Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA. Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

Strategi UKM Indonesia

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

FORMALISASI UMKM KE DALAM SISTEM PERPAJAKAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP INKLUSI FINANSIAL DI INDONESIA

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

Gambar 1.1 Struktur Organisasi UMKM GZL Sumber : Wawancara

ASEAN-CHINA Free Trade Area (ACFTA).

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

APBNP 2015 belum ProRakyat. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PENGERTIAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki potensi ekonomi tinggi, potensi yang mulai diperhatikan dunia internasional.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan. Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

K L I P I N G. Kamis, 10 Oktober Berita terkait LPDB-KUMKM Demikian kliping ini disampaikan sebagai bahan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

EE. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kursus pelatihan untuk pembuat kebijakan tentang produktivitas dan kondisi kerja UKM RENCANA AKSI STRATEGIS ASEAN UNTUK PENGEMBANGAN UKM

LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

EE. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERINDUSTRIAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

13 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan berkelanjutan menjadi isu penting dalam menanggapi proses. yang strategis baik secara ekonomi maupun sosial politis.

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

Transkripsi:

PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan pada Rapat Koordinasi Nasional Kementerian Koperasi dan UKM dengan Dinas Koperasi dan UKM Seluruh Indonesia Selasa, 10 Desember 2013, Hotel Mercure, Convention Center, Taman Impian JayaAncol,, Jakarta

Outline Posisi Strategis Koperasi & UMKM (SMEs) Perekonomian Global/Sejumlah Kawasan Perekonomian Sejumlah Negara Perekonomian Indonesia Dukungan Perundang-Undangan Permasalahan & Tantangan yang dihadapi Produktivitas Rendah Akses Pendanaan & Pasar yang Terbatas Penurunan Share Ekspor UMKM Upaya-Upaya Pemberdayaan Koperasi & UMKM Peningkatan Akses Pendanaan Peningkatan Produktivitas & Daya Saing Peningkatan Ekspor 2

Posisi Strategis Koperasi &UMKM (SMEs): Perekonomian Global/Kawasan Sekitar 95% dari total unit usaha di dunia merupakan SMEs, yang menyediakan lapangan kerja bagi 60% dari total tenaga kerja, dan memberikan kontribusi terhadap hampir 50% GDP; OECD: 95% dari total unit usaha; mempekerjakan 77% dari total tenaga kerja; serta berkontribusi terhadap 54% GDP dan sekitar 30% ekspor; Non-OECD: lebih dari 90% dari total unit usaha; mempekerjakan 61% dari total tenaga kerja; dan menyumbang sekitar 45% GDP; Uni Eropa: 99,8% dari total unit usaha; menyediakan lapangan kerja bagi hampir 67% dari total tenaga kerja; dan menyumbang sekitar 58% GDP; APEC: 90% dari total unit usaha; menyerap sekitar 60-80% dari total tenaga kerja; dan berkontribusi terhadap 30% ekspor; ASEAN: 96% dari total unit usaha; menyediakan lapangan kerja untuk 50%-85% dari total tenaga kerja; berkontribusi terhadap 30-53% GDP; dan 19-31% Ekspor; 3

Posisi Strategis UMKM (SMEs): Perekonomian di Sejumlah Negara China (2008): 99% dari total unit usaha; menyerap 75% dari tenaga kerja; serta berkontribusi terhadap 60% GDP dan 68% ekspor; India (2012): lebih dari 90% dari total unit usaha; dan berkontribusi terhadap 40% ekspor; Jepang (2007): 99,7% dari total unit usaha; menyerap hampir 69% dari tenaga kerja; dan berkontribusi terhadap 53% PDB; Korea Selatan (2009): 99,9% dari total unit usaha; menyerap sekitar 75% dari total tenaga kerja; dan berkontribusi terhadap sekitar 60% PDB; Singapura: 99% dari total unit usaha; menyerap sekitar 70% dari total tenaga kerja (7 dari 10 pekerja berada di sektor UMKM); dan berkontribusi terhadap 60% PDB; Malaysia (2012): 99,2% dari total unit usaha; menyerap 56% tenaga kerja; serta berkontribusi terhadap 32% PDB dan 19% Ekspor; Thailand (2010): 99,8% dari total unit usaha; serta berkontribusi terhadap 37,1% PDB dan 28,4% Ekspor; Filipina (2009): 99,6% dari total unit usaha; menyerap 61,2% tenaga kerja; dan berkontribusi terhadap 35,7% PDB; 4

