom yang dikenal dengan d-loop atau control region. Genom mitokondria hewan merupakan genom sitoplasmik yang diwariskan secara uniparental, dan tidak mengalami rekombinasi. Genom mitokondria atau mtdna terdiri atas 2 gen penyandi rrna, 22 trna, dan 13 gen penyadi protein yang terlibat dalam rangkaian rantai respirasi selular, dan satu ruas yang berfungsi sebagai pengontrol transkripsi yang dikenal sebagai d-loop. Ruas d-loop dikenal mempunyai laju mutasi yang lebih cepat dibanding ruas-ruas gen lainnya, sehingga sangat cocok untuk digunakan sebagai penanda genetik untuk mempelajari fenomena intraspesifik (Cook 2005). Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaman genetik udang mantis Harpiosquilla harpax di Pantai Jawa, berdasarkan genom mitokondria. page 2 / 286

BAHAN DAN METODE Metode Koleksi Udang dan Identifikasi sampel. Udang mantis H. harpax sebanyak delapan ekor koleksi bapak Dr. Yusli Wardiatno dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan IPB yang dipreservasi dalam etanol. Kepastian spesies udang mantis sebagai Harpiosquilla harpax diidentifikasi berdasarkan kunci identifikasi (Carpenter dan Niem 1998). Ekstraksi dan Isolasi DNA. Isolasi DNA dilakukan dari otot tungkai. Otot tungkai yang disimpan dalam etanol dicuci dengan air destilata dua kali kemudian dihomogenasi dalam bufer STE (NaCl 1M, Tris-HCL 10mM, EDTA 0.1mM, ph 8). Sel-sel otot dilisis menggunakan proteinase K 0,125 mg/ml dan sodium dodesil sulfat 1%. Metode ekstraksi DNA selanjutnya mengikuti petunjuk Genomic DNA mini kit for fresh blood. Amplifikasi dan Visualisasi Fragmen DNA. Bagian d-loop dari mtdna diamplifikasi menggunakan primer yang didesain menggunakan Primer 3 ( http://frodo.wi.mit.edu/primer3/) dengan referensi beberapa mtdna anggota stomatopoda yang ada di Gen Bank ( www.ncbi.nlm.nih.gov). Primer forward AF180berada pada urutan 15102 nt dan primer reverse AF181 berada pada urutan 15127 terhadap mtdna H.harpax, dengan target DNA hasil amplifikasi berukuran 929 bp. Reaksi PCR dilakukan dalam volume 50 μl. Reaksi PCR dilakukan dengan kondisi predenaturasi pada suhu 94oC selama 5 menit, kemudian dilanjutkan 30 siklus yang terdiri atas denaturasi suhu 94oC selama 1 menit, penempelan primer suhu 54oC selama 1 menit, pemanjangan 72oC selama 2.30 menit dan diakhiri pemanjangan akhir suhu 72oC selama 7 menit. Produk PCR diuji menggunakan PAGE 6%, kemudian dilanjutkan dengan pewarnaan sensitif perak (Tegelstrom 1986). Perunutan Produk PCR dan Analisis DNA Sequencing. Produk PCR berupa pita tunggal di atas gel poliakrilamid dan berukuran sesuai desain primer dimurnikan, untuk dijadikan cetakan dalam PCR for sequencing. PCR untuk page 3 / 286

sequencing menggunakan primer yang sama seperti amplifikasi sebelumnya dengan metode big dye terminator cycle sequencing. Runutan nukleotida yang diperoleh kemudian diedit secara manual. Runutan-runutan nukleotida yang telah diedit kemudian saling disejajarkan dengan runutan nukleotida referensi, yaitu H. harpax yang ditangkap dari Pantai Vietnam dengan No akses AY699271 (Miller dan Austin 2006) menggunakan program Clustal W 1.8 yang tertanam dalam program MEGA versi 4.00. Analisis Filogeni. Analisis keragaman nukleotida dan filogenetik dilakukan menggunakan MEGA (Kumar et al. 2008) berdasarkan model subtitusi Kimura-2 -parameter. Analisis kekerabatan antar sampel menggunakan metode neighbour joining (NJ) dengan bootstrap 1000x. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Hasil identifikasi berdasarkan buku identifikasi Carpenter dan Niem (1998) menunjukkan bahwa sampel udang yang digunakan adalah spesies H. harpax. Amplifikasi dan Visualisasi DNA Dari kedelapan sampel yang digunakan, semuanya berhasil diamplifikasi. Amplifikasi menggunakan pasangan primer AF180 dan AF181 menghasilkan pita tunggal berukuran sekitar 1100bp (Gambar 1). page 4 / 286