Posisi Strategis UMKM: Perekonomian Indonesia (1) Peran Koperasi & UMKM di Indonesia sebagaimana halnya di negara-negara lain, yaitu sebagai tulang punggung perekonomian nasional; Berkontribusi secara signifikan terhadap pembentukan GDP; Penyedia mayoritas lapangan kerja; dan Sumber devisa; Umumnya menggunakan modal sendiri, dan memanfaatkan bahan baku di sekitarnya sehingga Koperasi & UMKM lebih tahan terhadap krisis ekonomi/krisis mata uang, dan bahkan menjadi penyelamat perekonomian dimasa krisis Selama krisis ekonomi tahun 1997/1998, mayoritas usaha koperasi dan UMKM tetap beroperasi; sementara banyak usaha besar yang berhenti beroperasi dan mem- PHK/merumahkan karyawannya; 5

Posisi Strategis UMKM: Perekonomian Indonesia (2) Penyebaran Koperasi dan UMKM lebih merata dibandingkan jenis usaha besar, sehingga sangat berperan dalam: pertumbuhan sekaligus pemerataan ekonomi; peningkatan sekaligus pemerataan pendapatan; dan pengentasan kemiskinan; Saat ini perekonomian nasional masih bertumpu pada wilayah Jawa (57,6% terhadap total GDP), Sumatera (23,8% terhadap total GDP), sedangkan wilayah lainnya relatif rendah (kurang dari 20%); Ketimpangan pendapatan (Gini ratio) dalam satu dekade terakhir meningkat dari 0,32 pada tahun 2003, menjadi 0,41 pada tahun 2012; Sekalipun tingkat kemiskinan dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami penurunan, namun jumlahnya masih tetap besar, yaitu mencapai 28 juta jiwa per maret 2013 (di perkotaan sebanyak 10,3 juta, dan di pedesaan sebanyak 17,7 juta) 6

Posisi Strategis UMKM: Perekonomian Indonesia (3) Berdasarkan data tahun 2012: Dari total unit usaha (56,5 juta), sebanyak 99,9% merupakan UMKM (Usaha Mikro: 98,79%, Usaha Kecil: 1,11%, dan Usaha Menengah: 0,09%), sedangkan Usaha Besar hanya 0,01%; Dari total tenaga kerja (110,8 juta), sebanyak 97,16% terserap di sektor UMKM (Usaha Mikro: 90,12%, Usaha Kecil: 4,09%, Usaha Menengah: 2,94%), sedangkan Usaha Besar hanya sebesar 2,84%; Dari total PDB-harga berlaku (Rp 8.241,9 triliun), sebanyak 59,08% berasal dari UMKM (Usaha Mikro: 35,81%, Usaha Kecil: 9,68%, Usaha Menengah: 13,59%), sedangkan dari Usaha Besar adalah 40,92%; Jumlah koperasi yang aktif adalah sebanyak 139 ribu unit; dengan jumlah anggota mencapai 33,9 juta; jumlah karyawan mencapai hampir 400 ribu; volume usaha sebesar hampir Rp 120 triliun; dan SHU mencapai hampir Rp 7 triliun; Usaha Besar Usaha Menengah Usaha Kecil Usaha Mikro 2,94 0,09 9,68 4,09 1,11 40,92 2,84 0,01 13,59 35,81 90,12 98,79 0 50 100 Kontribusi Terhadap PDB (%) Tenaga Kerja (%) Unit Usaha (%) Sumber: Kementerian Koperasi & UKM, 2013, diolah 7

Dukungan Perundang-Undangan (1) Pemberdayaan koperasi sebagaimana diatur dalam dalam UU No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian, antara lain mengamanatkan adanya peran Pemerintah/pemerintah daerah dalam: Pengembangan kelembagaan, bantuan diklat, penyuluhan, bimbingan usaha dan penelitian; Pengembangan jaringan kerja sama usaha dan penyertaan modal; Pemberian insentif pajak dan fiskal serta prioritas sektor ekonomi khusus untuk koperasi; Pemberdayaan UMKM sebagaimana diatur dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, antara lain mengamanatkan Pemerintah/pemerintah daerah dalam: Pemberian kemudahan/mendorong perluasan sumber pendanaan/akses kredit,; Pembangunan prasarana umum, lokasi pasar, pemanfaatan bank data; jaringan informasi bisnis; dan fasilitasi kepemilikan Hak Kekayaan Intelektual Pengembangan kemitraan yang saling menguntungkan antara UMKM dan usaha besar; Pembebasan biaya perizinan untuk usaha mikro; dan pemberian keringanan untuk usaha kecil; Promosi dan pengutamaan penggunaan produk UMKM 8

Dukungan Perundang-Undangan (2); Rencana UU Perindustrian & UU Perdagangan yang Baru Dukungan bagi pemberdayaan UMKM, selain telah diatur dalam UU No. 2008 tentang UMKM, juga akan diperkuat dalam UU Perindustrian dan UU Perdagangan, yang saat ini masih dalam proses pembahasan; RUU Perdagangan Pemberian fasilitasi; insentif; bimbingan teknis; bantuan promosi dan pemasaran RUU Perindustrian Pembangunan IKM ditujukan untuk membangun daya saing dan memperkuat struktur industri nasional; Perumusan kebijakan; Penguatan kapasitas kelembagaan; dan Pemberian fasilitasi; Bentuk fasilitasi yang bisa diberikan: Diklat, bimbingan teknis, dan bantuan peralatan; Promosi dan pemasaran, serta kemudahan pembiayaan; Pengembangan hubungan kemitraan antara industri kecil dan industri menengah, industri kecil dengan industri besar, industri besar dengan sektor ekonomi lainnya dengan prinsip saling menguntungkan; 9

Permasalahan & Tantangan yang Dihadapi: Produktivitas Rendah Kualitas SDM yang rendah (kemampuan inovasi & manajemen usaha); Akses dan diseminasi teknologi yang rendah; Usaha Besar 1,07 678,81 Kesenjangan produktivitas antara UMKM dan Usaha Besar sangat tinggi, misalnya dari aspek output/gdp per unit usaha maupun per tenaga kerja; Rata-rata output UMKM per unit usaha adalah sebesar Rp 86 juta, dan per tenaga kerja adalah sebesar Rp 45,2 juta; Sedangkan rata-rata output Usaha Besar per unit usaha adalah sebesar Rp 678,8 miliar, dan per tenaga kerja adalah sebesar Rp 1,07 miliar; Sedangkan untuk koperasi, dari total 334 ribu unit, sekitar 60% berstatus tidak aktif; Usaha Menengah Usaha Kecil Usaha Mikro UMKM 0,34 22,87 0,18 1,27 0,03 0,05 0,05 0,09 0 200 400 600 800 Output per Tenaga Kerja (Rp miliar) Output per Unit Usaha (Rp miliar) Sumber: Kementerian Koperasi & UKM, diolah 10

Permasalahan & Tantangan yang Dihadapi: Akses Keuangan dan Pasar yang Terbatas Akses pendanaan, terutama koperasi, usaha mikro dan kecil, yang masih terbatas; Umumnya masih mengandalkan modal sendiri/keluarga atau pinjaman dari pemodal/sektor informal; Kemampuan pendanaan Pemerintah terbatas; Jaringan/jangkauan lembaga keuangan formal (bank & non bank) masih terbatas; UMKM, terutama skala mikro & kecil, umumnya tidak bankable (antara lain terkait:legalitas, keuangan, pengelolaan usaha); Akses pasar, terutama untuk pasar ekspor yang masih terbatas; Mayoritas koperasi dan UMKM yang menghasilkan produk ekspor tidak melakukan ekspor secara langsung, tetapi melalui perantara sehingga benefit yang diperoleh lebih rendah; Kendala kapasitas/kontinuitas produksi, dan standar/kualitas produk untuk pasar ekspor; Kendala komunikasi dan Informasi pasar yang terbatas; Proses yang rumit dan resiko kegiatan ekspor yang tinggi (resiko pembayaran; resiko pengiriman produk; time lag pembayaran; dan biaya ekspor yang tinggi); Dukungan pembiayaan dan penjaminan ekspor yang masih terbatas; 11