Gambar 1. Produk PCR berupa pita tunggal yang diuji dengan menggunakan polyacrilamide gel electrophoresis (PAGE) 6%. Keterangan: M = DNA marker 100 bp, No urut sesuai dengan Gambar 2. Perunutan Produk PCR dan Analisis DNA SequencingPanjang basa nukleotida DNA setelah ruas penempelan primer dibuang dan diedit, yakni sekitar 800-an. Setelah disejajarkan, runutan nukleotida yang bisa dilanjutkan dianalisis berada pada posisi 13496 nt sampai 14273 nt berdasarkan referensi mtdna H. harpax (Miller dan Austin 2006) sepanjang 787 nt. Dari 787 nukleotida, sebanyak 645 nt sama untuk semua sampel. Dari 142 nt yang berbeda, sebanyak 9 nt merupakan insersi/delesi yang hanya ditemukan pada satu sampel dan 84 nt substitusi yang hanya ditemukan pada satu sampel sehingga sebanyak 93 nt tidak diikutkan dalam analisis berikutnya karena tidak bersifat parsimoni. Sisanya sebanyak 49 nt yang terdiri dari dua jenis mutasi, yaitu subsitusi dan insersi/delesi kemudian digunakan dalam menghitung keragaman genetik (Gambar 2). Gambar 2. Runutan nukleotida yang saling berbeda antar sampel yang digunakan dalam analisis keragaman genetik dan membangun pohon filogeni. Nomor urut page 5 / 286

nuleotida ditulis secara vertikal (5 baris paling atas) mengacu pada genom mitokondria H. harpax No. akses AY699271. Secara filogeografi H. harpax di Perairan Cirebon terpisah dengan H. harpax di Perairan Vietnam. Hal ini dibuktikkan oleh nilai jarak genetik terjauh adalah antara H. harpax Vietnam dan H. harpax 3 yaitu sebesar 10,5%, sedangkan jarak genetik paling dekat adalah antara H. harpax 1dan 6 (kelompok 1) yaitu sebesar 1,8%. Keragaman genetik H.harpax di Perairan Cirebon berdasarkan ruas d-loop memiliki nilai lebih besar yaitu 5.1% (±0,005) (Tabel 1) bila dibandingkan dengan keragaman genetik Halocyprida sp berdasarkan ruas C01 yaitu sebesar 2,27%. Nilai keragaman genetik d-loop yang lebih besar membuktikkan bahwa ruas d-loop memiliki laju mutasi lebih tinggi dibandingkan ruas-ruas pada mtdna lainnya dan mutasi yang tinggi berbanding lurus dengan tingginya keragaman (Cook 2005). Rata-rata komposisi nukleotida A=41,2% ; T=38,7% ; G=7,9% ; C=12,3%. Persentase A+T (79,9%) lebih besar daripada C+G (20,2%). Banyaknya basa A+T pada genom mitokondria d-loop dibandingkan C+T berkaitan dengan d-loop sebagai promotor titik awal transkripsi bagi utas berat maupun utas ringan (Hoelzoel et al. 1994). Hal lain yang menyebabkan basa AT lebih tinggi disebakan oleh adanya sekuens yang berulang dan panjangnya urutan T (Cook 2005). Analisis Filogeni Topologi pohon filogeni menggunakan metode NJ dengan bootstrap1000x mengelompokkan udang H. Harpax dalam satu percabangan dan H. Harpax Vietnam berada di luar percabangan. Struktur populasi yang digambarkan oleh mtdna ini setidaknya membagi populasi H. harpax di perairan Cirebon menjadi dua yaitu kelompok 1 dan kelompok 2. H. harpax 1,4,6 dan 10 termasuk ke dalam kelompok 1 dan saling berkerabat dekat. H. harpax 2, 3, 5, dan 8 termasuk ke dalam kelompok 2 dan saling berkerabat dekat. Titik nenek moyang (anchestral node) menunjukkan bahwa kekerabatan H. harpax 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8 dan 10 adalah berasal dari satu nenek moyang/indukkan. Sedangkan populasi H harpax dari perairan Cirebon berbeda nenek moyang/indukan dengan H. harpax di perairan Vietnam (Gambar 3). Hal ini disebabkan oleh pola penyebaran udang mantis sangat berkaitan erat dengan arus laut. Arus pada Laut Jawa bergerak ke arah Kalimantan sedangkan arus dari Laut China Selatan bergerak ke Vietnam sehingga pergerakan arus dari Cirebon dan Vietnam tidak searah. Penyebaran udang mantis melalui tingkat larva yang terbawa page 6 / 286

arus dan bergerak mengikuti garis pantai. Teluk Vietnam yang berada di sisi utara dari Laut China Selatan tidak terhubung/ saling terpisah dengan Laut Jawa (Cirebon), sehingga memiliki garis pantai yang tidak berhubungan (McCleave et al. 1984). Hal lain yang menyebabkan H. harpax di Perairan Cirebon berbeda nenek moyang/indukkan dengan H. harpax dari Perairan Vietnam adalah arus dari Indo-Pasifik saling berhubungan karena arus yang datang dari Pasifik menuju lautan Indonesia yang juga melewati Vietnam bergerak bolak-balik, hanya saja dikarenakan adanya bencana alam yang pernah terjadi menyebabkan pola penyebaran H. harpax hanya berkisar ±40km, sehingga menyebabkan keragamannya homogen dan pola penyebaran yang terbatas/tidak luas (Barber et al. 2002). Dari data yang ada, kelompok 1 dan 2 mungkin sebagai spesies yang berbeda dalam genus Harpiosquilla. Hal ini diperkuat dengan adanya beberapa perbedaan yaitu seperti intermediat carina pada bagian thoraks tanpa/ dilengkapi dengan duri, dari segi warna ada yang lebih gelap dan terang, dan segmen distal pada uropod ada yang tidak/ bewarna sedikit hitam (data tidak diperlihatkan). Hal ini juga disebabkan oleh spesies H. harpax yang tertangkap di Perairan Cirebon seringkali tertangkap bersamaan dengan H. raphidae. Gambar 3. Hasil rekontruksi pohon filogeografi pengelompokan sampel H. harpax berdasarkan ruas d-loop mtdna menggunakan metode NJ dengan bootstrap 1000x. page 7 / 286

Tabel 1.Jarak genetik antar sampel (di bawah diagonal) dan standar error (di atas diagonal) berdasarkan model subtitusi K2P dengan bootstrap 1000x. No Sampel 1 H. harpax 1 1 2 3 0.01 0.01 0.00 0 1 6 2 H. harpax 2 4 5 6 7 8 9 0.01 0.00 0.00 0.00 0.01 0 5 9 8 1 0.06 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0. 1 7 9 5 9 5 0 1 3 H. harpax 3 0.08 0.04 0.01 0 1 0 4 H page 8 / 286