Permasalahan & Tantangan yang Dihadapi: Penurunan Share Ekspor UMKM Kontribusi sektor UMKM dalam satu dekade terakhir terhadap GDP cukup tinggi dan stabil di atas 50% dalam satu dekade terakhir; Mayoritas UMKM masih berbasis sektor pertanian (50%); dan sektor jasa dan lainnya (43%); sedangkan untuk sektor manufaktur sangat kecil, yaitu sekitar 7%; Pada periode yang sama, share ekspor dari sektor UMKM terhadap total ekspor non Migas mengalami penurunan, dari 20% tahun 2003 menjadi 18% tahun 2008, dan menjadi 14% tahun 2012; Peran Ekspor UMKM Indonesia berada di bawah beberapa negara antara lain: China, India, Thailand, dan Malaysia; 2003 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 0 20 40 60 Kontribusi UMKM Terhadap Ekspor Non Migas (%) Kontribusi UMKM terhadap PDB (%) Sumber: Kementerian Koperasi & UKM, dan BPS, diolah 12

Upaya-Upaya Pemberdayaan Koperasi & UMKM; Peningkatan Akses Pendanaan Peningkatan alokasi anggaran Pemerintah (pusat dan daerah), terutama difokuskan untuk: Meningkatkan jumlah wirausaha (pengembangan SDM dan modal awal usaha); Dukungan permodalan bagi Koperasi & UMKM yang berada di wilayahwilayah yang belum terjangkau oleh lembaga keuangan; Asistensi, terutama jenis Usaha Mikro dan Kecil agar bankable sehingga dapat mengakses pendanaan dari lembaga keuangan; Perluasan dan optimalisasi peran lembaga keuangan mikro, baik yang berbasis konvensional maupun syariah dalam pembiayaan usaha koperasi dan UMKM; Pengembangan sistem database koperasi dan UMKM yang dapat memudahkan pihak penyedia dana (lembaga keuangan) dalam melakukan penilaian (credit appraisal), atau bisa juga melalui pembentukan lembaga rating UMKM, sebagaimana yang telah dilakukan di sejumlah negara; Lembaga Pemeringkat di beberapa negara: Jepang (Japan SMEs Rating); Singapura (SME Credit Bureau); Bangladesh (Credit Information Bureau) Mendorong UKM, terutama jenis Usaha Menengah, untuk menjadi perusahaan publik; 13

Upaya-Upaya Pemberdayaan UMKM; Peningkatan Produktivitas & Daya Saing Pengembangan SDM, antara lain mencakup aspek entrepreneurship, manajemen pengelolaan usaha (operasi dan keuangan), kemampuan komunikasi dan pemasaran, serta kreativitas dan daya inovasi; Bantuan/kemudahan akses peralatan/teknologi untuk meningkatkan kualitas (keseragaman kualitas, kontinuitas, desain, dan kemasan), efisiensi produksi, produktivitas dan daya saing produk yang dihasilkan; Perluasan pengembangan usaha koperasi dan UMKM berbasis kluster, antara lain berdasarkan: keunggulan lokal, rantai supply bahan baku dan pasar, serta keterkaitan dengan industri; Mendorong diversifikasi produk-produk usaha koperasi dan UMKM bernilai tambah tinggi, khususnya di sektor manufaktur yang hingga saat ini peranannya masih sangat kecil, sekitar 7% dari keseluruhan unit usaha UMKM; Pembangunan infrastruktur (sistem logistik/distribusi dan energi) dan efisiensi pelayanan birokrasi untuk mereduksi biaya produksi/distribusi; 14

Upaya-Upaya Pemberdayaan UMKM; Peningkatan Ekspor Pengembangan dan optimalisasi pusat-pusat Koperasi dan UMKM Service Center yang berfungsi sebagai pusat informasi pasar dan peluang bisnis di pasar internasional; Desain kebijakan yang bisa mendorong peningkatan dan diversifikasi produk ekspor Koperasi & UMKM, antara lain berupa: Prioritas asistensi untuk Koperasi & UMKM yang menghasilkan produk bernilai tambah tinggi dan potensial untuk ekspor; Dukungan pembiayaan, penjaminan, dan insentif (fiskal dan non fiskal) untuk kegiatan ekspor; Fasilitasi untuk promosi, pemasaran, dan diversifikasi pasar ekspor; Optimalisasi kerja sama perdagangan internasional (bilateral, regional, dan multilateral) yang bisa mendorong perluasan pasar ekspor produk-produk Koperasi dan UMKM; 15

Terimakasih 16