page 9 / 286

page 10 / 286

page 11 / 286

page 12 / 286

page 13 / 286

page 14 / 286

page 15 / 286

page 16 / 286

page 17 / 286

page 18 / 286

page 19 / 286

page 20 / 286

page 21 / 286

page 22 / 286

page 23 / 286

page 24 / 286

page 25 / 286

page 26 / 286

page 27 / 286

page 28 / 286

page 29 / 286

page 30 / 286

page 31 / 286

page 32 / 286

page 33 / 286

page 34 / 286

page 35 / 286

page 36 / 286

page 37 / 286

page 38 / 286

page 39 / 286

page 40 / 286

page 41 / 286

page 42 / 286

page 43 / 286

page 44 / 286

page 45 / 286

page 46 / 286

page 47 / 286

page 48 / 286

page 49 / 286

page 50 / 286

page 51 / 286

page 52 / 286

page 53 / 286

page 54 / 286

page 55 / 286

page 56 / 286

page 57 / 286

page 58 / 286

page 59 / 286

page 60 / 286

page 61 / 286

page 62 / 286

page 63 / 286

page 64 / 286

page 65 / 286

page 66 / 286

page 67 / 286

page 68 / 286

page 69 / 286

page 70 / 286

page 71 / 286

page 72 / 286

page 73 / 286

page 74 / 286

page 75 / 286

page 76 / 286

page 77 / 286

page 78 / 286

page 79 / 286

page 80 / 286

page 81 / 286

page 82 / 286

page 83 / 286

page 84 / 286

page 85 / 286

page 86 / 286

page 87 / 286

page 88 / 286

page 89 / 286

page 90 / 286

page 91 / 286

page 92 / 286

page 93 / 286

page 94 / 286

page 95 / 286

page 96 / 286

page 97 / 286

page 98 / 286

page 99 / 286

page 100 / 286

page 101 / 286

page 102 / 286

page 103 / 286

page 104 / 286

page 105 / 286

page 106 / 286

page 107 / 286

page 108 / 286

page 109 / 286

page 110 / 286

page 111 / 286

page 112 / 286

page 113 / 286

page 114 / 286

page 115 / 286

page 116 / 286

page 117 / 286

page 118 / 286

page 119 / 286

page 120 / 286

page 121 / 286

page 122 / 286

page 123 / 286

page 124 / 286

page 125 / 286

page 126 / 286

page 127 / 286

page 128 / 286

page 129 / 286

page 130 / 286

page 131 / 286

page 132 / 286

page 133 / 286

page 134 / 286

page 135 / 286

page 136 / 286

page 137 / 286

page 138 / 286

page 139 / 286

page 140 / 286

page 141 / 286

page 142 / 286

page 143 / 286

page 144 / 286

page 145 / 286

page 146 / 286

page 147 / 286

page 148 / 286

page 149 / 286

page 150 / 286

page 151 / 286

page 152 / 286

page 153 / 286

page 154 / 286

page 155 / 286

page 156 / 286

page 157 / 286

page 158 / 286

page 159 / 286

page 160 / 286

page 161 / 286

page 162 / 286

page 163 / 286

page 164 / 286

page 165 / 286

page 166 / 286

page 167 / 286

page 168 / 286

page 169 / 286

page 170 / 286

page 171 / 286

page 172 / 286

page 173 / 286

page 174 / 286

page 175 / 286

page 176 / 286

page 177 / 286

page 178 / 286

page 179 / 286

page 180 / 286

page 181 / 286

page 182 / 286

page 183 / 286

page 184 / 286

page 185 / 286

page 186 / 286

page 187 / 286

page 188 / 286

page 189 / 286

page 190 / 286

page 191 / 286

page 192 / 286

page 193 / 286

page 194 / 286

page 195 / 286

page 196 / 286

page 197 / 286

page 198 / 286

page 199 / 286

page 200 / 286

page 201 / 286

page 202 / 286

page 203 / 286

page 204 / 286

page 205 / 286

page 206 / 286

page 207 / 286

page 208 / 286

page 209 / 286

page 210 / 286

page 211 / 286

page 212 / 286

page 213 / 286

page 214 / 286

page 215 / 286

page 216 / 286

page 217 / 286

page 218 / 286

page 219 / 286

page 220 / 286

page 221 / 286

page 222 / 286

page 223 / 286

page 224 / 286

page 225 / 286

page 226 / 286

page 227 / 286

page 228 / 286

page 229 / 286

page 230 / 286

page 231 / 286

page 232 / 286

page 233 / 286

page 234 / 286

page 235 / 286

page 236 / 286

page 237 / 286

page 238 / 286

page 239 / 286

page 240 / 286

page 241 / 286

page 242 / 286

page 243 / 286

page 244 / 286

page 245 / 286

page 246 / 286

page 247 / 286

page 248 / 286

page 249 / 286

page 250 / 286

page 251 / 286

page 252 / 286

page 253 / 286

page 254 / 286

page 255 / 286

page 256 / 286

page 257 / 286

page 258 / 286

page 259 / 286

page 260 / 286

page 261 / 286

page 262 / 286

page 263 / 286

page 264 / 286

page 265 / 286

page 266 / 286

page 267 / 286

page 268 / 286

page 269 / 286

page 270 / 286

page 271 / 286

page 272 / 286

page 273 / 286

page 274 / 286

page 275 / 286

page 276 / 286

page 277 / 286

page 278 / 286

page 279 / 286

page 280 / 286

page 281 / 286

page 282 / 286

page 283 / 286

page 284 / 286

page 285 / 286